Teks Tafsiran/Catatan Daftar Ayat
 
Hasil pencarian 21 - 40 dari 113 ayat untuk tangan yang lain AND book:43 (0.186 detik)
Pindah ke halaman: Sebelumnya 1 2 3 4 5 6 Selanjutnya
Urutkan berdasar: Relevansi | Kitab
  Boks Temuan
(0.86) (Yoh 6:56) (jerusalem: di dalam dia) "ada di dalam" dan lebih-lebih "tinggal di dalam" (apa atau siapa saja yang ada atau tinggal di dalam apa atau siapa) merupakan ungkapan yang khusus digemari Yohanes. Terungkap di dalamnya kehadiran batiniah. Tergantung pada siapa atau apa yang ada atau tinggal di dalam benda atau orang itu bagaimana kehadiran itu mesti dipikirkan. Selalu ada relasi antara satu dengan yang lain dan lalu yang satu lebih besar dari yang lain, terutama kalau Diri ilahi yang hadir. Hal itu perlu diperhatikan, jika relasi kehadiran itu timbal balik seperti dalam ayat ini, Yoh 10:38; Yoh 14:10,20; Yoh 15:4-7; Yoh 17:21-23,26; 1Yo 2:24; Yoh 3:24; Yoh 4:12-16.
(0.85) (Yoh 1:9) (full: TERANG ... YANG MENERANGI SETIAP ORANG. )

Nas : Yoh 1:9

Kristus menerangi setiap orang yang mendengarkan Injil-Nya dengan memberikan sekedar kasih karunia dan pemahaman supaya mereka dapat memilih dengan bebas untuk menerima atau menolak berita tersebut. Terlepas dari terang Kristus ini, tidak ada terang lain yang dengannya kita dapat melihat kebenaran dan diselamatkan.

(0.85) (Yoh 19:27) (jerusalem: Inilah ibumu) Perkataan ini ditempatkan dalam rangka berbagai kutipan dari Perjanjian Lama (Yoh 19:24,28,36,37). Tegur sapa yang ganjil "Wanita" (terj.: ibu, bdk Yoh 2:4+) mengingatkan "wanita" pertama. Maka dari itu penginjil kiranya menganggap tindakan Yesus di kayu salib sebagai suatu yang lain dari sikap baik seorang anak terhadap ibunya. Ia mengerti perkataan Yesus sebagai pemakluman tentang keibuan rohani Maria, Hawa yang baru; ia menjadi ibu sekalian orang beriman, yang dilambangkan oleh murid yang dikasihi Yesus, bdk Yoh 15:10-15.
(0.85) (Yoh 15:9) (sh: Kasih terbesar (Sabtu, 06 Maret 1999))
Kasih terbesar

"Penyakit" yang sebenarnya paling dihindari setiap orang ialah ketika ia tidak dikasihi. Manusia yang tidak dikasihi tidak akan pernah mampu mengasihi apalagi berbuat hal-hal yang didasari oleh kasih. Dunia seharusnya bersyukur bahwa kasih terbesar telah lebih dahulu tercurah ke atasnya. Kasih yang kekal dari Allah Bapa dan Putra-Nya tak berkesudahan. Selayaknyalah orang percaya yang mengalami kelimpahan kasih menjadi teladan bagaimana bertindak sebagai orang yang dikasihi dan mampu mengasihi.

Pancarkanlah kasih! Kasih Allah kepada orang percaya sungguh luar biasa. Kasih membentuk karakter orang percaya. Semula disebut hamba, sekarang sahabat. Dulu hidup sia-sia, kini penuh arti. Dulu egois, kini menaruh perhatian kepada orang lain. Dulu menuntut dikasihi, kini menuntut diri untuk mengasihi orang lain. Dulu tidak ada sukacita, kini senantiasa bersukacita. Kasih tidak hanya mampu mendobrak berbagai kesulitan mengasihi, tetapi kasih juga mendorong semangat orang percaya untuk terus menjadi teladan. Bukankah ini suatu perubahan yang menjadikan hidup lebih indah? Selanjutnya, apa yang harus orang percaya lakukan? Memancarkan kasih Allah itu kepada orang-tua, saudara, teman, dlsb. dan di mana pun kita berada, agar orang-orang lain pun mengalami kasih Allah.

(0.84) (Yoh 15:18) (sh: Kebenaran: miliki dan nyatakan! (Minggu, 07 Maret 1999))
Kebenaran: miliki dan nyatakan!

"Jika seekor ayam betina dengan tanda-tanda yang berbeda, ditempatkan di antara ayam-ayam lainnya, maka ia akan dipatuk sampai mati". Ada kekuatiran, ancaman bagi dunia yang melihat sesuatu yang berbeda dengannya. Begitulah, kehadiran terang bagi dunia yang gelap, hanya akan memperjelas kegelapan dan kebobrokannya. Oleh sebab itu dunia sangat membenci terang. Padahal Terang yang berbeda dengan dirinya, adalah Terang yang memaparkan pada dunia tentang kebenaran. Kebenaran yang harus dimiliki dan dinyatakan dalam dunia.

Benar menurut dunia. Perbedaan pendapat di sekitar kita, merupakan hal wajar dan sering dijumpai. Kunci perbedaan pendapat ini umumnya bersumber pada kecenderungan dalam diri tiap orang yang merasa diri paling benar. Banyak hal negatif tercipta karena kecenderungan ini. Bahkan dalam keadaan lain, uang mampu menjatuhkan palu untuk membenarkan dan membebaskan koruptor kelas kakap, pemerkosa, pembunuh, dlsb. karena uang bukan karena fakta. "Yang benar disalahkan dan yang salah dibenarkan". Dunia telah memberlakukan: "Yang salah dibenarkan, dan yang benar disalahkan!" Sungguh suatu keadaan nyata yang sangat menyedihkan. Standar kebenaran apakah yang kita pakai? Sudahkah standar kebenaran itu teruji keandalannya?

Kebenaran yang sejati. Bapa mengutus Tuhan Yesus untuk menyatakan kebenaran-Nya (21). Semua firman yang diucapkan-Nya dan semua perbuatan yang dilakukan-Nya, adalah bukti kebenaran-Nya (22, 24). Kebenaran kekal yang telah teruji keandalannya dan diberlakukan kekal sepanjang zaman. Kristuslah satu-satunya kebenaran sejati. Memberlakukan kebenaran yang dunia nyatakan pada akhirnya hanya akan mendatangkan malapetaka bagi orang lain maupun bagi diri sendiri. Alkitab telah membuktikannya melalui peristiwa Adam dan Hawa ketika memakan buah kehidupan, Daud ketika memperisteri Batsyeba, Ahab ketika merebut kebun anggur Nabot, dlsb. Sebaliknya, memberlakukan kebenaran sejati dalam Tuhan pasti mendatangkan kelimpahan berkat dan damai sejahtera bagi banyak orang dan diri sendiri. Sebagai orang percaya, kita bertanggungjawab untuk menyatakan kebenaran Allah itu setiap hari dalam setiap perkara.

(0.84) (Yoh 1:5) (jerusalem: tidak menguasainya) Terang (kebaikan, Firman) terluput dari genggaman kegelapan (Yang jahat, kekuasaan jahat), bdk Yoh 7:33 dst; Yoh 8:21; 12:21; 12:31,32; 14:30; 1Yo 2:8,14; 4:4; 5:18. Terjemahan lain: Dan kegelapan itu tidak mengertinya.
(0.84) (Yoh 7:53) (jerusalem) Bagian ini tidak termasuk dalam naskah-naskah yang paling tua, dalam beberapa terjemahan kuno, dan juga tidak dikenal oleh pujangga-pujangga Gereja yang paling dahulu. Ada kalanya bagian ini terdapat di tempat lain dalam Perjanjian Baru. Bagian ini sesungguhnya berbau injil-injil sinoptik dan kiranya tidak berasal dari Yohanes. Barangkali berasal dari Lukas, bdk Luk 21:38+. Meskipun demikian, bagian ini termasuk Kitab Suci dan diakui demikian oleh gereja. Nilai historisnyapun tidak perlu diragukan.
(0.84) (Yoh 5:17) (jerusalem: bekerja sampai sekarang) Orang-orang Yahudi berusaha mendamaikan satu sama lain "istirahat" Allah sehabis karya penciptaan, yang dilambangkan oleh hari Sabat, Kej 2:2 dst, dengan karyaNya terus-menerus untuk menyelenggarakan dunia. Maka dibedakan: karya Pencipta yang sudah selesai dan karya Hakim yang tidak pernah berakhir. Yesus menyamakan karyaNya sendiri dengan karya hakim Tertinggi. Dan itulah sebabnya maka orang-orang Yahudi menjadi marah dan Yesus menyajikan wejangan berikut yang membenarkan keteranganNya itu. Bdk Luk 6:5 dan khususnya Mat 12:1-8 dll.
(0.84) (Yoh 2:10) (full: ANGGUR YANG BAIK. )

Nas : Yoh 2:10

Menurut beberapa penulis kuno, yang dimaksudkan "anggur yang baik" adalah anggur termanis yang dapat diminum dalam jumlah besar tanpa membahayakan (yaitu, anggur yang kadar gulanya tidak dihancurkan oleh peragian). Anggur yang "kurang baik" adalah anggur yang telah dicampur dengan air terlalu banyak.

  1. 1) Penulis Romawi bernama Plinius mengakui hal ini. Dia dengan jelas menyatakan bahwa "anggur yang baik" yang disebut _sapa_, adalah sari anggur yang tidak beragi. _Sapa_ adalah sari buah anggur yang dididihkan hingga tinggal sepertiga dari jumlah semula untuk meningkatkan rasa manisnya (IV.13). Dia menulis dalam karya-karyanya yang lain bahwa "anggur yang paling bermanfaat adalah anggur yang kehilangan kadar potensinya ketika disaring" (Plinius, Natural History, XIV. 23-24). Plinius, Plutarchus, dan Horatius semuanya mengemukakan bahwa anggur terbaik adalah anggur yang "tak berbahaya dan tak memabukkan".
  2. 2) Kesaksian para rabi menegaskan bahwa beberapa rabi mengusul penggunaan anggur yang dididihkan. Kitab Mishna mengatakan, "Rabi Yehuda mengizinkannya (anggur yang dididihkan sebagai persembahan unjukan) karena itu memperbaikinya."
  3. 3) Pentinglah bahwa kata sifat Yunani yang diterjemahkan "baik" bukanlah _agathos_ tetapi _kalos_, yang berarti "baik secara moral dan cocok".
(0.84) (Yoh 14:15) (sh: Janganlah gelisah hatimu (Minggu, 17 Maret 2002))
Janganlah gelisah hatimu

Semua pokok yang muncul pada pasal ini masih menjadi bagian dari jawaban dan penghiburan atas permasalahan: apa yang akan terjadi kepada para murid ketika Yesus meninggalkan mereka. Penghiburan itu adalah hadirnya Roh Kudus, Roh kebenaran (ayat 17) dan Penghibur (ayat 26) yang tinggal di dalam para pengikut Yesus selamanya. Ia disebut sebagai Penolong yang lain (ayat 16) yang sederajat dengan Yesus, dan meneruskan pekerjaan Yesus. Ia mengajarkan segala sesuatu dan mengingatkan apa yang telah diajarkan Yesus kepada kita (ayat 26). Secara tidak langsung, ini berarti bahwa Roh Kuduslah yang memampukan para pengikut Yesus untuk menaati perintah-Nya, yaitu memelihara dan melakukan segala firman dan perintah-Nya.

Roh Kudus bukan saja memberikan damai sejahtera dalam hidup orang beriman dan memampukan para pengikut Yesus untuk hidup dalam hubungan kekal dengan Yesus, tetapi juga menolong orang percaya yang hidup di dalam Yesus, dalam ketaatan dan kasih, hidup juga di dalam Bapa (ayat 23). Ketaatan dalam kasih ini akan menjadi tanda yang pasti yang membedakan orang yang sungguh beriman pada Yesus dengan yang tidak. Di sini kita melihat adanya hubungan tak terpisahkan antara iman, kasih, ketaatan, pertolongan Roh, kehadiran Yesus dan Bapa, dan pengenalan akan Allah. Semuanya terjalin indah, yang satu menjadi syarat bagi yang lain. Itu berarti pengenalan akan Allah bukanlah sebatas tahu ajaran isi iman Kristen. Pengenalan akan Allah harus seperti pengenalan Yesus terhadap Bapa-Nya yang mengalirkan sungai damai sejahtera.

Renungkan: Kajilah bagaimana pengenalan akan Tuhan, ketaatan, damai sejahtera, kasih, iman, kehadiran Roh dalam kehidupan iman Anda!

Bacaan untuk Minggu Sengsara 6

Yesaya 59:14-20

I Timotius 1:12-17

Lukas 19:28-40

Mazmur 31:1-5,9-16

Lagu:

Kidung Jemaat 410

PA 2 Yohanes 14:1-14

Yesus telah memulai pesan-pesan terakhir-Nya dengan menyatakan bahwa Dia akan segera pergi meninggalkan dunia ini (ayat 13:1,33). Kini Dia meneruskan ucapan-ucapan-Nya yang amat penting untuk mempersiapkan para murid berada dalam satu situasi baru, ketika Ia tidak lagi ada bersama-sama mereka. Para murid kelihatannya belum siap untuk mandiri. Lagi pula, sebenarnya mereka belum sungguh-sungguh mengerti siapa Yesus sebenarnya dan apa misi-Nya di dalam dunia. Bagian awal pasal 14 ini terus menunjukkan upaya Yesus yang begitu sabar membimbing para murid menuju pemahaman yang baru.

Pertanyaan-pertanyaan pengarah:

1. Tiga perintah apa yang diberikan Yesus bagi para murid (ayat 1)? Mengapa perintah itu merupakan jawaban bagi kegelisahan para murid? Apa arti dan hubungan percaya kepada Allah dan kepada Yesus?

2. Mengapa Tuhan Yesus berbicara mengenai “rumah” dan “tempat tinggal” (ayat 2)? Apa maksud 2 kata itu dalam bagian ini? Apa hubungan fase-fase kehidupan Yesus dalam kematian, kebangkitan, kenaikan-Nya dengan Ia menyediakan tempat di surga bagi pengikut- Nya?

3. Mengapa Tuhan Yesus dapat berkata bahwa para murid mengetahui tempat yang dituju-Nya (ayat 4)? Apa yang dimaksud dengan “tahu” di sini? Apa hubungan antara “tahu” dan “percaya”? Apa jawaban Yesus kepada Tomas (ayat 6)? Bagaimana hubungan Yesus adalah kebenaran dan adalah hidup dengan Yesus adalah jalan menuju rumah kekal surgawi itu?

4. Mengapa Filipus meminta Yesus untuk menunjukkan Bapa kepada para murid (ayat 8)? Mengapa itu “cukup” untuk mereka? Bagaimana Yesus menyatakan Bapa? Pikirkan bagaimana hubungan antara a) hidup Yesus, b) ajaran atau firman Yesus, dan c) perbuatan ajaib Yesus dengan hal menyatakan Allah! Yang mana yang terpenting? Mengapa?

5. Frasa “Sesungguh-sungguhnya ...” dalam ayat 12 (harfiah: Amin, Amin) menyatakan keseriusan. Mengapa janji Yesus ini perlu penekanan sekuat itu? Apakah yang Yesus janjikan (ayat 12)? Mengapa pekerjaan besar terkait dengan permintaan yang dijawab (ayat 13-14)?

6. Bagaimana kebenaran firman Tuhan ini menolong Anda untuk mengenal Yesus dan menjalani kehidupan di dunia?

(0.84) (Yoh 7:53) (sh: Adakah orang yang tidak berdosa? (Senin, 18 Januari 1999))
Adakah orang yang tidak berdosa?

Usaha orang Farisi untuk mencelakakan Tuhan Yesus terus dilakukan tanpa henti. Bahkan demi menjerat Dia, mereka melakukan tindakan yang sangat memalukan, dengan maksud menguji-Nya, dan tanpa belas kasihan (8:3), menyeret perempuan yang tertangkap basah berzinah (dan membiarkan yang laki-laki pergi!) ke hadapan-Nya. Mata hati mereka yang buta hanya melihat satu hal: menghukum orang berdosa. Pedih hati Tuhan Yesus menyaksikannya. Dia yang Suci, terdiam! Sementara mereka, ahli Kitab Suci, menyangka diri tidak bernoda, terus menantikan tindakan Yesus (8:7). Akhirnya, Tuhan Yesus menantang mereka: "Siapa tidak berdosa, yang pertama menghukum!" Sunyi. Seorang demi seorang pergi. Adakah yang tidak berdosa?

Tidak ada yang suci selain Dia! Hanya Dia satu-satunya yang suci, yang hati-Nya penuh cinta dan pengampunan. Dengan kasih yang kudus, Dia berkata: "Pergilah dan janganlah berbuat dosa lagi." Sepanjang abad dan masa, Dia tetap penuh kasih, pengampunan dan kekudusan. Ketika kita terjatuh, tersesat dalam dosa, dan tidak setia, Dia tetap setia (2Tim. 2:13). Kesetiaan-Nya telah mendahului kesetiaan umat.

Doa: Tuhan, apabila menyadari keberadaan kami di hadapan-Mu yang suci, tak ada kata lain yang terucapkan selain puji syukur kepada-Mu.

(0.83) (Yoh 7:38) (full: SEPERTI YANG DIKATAKAN OLEH KITAB SUCI. )

Nas : Yoh 7:38

Yesus menunjuk kepada "Alkitab" karena itulah Firman Bapa-Nya dan dengan demikian merupakan kekuasaan tertinggi untuk kehidupan dan ajaran-Nya. Alkitab juga merupakan kekuasaan tertinggi bagi orang Kristen karena Allah sendiri yang berhak menentukan standar-standar kelakuan kita. Dia telah memilih untuk melaksanakan kekuasaan ini dengan memberitahukan kebenaran-Nya dalam Alkitab. Alkitab, selaku penyataan Allah, memiliki kekuasaan yang sama seolah-olah Allah sendiri yang berbicara kepada kita secara langsung

(lihat art. PENGILHAMAN DAN KEKUASAAN ALKITAB).

  1. 1) Alkitab yang diilhamkan merupakan kekuasaan tertinggi bagi setiap orang percaya. Tradisi kegerejaan, nubuat, penyataan-penyataan yang baru, ajaran dan gagasan manusia harus diuji sesuai dengan Alkitab dan tidak pernah boleh diangkat sehingga menjadi sejajar dengan kekuasaan Alkitab (bd. Mr 7:13; Kol 2:8; 1Pet 1:18-19).
  2. 2) Mengaku kesetiaan yang sama atau lebih kepada kekuasaan lain dari Allah dan Firman-Nya yang diilhamkan berarti mengundurkan diri dari iman alkitabiah dan ketuhanan Kristus. Mengatakan bahwa ada orang, lembaga, pengakuan kepercayaan, atau gereja yang mempunyai kekuasaan yang sama atau lebih tinggi dari penyataan Allah yang diilhamkan adalah sama dengan penyembahan berhala. Jadi, semua orang yang tidak bersedia menyerahkan kepercayaan mereka kepada kekuasaan PB menempatkan diri mereka di luar kekristenan alkitabiah dan keselamatan dalam Kristus.
(0.83) (Yoh 13:2) (jerusalem) Cerita tentang Yesus membasuh kaki murid-muridNya dan wejangan yang menyertainya, Yoh 13:2-20, merupakan pendahuluan bagi wejangan-wejangan besar yang diucapkan Yesus dalam bab 13-17. Sebagaimana disajikan oleh Yohanes wejangan-wejangan itu mempersatukan berbagai wejangan yang disampaikan Yesus pada waktu yang berbeda-beda.Bab 16 adalah majemuk sekali dan agaknya hanya dalam bentuk lain menyajikan sekali lagi apa yang dikatakan Yesus dalam bab 14. Wejangan-wejangan itu oleh Yohanes ditempatkan di sini, yakni pada saat Yesus beralih dari hidup di dunia ke hidup sorgawiNya, dengan maksud menyingkapkan makna hidup Yesus yang terdalam.
(0.83) (Yoh 10:11) (sh: Bukan upahan (Rabu, 27 Januari 1999))
Bukan upahan

Gembala yang baik rela berkorban bagi kawanan domba-Nya tanpa pamrih, tanpa upah. Berbeda dengan gembala upahan yang melakukan tugas bukan karena tanggung jawab tetapi karena upah yang diterima. Ia tidak segan-segan lari meninggalkan kawanan domba yang dipercayakan kepadanya, bila kesulitan muncul tiba-tiba. Para gembala yang dimaksud Yesus mungkin sekali adalah para ahli Taurat dan orang Farisi yang menentang Dia, yang tidak memimpin umat kepada hidup. Mereka bukan menjamin keselamatan para domba tetapi justru mencelakakan.

Bukan sekandang tapi sekawan. Hal-hal yang Tuhan Yesus utarakan sebenarnya sangat sederhana dan sangat menentukan nasib manusia. Namun kesederhanaan pesan ini ternyata juga tak dipahami pendengarNya. Ketika Yesus mengatakan bahwa Ia pun menerima domba lain yang ingin dituntun-Nya dan bergambung bersama domba milik-Nya, terjadi pertentangan dan penolakan. Pernyataan Yesus: "Akulah Gembala yang baik, sebenarnya menegaskan bahwa banyak para pemimpin agama zaman itu, dan kini banyak gembala seperti Dia. Serahkanlah diri pada tuntunan kasih Yesus Kristus, Gembala yang baik, yang di dalam-Nya kita mendapatkan kebutuhan hidup masa kini dan kelak.

Doa: Tuhan terima kasih, bahwa Engkau bukanlah gembala upahan.

(0.83) (Yoh 19:16) (sh: Pergumulan salib (Jumat, 2 April 1999))
Pergumulan salib

Di atas salib, Yesus berjuang antara hidup dan mati. Di atas salib, masa depan umat manusia dan dunia sedang dipertaruhkan. Namun, beberapa meter dari tempat itu, para prajurit sedang santai mengisi waktu senggang, memanfaatkan kesempatan dalam kesempitan, hanya untuk mendapatkan sebuah jubah ungu. Apakah pergumulan salib tidak menyentuh hati mereka? Ataukah mereka tidak peduli terhadap apa yang terjadi di sekeliling mereka? Masa depan umat manusia dan dunia terletak pada pergumulan Yesus di atas salib! Apakah kita merasakan getaran pergumulan salib itu dalam hidup kita?

"Aku haus" Tubuh yang mampu mengorbankan segala-galanya untuk orang lain, ternyata adalah tubuh yang rapuh, yang haus seperti juga manusia yang haus. Ia yang berkata "barangsiapa percaya kepada-Ku, ia tidak akan haus lagi" (Yoh. 6:35); Ia yang bersabda "barangsiapa yang minum air yang Ku berikan ini, ia tidak akan haus selama-lamanya"; sekarang Dia berteriak "Aku haus". Tahukah kita bahwa kita memiliki Tuhan dan Juruselamat yang dimensi-dimensi-Nya tak dapat dibandingkan dengan ukuran ruang seluas apapun dari alam raya ciptaan-Nya ini?

Renungkan: Kita tak akan pernah dapat tuntas memahami penderitaan Yesus. Tetapi yang pasti, di balik peristiwa itu ada misteri kasih yang tak terselami.

(0.83) (Yoh 21:20) (sh: Ikutlah Aku! (Minggu, 7 April 2002))
Ikutlah Aku!

Kalau sebelumnya Tuhan menubuatkan penyangkalan dan pemulihan Petrus (ayat 13:37-38), kini Tuhan menubuatkan bahwa Petrus akan menggenapi ucapan untuk sedia mati bagi Tuhan, tetapi dalam rencana dan anugerah Allah. Kini saatnya Petrus belajar taat dan mengasihi Tuhan secara penuh bahkan dengan risiko mati sekali pun. Tak seorang pun manusia mudah menerima kematian begitu saja. Petrus pun perlu anugerah dan waktu untuk dapat menerima hal tersebut. Gembalanya yang baik telah digiring ke pembantaian untuknya. Petrus pun mendapat kehormatan untuk mati karena Tuhannya. Dalam tradisi Gereja, dituturkan bahwa Petrus mati disalibkan dalam posisi terbalik, kepala di bawah kaki di atas karena merasa tidak layak disalib dalam posisi sama seperti Tuhannya.

Murid yang dikasihi Yesus tidak lain adalah Yohanes sendiri. Bila ditilik dari sejarah, maka Yohanes telah mencapai usia lanjut pada waktu itu dan mati lama kemudian sesudah uzur. Agaknya Petrus ingin tahu apa yang akan dialami oleh Yohanes di masa yang akan datang (ayat 21). Tetapi, jawaban untuk Petrus jelas, “tetapi engkau ikutlah Aku” (ayat 22). Yesus ingin mengingatkan Petrus sesudah ia dipulihkan, bahwa untuk mengikut Yesus orang tak boleh terpengaruh kondisi atau keadaan orang lain. Mungkin ada yang mengalami kehidupan mudah, sementara yang lain harus menderita. Mengikut Yesus haruslah dengan sebulat hati, apa pun risikonya. Orang juga harus setia pada tugas apa pun yang Tuhan percayakan. Petrus dipercaya sebagai ‘gembala domba’ sementara Yohanes menjadi saksi akan karya Yesus.

Renungkan: Kemuliaan kita bukan terletak pada kemudahan dalam ukuran manusia. Entah menderita sampai mati atau hidup sambil ambil bagian dalam derita, kita dipanggil untuk menjalaninya dengan suka dan setia.

Bacaan untuk Minggu Paskah 2

Kisah Para Rasul 5:12-16

Wahyu 1:9-13,17-19

Yohanes 21:1-14

Mazmur 149

Lagu:

Kidung Jemaat 408

PA 5 Yohanes 21:15-25

Tugas terberat yang harus dijalani seorang pemimpin ialah memastikan bahwa estafet kepemimpinan untuk menggenapi misi dan menjalankan tugas-tugas terkait berjalan baik. Kesulitan bisa disebabkan beberapa faktor. Faktor beratnya tugas bisa merupakan sebab pertama. Faktor kekurangmampuan orang adalah sebab lainnya. Faktor kelebihan pemimpin dalam kemampuan dan integritas dirinya pun bisa menjadi sebab sulitnya pengalihtugasan terjadi dengan baik karena kesenjangan dengan kader yang disiapkan terlalu lebar. Ketika Tuhan Yesus memandatkan penyebaran Injil keselamatan kepada para murid-Nya, ketiga faktor tersebut hadir dan dapat menyulitkan kelangsungan misi Yesus di dunia. Namun demikian, di bagian akhir catatan Yohanes, kita menyaksikan bagaimana Tuhan bertindak menyingkirkan semua masalah tadi.

Pertanyaan-pertanyaan pengarah:

Kesenjangan apa saja yang ada antara Yesus dan kondisi para murid? Hal-hal apa dalam diri Yesus yang bisa membuat para murid-Nya sulit untuk meneruskan pola pelayanan-Nya? Hal-hal apa dalam diri para murid yang masih bisa merintangi mereka menerima misi dari Tuhan?

Bagaimana kondisi para murid waktu itu (ps. 20-21)? Pikirkan juga kondisi masing-masing murid seperti Tomas, Petrus, dan Yohanes. Hal apa yang kita pelajari tentang sifat dan cara Yesus meyakinkan mereka tentang Yesus sebagai sumber tak terbatas baik bagi kekurangan mereka maupun dalam tugas mereka kelak? Begitukah juga kita menempatkan Yesus dalam pelayanan kita?

Apa problem Petrus dan apa tugas yang Tuhan ingin percayakan kepadanya? Bagaimana isi dan cara bertanya Tuhan membimbing Petrus menuju pertobatan dan pemulihan sejati? Mengapa Yesus bertanya sampai tiga kali? Apa maksud Yesus mengubah dari kasih Ilahi dalam dua yang pertama ke kasih kodrati dalam yang terakhir? Apa yang Petrus sadari sampai ia menangis?

Bagaimana urutan prioritas yang harus Petrus jalani: mati bagi Tuhan, mengasihi Tuhan, setia mengikut Tuhan, dan menggembalakan menjalani misi dari Tuhan? Bagaimana Anda melihat para pelayan Tuhan kini melihat hal tersebut?

Pengantar Mazmur 93-111

Menurut tradisi orang Yahudi dalam Midrash Tehillim, “Seperti Musa memberi lima kitab taurat untuk Israel, demikian pun Daud memberi lima kitab mazmur untuk Israel.” Kelima bagian tersebut adalah pasal 1-41, 42-72, 73-89, 90-106, dan 107-150. Dengan demikian, bacaan kita kali ini terambil dari bagian akhir kitab IV dan permulaan kitab V. Bila struktur isi kitab I-III menegaskan kegagalan perjanjian dengan garis kerajaan Daud yang berakhir dalam pembuangan, kitab IV-V adalah respons terhadap kegagalan teresebut. Jadi, kitab IV dan V menekankan pemerintahan Allah. Di dalam tema utama inilah kita jumpai mazmur-mazmur penobatan Allah sebagai Raja dalam pasal 93-99, sedangkan pasal 100-111 terdiri dari berbagai mazmur yang juga menekankan berbagai aspek sifat dan tindakan Allah terhadap umat-Nya atau yang menyerukan berbagai respons setimpal umat terhadap sifat-sifat Allah.

Mazmur-mazmur penobatan Allah sebagai Raja menegaskan bahwa yang sesungguhnya Raja adalah Allah. Pasal 94 yang tidak secara eksplisit menyebut Allah sebagai Raja, menekankan sisi Allah sebagai Hakim dan berfungsi mengikat mazmur-mazmur penobatan Allah sebagai Raja dengan Mazmur 90-92. Hal ini penting sebab salah satu tekanan dari ke-Raja-an Allah adalah penegakan keadilan dan kebenaran. Tujuan kitab IV adalah menjawab krisis yang dialami Israel di pembuangan dan mazmur-mazmur penobatan Allah sebagai Raja menjadi pola konsep bagi pembangunan kembali umat yang pulang dari pembuangan.

Allah sang Raja sejati itu memerintah kekal, adil, benar, menaklukkan dan menghukum kejahatan, memerintah bukan saja Israel, tetapi seluruh kosmos dengan serasi. Saat Anda merenungkan mazmur-mazmur tersebut, Anda akan menemukan tema-tema tertentu yang diulang tentang sifat Allah dan sifat pemerintahan-Nya, dengan masing- masing pasal menekankan hal tertentu tentang ke-Raja-an Allah. Dengan Allah sebagai Raja, tidak saja ada harapan bagi dunia ini, tetapi juga ada kehidupan umat yang penuh pujian dan pengabdian. Kita segera sadar bahwa mazmur-mazmur ini menghidupkan pengharapan pada penggenapan eskatologis Kerajaan Allah ketika Tuhan Yesus datang untuk kedua kalinya kelak.

Mazmur-mazmur berikutnya adalah respons terhadap pengakuan bahwa Allah adalah Raja. Karena tema Allah sebagai Raja merupakan poros teologis seluruh mazmur, maka tema tersebut dan respons terhadapnya kita jumpai pula dalam pasal 100-111.

Mazmur 100 menggemakan pasal 2, dan mewakili seluruh mazmur berikutnya yang menyerukan penyembahan sepenuh hati kepada Allah saja. Mazmur 101-102 adalah ratapan agar ketaatan kepada Allah menjadi semangat utama para pemimpin umat. Mazmur 103-106 merefleksi balik pada model kepemimpinan Allah dalam zaman Musa. Mazmur pembuka kitab V, yaitu pasal 107, memaparkan kepada umat tentang kasih setia Allah yang kekal, sebagai tema yang juga bergema dalam sisi lainnya di pasal 108 dan 109.

Pemerintahan Allah itu beroleh wujud di dalam raja mesianis di pasal 110 dan yang diresponi dalam ucapan syukur dalam pasal 111. Respons kepada Allah itu tidak saja menekankan kelayakan Allah dalam kemuliaan dan kebaikan-Nya untuk menerima penyembahan dan pengabdian umat, tetapi sekaligus juga memberi kerangka bagi umat untuk beroleh jati diri yang benar untuk hidup tepat dalam dunia ini (bdk. pasal 103). Respons tersebut bahkan mencerminkan keteraturan dunia yang diatur Allah seperti yang secara puitis diungkapkan dalam bentuk akrostik yang sangat indah dalam pasal 111 dan 112 (baris-baris puisi dalam kedua mazmur ini dimulai dengan abjad-abjad Ibrani dalam urutannya).

Ketika Anda mendalami makna mazmur-mazmur ini, ingatlah untuk selalu mengaitkan perspektif Allah Israel dengan Allah di dalam Yesus Kristus dan kita sebagai Gereja. Ingatlah juga untuk menempatkan mazmur-mazmur ini dalam rentang waktu konteks zaman itu sambil mengikutsertakan kondisi kita kini dan pengharapan akan kedatangan Kerajaan Allah kelak.

Di dalam Kristus yang telah mati, bangkit, memerintah di surga, dan kelak akan datang kembali untuk mewujudkan pemerintahan total dan kekal Allah atas segala sesuatu, kita belajar meresponi kenyataan dunia sehari-hari kini dengan takut akan dan kasih kepada Allah, syukur dan percaya kepada-Nya, memiliki pengharapan yang hidup akan kemenangan-Nya yang mengalahkan mutlak semua anasir kejahatan. Dengan demikian, dalam perspektif tema mazmur-mazmur ini, kita sudah mulai menghayati hidup sebagai ibadah yang hidup bagi Sang Raja dalam suasana surgawi.

(0.83) (Yoh 13:35) (full: TAHU BAHWA KAMU ADALAH MURID-MURID-KU. )

Nas : Yoh 13:35

Kasih (Yun. _agape_) harus merupakan ciri khas para pengikut Kristus (1Yoh 3:23; 4:7-21). Kasih agape ini pada dasarnya merupakan kasih yang memberi diri dan berkorban demi kebaikan orang lain (1Yoh 4:9-10). Demikianlah, hubungan antara semua orang percaya harus ditandai oleh kepedulian yang bersedia berkorban demi kebahagiaan tertinggi bagi sesama saudara dalam Kristus. Orang Kristen harus saling menolong di dalam pencobaan, berhati-hati terhadap perasaan dan reputasi satu sama lain serta bersedia menyangkal diri untuk meningkatkan kesejahteraan sesama saudara (bd. 1Kor 13:1-13; Gal 6:2; 1Tes 4:9; 2Tes 1:3; 1Pet 1:22; 2Pet 1:7; 1Yoh 3:23).

(0.83) (Yoh 12:32) (full: MENARIK SEMUA ORANG DATANG KEPADA-KU. )

Nas : Yoh 12:32

Kasih karunia Allah tidak bersifat eksklusif, yaitu untuk kalangan tertentu saja, dan bukan untuk orang lain. Akan tetapi, karena mencintai dosa, maka ada orang-orang yang meniadakan kasih karunia Allah dengan keputusan dan tindakan mereka (lih. Mat 23:37).

(0.83) (Yoh 12:27) (jerusalem: jiwaKu terharu) Terjemahan lain: jiwaKu gelisah. Adegan ini agak sama dengan peristiwa di Getsemani: kegelisahan terhadap "saat" yang mendekat; Yesus mohon belas kasihan Bapa; Ia menyatakan kesediaanNya untuk mengorbankan diri; Ia diberi hiburan dari sorga (bdk Lukas). Namun ada juga perbedaan: Yesus tetap berdiri tegak; permintaanNya hanya dalam hati (Yohanes); menurut Lukas, Yesus berlutut, sedangkan menurut Matius dan Markus Ia sujud/merebahkan diri ke tanah. Bdk Yoh 18:4-6; 10:18+.
(0.82) (Yoh 19:38) (sh: Yusuf Arimatea (Sabtu, 3 April 1999))
Yusuf Arimatea

Ia mencintai Yesus, tetapi tidak berani berterus terang, sebab mengaku murid Yesus dalam situasi saat itu penuh risiko. Tetapi, tiba-tiba ia menjadi berani, walaupun Petrus, sang batu karang sudah menyangkal Tuhannya; murid-murid yang hidup bersama-sama Yesus selama tiga tahun lari tercerai-berai; Kristus dinyatakan sebagai nabi palsu dan penjahat oleh pengadilan. Di saat seperti itulah Yusuf Arimatea secara berani menyatakan diri sebagai pengikut dan sahabat Yesus, Tokoh "kriminal" yang sudah dieksekusi, tanpa memikirkan risiko. Di saat-saat yang rawan, ia berupaya memberikan yang terbaik dan berbuat yang terbaik bagi Yesus. Beranikah kita memproklamirkan diri sebagai sahabat dan murid Yesus di tengah- tengah dunia yang membenci Yesus; di tengah-tengah dunia di mana banyak murid Yesus yang lari tercerai-berai meninggalkan Yesus?

Nikodemus. Ia adalah seorang Farisi, yang karena takut pada orang-orang Yahudi, mengunjungi Yesus secara sembunyi-sembunyi pada waktu malam. Bersama Yusuf Arimatea, ia menguburkan jenazah Yesus. Nikodemus, seorang petobat baru yang memiliki pengenalan pribadi kepada Yesus, menyatakan kasihnya kepada Yesus di saat kematian-Nya. Yusuf dan Nikodemus adalah murid Yesus yang melakukan sesuatu yang tak dilakukan oleh orang lain, walaupun berisiko tinggi.

Doa: Tolong kami agar tetap setia kepada Yesus dalam segala keadaan.



TIP #21: Untuk mempelajari Sejarah/Latar Belakang kitab/pasal Alkitab, gunakan Boks Temuan pada Tampilan Alkitab. [SEMUA]
dibuat dalam 3.91 detik
dipersembahkan oleh YLSA