Eksegesis Perjanjian Lama

Garis besar dan isi pelajaran ini diberikan dengan ijin dari Allen P. Ross dan diberikan di Beeson Divinity School di Birmingham, Alabama.

Translated by Stevy.

Series ID: 
165
/assets/foreign/otexegesis_in.zip

1. Pendahuluan dan Silabus

I. Gambaran Pelajaran

Sebuah pelajaran mengenai prosedur melakukan eksegesis yang baik dalam berbagai bagian di Perjanjian Lama. Metodenya termasuk penyelidikan kata, puisi, kritik tekstual, sintaks, teologi Alkitabiah, dan eksposisi eksegesis praktis dalam berbagai genre dari Alkitab Ibrani.

II. Tujuan Pelajaran

Tujuan utama pelajaran eksegesis ini adalah mengembangkan keahlian melakukan eksegesis dalam Perjanjian Lama. Untuk mencapainya, pelajar akan

A. Menjadi terbiasa dengan buku-buku terbaik dan sumber-sumber bagi kegiatan ini,

B. Belajar
melakukan penyelidikan kata secara menyeluruh,
menganalisa bahasa puisi dan struktur penulisan,
menyelesaikan masalah tekstual,
menjelaskan hubungan sintaktikal,
melakukan teologi Alkitabih,
mengembangkan eksposisi yang akurat dan berarti dari teks, dan

C. Menjadi manusia yang taat pada Firman.

III. Persyaratan Pelajaran

A. Setiap pelajar diharapkan membaca bagian Alkitab yang ditugaskan (walaupun tidak melakukan tugas), catatan setiap hari, dan semua tugas bacaan bagi hari itu. Persyaratan bacaan dihitung 10% dari nilai keseluruhan pelajaran. Diakhir pelajaran setiap pelajar harus menyatakan dalam tulisan apakah bacaannya dilakukan atau tidak, atau berapa persen yang selesai jika tidak selesai.

B. Ada duapuluh empat tugas mengeksegesis dalam pelajaran ini, setiap hari satu setelah kelas dimulai. Setiap pelajar diharuskan melakukan enambelas tugas menyisahkan 90% nilai pelajaran. Jika lebih dari enambelas yang diselesaikan, maka nilai terbaik dari enambelas tugas itu akan dihitung untuk nilai semester.

Ini berarti, setiap pelajar bisa tidak mengikuti atau tidak mengerjakan delapan tugas. Tapi tolong diperhatikan, dua kali tidak mengikuti secara berturutan tidak diperbolehkan. Pengaturan ini memperingan jadwal pelajar, tapi tetap mengusahakan seluruh wilayah metode eksegetikal.

Petunjuk tugas akan diberikan dalam setiap tugas kelas; ini akan menunjukan apa yang harus dilakukan dan diserahkan. Nilai tugas didasarkan pada seberapa baik pelajar mengembangkan keahlian eksegetikal dalam memenuhi tujuan dari tugas, dan tidak semata pada apakah penafsiran tertentu atau jawabannya dicatat.

C. Penilaian: Skala penilaian dalam pelajaran ini sebagai berikut: 93-100 itu A, 84-92 itu B, dan 75-83 itu C. Disetiap huruf nilai juga terdapat tingkatan, dua angka tertinggi akan diberi +, dan dua terbawah diberi - (jadi 91, 92 diberi B +; 84, 85 diberi B-).

IV. Materi Pelajaran

Perlengkapan yang Perlu Anda Gunakan

Ada terlalu banyak buku-buku dan referensi yang tersedia bagi pelajaran ini??sebagian dari tujuan pelajaran adalah belajar menggunakannya sehingga yang paling berguna (yang akan digunakan seterusnya) diharuskan.

Tapi ada beberapa hal yang harus dimiliki pelajar yang akan membuat seluruh proses lebih nyaman (artinya, bisa lebih banyak mengerjakannya dirumah): satu buah Alkitab bahasa Ibrani (bersama dengan apparatus, Stuttgartensia), Kamus Ibrani Hebrew (BDB), konkordansi yang baik (akan dijelaskan kemudian), dan mungkin sebuah buku referensi/satu set seperti Bible Dictionary atau word study set (VanGemeren, New International Dictionary of Old Testament Theology ad Exegesis, 5 Vols [Zondervan]).

Saat anda menjalaninya anda akan belajar apa yang paling membentu anda dalam mempelajari Alkitab, dan anda akan mulai membuat suatu perpustakaan untuk mengerjakannya. Anda juga akan menjadi terbiasa dengan buku tafsiran Perjanjian Lama yang terbaik dan mendapatkannya sebagai sumber yang sangat berharga bagi pelayanan anda dimasa depan.

Bantuan yang Tersedia

Catatan kelas bisa didapat apakah dengan fotokopi (ada biaya) atau internet: www.christianleadershipcenter.org

Situs lain yang bisa menolong dalam mempelajari bagian-bagian lain adalah situs www.netbible.org. Situs ini adalah suatu Alkitab terjemahan dengan catatan yang bisa diambil serta penjelasan kata, struktur kata dan sintaks, masalah tekstual, dan informasi mengenai latar belakang.

Selain itu anda juga bisa menemukan petunjuk dari buku yang sudah tidak dicetak lagi. Cobalah www.abebooks.com. Mereka bisa mencarikan toko buku didunia yang memiliki buku yang anda butuhkan, dan bagaimana mendapatkannya.

Biblical Topics: 

2. Garis Besar Prosedur dan Bibliografi

Garis Besar Prosedur

Garis besar berikut memberikan gambaran singkat tentang keseluruhan proses melakukan eksegesis, langkah demi langkah, merupakan suatu garis besar dari bagian dasar pelajaran ini. Dalam praktek nyata, langkah-langkah eksegesis tidak selalu berurutan secara kaku saat kita memperoleh keahlian dalam metode, karena seringkali saat meneliti satu bagian, bagian lain ditemukan. Lebih lagi, tidak setiap langkah diterapkan sepenuhnya disetiap bagian Alkitab. Maka dari itu, ini merupakan hal-hal dasar yang harus dipersiapkah seorang eksegetor.

Kata ??exegesis?? sebenarnya sebuah istilah Yunani yang kita gunakan bagi pelajaran Alkitab. Arti dasarnya adalah ??memimpin keluar,?? yang berarti penafsirannya dikeluarkan atau didapat dari teks. Lawan katanya adalah ??eisegesis,?? yang artinya ??memimpin kedalam,?? yaitu, membawa pemikiran yang telah ada sebelumnya kedalam teks. Kita berusaha menghindari hal ini untuk mendapatkan yang pertama. Tapi jika kita tidak mengikuti prosedur eksegesis dengan seksama, sangat mudah memberikan tafsiran kedalam teks yang sebenarnya tidak ada. Inilah salah satu masalah utama dalam berkotbah dan mengajar sekarang ini, terutama didalam dunia injili: pesan bisa saja pesan Alkitab secara umum, bahkan secara teologis benar, tapi bukan dari bagian yang sedang dikotbahkan. Tugas dari pengkotbah atau pengajar adalah membawakan suatu eksposisi yang jelas dari bagian Alkitab, menunjukan bagaimana eksposisi itu berasal dari bagian itu. Melalui cara itu orang akan belajar bagaimana mereka membaca Alkitabnya dan mengeluarkan arti sebenarnya.

I. Determinasi terhadap Unit Literatur yang akan Dipelajari

A. Pelajari struktur tulisan dan motif yang membentuk unit itu sehingga seluruh bagian teratasi.

B. Pertimbangkan genre tulisan dan buat perbandingan dengan bagian-bagian lain yang mirip.

C. Tentukan hubungan dari unit yang akan dipelajari dengan konteksnya, dan argumen dari kitab itu.

II. Observasi Awal Teks

A. Baca bagian itu dalam beberapa terjemahan Inggris/Indonesianya untuk melihat dimana perbedaan utama yang harus dijelaskan.

B. Perhatikan setiap kesulitan tekstual utama yang perlu diperhatikan lebih lanjut.

C. Daftarkan kata-kata kunci yang perlu dipelajari ??kata-kata teologis yang membawa pesan dari bagian itu, kata-kata yang diulangi, atau kata-kata yang bermasalah.

D. Teliti perlengkapan puisi dan kiasan, dan tandai semua yang perlu dijelaskan dalam eksposisi.

E. Perhatikan setiap tata bahasa yang tidak jelas atau sulit atau ekspresi sintaktikal yang perlu dipelajari dan dijelaskan.

F. Tandai kata-kata kerja utama yang perlu dijelaskan berkaitan dengan waktu, mood atau bentuk tindakan.

G. Perhatikan setiap motif atau pola-pola yang dibentuk pada bagian sebelumnya.

H. Kenali setiap baris atau ayat yang dikutip atau merujuk dalam Perjanjian Baru.

III. Kepastian Hal yang Kritikal

A. Tentukan bentuk yang tepat dan asli dari teks Ibraninya melalui metode kritik tekstual yang diterima (lower criticism).

B. Selesaikan masalah waktu, penulis, komposisi, dan integritas teks (higher criticism).

1. Masalah kritikal utama mungkin diselesaikan untuk satu kitab lama sebelum bagian-bagian tertentu dibahas.

2. Perhatikan masalah kritikal yang muncul pada ayat-ayat yang sulit atau bermasalah.

IV. Penelitian Kata

A. Sebelum memulai satu rangkaian pelajaran dari suatu kitab, tentukan apa kata-kata teologis utama dari kitab itu dan pelajaran sepenuhnya.

B. Didalam persiapan umum sebuah bagian dalam suatu kitab, pilih kata-kata kunci dan pelajari sampai bisa menjelaskannya secara tepat dan penuh:

1. Kata-kata yang jelas ada diinti penafsiran,

2. Kata-kata yang merupakan istilah dasar teologis dalam Alkitab,

3. Kata-kata yang sulit atau tidak jelas,

4. Kata-kata yang dimainkan pada atau diulangi.

V. Analisa Puisi

A. Pelajari struktur bagian itu.

1. Cari dialog narasi, repetisi, inclusios, chiasms, dan tentukan bagaimana mereka mempengaruhi arti.

2. Bandingkan genre bagian itu dengan genre lainnya, dan detil dari bagian itu dengan bagian lain yang paralel dengannya untuk menentukan maksud penulis.

B. Pelajari tekstur dari bagian itu.

1. Cari kiasan yang penting, tipe dan archtipe, dan tentukan artinya dalam konteks.

2. Gambar bentuk struktur narasi, yaitu, subjek dan kata-kata kerja yang membawa narasi itu maju, klausa kata kerja utama yang diulangi, untuk menentukan penekanan utama dari bagian itu.

VI. Analisa Gramatikal dan Sintaktikal

A. Bagian-bagian puisi dan dialog akan membutuhkan perhatian terbesar.

B. Mulai dengan membandingkan berbagai versi Inggris/Indonesia untuk melihat dimana pembahasan terhadap teks harus dimulai.

C. Kembangkan suatu knak untuk mengisolasi kata dan konstruksi yang bisa lebih dimengerti melalui pengelompokan ini, dan mampu menjelaskannya tanpa menggunakan bahasa teknis.

VII. Sintesis Eksegetis

A. Buat keseluruhan garis besar eksegetis dari bagian itu, buat dengan kata-kata anda sendiri isi dari bagian itu.

B. Tulis suatu pernyataan ringkasan dari pesannya, masukan maksud utama bersamaan sebagai suatu kalimat dalam paragraph, sehingga anda bisa dengan mudah menjelaskan apa yang dikatakan bagian itu.

VIII Teologi didalamnya

A. Atur teologi Alkitabiah dari bagian itu dengan meneliti apa yang dikatakan bagian itu tentang Tuhan, namaNya, naturNya, tindakanNya, dan apa yang dikatakannya tentang manusia, nama mereka, nature, tindakan, dan tentang perjanjian.

B. Bisa meletakan temuan anda dalam suatu pernyataan teologis, sebuah prinsip kekal yang diajarkan bagian ini.

C. Hubungkan pemikiran teologis, dan setiap maksud sampingan, dengan teologi Alkitab secara keseluruhan, terutama Perjanjian Baru.

1. Pastikan mengingat bagaimana Perjanjian Baru menggunakan Perjanjian Lama.

2. Jika maksud teologis dari bagian itu tidak secara langsung dikutip oleh Perjanjian Baru, temukan tempat dimana teologi yang sama dicatat.

3. Hati-hati agar tidak membaca pemikiran PB kedalam PL: pertama ambil teologinya kemudian baru temukan hubungannya dengan Perjanjian Baru.

IX. Pengembangan Eksposisi

A. Bekerja dengan pemikiran teologis yang telah anda tulis dan membentuknya kedalam suatu pernyataan ekspositoris, suatu pernyataan prepositional yang akan membentuk inti (bukan keseluruhan) dari eksposisi anda.

1. Harus meliputi isi dari seluruh bagian.

2. Harus dinyatakan dalam bentuk kebenaran yang kekal, bukan dalam bentuk pelajaran sejarah mengenai Israel, atau dalam bentuk yang mengesampingkan seluruh makna PL itu sendiri.

3. Harus dinyatakan dengan cara yang dimengerti pendengar asli, pendengar PB (yang ada hubungannya) dan pendengar masa kini.

B. Sekarang kembangkan point utama dari garis besar ekspositori dengan cara yang sama, dengan sub-point jika ada.

1. Point utama harus menunjukan pemikiran utama anda.

2. sub-points harus menunjukan point utama dimana mereka ditempatkan.

X. Penerapan

A. Kembangkan kesimpulan yang tepat, setelah anda mengetahui mengenai apa sebenarnya dan kemana pesan itu merujuk.

B. Didalam kesimpulan berikan suatu penerapan yang jelas, masuk akal, mengidentifikasikan pendengar anda dengan pendengar teks atau penulis teks.

1. Nyatakan apa yang harus mereka ketahui.

2. Nyatakan apa yang harus mereka percayai.

3. Nyatakan apa yang harus mereka lakukan.

C. Sekarang setelah anda tahu apa yang harus mereka lakukan atas dasar bagian itu, tulisa suatu pendahuluan yang jelas dan efektif.

1. Pertama kali nyatakan masalah yang dibahas bagian itu.

2. Kemudian letakan materi sejarah dan latar belakang sesuai kebutuhan, tapi jaga agar tetap ringkas.

3. Pastikan agar pendahuluan menciptakan kebutuhan, menarik perhatian pendengar, dan biarkan mereka tahu kemana maksud eksposisi ini.

D. Tulis judul eksposisi yang efektif, tapi akurat

Bibliografi Pelajaran Perjanjian Lama

Ada banyak buku-buku dan sumber-sumber yang baik tersedia sekarang ini sehingga sulit mengetahui mana yang harus dibeli, terutama karena tidak ada toko buku yang memiliki satu rangkaian buku tafsiran dan perlengkapan terbaik ??anda harus memesannya, atau anda harus memesan melalui amazon, atau Distributor Buku Kristen, atau organisasi seperti itu. Saya telah mendaftarkan buku-buku dan perlengkapan yang menurut saya paling membantu dalam menjalankan prosedur eksegetis; ada buku lain yang baik sekali, dan tidak didaftar bukan berarti tidak bernilai untuk dimiliki. Ekspositor perlu menemukan buku mana yang secara pribadi paling menolong dan membelinya. Cara terbaik melakukannya adalah dalam suatu kelas dan institusi yang memiliki perpustakaan yang baik; sebaliknya, buku bisa dipesan dan jika tidak cocok bisa dikembalikan.

Saya memprioritaskan setiap rencana untuk mendapatkan perlengkapan terbaik. Menentukan Kitab mana dalam Alkitab yang harus ??dibahas?? pertama, dan peralatan mana yang akan sering digunakan.

Ini usulan saya sebagai awal eksegesis dalam teks Ibrani (ini bisa diubah bagi yang tidak tahu bahasa Ibrani). Anda bisa memulai dengan sebuah kamus Ibrani yang baik (BDB), suatu buku atau satu set penelitian kata yang baik, (VanGemeren), sebuah konkordansi bisa anda gunakan (saya suka Mandelkern), sebuah atau satu set kamus Alkitab (Zondervan Pictorial), sebuah atlas (Collegeville), sebuah buku mengenai kebiasan dan prilaku (De Vaux), sebuah survey sejarah (Merrill), teologi Perjanjian Lama (Eichrodt), dan sebuah tafsiran yang meliputi seluruh Alkitab (Ekspositor), bisa membantu anda memulainya.

Kitab-Kitab dalam Alkitab

Kejadian

Cassuto, Umberto. A Commentary on the Book of Genesis. 2 Vols. Translated by Israel Abrahams. Jerusalem: Magnes Press, 1961, 1964. (Genesis 1-12)

Jacob, Benno. Das Erste Book der Tora: Genesis. Berlin, 1934. (German; an English summary is available, but very condensed).

Kidner, Derek. Genesis. Downers Grove, Illinois: InterVarsity Press, 1967.

Rad, Gerhard von. Genesis, A Commentary. Translated by John H. Marks. Philadelphia: Westminster Press, 1961.

Ross, Allen P. Creation and Blessing, A Guide to the Exposition of the Book of Genesis. Grand Rapids: Baker Book House, 1988.

Wenham, Gordon J. Genesis. Word Biblical Commentary. 2 Vols. Waco, TX: Word, 1987, 1994.

Ada banyak karya lain mengenai Kejadian yang bernilai bagi eksposisi eksegetis. Saya mengusulkan S. R. Driver, The Book of Genesis (15th edition), with appendix by G. R. Driver (London: Methuen & Co., 1948); Franz Delitzsch, A New Commentary on Genesis, 2 Vols. (Edinburgh: T. & T. Clark, 1899). For Mesopotamian background, E. A. Speiser, Genesis, The Anchor Bible (new York: Doubleday, 1964). For a modern form critical approach, if used critically, Claus Westermann, Genesis, 3 Vols. (Minneapolis: Augsburg, 1984). Also, see John Sailhamer, Genesis, in The Expositor??s Bible Commentary, ed. by Frank Gaebelein (Grand Rapids: Zondervan, 1990).

Keluaran

Childs, Brevard S. The Book of Exodus, A Critical Theological Commentary. Philadelphia: The Westminster Press, 1974.

Cole, Alan. Exodus. Downers Grove, Illinois: InterVarsity Press, 1973.

Jacobs, Benno. Exodus, The Second Book of the Law. New York: KTAV reprint.

Umberto Cassuto??s Exposition of Exodus (Jerusalem: Magnes Press, 1967), tidak sebaik karyanya mengenai Kejadian; dikompilasi setelah kematiannya. Tapi tetap memberi pengertian yang menolong. Saya juga menyukai S. R. Driver, The Book of Exodus (Cambridge: At the University Press, 1911), walaupun diberi tanggal dalam tempat. Perlu juga dipertimbangkan John I. Durham, Exodus, in the Word Series (Waco, TX: Word, 1987), and Nahum Sarna, Exodus, Jewish Publication Society, 1991.

Imamat

Bonar, A. A. A Commentary on Leviticus. London: Banner of Truth, 1966 Reprint.

Harrison, R. K. Leviticus, An Introduction and Commentary. Downers Grove, Illinois: InterVarsity Press, 1980.

Hartley, John E. Leviticus. Word. Dallas: Word, 1992.

Levine, Baruch. Leviticus, The JPS Torah Commentary. New York: Jewish Publication Society, 1989.

Milgrom, Jacob. Leviticus 1-16, 17-26. The Anchor Bible. Garden City: Doubleday, 1991.

Ross, Allen P. Holiness to the LORD. Grand Rapids: Baker Book House, 2002.

Wenham, G. J. The Book of Leviticus. Grand Rapids, Michigan: William B. Eerdmans Publishing Company, 1979.

Beberapa karya mengenai Imamat perlu disebutkan: B. J. Bamberger, Leviticus (New York: Union of American Congregations, 1979), and Nehama Leibowitz, Studies in Leviticus (Jerusalem: World Zionist Organization, Department for Torah Education and Culture in the Diaspora, 5744/1983), yang menawarkan serangkaian diskusi yang baik.

Bilangan

Keil, C. F. and F. Delitzsch, Biblical Commentary on the Old Testament, Vol. III, The Pentateuch. Translated by James Martin. Grand Rapids: Wm. B. Eerdmans reprint.

Wenham, Gordon J. Numbers: An Introduction and Commentary. Leicester: InterVarsity Press, 1981.

Mengenai komentar penulisan dan eksegetikal, Philip J. Budd, Numbers (Waco, TX: Word, 1984); untuk penelitian kata dan analisa tulisan, N. H. Snaith, Numbers, New Century Bible Commentary (London: Marshall, Morgan & Scott, 1976); and, if you can use it, J. de Vaulx, Les Nombres (Paris: J. Gabalda et Cie Editeurs, 1972).

Ulangan

Craigie, Peter C. The Book of Deuteronomy. Grand Rapids: Wm. B. Eerdmans Publishing Company, 1976.

Thompson, J. A. Deuteronomy. Downers Grove, Illinois: InterVarsity Press, 1974.

Juga berguna untuk latar belakang penulisan dan sejarah: Meredith Kline, The Treaty of the Great King (Grand Rapids: Wm. B. Eerdmans, 1963); and Y. Kaufmann, ??The Structure of Deuteronomic Law,?? Maarav 1, 2 (1978, 1979): 105-158. For theological help: R. E. Clements, God??s Chosen People (London: SCM Press, 1968); A. D. H. Mayes, Deuteronomy (Grand Rapids: Eerdmans, 1981); and Eugene H. Merrill, Deuteronomy, New American Commentary (Broadman and Holman Publishers, 1994).

Yosua

Boling, Robert G. Joshua, The Anchor Bible. Garden City: Doubleday & Company, Inc., 1982.

Woudstra, Marten H. The Book of Joshua. The New International Commentary on the Old Testament. Grand Rapids: William B. Eerdmans Publishing Company, 1981.

Bisa juga Trent C. Butler, Joshua (Waco, TX: Word, 1983) and Albert Soggin, Joshua, A Commentary (Philadelphia: Westminster Press, 1972).

Hakim-hakim

Boling, Robert G. Judges. The Anchor Bible. Garden City, N.Y.: Doubleday, 1975.

Cundall, Arthur E. Judges (with Leon Morris, Ruth). Chicago: InterVarsity Press, 1968.

Soggin, J. Albert. Judges. Philadelphia: Westminster Press, 1981.

Lihat juga C. F. Burney, The Book of Judges (New York: KTAV Press, 1970); George F. Moore, A Critical and Exegetical Commentary on Judges, ICC (Edinburgh: T. & T. Clark, 1895); and D. W. Gooding, ??The Composition of the Book of Judges,?? Eretz Israel 16 (1982):70-79.

Rut

Campbell, Edward F. Ruth, The Anchor Bible. Garden City, N.Y.: Doubleday & Co., 1975.

Bisa dipertimbangkan Arthur E. Cundall and Leon Morris, Judges and Ruth, Tyndale (Downers Grove, IL: InterVarsity, 1968); Ronald Hals, The Theology of the Book of Ruth (Philadelphia: Fortress Press, 1969); and P. Paul Jouon, Ruth, Commentaire Philologique et Exegetique (Rome: Pontifical Biblical Institute, 1953).

Samuel

Klein, Ralph W. I Samuel, Word Biblical Commentary. Waco, TX: Word Books, 1983.

McCarter, P. Kyle, Jr. I Samuel. The Anchor Bible. Graden City, N.Y.: Doubleday & Co., 1980; II Samuel, 1984.

Juga bisa sangat membantu S. R. Driver, Notes on the Hebrew Text and Topography of the Books of Samuel, 2nd edition (London: Oxford Press, 1983); Hans W. Hertzberg, I and II Samuel, A Commentary (Philadelphia: Westminster Press, 1964); and David F. Payne, I and II Samuel (Philadelphia: Westminster, 1982).

Raja-raja

Jones, G. H. I and II Kings. New Century Bible Commentary. 2 Volumes. Grand Rapids, MI: Wm. B. Eerdmans, 1984.

Long, Burke O. I Kings, with an Introduction to Historical Literature. The Forms of the Old Testament Literature, IX. Grand Rapids: Wm. B. Eerdmans, 1984.

Buku tafsiran yang perlu dipertimbangkan adalah John Gray, I and II Kings, Old Testament Library (Philadelphia: Westminster Press, 1964); James A. Montgomery and H. S. Gehman, A Critical and Exegetical Commentary of the Books of Kings, ICC (Edinburgh: T. & T. Clark, 1951).

Tawarik

Meyers, Jacob M. I Chronicles [II Chronicles]: A New Translation with Introduction and Commentary. The Anchor Bible. 2 Volumes. Garden City, N.Y.: Doubleday & Company, 1965.

Williamson, H. G. M. I and II Chronicles. New Century Bible Commentary. Grand Rapids, MI: Wm. B. Eerdmans, 1982.

Bagi poin utama perhatian teologis, lihat Sara Japhet, The Ideology of the Book of Chronicles and Its Place in Biblical Thought (Jerusalem: Bialik, 1977).

Ezra-Nehemia

Campbell, Donald K. Nehemiah: Man in Charge. Wheaton: Victor Books, 1979.

Fensham, F. Charles. The Books of Ezra and Nehemiah. Grand Rapids: William B. Eerdmans, 1982.

Juga: K. Koch, ??Ezra and the Origins of Judaism,?? JSS 19 (1974):173-197; and Jacob B. Myers, Ezra-Nehemiah, Anchor Bible (Garden City: Doubleday, 1965).

Ester

Moore, C. A. Esther. Garden City: Doubleday. 1971.

Dua tulisan yang juga membantu: C. A. Moore, ??Archaeology and the Book of Esther,?? BA 38 (1975):62-72; and William H. Shea, ??Esther and History,?? AUSS 14 (1976):227-246.

Ayub

Habel, Norman. The Book of Job. A Commentary. Old Testament Library. Philadelphia: Westminster Press, 1985.

Pope, Marvin H. Job, Introduction, Translation and Notes. The Anchor Bible, 15. Garden City, NY: Doubleday & Co., 1965.

Selain itu H. H. Rowley, The Book of Job, New Century Bible (Grand Rapids: Eerdmans, 1980); N. H. Tur-Sinai (H. Torczyner), The Book of Job (Jerusalem: Kiryat Sepher, 1967); dan jika anda bisa menggunakannya, L. Alonso-Schokel and J. L. Sicre Dias, Job: Commentario teologico y literario (Madrid: Ediciones Cristiandad, 1983). See also Francis Anderson, Job, Tyndale (Downers Grove: InterVarsity, 1976); and Edouard Dhorme, Job (New York: Nelson, 1926).

Mazmur

Alonso-Schokel, Luis. Estudios Poetic Hebrea. Barcelona: Juan Flors, 1963. (Spanish)

Anderson, A. A. The Book of Psalms. The New Century Bible Commentary. 2 Vols. Grand Rapids: Wm. B. Eerdmans Publishing Company, 1972.

Bullinger, E. W. Figures of Speech Used in the Bible. Grand Rapids: Baker Book House, reprint of 1898 edition.

Jacquet, Louis. Les Psaumes et le coeur de l??Homme. Etude textuelle, literaire et doctrinale. 3 Vols. Imprime en Belgique sur les presses. Ducolot, 1975. (French)

Keel Othmar. The Symbolism of the Biblical World. Ancient Near Eastern Iconography and the Book of Psalms. Trans. Timothy J. Hallett. New York: The Seabury Press, 1978.

Kirkpatrick, A. F. The Book of Psalms. The Cambridge Bible for Schools and Colleges. 3 Vols. Cambridge: At the University Press, 1906. Reprinted by Baker in one volume.

*Perowne, J. J. Stewart. The Book of Psalms. 2 Vols. Grand Rapids: Zondervan Publishing Company, reprint of 1878 edition.

Dari sebagian besar karya tentang Mazmur mengenai teologi saya mengusulkan Franz Delitzsch, Biblical Commentary on the Psalms, 3 Vols. (Grand Rapids: Eerdmans reprint); dan bagi pertimbangan umum, Peter C. Craigie, Psalms 1-50. Word (Waco, TX: Word, 1983), dan dua volume berikut dari Word.

Amsal

Delitzsch, Franz. Biblical Commentary on the Proverbs of Solomon. Trans. by M. G. Easton. 2 Vols. Grand Rapids: Wm. B. Eerdmans reprint of the 1872 edition.

Kidner, Derek. The Proverbs, An Introduction and Commentary. Tyndale. Downers Grove: InterVarsity Press, 1964.

McKane, William. Proverbs, A New Approach. Old Testament Library. Philadelphia: Westminster Press, 1970.

Lihat juga Norman C. Habel, ??The Symbolism of Wisdom in Proverbs 1--9,?? Interpretation 26 (1972):131-157; A. Cohen, Proverbs, Soncino (London: Soncino Press, 1946); dan untuk ringkasan eksegetis yang ringkas dan analisa setiap amsal, Allen P. Ross, Proverbs, Expositor??s Bible Commentary, Vol. 5, ed. by Frank Gaebelein (Grand Rapids: Zondervan, 1990).

Pengkhotbah

Ginsburg, Christian D. The Song of Songs and Coheleth. London: Longman, Brown, Green, Longman and Roberts, 1857; reprinted by KTAV, 1970.

Baik juga Michael A. Eaton, Ecclesiastes, Tyndale (Downers Grove: InterVarsity, 1983); and Robert K. Johnston, ??Confessions of a Workaholic: A Reappraisal of Qoheleth,?? Catholic Biblical Quarterly 38 (1976):14-28.

Kidung Agung

Pope, Marvin H. Song of Songs. The Anchor Bible. New York: Doubleday, 1977.

Yesaya

Motyer, J. Alec. The Prophecy of Isaiah, An Introduction and Commentary. Downers Grove: InterVarsity Press, 1993.

North, Christopher R. The Second Isaiah. Oxford: Clarendon Press, 1964.

Oswalt, J. N. The Book of Isaiah. 2 Volumes. NICOT. Grand Rapids: Wm. B. Eerdmans, 1986.

Westermann, Claus. Isaiah 40-66. Old Testament Library. London: SCM Press, 1966.

Wildberger, Hans. Isaiah 1-12, and Isaiah 13-27. A Continental Commentary. Translated by Thomas H. Trapp. Minneapolis: Fortress Press, 1991, 1996.

Young, Edward J. The Book of Isaiah. NICOT. 3 Volumes. Grand Rapids: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1965-72.

Perlu diperhatikan Otto Kaiser, Isaiah 1-12, Old Testament Library (London: SCM Press, Ltd., 1972) for an excellent critical approach to these chapters; Roy F. Melugin, The Formation of Isaiah 40-55 (Berlin: Walter de Gruyter, 1976); Sigmund Mowinckel, He That Cometh; and C. R. North, The Suffering Servant in Deutero-Isaiah (London: Oxford, 1929).

Yeremia

Bright, John. Jeremiah, A New Translation with Introduction and Commentary. The Anchor Bible. Garden City, NY: Doubleday, 1965.

Holladay, William. Jeremiah. 2 Vols. Hermeneia. Philadelphia: Fortress, 1986, 1989.

Secara eksegetis dan teologis ringkas tapi tetap berguna adalah John A. Thompson??s The Book of Jeremiah, NICOT (Grand Rapids: Wm. B. Eerdmans, 1984). Untuk inspirasi ide, lihat Eugene H. Peterson, Run With the Horses (Downers Grove: InterVarsity, 1983); dan untuk suatu focus teologis tertentu lihat Thomas W. Overholt, The Threat of Falsehood, A Study in the Theology of the Book of Jeremiah (Naperville: Alec R. Allenson, 1970).

Ratapan

Hillers, Delbert. Lamentations, A New Translation with Introduction and Commentary. The Anchor Bible. Garden City, NY: Doubleday, 1972.

Saat tersedia, J. M. Roberts, Lamentations, Hermeneia (Philadelphia: Fortress Press), adalah salah satu yang terbaik. Untuk ide-ide bagi kotbah, Norman K. Gottwald, Studies in the Book of Lamentations (London: SCM Press, 1954), jika bisa dapatkan satu buah.

Yehezkiel

Eichrodt, Walther. Ezekiel, A Commentary. Philadelphia: the Westminster Press, 1970.

Feinberg, Charles L. The Prophecy of Ezekiel. Chicago: Moody Press, 1969.

Zimmerli, Walther. A Commentary on the Book of the Prophet Ezekiel, Chapters 1-24. Philadelphia: Fortress Press, 1979; A Commentary on the Book of the Prophet Ezekiel, Chapters 25-48, 1983.

Untuk data tekstual, lihat G. A. Cooke, A Critical and Exegetical Commentary on the Book of Ezekiel (Edinburgh: T. & T. Clark, 1936); untuk teologi, lihat Moshe Greenberg, Ezekiel 1-20, Anchor Bible (Garden City, NY: Doubleday, 1983); dan walau kecil tapi luar biasa adalah John B. Taylor, Ezekiel (Downers Grove: InterVarsity, 1969). Masih baru adalah dua volume oleh sarjana konservatif Daniel Block, Ezekiel (Grand Rapids: Eerdmans, 2000).

Daniel

Montgomery, James A. A Critical and Exegetical Commentary on the Book of Daniel. The International Critical Commentary. Edinburgh: T. & T. Clark, 1927.

Baldwin, Joyce G. Daniel, An Introduction and Commentary. Tyndale Old Testament Commentaries. Downers Grove: InterVarsity Press, 1978.

Untuk masalah kritikal, cobalah mendapatkan satu buah D. J. Wiseman and T. C. Mitchell, et. al., Notes on Some Problems in the Book of Daniel (London: Tyndale Press, 1965).

Hosea

Chisholm, Robert B., Jr. Hosea in The Bible Knowledge Commentary. Wheaton, Ill.: Victor Books, 1985.

Macintosh, A. A. The Book of Hosea. Edinburgh: T. & T. Clark. 1998

Wolff, Hans Walter. Hosea. Hermeneia Series. Translated by Gary Stansell. Philadelphia: Fortress Press, 1974.

Juga berguna adalah James Luther Mays, Hosea (Philadelphia: Westminster Press, 1965); and Derek Kidner, Love to the Loveless, The Message of Hosea (Downers Grove: InterVarsity Press, 1981).

Yoel

Allen, Leslie C. The Books of Joel, Obadiah, Jonah, and Micah, NICOT. Grand Rapids: Wm. B. Eerdmans. 1976.

Wolff, Hans W. Joel and Amos. Hermeneia Series. Translated by W. Janzen, et al. Philadelphia: Fortress Press, 1977.

Amos

Mays, James L. Amos, A Commentary. The Old Testament Library. Philadelphia: Westminster Press, 1969.

Wolff, Hans W. Joel and Amos. Hermeneia Series. Translated by W. Janzen, et. al. Philadelphia: Fortress Press, 1977.

Lihat juga J. A. Motyer, The Day of the Lion, The Message of Amos (Leicester: InterVarsity Press, 1974), untuk ide-ide homelitik dan aplikasi; dan mengenai masalah tekstual, William Harper, A Critical and Exegetical Commentary on Amos and Hosea (Edinburgh: T. & T. Clark, 1905).

Obaja

Allen, Leslie C. The Books of Joel, Obadiah, Jonah and Micah. Grand Rapids: Wm. B. Erdmans, 1976

Watts, John D. W. Obadiah: A Critical and Exegetical Commentary. Grand Rapids: William B. Eerdmans Publishing Co., 1967.

Lihat juga Obadiah, Jonah, Micah in the Tyndale Series of InterVarsity Press, written by David Baker, Desmond Alexander, and Bruce Waltke, respectively.

Yunus

Allen, Leslie. The Books of Joel, Obadiah, Jonah, and Micah. Grand Rapids: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1976.

Mikah

Allen, Leslie C. The Books of Joel, Obadiah, Jonah, and Micah. Grand Rapids: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1976.

Goldman, S. Micah. In The Twelve Prophets. Edited by A. Cohen. London: The Soncino Press, 1948. Pp. 151-189.

Mays, James Luther. Micah, A Commentary. Philadelphia: Westminster Press, 1976.

Nahum

Maier, Walter A. The Book of Nahum. St. Louis: Concordia Publishing House, 1959.

Tulisan dari Kevin J. Cathcart sangat membantu karena ini merupakan wilayah penelitian doktoralnya: Nahum in the Light of Northwest Semitic (Rome: Biblical Institute Press, 1973), and, ??Treaty Curses and the Book of Nahum,?? Catholic Biblical Quarterly 35 (1973):179-187. Lihat juga R. D. Patterson, Nahum, Habakkuk, and Zephaniah, Wycliffe (Chicago: Moody Press, 1991).

Habakuk

Eaton, J. H. ??The Origin and Meaning of Habakkuk 3.?? ZAW 76 (1964):144-171.

Gowan, Donald E. The Triumph of Faith in Habakkuk. Atlanta: John Knox Press, 1976.

Zefanya

Hilber, John W. ??A Biblical Theology of Zephaniah.?? Th.M. Thesis, Dallas Theological Seminary, 1984.

Kapelrud, Arvid S. The Message of the Prophet Zephaniah: Morphology and Ideas. Oslo: Universitetsforlaget, 1975.

Hagai

Baldwin, Joyce. Haggai, Zechariah, and Malachi. Tyndale Series. Downers Grove, Il: InterVarsity Press.

Pusey, E. B. The Minor Prophets, A Commentary. Grand Rapids: Baker Book House, 1966 reprint of 1860 edition.

.Smith, George Adam. The Book of the Twelve Prophets. Volume II. Garden City: Doubleday, Doran & Company, Inc., 1929.

Smith, Ralph L. Micah--Malachi. Word Biblical Commentary. Waco, TX: Word Books, 1984.

Untuk eksegesis Ibrani yang kuat, tetap gunakan Carl F. Keil, Biblical Commentary on the Old Testament: The Twelve Minor Prophets (Grand Rapids: Eerdmans 1949 reprint); juga, suatu karya umum: David L. Peterson, Haggai and Zechariah 1-8 (Philadelphia: Westminster Press, 1984).

Zakaria

Baldwin, Joyce. Haggai, Zechariah, Malachi. Downers Grove, Ill.: InterVarsity Press, 1972.

Unger, Merrill F. Zechariah: Prophet of Messiah??s Glory. Grand Rapids: Zondervan Publishing House, 1963.

Maleakhi

Baldwin, Joyce. Haggai, Zechariah, Malachi. Downer??s Grove, Ill.: InterVarsity Press, 1972.

See note under Zechariah.

Kaiser, Walter C. Jr. Malachi: God??s Unchanging Love. Grand Rapids: Baker Book House, 1984.

Smith, Ralph L. Micah--Malachi. Waco: Word Books, 1984.

Pelajaran Alkitab

Pendahuluan

Arnold, Bill T. and Bryan E. Beyer, Encountering the Old Testament, A Christian Survey. Grand Rapids: Baker Book House, 1998.

Dorsey, David A. The Literary Structure of the Old Testament. Grand Rapids: Baker Book House, 1998.

Harrison, R. K. Introduction to the Old Testament. Grand Rapids: William B. Eerdmans Publishing Co., 1969.

Kitchen, Kenneth A. Ancient Orient and Old Testament. Chicago: InterVarsity Press, 1966.

________. The Bible in Its World. Downers Grove: InterVarsity Press, 1978.

LaSor, William Sanford, David Allen Hubbard, and Frederick William Bush. Old Testament Survey: The Message, Form, and Background of the Old Testament. Grand Rapids: William B. Eerdmans Publishing Co., 1982.

Karya-karya penting lainnya sebagai berikut: menarik tapi pendekatan kanonikal yang berlebihan, Brevard S. Childs, Introduction to the Old Testament as Scripture (Philadelphia: Fortress Press, 1979); untuk teks yang cukup konservatif, Raymond B. Dillard and Tremper Longman III, An Introduction to the Old Testament (Grand Rapids: Zondervan, 1994); untuk pendekatan liberal klasik, Otto Eissfeldt, The Old Testament, An Introduction (New York: Harper and Row, 1965); dan untuk up-to-date, tidak konservatif, pendekatan katolik, J. Alberto Soggin, Introduction to the Old Testament: From Its Origins to the Closing of the Alexandrian Canon (Philadelphia: Westminster, 1980.

Teologi

Eichrodt, Walther. Theology of the Old Testament. Two Volumes. Philadelphia: Westminster Press, 1961.

Hasel, Gerhard. Old Testament Theology: Basic Issues in the Current Debate. Third edition. Grand Rapids: William B. Eerdmans Publishing Company, 1975.

.Oehler, Gustave F. Theology of the Old Testament. Translated and edited by George E. Day. Grand Rapids: Zondervan reprint of the 1874 English edition.

Jika anda menginginkan sebuah penelitian yang baik mengenai sejarah dan perkembangan teologi Alkitabih, John Hayes and Frederick Prussner, Old Testament Theology, Its History and Development (Atlanta: John Knox Press, 1985). Untuk mengimbangi Eichrodt, Gerhard von Rad, Old Testament Theology, 2 Volumes (New York: Harper & Row, 1962); karya ini berguna bagi pembahasan tekstual dari tema individual, tapi dipertanyakan nilainya karena pengertiannya mengenai asal mula teologi.

Sejarah Timur Dekat Kuno

Moscati, Sabatino. Ancient Semitic Civilizations. New York: G. P. Putnam??s Sons, 1957.

Wiseman, D. J., ed. Peoples of Old Testament Times. Oxford: The Clarendon Press, 1973.

Juga berguna William W. Hallo and William K. Simpson, The Ancient Near East: A History (New York: Harcourt, Brace, Jovanovich, Inc., 1971), yang merupakan sebuah acuan popular; dan untuk investigasi yang lebih menyeluruh, J. E. S. Edwards, et al, eds. The Cambridge Ancient History (London: Cambridge University Press, 1970-- [masih dalam revisi]).

Sejarah Israel

Bright, John. A History of Israel. Third edition. Philadelphia: Westminster Press, 1981.

Merrill, Eugene H. Kingdom of Priests, A History of Old Testament Israel. Grand Rapids: Baker Book House, 1987

Sumber-sumber lain termasuk: John H. Hayes and J. Maxwell Miller, eds., Israelite and Judean History (Philadelphia: Westminster Press, 1977) untuk suatu koleksi penelitian mengenai hal ini; Martin Noth, The History of Israel (New York: Harper & Row, 1960) untuk sebuah presentasi jelas dari pandangan yang belum terbukti kalau itu adalah kekuatan utama dalam penelitian Perjanjian Lama.

Kebiasaan dan Prilaku

Aberbach, Moshe, Labor, Crafts and Commerce in Ancient Israel. Jerusalem: At the Magnes Press, 1994.

*de Vaux, Roland. Ancient Israel. Volume 1: Social Institutions. Volume 2: Religious Institutions. New York: McGraw-Hill Book Company, 1965.

Noth, Martin. The Old Testament World. Philadelphia: Fortress Press, 1966.

Juga dianjurkan: W. Corswant, A Dictionary of Life in Bible Times (Bungay, England: Hodder and Stoughton, 1960); M. S. Miller and J. L. Miller, Encyclopedia of Bible Life (New York: Harper & Row, 1955), dianggap diantara yang terbaik; dan tetap F. H. Wight, Manners and Customs of Bible Lands (Chicago: Moody Press, 1953), walau aga dangkal.

Arkeologi

Aharoni, Y. The Archaeology of the Land of Israel. Philadelphia: Westminster, 1982.

Albright, W. F. Archaeology and the Religion of Israel. 5th edition. Baltimore: Johns Hopkins Press, 1968.

Avi-Yonah, Michael and Ephraim Stern, eds. Encyclopedia of Archaeological Excavations in the Holy Land. 4 Volumes. Jerusalem: Massada Press, 1975-1978.

Currid, John C. Doing Archaeology in the Land of the Bible. Grand Rapids: Baker Book House, 1998.

Kenyon, K. Archaeology in the Holy Land. 4th edition. New York: W. W. Norton & Company, 1979.

Lance, D. The Old Testament and the Archaeologist. Guides to Biblical Scholarship, Old Testament Series. Philadelphia: Fortress Press, 1981.

Karya-karya lanjutan: P. Lapp, The Tale of the Tell, PTMS 5 (Pittsburgh: Pickwick Press, 1975) untuk mengenai bagaimana para arkeolog bekerja; untuk diskusi masa kini, langganan jurnal-jurnal seperti Biblical Archaeology Review and Bible Review; dan untuk topikal, e.g., water systems, walls, town planning, etc., see S. Paul and W. Dever, eds., Biblical Archaeology (Jerusalem, Keter, 1973).

Agama Israel dalam Konteks Timur Dekat Kuno

Mullen, E. T. The Assembly of the Gods: The Divine Council in Canaanite and Early Hebrew Literature. Harvard Semitic Monographs, 24. Chico, CA: Scholars Press, 1980.

Oppenheim, A. L. Ancient Mesopotamia, A Portrait of a Dead Civilization. Revised and completed by Erica Reiner. Chicago/London, 1977 (1964).

Pritchard, J., ed. Ancient Near Eastern Texts Relating to the Old Testament. 3rd edition with supplement. Princeton: Princeton University Press, 1969.

Juga berguna, dan mungkin lebih bisa didapat (tapi tidak lengkap) sebagai berikut: Helmer Ringgren, Religions of the Ancient Near East (Philadelphia: Westminster Press, 1973); John Day, God??s Conflict with the Dragon and the Sea: Echoes of a Canaanite Myth in the Old Testament (Cambridge: Cambridge University Press, 1985); J. Gibson, ed., Canaanite Myths and Legends (Edinburgh: T. & T. Clark, Ltd., 1977); dan, jika tersedia, terutama New Larousse Encyclopedia of Mythology (New York: Hamlyn Publishing Group, 1968).

Latar Belakang Yahudi Sampai Perjanjian Baru

Blackman, Philip, ed. Mishnayoth. 6 Volumes. New York: Judaica Press, 1973.

Bloch, Abraham. The Biblical and Historical Background of Jewish Customs and Ceremonies. New York: KTAV, 1980.

Cross, Frank Moore, Jr., The Ancient Library of Qumran and Biblical Studies. Grand Rapids: Baker, 1980 (New York: Doubleday, 1961).

Doeve, J. W. Jewish Hermeneutics in the Synoptic Gospels and Acts. Assen, Amsterdam: Van Gorcum Press, 1954.

Lightfoot, John. A Commentary on the New Testament from the Talmud and Hebraica. 4 Volumes. Grand Rapids: Baker Book House, 1979 reprint of the 1859 edition.

Patai, Raphael. The Messiah Texts. Detroit: Wayne State University Press, 1979.

Untuk sejarah periode yang terbaik, S. Safrai, et al, The Jewish People in the First Century (Assen, Amsterdam: Van Gorcum Press, 1974); tetap karya yang paling lengkap adalah multi-volume commentary mengenai Perjanjian Baru oleh Strack and Billerbeck; dan untuk pendahuluan pada literature secara umum, Hermann L. Strack, Introduction to the Talmud and Midrash (New York: Atheneum, 1974). Salah satu yang bisa diandalkan, jika bisa anda dapatkan adalah Thomas Robinson, The Evangelists and the Mishna (London: James Nisbet and Co., 1859); dia menggunakan materi dengan seksama, tidak membuat materi itu mengatakan apa yang tidak dikatakan. Juga, untuk penggunaan yang praktis dan kritis dari sumber-sumber Yahudi, Harold W. Hoehner, Chronological Aspects of the Life of Christ (Grand Rapids: Zondervan, 1979).

Metode Eksegetikal

Chisholm, Robert, Jr. From Exegesis to Exposition, A Practical Guide to Using Biblical Hebrew. Grand Rapids: Baker Book House, 1998.

Stuart, Douglas. Old Testament Exegesis: A Primer for Students and Pastors. 2nd edition. Philadelphia: Westminster Press, 1984.

Lihat juga John H. Hayes and Carl R. Holladay, Biblical Exegesis: A Beginner??s Handbook (Atlanta: John Knox Press, 1982); and The Interpreter??s Dictionary of the Bible, Supplementary Volume, pp. 296-303, s.v. ??Exegesis?? by K. L. Keck and G. M. Tucker.

Hermeneutik

Bright, John. The Authority of the Old Testament. Nashville: Abingdon Press, 1967.

Caird, G. B. The Language and Imagery of the Bible. Philadelphia: Westminster Press, 1980.

Goldingay, John. Approaches to Old Testament Interpretation. Downers Grove: InterVarsity Press, 1981.

Penelitian Kata

Barr, James. Comparative Philology and the Text of the Old Testament. Oxford: At the Clarendon Press, 1968.

________. The Semantics of Biblical Literature. Oxford: At the Clarendon Press, 1961.

Botterweck, G. Johannes and Helmer Ringgren, eds. Theological Dictionary of the Old Testament. 12 Volumes. Translated by John T. Willis. Grand Rapids: Wm. B. Eerdmans, 1974--

.Harris, R. Laird, Gleason Archer, and Bruce K. Waltke, eds. Theological Wordbook of the Old Testament. 2 Volumes. Chicago: Moody Press, 1980.

Jenni, Ernst and Claus Westermann, eds. Theological Lexicon of the Old Testament. Peabody, MA: Hendrickson Publishers, 1998.

Richardson, Alan, ed. A Theological Word Book of the Bible. New York: MacMillan, 1950.

Van Gemeren, Willem, ed. The New International Dictionary of Old Testament Theology and Exegesis. 5 Volumes. Grand Rapids, Zondervan Publishing House. 1998.

Kamus

Buttrick, George A., ed. The Interpreter??s Dictionary of the Bible. 4 Volumes + Supplement. Nashville: Abingdon Press, 1962.

Douglas, J. D., ed. The Illustrated Bible Dictionary. 3 Volumes. Leicester, England: InterVarsity Press, 1980.

Ada beberapa karya berguna lainnya. The Zondervan Pictorial Encyclopedia of the Bible oleh Zondervan, tentu saja, dikatakan sebagai sumber yang luar biasa, dan lebih konservatif yang yang diatas, dipenuhi dengan tabel-tabel dan foto-foto yang bagus.

Konkordansi Ibrani dan Yunani (OT)

Even-Shoshan, A. A New Concordance of the Bible. Jerusalem: Kiryat-Sepher, 1977.

.Hatch, Edwin, and Henry Redpath. A Concordance to the Septuagint and the Other Greek Versions of the Old Testament. 2 Volumes. Oxford: Clarendon Press, 1897-1906, reprinted by Baker, 1983.

Lisowsky, G. and L. Rost. Konkordanz zum Hebraischen Alten Testament. Stuttgart: Wurttembergische Bibelanstalt, 1958.

*Mandelkern, S. Veteris Testamenti Concordantiae: Hebraicae atque Chaldaicae. 4th corrected edition, 1958.

Wigram, George V. The Englishman??s Hebrew and Chaldee Concordance of the Old Testament. London: Samuel Bagster & Sons, 1890. Many reprints.

Atlas

Aharoni, Yohanan. The Land of the Bible. A Historical Geography. Revised and enlarged edition. Translated and edited by A. F. Rainey. Philadelphia: Westminster Press, 1979.

Aharoni, Y. and M. Avi-Yonah, eds. The Macmillan Bible Atlas. Revised edition. New York: Macmillan Publishing Co., 1977.

The Collegeville Atlas of the Bible. Collegeville, MN: The Liturgical Press, 1998.

Perjanjian Lama dalam Perjanjian Baru

Baker, D. L. Two Testaments, One Bible. Downers Grove, IL: InterVarsity Press, 1977.

Bruce, F. F. New Testament Development of Old Testament Themes. Grand Rapids: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1968.

France, R. T. Jesus and the Old Testament: His Application of Old Testament Passages to Himself and His Mission. London: Tyndale Press, 1971.

Johnson, S. Lewis, Jr. The Old Testament in the New: An Argument for Biblical Inspiration. Grand Rapids: Zondervan, 1980.

Longenecker, Richard N. Biblical Exegesis in the Apostolic Period. Grand Rapids: Wm. B. Eerdmans Publishing Company, 1975.

Moo, Douglas J. The Old Testament in the Gospel Passion Narratives. Sheffield, England: Almond Press, 1983.

Taxonomy upgrade extras: 

3. Penelitian Kata

Bagian Pertama
Pelajaran Tentang Kata-Kata

Pendahuluan

Penelitian kata dalam Alkitab sangat diperlukan untuk suatu eksegesis yang akurat dan penting bagi eksposisi yang kaya. Tersedia melimpah tapi seringkali para ekspositor tidak menyadari prosedur yang benar dan perlengkapan yang terbaik.

Diragukan kalau pernah ada suatu penelitian kata yang lengkap, atau pernah bisa dilakukan. Ada buku-buku mengenai kata-kata tertentu, tapi bahkan semuanya tidak memasukan semua data. Terbitan periodic, buku-buku mengenai penelitian kata, dan buku tafsiran semua sangat menolong dalam pengumpulan materi; tapi semua itu harus dengan seksama diuji. Kita harus puas dengan melihat penelitian kata sebagai proses yang terus berlangsung. Tapi, dengan beberapa perlengkapan yang baik dan sedikit latihan ekspositor bisa mempelajari kata dengan mudah dan cepat dan bisa mengerti serta menjelaskan artinya dan penggunaannya.

Ada tiga wilayah yang akan dipelajari dalam proses ini: menelusuri penggunaan suatu kata, meneliti etimologinya, dan mensurvey penerjemahannya dalam versi-versi kuno. Sebagian besar buku mengenai hal ini akan memberikan etimologinya terlebih dahulu, dan kemudian berurusan dengan penggunaan serta versinya; tapi kita akan melihat penggunaannya terlebih dahulu, karena ini merupakan langkah yang paling sering digunakan oleh pelajar Alkitab. Pelajaran mengenai etimologi adalah yang paling sulit, tapi karena itu diperlukan untuk mempelajari kata-kata yang jarang dan bermasalah dalam Alkitab, hal ini tidak bisa dihindari. Pelajaran mengenai bagaimana sebuah kata digunakan lebih mudah; dan ini mengenai bagaimana kita melihat dari kata-kata teologi umum. Pelajaran mengenai bagaimana suatu kata diterjemahkan kedalam berbagai versi kuno (dan versi modern) juga lebih mudah karena hal ini berkaitan dengan bahasa; tapi karena buku-buku tafsiran dan eksposisi sering menggunakannya, kita harus tahu bagaimana menggunakannya dengan benar.

Penggunaan Kata

Pendahuluan

Mengenai penelitian kata yang cukup sering, terutama istilah kuat Alkitab, prosedur pelajaran kata dasar membutuhkan pelajaran mengenai bagaimana sebuah kata digunakan dalam penulisan. Faktanya, sebaiknya diingat bahwa saat kamus Ibrani atau bahasa Semit lainnya mendaftar suatu arti dari sebuah kata, mereka mendaftar itu atas dasar penelitian mereka tentang bagaimana kata itu digunakan dalam konteksnya.

Mengenai pekerjaan eksegetikal dasar untuk ekspositor, sebagian besar usaha akan dilakukan dalam mencari kata-kata dalam konteksnya didalam Perjanjian Lama dan berusaha mengartikulasikan artinya dalam bagian itu. Walaupun benar kalau ada banyak kata-kata yang memiliki penggunaan yang sering (800 kali (sekitar 7000). Jadi seringkali eksegetor melihat seluruh referensi bagi istilah yang dihadapannya. Jika istilahnya merupakan kata yang sangat umum, pekerjaannya harus selektif. Definisi kamus dan etimologi akan memberikan konsep dasar, tapi jangkauan arti dan penekanan yang tepat berasal dari survey tentang bagaimana kata itu digunakan.

Perlengkapan untuk Mempelajari Penggunaan

Untuk melakukan pekerjaan yang akurat dan baik dalam jangka waktu yang masuk akal, anda harus memiliki beberapa perlengkapan yang baik. Lihat bibliography untuk detil karya-karya yang tersedia.

Untuk penelitian kata Ibrani anda harus memiliki lexicon atau kamus Ibrani. Karya mendasar adalah Brown, Driver and Briggs (BDB); walau sudah tua, masih berguna. Salah satu yang lengkap oleh Koehler and Baumgartner (KBL).

Kamus yang menyeluruh atau buku-buku mengenai hal ini yang tersedia adalah dua set volume yang diedit oleh Harris, Waltke and Archer, lima volume yang diedit oleh van Gemeren, atau yang lebih besar Theological Dictionary of the Old Testament edited by Botterweck and Ringgren.

Catatan: Bagi mereka yang tidak mengetahui bahasa Ibrani, volume yang diedit oleh van Gemeren adalah yang paling baik. Seluruh kata disesuaikan kedalam terjemahan bahasa Inggris sehingga pembahasan yang relevan bisa ditemukan dengan cepat dan mudah.

Konkordansi Ibrani yang baik yang bisa membantu dalam melihat penggunaan kata adalah: Solomon Mandelkern, Gerhard Lisowsky, Abraham Eben Shoshan, and Englishmans. Semuanya mengatur referensi dalam Alkitab sesuai dengan istilah Ibraninya. Fakta bahwa sebagian tidak menggunakan frasa Inggris dari ayat-ayatnya tidak menjadi masalah, karena tujuan dari sebuah konkordansi terutama untuk memberi referensi dalam teks. Banyak pelajar lebih memilih Englishmans karena dibawah kata Ibraninya diberi daftar ayat-ayat Alkitab dan disamping setiap ayat frasa dalam bahasa Inggris dimana istilah itu muncul. Masalahnya adalah sebagian besar pelajar bergantung pada arti yang diberikan dalam frasa tanpa melihat konteks dari bagian itu. Mandelkern merupakan investasi yang lebih baik karena bisa digunakan untuk pelajaran tata bahasa, tekstual, dan leksikal. Buku ini mendaftar dibawah setiap bentuk struktur kata dengan ayat-ayat bersangkutan. Seluruh ayat dari istilah itu dipelajari dihalam ituhanya tidak mengikuti urutan dalam Perjanjian Lama. Lisowsky menawarkan suatu daftar langsung dari referensi dibawah setiap istilah Ibrani dan lebih cepat bagi penelitian kata, Eben Shoshan merupakan yang paling uptodate dan mungkin menjadi pembelian lebih baik dari semuanyatapi anda harus terbiasa dengan nama-nama Ibrani dari kitab-kitab dalam Alkitab dan istilah Ibrani bagi setiap pasal dan ayat.

Jika anda tidak mengetahui bahasa Ibrani, anda bisa menggunakan konkordansi dari terjemahan Inggris, tapi hal ini melibatkan beberapa langkah. Youngs Analytical Concordance, sebagai contoh, mendaftarkan kata Inggris, dan kemudian untuk setiap bagian dimana kata Inggrisnya digunakan, diberikan kata Ibrani tertentu. Dibelakang buku, dia mendaftarkan seluruh kata Inggris yang diterjemahkan dari kata Ibrani. Semuanya harus dilihat untuk bisa mendapat keseluruhan daftar bagian dimana kata yang anda cari munculdan itu penggunaan konkordansi.

Selain konkordansi yang baik dan buku mengenai kata, salah satu perlengkapan yang bisa menolong penelitian kata adalah English-Hebrew Old Testament, atau sebuah Interlinear (Kohlenberger). Bahasa Inggris dalam kolom Alkitab mungkin bukan terjemahan terbaik, tapi saat anda melihat bagian itu untuk mempelajari narasi atau ayat untuk menemukan pengertian konteks, sangatlah berguna untuk memiliki bahasa Ibrani disamping bahasa Inggris untuk bisa mencek ekspresi Ibrani yang tepat. Alkitab inter-linear digunakan oleh sebagian orang dengan cara ini, tapi menjadi penghalang karena frasa Ibrani dan frasa Inggris harus dikelompokan bersama karena perbedaan arah penulisan.

Kategori Arti

Prosedur pada dasarnya untuk menemukan referensi dalam Alkitab dimana kata itu muncul, cari semua (atau sebanyak mungkin) untuk menentukan bagaimana kata itu digunakan dalam konteks, dan kelompokan arti yang tepat kedalam kategori berbeda. Sebelum pekerjaan ini dimulai, sangatlah menolong untuk melihat BDB, bagaimana mereka menyebut kategori itu. Seringkali mereka hanya mengatur kata di grammatical sections (Niphal, etc.) atau di subjects (Used of Man, Used of God). Ini memberikan eksegetor arahan dalam mempelajarinya, tapi jangan dianggap sebagai kategori arti, karena mereka sedikit sekali memberitahu tentang bagaimana kata itu harus dimengerti.

Jadi kategori arti yang disediakan oleh eksegetor haruslah ekspresi yang bermakna dari nuansa dasar kata tersebut. Mengatakan bahwa Tuhan adalah subjek, atau kata itu selalu digunakan dalam konteks militer, atau beragam gambaran pendapat, akan sangat menolong dalam pengertian umum dari kata tersebut, tapi tidak banyak memberitahu tentang pengertian dari kata itu. Kita harus mengusahakan kategori yang mencerminkan bentuk tindakan atau situasi yang digambarkan istilah itu. Ini mengharuskan eksegetor menentukan apa yang sedang dihasilkan oleh kata kerja, apa yang digambarkan, apa mood dalam konteks, apakah kata itu literal atau kiasan, dan bagaimana kata itu dihubungkan dengan kata-kata Ibrani lainnya dari akar yang sama.

Sebagai contoh, lihat kata bara, to create/menciptakan. Etimologi hanya memberikan sedikit pertolongan dalam mengerti istilah ini. Penggunaannya akan menunjukan jangkauan artinya, karena jarang sekali satu definisi, seperti create/menciptakan dalam kasus ini, bisa dengan memadai memberikan pengertian istilah bagi eksegesis. Kita ingin mengetahui lebih banyak tentang jangkauan artinya, bagaimana kata ini digunakan dalam Alkitab. Saat anda melihat bagian-bagian dimana kata ini muncul, anda akan menemukan kalau sebagian besar ada dalam Kejadian dan Yesaya. Kategorinya bisa demikian: istilah ini digunakan untuk ciptaan supernatural Allah terhadap alam semesta (langit, bumi, umat manusia, mahluk, angin, udara, dllsemua bagian ini bisa dikelompokan menjadi satu); istilah ini juga digunakan untuk pembentukan suatu roh baru dan hati baru dalam seorang pendosa, semacam revitalisasi; istilah ini juga digunakan untuk pembentukan bangsa Israel,dll. Didalam setiap kategori anda harus mempelajari bagian-bagiannya untuk melihat dengan tepat bagaimana Tuhan melakukan penciptaan atau pembentukan, cara yang Tuhan gunakan, dan apa hasil yang diinginkan dalam tindakan (lihat tulisan contohu untuk perkembangan).

Saat sebuah kata dipelajari dengan cara ini, ekspositor tidak bisa mendefinisikan penggunaannya hanya dengan satu kata, tapi akan mendapat pengertian yang jauh lebih baik akan jangkauan artinya. Keuntungan lain dari pelajaran ini adalah menemukan rujukan tulisan dan korelasinya yang dibuat penulis dengan bagian lain dari Alkitab.

Kriteria Klasifikasi

Beberapa persyaratan harus diingat saat mencari bagian-bagian untuk dikelompokan kedalam denominasi:

Lingkaran Konteks. Saat sebuah istilah sedang dipelajari suatu perhatian besar harus diberikan pada konteks dimana kata itu ditemukan. Sangat penting untuk meneliti bagaimana suatu istilah digunakan dalam konteksnyajika sebuah kata digunakan 6 kali dalam sebuah narasi, sebagai contoh, kata itu penting dalam pelajaran. Lingkaran berikut dari penggunaannya diperluas ke kitab tidak hanya sebuah pasal, tapi seluruh kitab dimana kata ini muncul (andaikan kitab ini ditulis oleh satu orang Mazmur dan Amsal tidak termasuk). Lingkaran berikut ada dalam tulisan lain yang ditulis penulisnya contoh, Pentateuch. Hal ini bergerak ketulisan lain yang ditulis diperiode yang sama, dan terakhir seluruh Perjanjian Lama. Tingkatan ini tidak selalu bisa dengan mudah diikuti karena kesulitan penanggalan dari beberapa materi Perjanjian Lama. Tapi kepastian tentang bagaimana seorang penulis menggunakan sebuah kata (mis., Daud, Yesaya) akan menerima perhatian utama.

Sebagai contoh, , teshuqa, desire/keinginan, muncul dua kali dalam Kejadian (3:16, 4:7) dan sekali dalam Kidung Agung (7:2). Arti dari kata ini dalam 3:16 lebih dekat ke 4:7 daripada ke Canticlestapi para penafsir seringkali melewati petunjuk dalam 4:7 dan mengasumsikan arti dalam 3:16 sama seperti dalam Canticles. Kata itu berarti desire diketiga tempat, tapi konotasinya akan berbeda dalam kitab. Glossarium bahasa Inggri bagi desire memiliki beberapa kategori arti, baik atau buruk.

Tipe Literatur. Sangat penting untuk melihat penulisan dimana istilah itu digunakan: narasi, puisi, hukum, hikmat, nubuat, dll. Bentuk penelitian kritis telah memberikan banyak observasi hati-hati terhadap kosa kata umu yang digunakan dalam perbedaan tipe mazmur dan narasi. Contoh kata desire yang digunakan diatas bisa juga digunakan disini, dua digunakan dalam penulisan Taurat dan lainnya dalam Kidung Agung

Hanya karena kata-kata itu muncul dalam tipe penulisan yang berbeda tidak berarti mereka harus berbeda arti. Seringkali mazmur atau kitab para nabi, sebagai contoh, dengan jelas menggunakan istilah dari Taurat tepat seperti Taurat menggunakannya. Disaat yang lain, mereka menggunakan ekspresi itu dan menggunakannya secara kiasan atau ironi. Eksegetor harus waspada saat bergerak kedalam perbedaan tipe penulisan, memastikan bagaimana tulisan itu menggunakan istilahnya.

Penanggalan. Saya berasumsi kalau kedua pertimbangan (diatas) telah dilakukan, hal ini juga telah dilakukan dalam prosesnya. Bahasa Ibrani dari Perjanjian Lama meliputi abad. Sebuah istilah bisa berubah arti cukup cepat dalam jangka waktu seperti itu. Lihat contoh bahasa Inggris: Saat St. Pauls Cathedral di London dibangun kembali oleh Christopher Wren setelah kebakaran besar, King George menggambarkannya dengan kata-kata amusing/mengganggu, artificial/tiruan, and awful/buruk. Dia menggunakan kata-kata itu untuk menyatakan atau mewakili kata-kata pleasing/menyenangkan, a work of art/suatu karya seni, dan awesome/luar biasa,. Mungkin saja dalam Perjanjian Lama perubahan arti seperti itu terjadi. Sebagai contoh, saris, didefinisikan sebagai eunuch/sida-sida. Didalam Kejadian, Potiphar adalah seorang eunuchtapi dia memiliki seorang istri seperti yang diketahui setiap orang. Bisa dilihat dari Akkadian kalau keluarga kata bagi bahasa Ibraninya saris pernah memiliki arti court official/pejabat pengadilan, dan kemudian berarti eunuch. Dimungkinkan untuk mengatakan kalau perkembangan yang sama terjadi dalam bahasa Ibrani, sehingga petunjuk dalam Kejadian ditegaskan benar dalam penggunaannya.

Bahasa Kiasan. Kata-kata bisa digunakan secara kiasan; sebagian penggunaan secara kiasan mengubah kategori arti.

Disini kita perlu membuat perbedaan antara kiasan tinggi dan kiasan rendah. Maksud kiasan rendah kita merujuk pada sebuah idiom. Sebuah istilah memiliki arti dasar denotativenya, tapi sebagian penggunaan kiasan diperluas kedalam wilayah semantic lain. Jika penggunaan kiasan menjadi sebuah ekspresi tetap, suatu idiom, maka bisa masuk dalam kamus sebagai salah satu arti dari sebuah kata. Didalam bahasa Inggris, kata shepherd/gembala menjadi contoh yang baik. Kata itu pada dasarnya berarti to herd sheep/mengembalakan domba jika dirinci secara etimologis. Jangkauan penggunaan normalnya ada dalam wilayah pemeliharaan binatang. Tapi dengan pengaruh Alkitab kata itu digunakan untuk para pemimpin rohani (dan flock/ternak untuk jemaat). Maka dari itu, kamus biasanya menawarkan definisi kedua, menerangkan kalau itu suatu penggunaan dalam kotbah. Didalam lingkaran keagamaan, faktanya, arti ini menjadi definisi pertama yang diterima pendengar. Saat kiasan menjadi idiomatic, mereka sering disebut dead metaphors. Kiasan rendah penting bagi penelitian kata karena bisa menjadi kategori baru.

Kiasan Tinggi merujuk pada kata yang digunakan diluar jangkauan normal semantiknya, tapi tidak cukup konsisten untuk menjadi idiomatic atau didaftarkan menjadi isi kamus. Sebuah ekspresi seperti he was dead by foul subtraction menggambarkan hal ini. Sebuah istilah matematis digunakan untuk kematian. Istilah subtraction artinya tidaklah death; kata ini tidak akan mendapat definisinya dalam kamus. Tapi dalam baris itu kata ini telah dimasukan kejangkauan semantic dan mendapatkan pengertian emosi. Kiasan tinggi penting karena beragam dalam kategori dan harus diperlakukan berbeda.

Didalam mempelajari kata anda perlu mewaspadai hal ini. Jika anda sampai pada suatu penggunaan dalam bagian tertentu yang kelihatannya keluar dari jangkauan semantic normalnya, anda harus 1) mengerti arti dasar dari kata itu, dan 2) mengartikulasi penggunaan yang dibuat dari kata itu.

Jadi, didalam mengatur kategori penggunaan anda akan lebih memperhatikan penggunaan idiomatic. Kamus menggunakan istilah metaphorical secara umum untuk arti figurative / kiasan. Sebenarnya, sangat sedikit kata yang diberikan adalah metaphor dalam pengertian sempitnya. Kita harus berpikir dalam istilah figurative / kiasan untuk saat ini saat istilah seperti itu digunakan. Dua kelompok besar kiasan yang berdampak pada kategori adalah 1) Kiasan Pembanding, and 2) Kiasan Pengganti (kita akan mempelajari hal ini secara detil kemudian). Bagi perbandingan ide dasar dari metaphor akan menjadi contoh; bagi pengganti metonymy mewakilinya.

Saat sebuah kata digunakan sebagai suatu metafora, sebuah perbandingan dibuat (ini terlalu menyederhanakan, tapi cukup untuk sekarang). Saat sebuah metafora menjadi idiomatic, arti dari kata itu diperluas. Sebagai contoh, shepherd/gembala didalam Alkitab digunakan secara metaforis: Yahweh is my shepherd/Tuhan adalah gembalaku (Ps. 23:1). Suatu perbandingan dibuat antara seorang gembala dan Tuhankedua kata cocok dalam latar belakang berbeda. Saat kata ini cukup digunakan untuk menjadi tetap, arti kamus, maka arti kamus dari shepherd akan diperluas untuk meliputi penggunaan istilah itu dikedua wilayah semantiknya. Bisa dikatakan arti kata kerja lead to pasture, feed, graze atau yang seperti itu, kemudian dibagi kedalam kategori arti antara leading secara literal atau feeding of animals/memberi makan binatang dan penggunaan kiasannya secara rohani berarti pemimpin pemerintah atau guru. Saat anda mendefinisikan sebuah kata, definisi kata anda (shepherd dalam kasus ini) hanyalah titik awal; anda harus menjelaskan bagaimana kata itu digunakan. Penggunaan idiomatic yang berasal dari kiasan pembanding memperluas arti dasar untuk digunakan dalam wilayah semantic yang berbeda.

Saat sebuah kata digunakan sebagai sebuah metonymy, suatu pengganti dibuat. The pen is mightier than the sword menggunakan pen untuk penulisan, dan sword untuk kekuatan militer. Kiasan ini sangat umum dalam bahasa, dan terutama bahasa Alkitab. They have Moses and the Prophets/mereka punya Musa dan Para Nabi tidak berarti mereka sebenarnya punya Musa, Yesaya, Yeremia, dll. Kalimat itu berarti mereka punya apa yang ditulis orang-orang itu --Alkitab. Karya telah diganti dengan penulisnya. Saat metonymy sering digunakan sehingga bisa menjadi isi kamus, kategori yang menggambarkan setiap penggunaannya akan menunjukan suatu hubungan erat antara arti dasar dan arti kiasannya. Faktanya, kamus seringkali tidak menyebut penggunaan ini sebagai suatu kiasan tapi sangat membantu jika dilakukan saat menjelaskan hubungan antar kategori. Sebagai contoh, !A[;(, awon, memiliki arti iniquity, tapi bisa juga memiliki arti guilt dan punishment. Arti ini adalah metonymies, guilt untuk iniquity dan punishment untuk iniquity adalah pengganti. Ketiga arti bisa dibuat subdivisions dari suatu definisi yang luas, karena semuanya tetap berada dalam wilayah semantic yang sama dari sin. Tapi semua memiliki kategori arti yang berbeda. Saat Kain berkata My awon is greater than I can bear, kata itu menjadi sangat berbeda jika diberi my iniquity, my guilt, or my punishment.

Tema Verbal atau Stem. Sebagian dari prosedur mengelompokan kata kedalam kategori arti mereka akan melibatkan pengertian anda akan verbal stems, yaitu., qal, niphal, piel, pual, hithpael, hiphil, hophal, dan lesser stems. Anda harus melihat materi dasar gramatikal yang meliputi stems ini saat hal ini menjadi penting dalam suatu penelitian kata.

Pada suatu kali anda mungkin menemukan pengelompokan gramatikal ini sangat menolong. Sebagai contoh, aman, pada intinya melibatkan dua stems, niphal (to be firm/menjadi teguh, sure/pasti, confirmed, faithful) dan hiphil (to believe/menjadi percaya). Penyelidikan akan mempertahankan hiphil digunakan bersama untuk menentukan apa yang terlibat dalam mempercayai. Hubungan dengan niphal (dan mungkin juga qal) bisa membantu, tapi sebuah peringatan penting dititik inikita tidak bisa memastikan kalau bahasa Ibrani sadar akan hubungan etimologis antar stems. Mengatakan kita mengerti kata itu lebih baik dengan melihat hubungan antar kata; tidaklah berarti mereka mengerti dan menunjukan arti hubungan-hubungan itu. Saya pikir aman mengatakan jikalau ide-ide antar stem dari suatu kata kerja adalah transparent, dan ada bukti dari penggunaan kalau mereka tahu hubungan-hubungan dalam arti (yaitu, permainan kata, secara kontekstual penggunaannya jelas) , kita aman menggunakan hubungan-hubungan itu untuk membantu membentangkan ide. Maksud saya adalah memperingatkan anda terhadap terlalu menyederhanakan pendekatan etimologi tanpa menegaskan ide-idenya melalui penggunaan.

Penggunaan Non-Teologis. Didalam mencari seluruh kategori penggunaan, anda akan menjumpai penggunaan kata non-teologis. Sebagai contoh, rekhem, seperti yang telah kita lihat, digunakan untuk mercy dan juga womb; khata, digunakan untuk sin dan juga missing a target/tidak kena target. Anda harus menentukan hubungannya, jika ada, diantara dua istilah ini. Apakah bahasa Ibraniatau Amerika moderntahu kata-kata apa yang secara etimologis berhubungan (sebagai contoh, berapa banyak yang tahu ligament dihubungkan dengan obligation; seorang etimologis akan melihat hubungannya, tapi jika anda mendengar seseorang menggunakan kata obligation dalam sebuah pesan, bisakah anda menyimpulkan kalau pembicara sengaja menginginkan hubungan itu?) Disini, kita bebas mengatakan jika hubungan itu transparan, dan jika ada dukungan dari penggunaannya bagi hubungannya, kita bisa menggunakannya untuk membantu pengertian kita. Saya ingin mengatakan kalau ekspositor harus memegang bentuk materi ini sampai penggunaan kata telah dipelajari untuk melihat apa yang akan diusulkan bukti kontekstualnya.

Hal ini memunculkan pertanyaan diantara akademisi tentang asal mula satu atas lainnya. Sangat tidak mungkin mengatakan kalau sebuah kata seperti ajh asal mulanya memiliki arti to miss the mark, a goal, the way dan kemudian dibawa kerealitas teologis dan memiliki arti to err, sin. Sama tidak mungkinnya mengatakan kalau arti teologis mendahului non-teologis. Kita bisa menganggap kalau Tuhan akan menyatakan Dirinya dalam bahasa manusia yang bisa dimengerti, kalau begitu non-teologis adalah dasar. Tapi itu spekulatif; tidak ada bukti penyelidikan sejarah seperti ini. Apa yang ingin saya katakana adalah, jika penggunaan arti non-teologis itu substansial, maka itu harus untuk mengerti arti teologis. Non-teologis biasanya suatu arti lokal dan nyata, (sebagai contoh, miss a mark untuk khata); teologis seringkali lebih luas dan abstrak ( sin untuk kata yang sama).

Sinonim dan Antonim. Jika bisa menemukan sinonim atau antonym bagi kata yang sedang anda pelajari, ini bisa meningkatkan pengertian terhadap kata itu. Suatu survey terhadap sinonim utama dari suatu kata merupakan bagian penting dari prosedur, karena anda perlu mempertimbangkan bagaimana kata itu berbeda dari yang lainnya didalam wilayah semantic yang sama, dan mengapa penulis lebih memilih kata itu daripada yang lainnya.

Bagaimana anda menemukan sinonim dan antonym? Menurut saya jika anda mempelajari penggunaannya dan menggunakan perlengkapan yang disebutkan dalam pembahasan sejauh ini, anda sudah memiliki sebagian darinya. Sebagai contoh, saat anda melihat kata-kata dalam BDB, katakanlah dibawah ratsakh, to kill, didaftar ayat-ayat dimana puisi Ibrani menggunakan suatu sinonim dalam paralelismnya, dan ayat-ayat ini seringkali dalam parenthesisnya punya dua baris paralel dan istilah Ibrani: ( // tymh, hemit). Ini artinya ayat tersebut kata dalam parenthesis paralel dengan kata yang sedang dipelajari. Bagaimana tepatnya kata itu paralel menuntut anda melihat bagian itu; hampir tiap saat akan sinonim, tapi terkadang kurang sinonim atau bahkan antitetikal. Put to death jelas sinonim dengan kill (kata-kata lain bisa lebih membantuini hanya ilustrasi).

Saat anda melihat konteks dalam mempelajari penggunaannya, waspadai kata-kata lain dalam konteks. Sebagai contoh, sebuah bagian bisa mengenai holiness (qodesh) dan membahasnya secara panjang lebar; tapi dalam pembahasan hal itu bisa dikontraskan dengan common atau profane (khalal ). Faktanya teks bisa berkata apapun telah profaned dari yang adalah holy. Sebuah antonym seperti profane, common menolong pengertian kita akan kata holy dengan mengkontraskannya.

Jika anda tidak bisa menemukan sinonim dari survey anda, ada cara lain menemukannya. Sebuah konkordansi seperti Youngs Analytical Concordance bisa menolong. Lihat kata Ibrani (atau Yunani) anda dibelakang untuk melihat bagaimana kata itu diterjemahkan kedalam bahasa Inggris (AV). Jika anda mencari ratsakh, anda akan menemukan beberapa kata: kill, murder, atau manslaughter. Anda kemudian harus mencari masing-masing kata itu dalam setiap bagian di konkordansi. Dibawah kata kill anda akan menemukan satu kumpulan kata-kata Ibrani yang diterjemahkan dengan kata kill. Setelah melihat dibeberapa tempat dalam konkordansi, anda seharusnya mendapatkan suatu contoh dari sinonim umum. (Anda juga bisa melihat kata-kata Yunani Perjanjian Baru, dan ini bisa diperhatikan untuk pelajaran lanjutan).

Selain metode ini, perlengkapan referensi bisa membantu. Kamus sinonim dan antonym (dalam bahasa Inggris) bisa membuat anda memikirkan konsep yang bisa dilihat dalam kamus Ibrani, buku mengenai hal ini bisa memberikan pembahasan umum mengenai bagaimana kata-kata itu cocok kedalam wilayah semantiknya. Buku tafsiran dan teologi Perjanjian Lama juga bisa membantu. Sinonim lebih mudah ditemukan daripada antonym; jangan terganggu jika hanya sedikit yang ditemukan dalam langkah ini, tapi evaluasi apa yang bisa anda temukan dengan tujuan mengerti kata itu lebih baik.

Ringkasan mengenai Penggunaan

Disini secara singkat ingin saya ulang kembali konsep utama dalam melacak penggunaan kata sebelum lanjut ke bagian berikutnya.

1. Lihat seluruh kategori yang diberikan dalam kamus untuk melihat bagaimana mereka mengatur penggunaan.

2. Cari petunjuk dalam Alkitab untuk melihat bagaimana kata itu digunakan dalam konteks. Jangan bergantung pada frase-frase yang digunakan dalam konkordansianda perlu lebih banyak konteks (dan definisi bahasa Inggrisnya bisa menyesatkan anda). Jika kata itu memiliki referensi terlalu banya, selektiflahpertama, lihat referensi yang diberikan dalam kategori yang sama, kemudian referensi bermasalah, dan kemudian lihat penggunaan umumnya.

3. Mulai mengelompokan arti yang mirip dan tulis judulnya.

4. Jika anda menemui penggunaan non-teologis, perhatikan dengan seksama karena bisa menolong mendukung atau menggambarkan bukti, tapi tidak bisa langsung membaca artinya kedalam penggunaan teologis tanpa pengujian,

5. Jika anda menemui sinonim dan antonym, berusaha menentukan bagaimana kata anda berbeda dari mereka.

6. Lihat buku mengenai hal ini untuk melihat apakah penulis-penulis itu menyebutkan sesuatu yang anda lewatkan. Jangan terlalu cepat melakukan hal ini; jika anda telah mensurvey penggunaannya, anda lebih diperlengkapi untuk menilai usulan mereka, jika belum, mereka akan lebih mempengaruhi anda,

7. Letakan penyelidikan kata dalam perspektifnya: hal ini menyediakan arti dan jangkauan arti dari katadigunakan dalam pernyataan. Pernyataan-pernyataan akan membentuk inti teologi. Sebagai contoh, anda tidak membuktikan doktrin kelahiran dari anak perawan dari penyelidikan kata Ibrani alma, virgin/young woman; anda belajar kemungkinan kata ini melalui penggunaannya, dan membawanya sebagai pilihan terhadap konteks yang sedang dipelajari. (Doktrin diajarkan melalui pernyataan jelas dari Alkitab) Anda perlu menegaskan pilihan anda melalui eksegesis kontekstual. Jika anda ingin menganggap suatu arti kontekstual pada kata yang tidak ditemukan dalam penggunaan Alkitab, penafsiran anda tidak memiliki dukungan dan dipertanyakan.

Etimologi

Pengertian Etimologi

Bagian tulisan ini akan memberikan batasan yang jelas bagi pelajaran mengenai etimologis (atau philological) kata-kata Ibrani. Ini merupakan aspek pelajaran yang lebih teknis, biasanya merupakan pekerjaan seorang ahli. Tapi kita tetap harus belajar sumber-sumber dasar dan metode-metode untuk bisa menggunakan penemuan etimologis secara efektif.

Banyak karya telah dihasilkan yang membahas penyalahgunaan etimologis dalam mempelajari Alkitab selama abad-abad yang lalu (dan ini penting karena para pelajar tetap membeli buku-buku yang tidak selalu berdampak baik); kita bisa belajar dari praktek ceroboh dan berbahaya tersebut, betapa pentingnya metode yang benar. Pembahasan yang paling membantu adalah: P. F. Ackroyd, Meanings and Exegesis in Words and Meanings, ed. by Ackroyd and Lindars (Cambridge University Press, 1968); James Barr, Comparative Philology and the Text of the Old Testament (Oxford: Clarendon Press, 1968); James Barr, Did Isaiah Know About Hebrew `Root Meanings? ExT 75 (1964); James Barr, Etymology and the Old Testament, OTS 19 (1974); James Barr, The Semantics of Biblical Language (Oxford: Clarendon Press, 1961); R. Gordis, On Methodology in Biblical Exegesis, JQR 61 (1960):93-118; Max L. Margolis, The Scope and Methodology of Biblical Philology, JQR NS 1 (1910, 1911):5-41; D. F. Payne, Old Testament Exegesis and the Problem of Ambiguity, ASTI 5 (1967):48-68; S. Ullmann, The Principles of Semantics (Oxford: Basil Blackwell, 1957).

Tulisan dari Barr sangat membantu dalam memisahkan berbagai disiplin yang bisa disebut etymology. Berikut ini adalah daftar hasilnya. (Lihat juga Yakov Malkiel, Essays on Linguistic Themes [Oxford, 19681], pp. 199-227).

Etymology A: Rekonstruksi Prasejarah. Bentuk kegiatan etimologis pertama adalah rekonstruksi bentuk dan pengertian dari yang disebut dengan proto language. Menurut naturnya, Proto Semitic (PS) ada lebih dulu daripada dokumentasi sejarah.

Hebrew amar say berkata

Arabic amara command perintah

Ethiopic ammara show, know menunjukan, mengetahui

Akkadian amaru see melihat PS be clear menjadi jelas?

Bentuk rekonstruksi ini melibatkan dua aspek: phonologi dan semantic. Saat kita telah menemukan korespoden phonemes, kita melihat kalau arti dalam bahasa sejarah bisa menunjukan apa arti dalam bahasa leluhur, dan hal ini pada akhirnya bisa menunjukan jalur semantiknya, dalam kasus kita jalur semantic dari tahapan pra-Ibrani untuk membuktikan artinya dalam Alkitab Ibrani.

Perbandingan yang kita jalankan, kegiatan dimana kita menyandingkan sebuah kata Arab atau sebuah kata Akkadian dengan sebuah kata Ibrani, semuanya menunjukan kalau bahasa-bahasanya dan kata-kata yang dipertanyakan memiliki suatu prasejarah yang umum.

Etymology B: Penelusuran Sejarah. Kegiatan ini melacak bentuk-bentuk dan arti dalam suatu perkembangan sejarah yang bisa diamati. Jika kita tidak bisa menjalankan kegiatan ini sepenuhnya dalam bahasa Ibrani, dikarenakan kurangnya informasi yang memadai. Proses ini tumpang tindih dengan penggunaan.

Didalam kasus B kegiatannya lebih kurang hipotetikal dan lebih kurang rekonstruktif dalam karakter: kegiatan ini berjalan didalam satu bahasa yang dikenal dan melacak perkembangan dari suatu akar/kata melalui berbagai tahapan, semuanya meluas dalam dokumen sejarah. Tetap ada beberapa rekonstruksi dilibatkan. Walaupun kita bisa mendapatkan tahap pertama dan tahap kedua dari suatu kata, jalur dari tahap pertama ke tahap kedua jarang diketahui dengan objektifitas mutlak.

Kemudian, bagaimana kita menaksir kemungkinan dari berbagai penjelasan perubahannya. Dua cara: 1) dengan melihat perkembangan masa kini dalam pemikiran dan budaya (perkembangan mengenai korban, pengkodean hukum, dll,); 2) suatu klasifikasi awal, didasarkan pada pengalaman linguistik kita sebelumnya, dari cara-cara dimana arti-artinya memang berubah dan berkembang. Kita juga akan kembali pada hal ini.

Etymology C: Adopsi dari Bahasa Lain. Bentuk ketiga dari kegiatan ini mengenai penelusuran kebelakang yang disebut loan words/kata-kata pinjaman. Sebagai contoh, kata Ibrani hekal bisa dilacak sampai pada kata Akkadian ekallu, berasal dari Sumerian E.GAL, big house/rumah besar. Tulisan Alkitab bahasa Ibrani memiliki sejumlah kata-kata asing, tapi tidak sebanyak bahasa Inggris (Lihat M. Ellenbogen, Foreign Words in the Old Testament). Didalam bahasa Ibrani sesudahnya, adopsi dari bahasa Persia, Yunani dan Latin menjadi lebih umum. Didalam kegiatan ini, tugasnya adalah mengidentifikasi apakah kata-kata itu memang merupakan adopsi, untuk mengenali bahasa awalnya, artinya dalam bahasa itu, dan, jika ada informasi yang mencukupi, tanggal saat diadopsi kedalam bahasa Ibrani.

Selain itu, ada karaguan mengenai perkembangan lebih lanjut kata itu dalam bahasanya sendiri. Pertanyaan mengenai kata hekal cukup kompleks. Tapi fakta kalau kata itu digunakan dalam bahasa Ugaritic menunjukan kalau kata itu dibawa ke cabang Kanaan cukup awal. Tapi berlawanan dengan hal itu adalah pertanyaan mengenai mengapa kata itu tidak pernah digunakan dalam Pentatuch atau Yosua dan Hakim-hakim, dan jarang digunakan dalam kitab Samuel dan para nabi awal. Setiap pembahasan juga harus mengenali kalau dalam bahasa Akkadian kata itu memiliki arti royal palace/tempat terhormat umumnya, dimana dalam bahasa Ibraninya memiliki arti temple/bait.

Menerima kalau derivasi dari hekal itu benar, kita harus melihat apakah informasi ini, walaupun benar, sepenuhnya tidak relevan dengan semantic istilah itu dalam Perjanjian Lama, Karena tidak ada bukti kalau setiap orang Ibrani mengetahui kalau kata itu berasal dari Sumeria atau artinya dalam bahasa itu; pengertian dalam bahasa itu tidak memberikan kesan yang benar terhadap pengertian dalam bahasa Ibraninya. Kata-kata lain, dengan derivasi asing, bisa membawa tekanan yang lebih dalam penggunaannya pada bahasa Ibrani. Masing-masing harus dipelajari dengan kecocokannya, tapi hal yang tidak penting dikeluarkan dari eksegesis.

Etymology D: Analisa Morphem. Disini etymology merupakan suatu pemisahan dan identifikasi anggota bagian dari kata. Permulaan kegiatan seperti itu biasanya dengan mengutip leksikal morphem, akarnya. Hal yang biasanya terjadi adalah orang mengutip bentuk yang paling sederhana, yaitu., bentuk yang paling umum dan paling dikenal, atau bentuk dimana tradisi gramatikalnya merupakan bentuk kutipan umum (qal perfect). Hal dalam etimologi adalah kutipan dari yang termudah, lebih dikenal atau bentuk yang lebih awal. Tapi bisa juga kata itu merupakan suatu derivatif dari bentuk yang lebih sederhana.

Susunan kata-kata tidak umum atau kurang penting dalam Ibrani, kecuali bagi kasus khusus mengenai nama. Tapi kata-kata Ibrani bisa disusun dalam arti lain, yaitu, suatu leksikal morphem dan pola infix. Saat seseorang mengatakan bahwa mispar berasal dari s-p-r, itu merupakan salah satu bentuk etimologi. Tapi itu bukan suatu proses sejarah; tidak ada saat dimana s-p-r ada sebelumnya, atau secara independen dari kata yang memasukannya. Akar nya adalah suatu abstraksi dari kata-kata yang meliputi penyimpangan yang sama dan membentuk suatu wilayah semantik (lihat Sawyer).

Kata derivative merupakan istilah yang mendua. Kata itu bisa merujuk pada proses sejarah, bekerja dengan kategori sebelum dan sesudah. Kata itu juga bisa merujuk pada hubungan yang bisa disebut generative. Hubungan antara s-p-r dan sepher, book/buku, adalah suatu generative.

Pertanyaan apakah suatu arti akar kata bisa secara berguna dan berarti dinyatakan bagi suatu kata Ibrani atau kelompok kata tergantung pada sejarah semantic dari kelompok kata yang dimaksud. Dimana kata-kata itu memiliki akar yang sama dan berada dalam wilayah semantic yang sama, kurang beralasan jika arti dari akar ini tidak diberikan; tapi dikala tidak demikian, maka hubungan semantic antar akar dan kata yang dibentuknya bisa berbeda bagi setiap kata dan hubungan arti kata itu dengan arti akar kata itu hanya bisa didefinisikan dalam istilah histories. Jika ini yang terjadi, maka (berlawanan dengan tradisi) seluruh kata Ibrani tidak bisa diberikan suatu perlakuan yang sama dalam hal ini.

Jika pengidentifikasian akar kata diterima sebagai suatu bentuk dari etimologi, ini akan menjadi suatu campuran dari proses histories dan non-historis, dengan non-historis mungkin awalnya mendominasi.

Etymology E: Perbandingan Serumpun. Sekarang kita masuk kedalam proses heuristic dimana pengertian dari kata-kata yang tidak jelas dijernihkan dengan petunjuk dari bentuk yang nampaknya serumpun dan arti yang dikenal dalam bahasa lain seperti Ugaritic, Arabic, dan Akkadian. Pembahasan menyeluruh mengenai hal ini, lihat Barr, Comparative Philology.

Didalam kasus A, pengertian Ibrani berfungsi bersama dengan bahasa Arabic dan Ugaritic, etc., sebagai bukti dasar dimana keadaan prasejarah bisa diproyeksikan; dalam kasus E pengertian Ibrani harus ditemukan. Terkadang penemuan baru dari bentuk ini tidak menunjukan kata-kata dari turunan proto-Semitic, tapi kata-kata pinjaman, dan dalam kasus itu mereka bergantung pada metode dari kasus C.

Kesimpulan. Sebenarnya ada empat tipe kegiatan yang didaftar disini: A-D; E sebenarnya bukan kasus yang baru, hanya suatu penerapan dari C atau (lebih sering) A.

Kita bisa mengeneralisasi dan mengatakan bahwa tidak ada satu saja, entitas yang tertanda jelas yang merupakan etimologi. Etimologi adalah istilah tradisional untuk beberapa bentuk pelajaran, meneliti kata-kata sebagai unit dasar dan tertarik dalam menguraikannya dihubungkan dengan elemen umum yang secara historis lebih awal, yang diambil dalam lingkup pelajaran asal mula, yang kelihatannya lebih dasar sebagai unit arti, atau yang kelihatannya memiliki tempat lebih awal dalam proses menghasilkan yang waras.

Prosedur Etimologikal

Etimologi adalah pelajaran mengenai sejarah dan perkembangan suatu kata, menggunakan satu atau lebih dari prosedur diatas. Usulan berikut akan menyediakan kerangka praktis untuk mempelajarinya.

Definisi Kamus

Pertama, telusuri leksikon untuk definisi dasar. Definisi ini merupakan hasil tertulis dari para lexicographers; mereka menyediakan suatu dasar kerja untuk penelitian kita. Leksikon standar yang digunakan oleh pelajar bahasa Ibrani adalah Francis Brown, S. R. Driver, and Charles Briggs, biasanya disebut BDB. Karya ini mendaftar seluruh istilah yang berkaitan dari satu kata dibawah satu akar tiga simpangan. Banyak hubungan-hubungan etimologis ini terbukti salah, sehingga penilaian kritis diperlukan. Lebih lagi, penafsiranna tidak selalu diterima berkaitan dengan bias teologis dari para penulisnya.

Karya besar lainnya adalah leksikon dari Ludwig Koehler and Walter Baumgartner (KBL). Ini mungkin berbeda dalam artinya karena lebih uptodate dalam hubungan serumpunnya, terutama dalam daftar Ugaritik. Ini juga memiliki materi yang perlu diuji karena berasal dari suatu metode yang telah ditentang. Kehati-hatian sangat diperlukan.

Derivative

Saat kamus anda terbuka, teliti derivativenya, yaitu kata benda, adjectives, adverbs, dan nama-nama yang didaftarkan sebagai kata yang diambil dari kata kerja. Tapi ingat, tugas ini tidak menunjukan kalau kata kerja, the qal perfect tense, telah ada sebelum kata benda atau adjectivesini hanyalah suatu cara yang nyaman untuk menggambarkan kata-kata yang serumpun (dari akar yang sama) dalam bahasa Ibrani.

Didaftarkan setelah pembahasan kata kerja adalah seluruh kata benda, adjectives, prepositions, dan particles yang kelihatannya secara etimologis berhubungan. Disini kehati-hatian diperlukan, karena tidak semua item berasal dari kata kerja ini. Masing-masing harus dinilai untuk diuji apakah memang berhubungan dengan akarnya.

Jika kata-kata yang berhubungan memiliki tulisan Ibrani yang sama dalam urutannya yang sebenarnya, dan terdapa arti yang pada umumnya berhubungan, maka mereka mungkin serumpun. Seharusnya ada beberapa hubungan arti yang bisa menolong dalam eksposisi. Ini tidak mengatakan kalau bahasa Ibrani itu sendiri mengerti pengerjaan didalam bahasa mereka sendiri. Seperti dengan orang yang berbahasa Inggris, hanya hubungan akar kata yang umum yang dikenali. Hubungan yang samar menjadi tugas para spesialis.

Penelitian Bahasa Serumpun

Fakta bahwa bahasa-bahasa dari Fertile Crescent memiliki kosa kata dan tata bahasa yang menunjukan kalau mereka dikembangkan dari satu sumber umum. Kesalingterkaitan bahasa-bahasa ini yang membantu penelitian leksikal. Jadi tanpa berusaha merekonstruksi hubungan dalam bahasa-bahasa itu, kita bisa membandingkan stok leksikal dalam bahasa serumpun untuk membantu pengertian kita mengenai kata-kata.

Suatu survey yang sangat umum akan diberikan diparagraf pertama dari kamus Ibrani. BDB, sebagai contoh, akan mendaftar kata-kata dasar yang muncul dalam bahasa-bahasa ini, kecuali bahasa Ugaritik yang ditemukan kemudian. Survey ini akan memberikan ide mengenai bahasa apa yang memiliki kata itu. Jika semua rumpun yang didaftar memiliki arti dasar yang sama, bisa disimpulkan kalau kata itu merupakan suatu istilah yang sudah dikenal dan tidak berubah selama berabad-abad.

Jika arti-arti dari kata dalam bahasa itu sangat berbeda dari Alkitab Ibrani, atau jika kata dalam Alkitab Ibrani itu jarang dan bermasalah, maka penelitian lebih lanjut dalam etimologi menjadi penting. Survey berikut ini akan memberikan suatu pendahuluan terhadap bahasa-bahasa itu dan kamus mereka.

Akkadian. Bahasa ini, juga disebut Babilonia dan Asiria (terutama dalam BDB) bergantung pada tulisan pada tablets (di Akkad, terutama Babilon dan Niniwe), ditulis dalam cuneiform script pada clay tablets. Ini merupakan bahasa utama bagi keluarga Semit Timur, tapi meluas ke Fertile Crescent sebagai lingua franca selama berabad-abad.

Sebutan Akkadian berasal dari kota Akkad, ibukota Sargon. Akkadian lama ada sekitar 2500-2000 B.C. Materinya terbatas, tapi gambarannya cepat berubah berkaitan dengan pertalian Akkadian Lama dengan Eblaite ditemukan di Tell Mardikh (di Syria).

Babilonia adalah dialek dari wilayah selatan. Babilonia Lama ada sekitar 2000-1500 B.C., Babilonia Pertengahan sekitar 1500-1000, dan Babilonia Baru sekitar 1000 B.C. sampai pada era Kristen. Tulisan Babilonia (disebut Later Babylonian) digunakan antara 1400 dan 500 B.C. Semua itu menunjukan variasi dialektikal.

Assyrian adalah dialek dari bagial wilayah utara; dibagi kedalam Asiria Lama (2000-1500). Asiria Pertengahan (1500-1000) dan Asiria Baru (1000-600).

Ada saatnya sangatlah menolong bisa mengetahui kapan suatu kata menyatakan arti tertentu, merujuk pada arti suatu kata Asiria merupakan suatu petunjuk umum. Kamus yang paling menyeluruh adalah Chicago Assyrian Dictionary (CAD). Hal yang telah diselesaikan sampai saat ini sangat banyak, memberikan contoh arti dari beragam teks. Tapi belum selesai; karena kata-kata dalam alfabet berikut, leksikon oleh Wolfram von Soden (AHW) harus dicek.

Kamus Akkadian ini sangat mahal; sangat sedikit yang mendapatkannya. Tapi, sangat bijak bisa menggunakannya saat dimungkinkan (sedangkan disini dengan akses perpustakaan), untuk mendapatkan pengertian yang lebih baik dari data leksikal Akkadian dan karena itu bisa mulai mengerti informasi yang diberikan dalam kamus-kamus

BDB biasanya mendaftar setiap dan seluruh kata-kata Akkadian sebagai Ass. (Assyrian).

Ugaritic. Ugaritic adalah bahasa dari teks yang ditemukan di Ugarit, Siria. Tulisan ini mungkin mewakili dialek Northwest Semitic. Masa penulisan dari abad 14th dan 13th B.C. Jadi karena hubungan histories, geografis, dan linguistik dengan tulisan Alkitab Ibrani, materi Ugaritik memiliki kepentingan dalam mempelajari Alkitab.

Tablet-tablet Ugaritic ditemukan (di tahun 1927) setelah BDB ditulis (1907), jadi datanya tidak termasuk didalamnya. KBL memasukannya, tapi hanya daftar arti dasar dari istilah yang diperbandingkan. Untuk karya yang lebih lengkap kita harus melihat Cyrus Gordons Ugaritic Textbook untuk glossarynya Bisa juga serangkaian tulisan mengenai Leksikografi Ugaritik yang ditulis oleh Mitchell Dahood in Biblica; J. Aisleitners book, Worterbuch das Ugaritischen Sprache (WUS) bisa juga dipertimbangkan demikin juga I. Cohens Hapax Legomena in the Light of Akkadian and Ugaritic..

Aramaic. Aramik Lama adalah bahasa dari Aramaic inscriptions diabad kesepuluh sampai kedelapan B.C. Classical atau Imperial Aramaic adalah bahasa yang digunakan dibahasa pemerintahan Asiria, Babilonia, dan Persia (abad ketujuh sampai keempat B.C.). Suatu tipe dari Classical Aramaic diwakili oleh Biblical Aramaic (BA) yang ditemukan dalam Gen. 31:47; Jer. 10:11; Ezra 4:8--6:18, 7:22-26; dan Dan. 2:4--7:28. Penanggalan dari material ini telah diperdebatkan oleh kritik-kritik.

Aramaic kemudian dibagi antara dialek utara dan Timur. Aramaic Utara diwakili oleh Nabataean, bahasa dari populasi Arab di Petra (abad pertama B.C. sampai ketiga A.D.); Palmyrene, bahasa dari populasi Arab di Palmyra berasal dari periode yang sama; Aramaic Yahudi Palestina, bahasa yang diucapkan di Palestina selama masa Kristus, diwakili dalam Genesis Apocryphon (Dead Sea Scrolls [DSS]) dan Palestinian Targum (demikian juga Jerusalem and Targumim Onkelos and Jonathan).

Aramaic Timur diwakili oleh Syriac. Ini pada mulanya merupakan bahasa dari Edessa, tapi kemudian hari mengembangkan suatu tulisan Kristen dari abad ketiga sampai ketigabelas A.D. Babylonian Aramaic adalah bahasa yang digunakan oleh Babylonian Talmud (abad keempat sampai keenam A.D.). Mandaean adalah bahasa dari sekte Gnostic Mandaeans (abad ketiga sampai kedelapan A.D.).

Untuk tulisan Aramik dalam Alkitab, BDB, dan sebagian besar kamus lainnya, memasukan suatu bagian pembanding dibelakang dengan definisi-definisi serta referensi-referensinya. Untuk Aramik yang kemudian, dua volume oleh Jastrow (telah disebut sebelumnya) merupakan keharusan. Untuk tulisan lebih awal (bisa saja membantu), tiga volume oleh Donner and Rollig termasuk suatu glossary istilah. Untuk Syriac, Payne-Smith adalah perlengkapan yang perlu dilihat.

Arabic secara linguistik rumit karena merangkul seluruh ucapan diseluruh wilayah Arab. Ancient or Epigraphic South Arabian (ESA) adalah bahasa dari kota South west Arabian kuno (tertanggal sekitar abad kedelapan B.C. sampai abad keenam A.D.). Dialeknya adalah Sabaean, Minaean, Qatabanian, Hadrami dan Awsaniian.

Penulisan Pra-klasik Arab Utara ada pada abad kelima B.C. sampai ke abad keempat A.D.; mereka adalah dialektika Tamudic, Lihyanite, dan Safaitic. Tapi Klasik Utara biasanya yang kita kenal dengan Bahasa Arab. Bahasa ini mencapai puncaknya dalam puisi Arab Pra Islam dan selanjutnya dalam Quran (abad ketujuh A.D.). Difusi dan kelanggengannya berkaitan dengan penyebaran Islam.

Bahasa Arab secara gramatikal sangat penting karena telah dijaga secara konservatif. Tapi, bahasa itu secara etimologis dan leksikografis tidak selalu sepenting seperti bahasa-bahasa yang lebih dekat waktu dan geografisnya dengan tulisan Alkitab Ibrani. Jika digunakan dengan hati-hati, beberapa pengertian bisa diperoleh. Karya yang terlengkap untuk bahasa Arabik adalah bervolum-volum leksikon oleh William Lane. Untuk menggunakannya, kita perlu memiliki sebagian pengetahuan mengenai bahasa Arab, setidaknya tahu mengenai alfabetnya. Kamus lain yang bisa dipertimbangkan adalah Hans Wehrs Modern Arabic Dictionary. Ini lebih mudah karena bahasa Arabnya telah di-transliterated ke Arab modern. Tapi, kita harus ingat pengubahannya adalah bahasa Arab modern; sebelum membuat keputusan tafsiran yang didasarkan atas informasi ini, persyaratan lain harus diperhatikan.

Ethiopic. Etiopia Kuno (atau Geez) pertama kali dibuktikan dalam beberapa abad awal A.D. Bukti terkuat ada dalam penulisan the great Aksum dari abad keempat. Itu kemudian mengembangkan suatu tulisan keagamaan yang secara eksternal dari awalnya mendominasi sampai ke masa modern (diwakili oleh Tigrina, Tigre, Amharic, dan Gurage).

Ada banyak buku yang tersedia mengenai materi leksikal dari bahasa-bahasa semitik, tapi tidak membantu dengan konsisten seperti yang telah disebutkan sebelumnya. Franz Rosenthals Aramaic Handbook memiliki suatu glossary singkat untuk kosa kata fpm texts dari masa Achaemenid, dari tulisan-tulisan Syriac, Samaritan, atau dari Palmyrene, Nabatean dan berbagai cabang lainnya. Seringkali hal ini bisa menolong menelusuri suatu kata sampai ke materi penulisan awal seperti Palaeo-Hebrew atau Aramik Lama. Selain karya Donner and Rollig, Dictionary of Northwest Semitic Inscriptions oleh Jean and Hoftijzer bisa membantu.

Definisi Ibrani Sesudahnya.

Salah satu kesalahan paling umum dalam meneliti kata-kata adalah mengabaikan Ibrani yang kemudian, Disini kita memiliki seluruh tulisan Rabinis Ibrani, yang ada dalam kelanjutan budaya dan linguistik Alkitab Ibrani. Lebih lagi, ada usaha yang dilakukan oleh para Rabi untuk menggunakan kata-kata dalam tulisan-tulisan suci dengan cara yang sama dengan penggunaannya dalam Alkitab. Salah satu keuntungan mempelajari wilayah ini adalah penggunaan istilah itu mungkin terdapat dalam pembahasan disalah satu bagian tulisan-tulisan suci.

Karya standar untuk materi ini adalah Jastrow, A Dictionary of the Targumim, the Talmud Babli and Yerushalmi, and the Midrashic Literature. Karya ini memasukan pembahasan mengenai Mishnaic Hebrew (MH, yang BDB sebut NH).dan Aramaic, untuk penulisan ditulis dikeduanya. Cara mengatakan mana yang sedang dibahas (jika ini sama sekali baru bagi anda) adalah melihat abbreviations. Pi. Ibraninya Piel, tapi Pa.. setara dengan Aramiknya. Istilah Aramik lainnya adalah Pe (= Qal), Af. atau Hap. (= Hiph). Untuk pembahasannya, lihat Moscatis Comparative Grammar, atau Rosenthals A Grammar of Biblical Aramaic..

Mishnah didalamnya ada pengajaran-pengajaran para Rabi awal dari B.C. 300 sampai A.D. 300. Materi ini meliputi topik biblical yang luas, sebagian besar mengenai hukum atau legislative. Ini ditulis dalam Mishnaic Hebrew (Lihat Segal, Mishnaic Hebrew). Referensi bagi materi ini mengikuti suatu format traktat --pasal--ayat: Sanhedrin 3:5.

Talmud memasukan traktat-traktat dari Mishnah dan menambah setiap bagian suatu Gemara dalam bahasa Aramik. Gemara adalah tulisan mengenai penjelasan Rabinis sesudahnya dari Mishrmh. Referensi bagi Talmud berbeda: Sanhedrin 23a (merujuk pada halaman atau kolom dalam traktat).

Midrash pada intinya adalah eksposisi Yahudi ( haggadah bukannya halakah, yaitu, eksposisi bukan pengajaran-pengajaran hukum. Sangat sulit ditentukan penanggalannya. Nilainya untuk penelitian kata lebih sedikit dari nilainya bagi eksposisi bagian-bagiannya. Referensi bagi koleksi-koleksi midrashim berbeda, tapi untuk koleksi Rabba dasar, referensinya merupakan nama dari kitab itu: Genesis Rabba 15:1. Untuk koleksi lainnya lihat abbreviations dalam buku Jastrow, atau Danby (The Mishna).

Targum adalah suatu terjemahan, seringkali paraphrastic, dari Kitab Suci, ditulisa dalam bahasa Aramik. Ini mewakili pembacaan resmi Kitab Suci dalam Sinagoge. Nilainya bagi penelitian kata bergantung pada seberapa teliti terjemahan targumik dilakukan dikitab itu atau setidaknya konteks dimana kata itu ditemukan.

Ringkasan: Langkah-langkah Praktis dalam Menelusuri Etimologi

Sebelum kita melihat prosedur untuk mempelajari penggunaan suatu kata, mana yang lebih penting dan kurang terlibat, kita harus meringkas prosedur dalam melakukan etimologi. Seperti yang anda lihat, penelitian etimologi bisa sangat terlibat dan mendetil. Tapi, dalam banyak kasus suatu kata yang jarang digunakan dipelajari (dan disinilah etimologi begitu penting, karena tidak banyak penggunaannya yang bisa dilacak) kata itu tidak muncul disetiap bahasa atau serumpunnya, sehingga langkahnya terbatas pada satu atau dua tempat pengecekan, menurut suatu kamus Arab, atau kamus Rabinis Ibrani.

1. Tentukan apakah anda perlu atau tidak menelusuri etimologi suatu kata. Jika kata yang sedang anda pelajari memiliki banyak penggunaan dalam Perjanjian Lama, latar belakang etimologikal dari kata itu hanya perlu diamati untuk melihat jika kata itu merupakan suatu kata yang stabil didalam sejarahnya, atau apakah kata itu kelihatannya berubah arti dari budaya ke budaya, atau abad ke abad. Satu lagi alasan menggunakan etimologi untuk suatu kata Ibrani yang sering digunakan adalah untuk mencari beberapa penggunaannya yang mirip dalam bahasa serumpun yang bisa membantu menggambarkan artinya tapi arti akan ditentukan oleh penggunaan.

2. Periksa paragraph pertama dari kamus untuk daftar singkat bahasa serumpun bagi kata itu. Kamus-kamus perlu digunakan dengan hati-hati karena mereka berusaha membuat hubungan etimologis disemua kata, bahkan saat mereka tidak pasti akan keakuratannya.

3. Jika arti dari bahasa serumpun tidak harmonis, atau jika anda memerlukan bukti lebih lanjut untuk bisa mengerti daftar, maka anda perlu melihat beragam kamus untuk mendapat informasi. Tentu, prosedur ini akan sangat sulit bagi banyak orang setelah mereka meninggalkan seminari dan jauh dari perpustakaan. Kita bisa membeli buku, atau membeli software yang ada buku-buku itu didalamnya, atau hanya bergantung pada sumber sekunder dalam menyelesaikan penelitian mereka (selalu tidak pasti). Jika yang pertama kasusnya, maka didalam seminari anda perlu menguji buku-buku itu sebanyak mungkin untuk mendapatkan pengertian bagaimana andalnya mereka bagi anda untuk digunakan dikemudian hari.

4. Coba letakan penggunaan dalam bahasa serumpun yang telah terbukti kedalam suatu kerangka histories dan budaya.

5. Jika anda menemukan suatu arti yang baik dalam bahasa serumpunnya yang kelihatannya konsisten, jangan menganggap itulah artinya dalam bahasa Ibrani. Anda harus mengujinya melalui penggunaan kata itu dalam bahasa Ibrani,

6. Pelajari inti bahasa serumpun Ibrani, disebut derivatives. Lihat kata apa lagi yang digunakan dalam Perjanjian Lama yang berasal dari akar yang sama (yaitu, memiliki urutan huruf yang sama dan kelihatannya memiliki hubungan dalam artinya). Walau demikian hati-hati dengan hal ini. Kamus-kamus mendaftarkan kata-kata yang mereka anggap berhubungan sebagai derivative. Mungkin saja tidak ada hubungan sama sekali.

7. Pastikan untuk mempelajari Rabinik Ibrani, karena hal ini memberikan kelanjutan budaya bagi kata itu. Hal ini penting karena rabi-rabi berusaha menggunakan kata-kata sedekat mungkin dari Alkitab, terutama karena tulisan mereka bertujuan menjelaskan Alkitab.

Bukti dari Ragam Versi

Versi-versi Kuno

Versi kuno terjemahan Yunani Perjanjian Lama adalah yang paling banyak digunakan. Para ekspositor modern hanyalah tidak bisa mengontrol informasi dari Targum Aramik, Syriac Peshitta, atau Latin Vulgate, yang paling penting. Faktanya, dari memperhatikan karya yang telah dilakukan dengan bahasa Yunani, kita berpikir apakah mereka bisa mengatasi hal itu juga. Pada intinya, pembahasan ini akan berkaitan dengan Perjanjian Lama Yunani, salah satu masalah tertajam dari pelajaran eksegetikal.

Kesarjanaan modern memperdebatkan terminology popular yang menyebut Yunani kuno diatas dengan Septuagint (LXX, tujuh puluh, didasarkan pada tradisi itu). Hal ini juga akan diselesaikan dalam tulisan ini; tapi ingat, Septuagint tidak pernah ada jika dengan mengatakan Septuagint orang bermaksud mengatakan suatu terjemahan Perjanjian Lama yang diedit dan disatukan. Kritik tekstual dengan teori-teori transmisi tekstualnya harus lebih dulu dimengerti sebelumnya terhadap bahasa Yunani.

Kita seringkali membaca didalam buku-buku tafsiran dan tulisan-tulisan LXX dibaca dan seterusnya, secara teksnis, kita tidak punya cara untuk mengetahui apa yang dibaca dari LXX. Hal yang dimaksud pernyataan ini adalah jika kita menerjemahkan kata Yunani kita harus kembali ke bahasa Ibrani, kita curiga kalau kata aslinya mungkin memiliki bentuk Ibraninya. Didalam praktek yang sebenarnya, orang akan mengatakan apa yang dibaca LXX, atau apa yang ditunjukan versi lainnya, dan kemudian memilih pembacaan yang paling menarik bagi mereka dan membentuk ulang (menulis ulang) teks Ibraninya (atau artinya). Prosedur ini biasanya diikuti saat bahasa Ibraninya sulit.

Apa yang kita ketahui mengenai LXX (dan versi utama lainnya) adalah mereka melihat tanda tertentu dalam teks mereka yang mereka terjemahkan, dan mereka menciptakan tanda baru (bahasa mereka) dalam manuscript mereka. Kita hanya memiliki akses terhadap bukti setelah diubah, dan hanya melalui manuscript salinan dan turunan dari versi aslinya.

Tapi nilai dari versi-versi itu dalam philologis Ibrani sangat besar. Seringkali mereka menyediakan pengertian yang berbeda dari teks yang sama, suatu pengertian yang harus dievaluasi. Bahkan jika mereka memiliki terjemahan yang salah, mereka menunjukan pada kita bagaimana kira-kira para penerjemah mengerti kata-kata itu. Sebagai contoh, Mikah 1 diterjemahkan dengan sangat buruk. Bagian itu termasuk beberapa permainan kata mengenai nama-nama kota dan desa dari Shephelah (lowlands). Tapi para penerjemah LXX kelihatannya tidak tahu kalau banyak dari kata itu adalah nama-nama desa dan hanya menerjemahkannya begitu saja. Kesalahan fatal ini sangat menolong untuk mengerti arti dari kata-kata itu saat diterapkan kedalam permainan kata.

Peringatan dalam Menggunakan Yunani Kuno

1) Ingat bahwa mungkin sajar LXX telah diterjemahkan dari suatu teks Ibrani yang berbeda dari MT. Ini memiliki percabangan bagi kritik tekstual dan juga philology. Tapi hal ini hanya salah satu penjelasan mengapa LXX memiliki suatu bentuk yang berbeda dan tidak diharapkan bagi bahasa Ibrani, jadi jangan berlebihan menggunakannya seperti yang dilakukan beberapa orang.

2) Ingat sejarah versi teks itu sendiri dan kemungkinan adanya kerusakan. Turunan kemudian dari bahasa Yunani berusaha membawa teks agar sejalan dengan Ibrani, dan sedikit bukti ini harus diinvestigasi sebagai bagian dari setiap penggunaan LXX. Anda tidak bisa mengatakan suatu kata Yunani sama artinya dengan suatu kata Ibrani jika turunan Yunani lainnya cukup tidak memuaskan untuk menggantinya.

3) Waspadalah terhadap metode penerjemahan yang digunakan dalam beragam versi. Tentu saja, ini hanya jika anda sedang mempelajari satu kata Ibrani. Jika anda meneliti satu kata Yunani dan ingin tahu bagaimana kata itu digunakan dalam LXX, konteks dari penggunaan kata itulah yang perlu dilihat. Bahasa Ibrani apa yang harus diterjemahkan darinya merupakan masalah lain. Saat anda mencari penggunaan suatu istilah Yunani dalam satu bagian, anda harus menyusuri konteksnya untuk melihat bagaimana tindakan penerjemah dengan Ibrani umum dan jelas dari bagian itu. Ini akan menolong anda menentukan keahliannya. Barr ( Comparative Philology and the Text of the Old Testament, pp. 249 ff.) menyelidiki karakteristik dan metode yang digunakan dalam LXX:

a) Mungkin ada terjemahan yang tidak tepat. LXX sering menggunakan kata-kata umum untuk menutupi kata-kata teknis (mereka mungkin ada dalam wilayah semantic yang sama tapi tidak tepat). Mengenai hal ini kita harus melihat konteks untuk melihat keahlian penerjemah (dan juga mengetahui sesuatu tentang kualitas umum dari buku itu sendiri).

b) Mungkin ada kata-kata yang disenangi (favorite) oleh versi itu. Greek Psalter akan menggunakan satu kata dengan bebas untuk beberapa kata Ibrani. Sebagai contoh, beberapa kata Yunani digunakan untuk menerjemahkan 15 atau 20 kata Ibrani yang berbeda. Jelas, pentingnya mengetahui kata Yunani ini yang digunakan buat satu kata yang mungkin sedang anda pelajari bisa minim. Peringatannya jelas: hati-hatilah. Hatch dan Redpath menulis daftar kata-kata Yunani dan Ibrani yang saling berhubungan dalam LXX, tapi melihat dengan seksama pada kitab itu dan konteks dimana kata itu ditemukan sangatlah penting. Anda harus menentukan apakah kata Yuani itu secara hati-hati dipilih dan merupakan penjelasan tepat dari Ibraninya, sebelum anda berbuat banyak tentang ide Yunaninya.

c) Mungkin ada etimologisasi. Kata bisa ditafsirkan dengan melihat arti dari kata lain (biasanya yang lebih dikenal) dalam bahasa Ibrani yang memiliki kemiripan dengannya, dan bisa diambil sebagai akar. Prosedur ini biasa dilakukan dalam turunan Yunani sesudahnya. Sebagai contoh, Aquila berusaha menggunakan kata-kata Yunani yang konsisten dihubungkan dengan kata-kata Ibrani dari penggambaran tertentu.

d) Mungkin ada penulisan kembali secara bebas dari teks itu. Ada saatnya penerjemah tidak tahu apapun bagaimana pembacaannya dalam bahasa Ibrani, tapi tahu dari pengetahuan umum, atau dari konteks, hal demikian bisa jadi. Pendekatan ini menghasilkan suatu sentimen kalau itu merupakan ide penerjemah, dihubungkan sana sini dengan kata-kata dalam Ibrani asli. Amsal dan Ayub sering melakukan hal ini. Sebagai contoh, Prov. 17:14 dalam MT: The start of strife is one who lets out water / so let go before a dispute breaks out. Kalimat ini diterjemahkan dalam LXX The beginning of righteousness gives authority to words but quarrelsomeness and fighting lead to poverty.

4) Pertimbangkan seluruh bukti. Materi dari bahasa Yunani akan menjadi dukungan bagi philology jika bersandar pada bukti yang lebih dari satu sumber (versi atau bahasa serumpun). Seringkali mempelajari beragam versi dalam meneliti satu kata yang jarang digunakan dan sulit akan tumpang tindih dengan kritik tekstual ditahap pengumpulan bukti. Saat mengevaluasi bukti philologis, hati-hati:

a) Ada kemungkinan kesalingbergantungan antar versi. LXX mungkin telah dipengaruhi oleh Targum; atau Peshitta dan Vulgate mungkin hanya mengikuti LXX.

b) Beberapa versi mungkin mengikuti suatu penafsiran Yahudi atas bagian itu. Jadi jika sama, janga berasumsi mereka bisa begitu melalui tradisi atau penelitian yang terpisah.

c) Bukti dari bahasa Ibrani sesudahnya (tulisan Rabinis) bisa menjadi dukungan kalau kata itu ada dimasa penulisan kitab itu; atau tidak mendukung kalau kata itu digunakan kemudian yang menggantikan kitab Ibrani.

5) Ingat kalau arti dari teks Yunani tidak selalu jelas dan bebas dari ambiguitas. Jangan mengira kalau Ibraninya mengaburkan versi itu akan membawa anda kedalam kegelapan. Para penerjemah dari versi-versi kuno mungkin saja memiliki kesulitan dengan kata-kata yang sama. Tapi didalam mengevaluasi terjemahan LXX, perhatikan hal-hal berikut:

a) Arti Yunani jauh dari sederhana. Itu tidak semata tumpang tindih dengan pelajaran Perjanjian Baru anda. Tidak ada tata bahasa dan leksikon buat LXX, per se. Anda harus menggunakan suatu kamus seperti Liddell and Scott (jika ada yang seperti Liddell and Scott) untuk artinya.

b) Beberapa kata Yunani mungkin bentuk gabungan dari Yunani awal, Semitic, atau Mesir; atau, mereka hanya menyatakan suatu ekspresi (seperti yang terjadi dengan Aquila). Penggunaan kamus mungkin tidak akan berguna dalam hal ini.

c) Beberapa kata Yunani memiliki pengertian khusus yang berbeda dari Yunani biasa. Sebagai contoh, dunamis dalam LXX membawa makna army, tidak hanya power. Jangan memiliki anggapan triangle reasoning bagi kata-kata dalam Alkitab, artinya, suatu kata Yunani dalam Perjanjian Baru setara dengan kata yang sama dalam LXX, yang merupakan suatu terjemahan dari satu kata Ibrani, yang kemudian setara dengan kata Yunani dalam Perjanjian Baru. Hal ini bisa salah diketiga persamaan itu.

d) Aramik dan Syriac mungkin pernah berusaha mengimitasi Ibrani asli. Mungkin ada saat berbeda dari aslinya.

6) Beragam versi biasanya tidak memberikan batasan yang bisa diandalkan mengenai struktur kata aslinya, yang terkadang terbebani pada penyelidikan kata (walau lebih sering mempengaruhi karya tekstual). Mengatakan LXX mengerti suatu kata sebagai perfect tense (karena menggunakannya atau bahkan aorist) menyesatkan. Tensis itu dinyatakan oleh suatu perfect, preterite, atau infinitive.

7) Kualitas terjemahan beragam dari kitab ke kitab. Anda perlu lebih dulu mengetahui kitab mana yang dianggap terjemahan yang hati-hati dan akurat, dan yang merupakan terjemahan bebas dan paraphrastic. The Expositors Bible Commentary menawarkan suatu survey singkat mengenai penemuan dari para sarjana Septuagint yang mengerjakan kitab tertentu: Swete menyimpulkan, sebagian besar penerjemah belajar Ibrani di Mesir dari para pengajar yang buruk, dan Barr menyimpulkan, para penerjemah ini menciptakan vowels untuk teks yang tidak diketahui. Tapi, terjemahan kitab secara individu beragam tergantung latar belakang dan keahlian setiap penerjemah. Kecuali dalam bagian-bagian seperti Kej. 49, Ul 32,33, Pentateuch secara keseluruhan merupakan terjemahan yang dekat dari turunan Ibrani yang baik. Mazmur bisa ditoleransi dilakukan dengan baik, walau Ervin menyimpulkan kalau teologi Helenistik Yahudi meninggalkan tanda atasnya. Mengenai Yesaya, Seeligman menyimpulkan: banyaknya ketidak konsistenan yang dibahas harus dituduhkan pada metode kerja penerjemah yang tidak ditahan dan sembrono, dan kepada pilihan sadar akan pengenalan variasi. Dia menambahkan, kita jangan, memberi ketidak adilan bagi penerjemah dengan tidak menilai tinggi pengetahuan tata bahasa dan sintaksnya. Mengenai Hosea, Nyberg menemukan: susunannya dipenuhi kesalah pengertian, pembacaan yang miskin, dan definisi leksikal yang dangkal dan seringkali disamakan secara paksa dengan bahasa rumpun Aramiknya. Kesewenangan dalam pemilihan merupakan karakteristik dari penafsiran ini. Albrektson berkomentar mengenai Ratapan: LXX, bukan terjemahan yang baik dalam kitab ini. Tapi ini tidak berarti terjemahannya tidak bernilai bagi kritik teks. Sebaliknya, karakter literalnya seringkali mengijinkan kita menegaskan dengan suatu tingkat kepastian terhadap teks Ibraninya; terjemahan ini jelas didasarkan pada suatu teks yang pada intinya identik dengan konsonan dari MT; memang, ada bagian-bagian dimana itu berisi suatu varian sangat sedikit. Gerleman berkomentar mengenai Ayub: penerjemah menafsirkan teks sebaik mungkin, dengan bantuan imajinasinya dia berusaha meletakan suatu arti yang bisa dimengerti kedalam bahasa aslinya yang dia tidak mengerti. Dia menambahkan, banyaknya derivasi antara kitab Ayub bahasa Ibrani dan Yunani tidak berkaitan dengan fakta bahwa aslinya LXX pada intinya berbeda dari teks Ibrani kita. Mereka muncul saat proses penerjemahan, dan singkatnya adalah hasil dari suatu proses penerjemahan dimana kesulitan bahasa asli tidak diatasi. Swete menyimpulkan kalau terjemahan nabi-nabi kecil seringkali tidak bisa dimengerti. Dalam kasus Yeremia, teks yang diwakili oleh LXX menyimpang cukup banyak dari MT sehingga bisa dianggap dari edisi yang berbeda. Tapi LXX dari Samuel, sebagian dari Raja-raja, dan Yehezkiel bernilai khusus karena teksnya disimpan oleh Masoretes kitab ini menjaganya dengan baik. Shenkel menyimpulkan kalau Yunani Kunonya mempertahankan kronologis aslinya dari Omri ke Jehu.

Survey ini akan menunjukan tidak adanya satu terjemahan utuh sama yang dikenal dengan Septuagint, tapi merupakan terjemahan individu-individu berbeda dari bagian-bagian Perjanjian Lama. Survey ini akan memberikan anda suatu pandangan umum dari bagian utama; anda tetap perlu memperhatikan konteksnya untuk melihat seberapa tepatnya setiap bagian dikerjakan.

Pernyataan Penutup

1) Ingat kalau bagian yang sulit bagi kita juga sulit bagi mereka. Mereka harus bekerja dari suatu teks tidak jelas dalam suatu konteks. Tidak heran kalau ada saatnya mereka menggeneralisasi, paraphrase, atau etymologize. Tapi ada saatnya mereka bisa benar dan tepat. Jadi evaluasi bukti dengan hati-hati.

2) Para penerjemah LXX menggunakan bahasa Ibrani setelah mereka mempelajarinya, dan pelajarannya dari guru yang buruk di Mesir. Mereka memiliki beberapa kesempatan untuk mendapatkan penafsiran tradisional dari Yahudi di Palestina. Mereka melakukannya dengan baik, tapi pengertian bahasanya kurang. Mereka mengenal bahasa Ibrani biasa, rata-rata. Tapi pada sesuatu yang tidak biasa dan jarang mereka sering menyamakan kosa katanya dan memperlakukan yang tidak biasa seperti biasa. Jadi hati-hati menggunakannya dalam menentukan kata-kata yang jarang dan sulit, kecuali kitab dan konteksnya dikerjakan dengan sangat baik.

3) Waspada terhadap turunan dan revisi. Terjemahan Yunani telah diubah oleh revisi berikutnya untuk diharmonisasikan dengan teks Ibraninya. Kompilasi yang dilakukan oleh F. Fields terhadap materi Hexapla sangat membantu kita melihat kata-kata Yunani mana yang telah diubah.

4) Saat anda mungkin merasa lebih nyaman dengan Perjanjian Lama Yunani daripada versi lainnya, jangan secara otomatis menyimpulkan kalau LXX merupakan saksi utama. Jika ada kata-kata yang jarang, pengetahuan mengenai kata itu mungkin telah mati seturut masa lalu, bukankah pengetahuan ini bisa saja masih ada diantara orang Yahudi berbahasa Aramik di Sinagoge daripada yang berbahasa Yunani? Bagi mereka yang mengenali Aramik, tulisan Rabinis menawarkan sejumlah besar informasi penafsiran.

5) Jadi, berurusan dengan kata yang jarang atau sulit, setelah anda telah mempelajari materi etimologisnya, selidiki sebanyak mungkin versi lain. Coba mengevaluasi pilihan kata dalam berbagai versi dan mengapa mereka dipilih. Jika anda seluruhnya bekerja dengan bahasa Yunani, gunakan Liddell and Scott, dan hati-hati agar tidak menganggap arti kata Yunaninya tidak berubah dimasa Perjanjian Baru.

6) Jika anda mempelajari suatu kata umum dalam Perjanjian Lama, melihat beragam versi mungkin bukan langkah penting. Tapi selidiki, jika bisa, kata-kata Yunani yang digunakan untuk menerjemahkannya (Hatch and Redpath) . Lihat kata-kata Yunani mana yang digunakan dalam kitab-kitab yang terkenal baik terjemahannya. Mungkin menemukan bagian-bagian yang non-teologis, problematic, atau penting dalam penelitian kata. Sebagai contoh, didalam meneliti kata kabod, mungkin kata standar untuk glory dan honor akan muncul dalam Septuagint. Tapi di Sinai saat Musa meminta melihat kemuliaan Tuhan, LXX menggunakan suatu pronoun: Show me YourselfEngkau yang sebenarnya. Hal ini dengan jelas mewakili suatu penafsiran kontekstual didalam jangkauan arti dari kata itu.

Kesimpulan

Meringkas prosedur PENELITIAN KATA yang telah dikatakan diatas merupakan hal yang tidak perlu. Tapi saya perlu mengatakan sesuatu mengenai pemilihan kata Inggris yang setara dengan istilah Ibraninya. Terlalu sering eksegetor menghabiskan banyak waktu meneliti satu kata dengan seluruh penggunaannya, dan kemudian melemahkan maksudnya dengan menyatakan penemuannya dalam kata Inggris yang dipilih dengan sembrono. Anda perlu melihat kamus bahasa Inggris untuk memastikan arti yang tepat dari kata yang dipilih, baik etimologisnya dan penggunaannya sekarang. American Heritage Dictionary sangat baik karena indeks akar Indo-Germanicnya ada dibelakang kata-kata Inggris yang membantu menghubungkan kata-kata yang berkaitan. Biasanya, digunakan dinegara lain merupakan suatu penelitian mengenai istilah yang cocok sehingga seluruh karya bisa dikomunikasikan secara tepat.

Taxonomy upgrade extras: 

4. Analisa Tulisan

Penelitian Puisi

Pendahuluan

Analisa tulisan dari teks telah menjadi perhatian utama seluruh pendekatan dalam mempelajari Alkitab, dimulai dengan Pendekatan Analisa Tulisan (juga dikenal sebagai Documentary Hypothesis) sampai kepada Pendekatan Bentuk Kritikal. Tapi walaupun pendekatan-pendekatan itu memberi sumbangsih besar dalam mempelajari teks, mereka terlalu banyak dinodai oleh bias skeptis terhadap kesatuan dan integritas teks. Seringkali ketertarikan tulisan dibuat untuk melayani penelitian diakronik dimana asal mula dan perkembangan teks dilacak dari sumber yang dinyatakan; atau penelitian tulisan digunakan untuk membedakan bagian histories dan non-historis dari suatu pesan. Analisa Gunkel yang terkenal terhadap Kejadian 1-11 merupakan contoh yang baik; dia berpendapat bahwa tulisan itu adalah puisi, karena puisi maka tidak histories.

Baru-baru ini ada penekanan baru dalam analisa tulisan dalam teks, berasal dari berbagai perspektif teologis sekaligus. Seharusnya tidak mengherankan kalau Kritik Bentuk, dengan penekanannya pada genre tulisan dan analisa composisi, membawa kepada penekanan lebih besar diantara para sarjana pada bentuk tulisan dari suatu teks. Tapi dalam gelombang baru kesarjanaan, orang kurang tertarik dalam menelusuri asal mula dan perubahan dari narasi, mazmur, atau pesan leluhur, daripada bentuk penulisan dari bentuk akhir teks tersebut.1 Perubahan kearah analisa tulisan yang lebih langsung (synchronic study) terhadap Alkitab mungkin mencerminkan jalan buntu perdebatan atas kritik sumber (diachronic study).

Hal itu tidak bermaksud mengatakan kalau analisa tulisan dimasa kini mendorong historitas dari teks. Sebaliknya, para sarjana modern dengan usahanya lebih cenderung memperlakukan narasi-narasi Alkitab sebagai fiksi, narasi kreatif, atau narasi berparadigma. Mereka menjamin kalau dibelakang narasi terdapat beberapa kebenaran, sebagian berkaitan dengan tradisi, tapi selama bertahun-tahun cerita itu diteruskan dan telah dibentuk kembali serta diperindah untuk tujuan lain. Sebagian penulis, tetap berspekulasi mengenai mana yang cerita atau puisi asli, dan apa fungsinya. Tapi yang lain lebih tertarik mempelajari materi yang sudah ada, sebagai suatu bagian dari literatur.

Kritik Retoris

Frase Rhetorical Criticism digunakan pertama kali oleh James Muilenberg dalam pesan kepada Society of Biblical Literature ditahun 1968.2 Pesannya merupakan panggilan untuk mempelajari nature dari tradisi penulisan Ibrani sebagai perluasan dari Kritik Bentuk. Hal ini melibatkan analisa pola struktur dalam suatu unit tulisan dan alat puitis yang menyatukan keseluruhannya. Penekanan sinkronik baru ini terutama sekali memperhatikan masalah struktur dan tekstur.3

Didalam contoh baru-baru ini mengenai apa yang umumnya bisa disebut Rhetorical Criticism,4 bentuk tertentu dari penulisan digunakan dalam analisa struktur: acts, scenes, episodes, strophes, speeches, discourse, dan lainnya. Penulisan bisa dipecah kedalam tingkatannya.5

Analisa tekstur berkaitan dengan pengucapan, syllables, kata-kata, frase, kalimat, dan kelompok kalimat. Analisa ini mempelajari pengulangan pikiran, kata-kata kunci, atau motif; permainan kata atau paronomasia; pengulangan bunyi seperti assonance atau alliteration; atau adumbration; inclusio; dan sejumlah perlengkapan tulisan lainnya.6

Pendekatan terhadap teks sebagai literature telah membuka penyelidikan bagi para teolog dan juga kritik tulisan.7 Rhetorical Criticism memampukan teolog mengerti ide teologis dari teks dengan lebih baik, karena analisanya berkaitan dengan bentuk tetap, final dari teks - kanon. Jelas bahwa struktur dan tekstur tidak hanya ornamental; keduanya adalah cara mengarahkan focus pembaca dalam cerita.

Struktur dan tekstur melakukan hal ini secara persuasive dengan membangkitkan respon emosional selain reaksi intektual terhadap cerita. Sebagai contoh, repetisi, dalam hallmark of Hebrew rhetoric,8 memusatkan pikiran dan memberikan kesatuan serta kelanjutan terhadap narasi. Tapi seringkali melakukannya dengan cara yang membuat kesan tak terlupakan pada pembaca, karena elemen yang diulang membawa maju konotasi emosional dan intelektual dari sebelumnya. Sebagai contoh, perhatikan rujukan terhadap Kejadian 25:23 dalam perkataan Laban sang penipu kepada Yakub: It is not so done in our country, to give the younger before the firstborn (Gen. 29:26).

Ada kelemahan dalam menggunakan rhetorical criticism, dan eksegetor harus mewaspadainya dalam membaca tulisan. Pertama, jika penelitian terhadap suatu bagian mengabaikan asal mula, perubahan, dan tujuan awal dari teks, hal itu secara sewenang-wenang menyatakan arti yang diluar maksud bagian tersebut.9 Walaupun Alkitab mungkin memiliki tingkatan arti (konotasi berbeda) bagi generasi yang berbeda, arti dasar dari suatu teks harus diikat pada latar belakang histories dan tujuannya. Jadi sarjana Alkitab tidak bisa bekerja hanya pada tingkatan sinkronik. Umumnya, orang yang mempelajari Alkitab sudah punya pendapat sebelum memulai karya eksegetisnya. Sarjana yang kritis mampu dengan jitu menerima kalau kesimpulan dari higher criticism adalah benar, yaitu, banyak dari materinya terlambat tapi diproyeksikan kembali kemasa sebelumnya; dan sarjana konservatif dengan jitu menganggap kalau materinya jauh lebih tua.

Kedua, Rhetorical Criticism tidak selalu ditemani penyelidikan dengan Genre Criticism. Tapi disinilah hubungannya dengan Kritik Bentuk paling kuat. Mempelajari struktur dan tekstur dari suatu bagian merupakan satu hal; tapi merupakan hal yang berbeda menghubungkan penemuan ini dengan bentuk penulisan dari teks, karena bentuk dihubungkan dengan fungsi. Sebagai contoh, penafsiran terhadap Kejadian 1-11 bisa berbeda jika bagian itu dikelompokan sebagai sekumpulan mitos yang bisa dibandingkan dengan tulisan Timur Dekat kuno lainnya.10

Sekarang ekspositor menghadapi rintangan lain dalam bekerja dengan Alkitab sebagai literature, satu pemikiran yang ada dalam pemikiran orang Kristen selama ini, yaitu, Alkitab harus ditafsirkan secara literal. Didalam penggunaan ide yang terlalu menyederhanakan ini, jika kitab Ayub mengatakan Ayub berkata sesuatu, atau teman-temannya berkata sesuatu maka itulah yang memang mereka katakana. Atau jika teks itu menunjukan kalau Tuhan berkata disaat pembangunan menara Babel, Let us go down/marilah kita turun . maka itulah yang dia katakana dalam bahasa Ibrani klasik! Disatu ujung lain, banyak penyelidikan tulisan modern melihat isi Alkitab secara berbeda; pada dasarnya mereka melihatnya sebagai suatu karya tulis, dan para penulisnya mampu menggunakan perlengkapan penulisan dalam menceritakan kisah atau menyimpan kata-kata leluhur. Bagi sebagian orang ini artinya cerita-cerita itu dibuat atau dikarang; bagi yang lain itu artinya sebagian kejadian dipergunakan dan dipercantik untuk diceritakan kembali.

Ini ada beberapa pertimbangan mengenai hal itu. Pertama, berapa banyak penafsiran yang diberikan seorang penulis melalui apa yang dia pilih untuk dimasukan atau keluarkan dalam melaporkan tradisi? Sebagai contoh, Tawarik, dengan mengeluarkan narasi mengenai dosa Daud, memberikan suatu gambaran Daud yang berbeda dari kitab Samuel.11 Kedua, berapa banyak kebebasan yang dimiliki penulis dalam mengatur kembali eksposisi narasi dan dialog untuk membuat suatu puisi seimbang? Sebagai contoh, apakah dialog dalam kitab Ayub aslinya dibawakan dalam 2200 baris puisi Ibrani? Atau apakah Tuhan memanggil Abram dengan menggunakan puisi klasik Ibrani. Atau, apakah peristiwa dalam kitab Rut memang biasanya mengikuti pola parallel repetition dan inverted repetition. Ketiga, berapa banyak hubungan dari narasi dan penunjukan peristiwa yang diusulkan para penulis kitab melalui pemilihan kata dan frase. Sebagai contoh, apakah Esau benar-benar menggunakan kata edom edom, atau memang narasi memilih menggunakan kata-kata itu untuk menunjukan nature dari orang Edom? (Gen. 25:29); atau, apakah Abraham benar-benar memiliki perintah, ketetapan, dan hukum (Gen. 26:6), atau, apakah Musah menggunakan kata-kata itu untuk melihat pemberian Taurat?

Semua itu, dan masalah lainnya, merupakan bentuk-bentuk masalah yang akan anda saring dikemudian hari saat berurusan dengan teks. Ekspositor konservatif biasanya menginginkan kalau peristiwa-peristiwa dalam Alkitab memang benar-benar terjadi secara esensi seperti yang dilaporkan. Yesus memang mati diatas salib, memang bangkit dari kematian, memang naik kesorga; atau Daud memang memerintah sebagai raja, melakukan perzinahan dengan Bethseba, memang memindahkan tabut ke Yerusalem; atau Esau memang seorang pemburu, dia memang menukarkan hak kesulungannya untuk semangkok makanan, dan Yakub memang membuatnya bersumpah atasnya.12 Tapi dalam menerima fakta sarjana konservatif juga harus memberikan perhatian yang lebih besar pada seni tulisan yang digunakan dalam teks. Saat digunakan dalam kerangka doktrin inspirasi, seni tulis menambah pengertian dan focus dari teks. Suatu kepercayaan pada historitas peristiwa tidak harus mengeluarkan seni tulis dalam menceritakan peristiwa-peristiwa itu; dan suatu analisa tulisa dari narasi tidak harus menolak kalau peristiwa itu memang terjadi.

Selama beberapa waktu dianggap kalau salah satu alasan adanya seni tulis dalam Alkitab adalah materialnya diturunkan secara oral sebelum dituangkan kedalam penulisan. Pembahasan mengenai tradisi oral sangat penting, dan pelajar harus melihat literature mengenai hal itu.13 Bisa saja mengatakan bahwa kemungkinan besar materi itu telah ada dalam bentuk oral dan karena itu repetisi, chiasms, dan permainan kata telah menjadi penolong dalam mengingat. Tapi, cukup diketahui kalau penulisan sudah umum digunakan diperiode awal, dan hal-hal yang penting itu telah langsung diterapkan dalam penulisan. Mungkin transmisi oral dan penulisan teks telah ada berdampingan di Israel, teks memelihara materinya, dan transmisi oral membantu mengingatnya.

Satu-satunya cara bagi anda untuk terbiasa dengan wilayah ini adalah dengan membaca buku dan contoh pelajaran mengenai bagaimana metode itu digunakan dalam analisa teks. Jika anda memberi waktu melakuka itu, anda akan melihat ada banyak yang bisa diperolah dari pendekatan ini. Pelajaran ini akan menarik beberapa materi bersamaan dalam mempelajari mazmur; tapi pelajaran tulisan dari aspek berbeda ada diluar puisi formalnya mazmur, dengan seluruh Perjanjian Lama. Apa yang anda pelajari dalam Mazmur bisa juga diterapkan diseluruh Alkitab.

Metode Kritik Retoris

Saya tidak bermaksud memberikan suatu pembahasan detil mengenai semua yang bisa diberikan analisa tulisan dalam proses eksegetis. Saya hanya ingin memperlihatkan beberapa hal-hal menonjol yang bisa dilakukan, untuk menambah keingintahuan anda dalam mempelajarinya. Selain itu, tidak mungkin bekerja diwilayah ini (dengan kepuasan) tanpa sering berurusan dengan teks Ibrani. Sebagian bisa diambil dari suatu terjemahan Inggris, untuk memastikan; tapi akan lebih jelas melihat sekilas kata-kata Ibrani atau susunan Ibraninya.

Struktur

Struktur adalah pengaturan atau organisasi dari teks. Ini harus dibedakan dari structuralism dalam pengertian teknis dari kata itu, karena itu suatu pendekatan yang berbeda yang membawa penelitian kedimensi yang berbeda. Beberapa pelajar salah dalam menyebutkan kata itu untuk menggambarkan analisan komposisi mereka.

Saat kita mempelajari struktur dari suatu bagian kita berurusan dengan tingkatan yang lebih tinggi dari suatu karya. Berikut ini adalah beberapa hal yang digunakan untuk menganalisa struktur.

1. Indikator Perikop. Umumnya diketahui kalau unit yang ingin dipelajari harus dikenal sebelumnya. Hal ini tidak selalu semudah kelihatannya. Banyak waktu yang diperlukan untuk mempelajari secara dekat dalam menentukan dimana perikop dimulai dan berakhir, mencari indikatornya. Sebagai cotnoh, dalam mempelajari pengaturan bahasa Ibrani terhadap Kejadian akan membawa eksegetor menyadari kalau 37:1 ada dalam pasal 36, dan 37:2 (these are the generations of Jacob) menandai suatu bagian baru. Pembagian pasal dalam bahasa Inggris menyembunyikan hal ini. Suatu pembagian kembali narasi bermaksud membandingkan kekayaan Esau yang luar biasa (36) dengan perjalanan Yakub (37:1). Delitzsch menangkap hal ini, dan menjelaskan kalau pesan unit itu adalah, kebesaran duniawi atau sekuler lebih cepat dari kebesaran rohani.14 Jika unit itu tidak diperluas sampai ke 37:1, maka Kejadian 36 hampir tidak bisa dikotbahkan (yang mungkin menjadi alasan mengapa tidak ada yang berkotbah dari unit itu).

Unit-unit dari Alkitab seringkali memiliki indikasi yang cukup jelas. Didalam ucapan kenabian leluhur bisa dilihat dari panggilan berulang atau bentuk perintah, formulasi pembukaan, atau motif paralel. Didalam Taurat adalah motif berulang, seperti I am the LORD your God. Didalam Mazmur kita mencari pola dari tipe mazmur berbeda, dan itu akan membantu dalam membagi bagian itu kedalam bagian-bagian walau mazmur merupakan suatu unit dasar itu sendiri.

2. Framing, atau Inclusio. Perlengkapan lain dari seni tulis adalah framing, yaitu, menggunakan suatu frasa yang mirip atau identik, motif, atau episode untuk memulai dan mengakhiri unit, atau suatu bagian dari unit. Anda bisa melihat hal ini dengan jelas dalam puisi seperti Mazmur 8, yang dimulai dan diakhiri dengan O LORD, our Lord, how excellent is Your name in all the earth.

Tapi cara ini juga digunakan dalam penulisan kita lainnya. Sebagai contoh, didalam Kejadian 9, bagian pertama narasi mengenai perjanjian Nuh, kita mendapati perintah ilahi: Be fruitful, and multiply, and replenish the earth(v. 1). Perintah ini diulangi sebagian dalam ayat tujuh. Jadi bagian pertama yang melarang pertumpahan darah, artinya, membunuh, dibingkai (frame) oleh pengulangan perintah untuk menghasilkan hidup.

Penulisan yang lebih besar dan rumit juga menggunakan framing. Sebagai contoh, cerita Yakub bisa dibagi kedalam lingkarang Yakub-Esau dan lingkaran Yakub-Laban. Lingkaran Yakub-Laban dibingkai (frame) oleh kunjungan Tuhan dimalam hari, pertama di Betel (Genesis 28) saat Yakub sedang meninggalkan rumah kelahirannya, dan kedua di Peniel (Genesis 32) saat dia kembali kerumah kelahirnnya. Pengamatan langsungnya adalah hal ini diletakan disana karena itulah saat mereka terjadi dan itu secara esensi benar; tapi pengamatan lebih jauh harus mempertimbangkan apa yang disumbangkan framing terhadap arti dari teks tertulis itu? Penulisnya jelas berusaha membuat pembacanya menyadari hubungan antara framing dan materi pengahalangnya.

Terkadang kita harus mendekati framing dari dalam narasi. Sebagai contoh, Kejadian 38 melaporkan cerita mengenai Judah dan Tamar. Mengapa cerita itu diletakan didalam cerita mengenai Yusuf? Cerita ini setelah cerita Yusuf dijual dan mendahului cerita mengenai Yusuf dicobai oleh istri potifar. Penulis, dalam mengatur materi, telah membingkai (frame) narasi Kejadian 38 untuk membawa signifikansinya. Maksudnya, anda harus melihat konteks untuk bisa mengerti arti dan pengaruh pasal. Sejak pertama, Judah yang memimpin saudara-saudaranya untuk menjual Yusuf, saudara termuda mereka, untuk mengakhiri mimpinya menjadi pemimpin mereka (37). Saat keluarganya sendiri, selain ketidak pedulian dan dosanya, anak termuda Judah, Peres, berusaha menjadi pemimpin (38). Cerita itu membentuk suatu teguran atas usaha Judah sebelumnya dalam menghalangi kehendak Allah. Tapi bagaimana narasi ini berkembang? Tamar menyamar sebagai pelacur dan menggoda Judah sehingga hamil. Pasal 39, Yusuf menolak godaan istri Potifar, menunjukan mengapa dia, bukan Judah, yang menjadi pilihan tepat memimpin umat Allah.

3. Chiasm, atau Inversi. Chiasm adalah pengaturan materi dalam suatu inverted parallelism untuk menunjukan cerminan setengah cerita awal dengan yang selanjutnya, dan untuk menunjukan titik balik dari cerita. Ini merupakan cara favorite dalam penulisan kritik retoris; tapi cara ini bukan mereka yang menemukan. Bullinger memiliki contoh dari bentuk penulisan ini. Anda harus berhati-hati dengan beberapa usulan pengaturan ini; sebagian dari pengaturan chiastic dicari-cari, mengeluarkan beberapa item dalam teks yang bisa merusak pengaturan.

Tapi perhatikan struktur chiastic dari Kejadian 11:1-9 berikut ini :

A Seluruh bumi satu bahasanya (1)

B maka (2)

C Berkatalah seorang kepada yang lain (3)

D Marilah, kita membuat batu bata (3)

E Kita dirikan bagi kita (4)

F Sebuah kota dengan sebuah menara (4)

        X Lalu turunlah TUHAN untuk melihat (5)

F Kota dan menara (5)

E yang didirikan oleh anak-anak manusia itu (5)

D Baiklah Kita turun dan mengacau-balaukan (7)

C mereka tidak mengerti lagi bahasa masing-masing (7)

B disitulah

A dikacau balaukan bahasa seluruh bumi (9)

Bentuk struktur chiastic ini juga digunakan bagi seluruh cerita. Perhatikan pola dari motif dalam cerita Air Bah:

A Allah memutuskan untuk mengakhiri hidup segala mahluk (6:11-13)

B Nuh membangun bahtera sesuai dengan petunjuk Tuhan (6:14-22)

C Tuhan memerintahkan masuk kedalam bahtera (7:1-9.)

D Air bah dimulai (7:10-16)

E Air bah selama 150 hari, menutupi gunung (7:17-24)

X Tuhan mengingat Nuh (8:1a)

E Air bah surut setelah 150 hari dan gunung-gunung terlihat (8:1b-5)

D Bumi kering (8:6-14)

C Tuhan memerintahkan mereka meninggalkan bahtera (8:15-19)

B Nuh membangun sebuah altar (8:20)

A Tuhan memutuskan tidak mengakhiri hidup umat manusia (8:21, 22)

4. Symmetry dan Variasi Urutan. Ada saatnya penulis akan menggunakan suatu variasi dari motif dan ekspresi sebelumnya untuk memparalelkan bagian-bagian dari teks, hal ini menambah pengertian. Sebagai contoh, Kejadian 13 menulis mengenai bagaimana Abram menawarkan Lot memilih tanah yang disukainya, dan bagaimana Lot melihat tanah sekitar Yordan, dan pergi ketimur, bermukin disebelah Sodom. Tapi bagian akhir dari pasal itu menulis perkataan Tuhan kepada Abraham, menyuruhnya melihat keseluruh arah, karena semuanya itu akan menjadi miliknya; dan memberitahu kalau Abram memindahkan tenda bermukin di Hebron. Jelas sekali, penulis membandingkan dua bagian itu untuk menunjukan apa yang dilakukan Lot, Tuhan berikan pada Abraham.

Bagian lain yang menggambarkan hal ini adalah Keluaran 13:1-16. Ayat 2 dan 3 memberikan ringkasan singkat pasal tersebut kuduskanlah anak sulungmu bagiKu dan ingatlah hari ini dengan melakukan Pesta Roti tak Beragi. Tapi perhatikan perkembangan paralel kedua bagian itu:

hari ini kamu keluar (4)

apabila TUHAN telah membawa engkau kenegeri orang Kanaan (5)

engkau harus melakukan ini: tujuh hari makan roti tak beragi (6,7)

beritahukan kepada anakmu karena TUHANlah yang menang atas Mesir (8)

hal itu akan menjadi tanda pada tanganmu, dan peringatan didahimu (9)

sebab dengan tangan yang kuat TUHAN telah membawa engkau keluar dari Mesir (9)

haruslah kau pegang ketetapan ini dari tahun ketahun sejak saat ini (10)

TUHAN akan membawamu kenegeri orang Kanaan (11)

engkau harus melakukan ini: menebus seluruh anak sulung laki-laki (12,13)

katakan kepada anakmu dengan kekuatan tanganNya TUHAN telah membawa kita keluar dari Mesir (14)

hal itu akan menjadi tanda pada tanganmu, dan lambang didahimu (16)

sebab dengan kekuatan tanganNya TUHAN membawa kita keluar dari Mesir (16),

5. Repetisi Motif. Walaupun cara ini bisa diterapkan seperti yang telah disebutkan diatas, hal ini patut dibahas terpisah. Ada saatnya dalam penulisan suatu motif akan muncul berulang-ulang dalam teks, memberi keteraturan terhadap bagian itu. Sebagai contoh, didalam teka Hukum Tuhan, motif I am the LORD ditempatkan untuk menunjukan keteraturan dari materi.

Imamat 19 menunjukan pembagian structural ini (atau aslinya) dengan mengulangi ekspresi tertentu. Kelihatannya pasal itu terdiri dari dua bagian, keduanya berisi tanggung jawab sehari-hari. Bagian pertama kelihatannya berisi tanggung jawab terhadap Tuhan (1-10) dan bagian kedua tanggung jawab terhadap manusia (11-37). Enam belas pembagian paragraph ditandai oleh I am the LORD your God / Akulah Tuhan Allahmu atau I am the LORD / Akulah Tuhan. Perubahan pertama berhubungan dengan pembagian antara ayat 10 dan 11. Didalam ayat 11-37 akhir paragraph-paragraf ini menunjukan perubahan penekanan:

1-2

I am the LORD your God

Akulah Tuhan Allahmu

3

I am the LORD your God

Akulah Tuhan Allahmu

4

I am the LORD your God

Akulah Tuhan Allahmu

5-10

I am the LORD your God

Akulah Tuhan Allahmu

11-12

I am the LORD

Akulah Tuhan

13-14

I am the LORD

Akulah Tuhan

15-16

I am the LORD

Akulah Tuhan

17-18

I am the LORD

Akulah Tuhan

19-25

I am the LORD your God

Akulah Tuhan Allahmu

26-28

I am the LORD

Akulah Tuhan

29-30

I am the LORD

Akulah Tuhan

31

I am the LORD your God

Akulah Tuhan Allahmu

32

I am the LORD

Akulah Tuhan

33-34

I am the LORD your God

Akulah Tuhan Allahmu

35-36

I am the LORD your God

Akulah Tuhan Allahmu

37

I am the LORD

Akulah Tuhan

Tapi bahkan didalam cerita yang lebih besar dan rumit kita menemukan motif berulang yang menunjukan kesatuan dan perkembangan cerita dari satu episode yang episode berikutnya, memberikan pengertian yang lebih baik terhadap motif setiap kali muncul dalam teks. Sebagai contoh, saat saudara-saudara Yusuf menipu ayah mereka agar mengira Yusuf telah terbunuh, mereka meletakan darah anak kambing/a kid of the goats (sheir izzim) pada jubah dan mengirimkannya ke Yusuf, memintanya untuk mengenali (hakker) apakah itu memang betul jubah Yusuf (Gen. 37:31-33). Kembali ke Kejadian 27:9 Yakub telah menggunakan dua anak kambing (shene gedaye izzim) untuk menipu ayahnya. Jadi motif berulang dari penipuan mengikat cerita dan meminta komentar. Tapi juga dalam Kejadian 38, setelah Judah telah tertipu oleh Tamar, dia mengirim satu anak kambing (gedi izzim in v. 17) sebagai bayaran bagi pelayanan pelacur itu. Kemudian, saat Tamar membuka kedoknya, dia memperlihatkan cap meterai, kalung dan tongkat, memintanya untuk mengenali (hakker) apakah benar semua itu miliknya (v. 25). Judah dan saudara-saudaranya telah meminta ayah mereka untuk mengenali jubah Yusuf untuk menipu ayah mereka; Tamar meminta Judah mengenali barang-barangnya untuk membuka penipuan yang dilakukannya dan menegur Judah.

6. Kutipan-kutipan. Pada inti cerita dalam kitab ada penggunaan kutipan-kutipan langsung maupun tidak, dan terkadang kutipan-kutipan imaginary (untuk mewakili pemikiran seseorang, atau menjelaskan tindakan seseorang). Kejadian 18:16-33, sebagai contoh, sebagian besar dibangun oleh ucapan-ucapan yang dipisahkan oleh laporan cerita. Ayat 16 melaporkan kalau para malaikat bangkit dan mengarah ke Sodom. Tapi ayat 17-20 kemudian melaporkan suatu soliloquy ilahi, dan ayat 20-21 suatu ucapan kepada Abraham. Ayat 22 sekali lagi merupakan laporan cerita, memecah ucapan-ucapan: dan lalu berpalinglah orang tersebut dan pergi ke Sodom, tapi Abraham tetap bersama TUHAN. Ayat 23-32 kemudian melaporkan dialog antara Abraham dan TUHAN mengenai penghancuran orang benar bersama dengan orang jahat. Dialog ini dicatat untuk repetisi, repetisi yang penting bagi artinya, karena dia tidak bisa sampai kepada angka terakhir tanpa menguranginya secara perlahan. Cerita itu ditutup dengan laporan lalu TUHAN pergi (v. 33).

Dialog dan ucapan-ucapan membentuk bagian yang penting bagi penulisan cerita. Tentu saja, mereka membentuk substansi dari ucapan nubuat leluhur. Tapi dalam suatu dialog atau ucapan dalam cerita biasanya memberi arti bagi keseluruhan cerita. Sebagai contoh, pada bagian diatas, ketiga ayat yang memberi laporan cerita itu hampir tidak memiliki arti jika bukan bagi soliloquy, ucapan, dan dialogue.

7. Subordinate Clauses dan Parenthetical Descriptions. Komentar Editorial membentuk bagian penting bagi cerita Ibrani; mereka memberikan penafsiran, penjelasan atau komentar dari penulis. Setiap orang yang terbiasa dengan tulisa kitab Raja-raja dimana penulisnya terus memberitahu pembacanya apakah sang raja berbuat yang benar atau tidak. Hal itu menyediakan informasi bagi pembaca untuk merespon cerita dengan benar.

Tapi dalam eksegesis Ibrani ada banyak kesempatan dimana parenthetical clause, atau suatu gambaran, memberikan suatu penafsiran yang lebih kabur. Sebagai contoh, saat Lot memilih untuk bermukim di Sodom, cerita itu menjelaskan, adapun orang Sodom sangat jahat dimata TUHAN (Gen. 13:12). Dampak dari komentar dari cerita diserahkan kepada pembacanya. Walau hal itu tidak membentuk bagian utama dari struktur sehingga memperluas cerita, tapi berkontribusi terhadap arti. Atau saat Simeon dan Lewi mulai membuat perjanjian dengan Shechemites dalam Kejadian 34, narrator menjelaskan kalau mereka menjawabnya dengan tipuan, melihat Schechem telah menodai Dinah (v. 14). Penjelasan kecil itu menyadarkan pembaca akan nature dari perjanjian itu, dan memberikan pendapat narrator terhadap kejadian itu. Atau diseluruh karya tulis, seperti kitab Yunus, penulisnya terus menggunakan subordinate clauses untuk memberi arti pada struktur. Sebagai contoh, dalam sesuatu yang begitu sederhana seperti laporan kalau Yunus pergi ke Joppa dan mendapatkan kapal menuju ke Tarsis (cerita), klausa to flee from the presence of the LORD / untuk lari dari hadapan TUHAN dan frasa ulangan from the presence of the LORD / dari hadapan TUHAN, ada untuk menjelaskan klausa utama (1:2). Jadi, dengan mengerti materi subordinate dan parenthetical bisa memampukan kita untuk memisahkan struktur, dan menafsirkannya dengan lebih tepat.

Tekstur

Tekstur berurusan dengan gaya atau susunan teks itu sendiri, pekerjaan tingkat yang lebih rendah - syllables, kata-kata, kalimat-semua yang membuat cerita. Hal ini dikerjakan tanpa mengatakan kalau semua hal dalam suatu komposisi itu penting, terutama dalam Alkitab, karena itu hanya sebuah seni tulis. Sayangnya, para pengkhotbah dan pengajar terlalu sering menunjukannya. Baru-baru ini saya mengalami pengalaman yang tidak mengenakan, melihat seorang pengkotbah televisi sedang beraksi. Berkotbah mengenai Yusuf sampai berkuasa di Mesir melalui menafsirkan mimpi, dia berkata, Itu cerita yang panjang Saya tidak mau membuat anda bosan dengan detilnya. Hal yang ditunjukannya adalah materinya, sebagian besar nasihat dan ilustrasi, lebih penting daripada teks itu. Banyak ekspositor mungkin tidak berkata seperti itu, tapi mereka sebenarnya tunduk pada pemikiran seperti itu, karena eksposisi mereka tidak berdasar atas teks itu. Maksud kami, Tuhan memberi kita detil nya karena semua itu penting untuk mengerti unit itu. Semakin banyak kita buka, semakin memperkaya pengertian kita

1. Paronomasia dan Phonetic Word Plays. Melalui perlengkapan ini para penulis menekankan dan menfokuskan perhatian pembaca terhadap maksud penting yang ada dalam teks. Kita bisa membuat suatu perbedaan teknis dimana paronomasia adalah suatu permainan kata yang melibatkan suara dan rasa, bagi kata-kata yang digunakan serumpun; sedangkan phonetic word play hanya melibatkan suara. Ada juga beberapa permainan kata yang hanya melibatkan rasa bukan suara. Secara umum, seluruh tipe bisa dikelompokan sebagai permainan kata, dan signifikansinya dalam setiap kasus bisa dijelaskan lebih jauh.

Permainan kata biasanya muncul dalam memberi nama cerita dalam penulisan cerita, maksud dari permainan kata adalah menekankan arti penting yang ada dalam cerita. Sebagai contoh, dalam Kejadian 16 kita melihat cerita mengenai Sarah memberi Hagar kepada suaminya untuk mendapat seorang anak. Pada akhir cerita, TUHAN menyelamatkan Hagar dipadang gurun dan bernubuat mengenai anaknya, memberinya nama Ismael dengan penjelasan, bahwa TUHAN mendengar (shama) penderitaannya (v. 11). Dia berespon dengan menamakan Tuhan El roi, Tuhan yang memperhatikan aku, dan menamakan tempat itu, Beer lakhay roi, sumur Tuhan yang hidup yang memperhatikan aku. Permainan kata pada nama ini menfokuskan perhatian pembaca pada fakta bahwa Tuhan mendengar dan Tuhan memperhatikan, artinya, Tuhan mampu menyelamatkan manusia dari penderitaan mereka. Karena hal ini berasal dari Tuhan yang menyatakan diri (dalam cerita ini melalui ucapan), dan karena perkataan Tuhan merupakan klimaks dari cerita pengusiran Hagar yang harus kembali ketuannya memberi pelajaran (dan teguran) bagi Abram dan Sarai. Apakah ada yang heran, saat anak mereka Ishak merenung di Beerlahayroi (24:62); dan saat istrinya mandul, dia berdoa bukannya berencana dan TUHAN menyediakan anak (25:21)?

Tapi permainan kata tidak terbatas pada penamaan. Pada cerita mengenai Yakub dan Esau cerita mempergunakan banyak permainan kata. Sebagai contoh, didalam Kejadian 25:27 Esau digambarkan sebagai pemburu yang hebat (tsayid); tapi kemudian didalam ayat 29 Yakub memasak (wayyazed) kacang merah (nazid). Penulisa membandingkan keduanya melalui permaian suara, karena kata-katanya tidak berhubungan. Tapi maksudnya adalah Yakub juga seorang pemburu, meletakan perangkap bagi saudaranya yang akan datang memakan umpan itu.

2. Double entente. Contoh ini membawa kita kewilayah lain dari seni tulis sebuah bagian, yaitu, kemenduaan teks yang disengaja melalui kata-kata yang memiliki arti ganda. Pada Kejadian 25:29 arti penting lain bisa terlihat dalam pemilihan kata kerja zid, walau kata itu memang memiliki arti to boil, kata itu juga digunakan untuk menggambarkan kegiatan mencurigakan (maksud memasak air diujung mewakili seseorang yang melangkahi batas). Jadi konotasi dari kata itu dan suara dari kata itu lebih dari denotasi boil.

Satu contoh mengenai kemenduaan yang disengaja bisa terlihat dalam Yunus 4:6 disana TUHAN membuat sebuah pohon tubuh menutupi kepala Yunus to deliver him from his evil plight (meraato). Apakah kata raa ini merujuk kepada tindakan marah Yunus (it was very evil [wayyera] to him, 4:1), atau matahari bersinar terik pada kepalanya, atau keduanya? Saya cenderung melihat kalau kata itu merujuk pada keduanya, karena kata itu telah digunakan dibagian yang menunjukan prilaku Yunus, tapi konteksnya menunjukan kalau panas mataharinya yang dirujuk.

Ada saatnya penulis menggunakan kata yang sama atau kata-kata dalam rasa yang berbeda. Sebagai contoh, dalam Kejadian 40 Yusuf dipanggil untuk menafsirkan mimpi dari pelayan minum dan roti. Penafsiran pertama adalah Firaun akan Lift up your head (yissa et rosheka), suatu pemulihan jabatan (v. 13); tapi penafsiran berikutnya adalah Firaun akan lift up your head (yissa et rosheka) from you, artinya, menghukum mati. Hal ini menggabungkan dua penafsiran bersamaan melalui pengulangan kata, tapi bermain pada arti yang berbeda untuk menunjukan perbedaan. Maksudnya seperti menjadi sebagian dari bukti kemampuan Yusuf menafsirkan mimpi yang kelihatannya sama tapi memiliki arti yang berbeda.

3. Repetisi. Seharusnya sudah jelas, diinti pelajaran mengenai tekstur ada repetisi kata-kata penting yang ada dalam cerita, mazmur, atau nubuat. Ini bisa diulangi dalam pengertian yang sama, memberi arahan pada struktur, atau diulangi dalam pengertian yang berbeda. Sebagai contoh, dalam cerita mimpi Yusuf tentang masa depannya (Genesis 37:1-11), tiga kali teks ini menjelaskan kalau saudara-saudaranya membenci dia (wayyisneu dalam ayat 4; dan wayyosipu od seno dalam ayat 5 dan 8). Repetisi ini mengarahkan ekspositor kemaksud dari episode tersebut. Secara tidak disengaja, antonym dari kata kerja ini, ahab, kelihatannya mengarahkan kebencian, karena bagian itu dimulai dengan menyatakan kalau Yakub lebih mengasihi Yusuf daripada anak-anaknya yang lain.

Jika repetisi muncul diantar bagian, maka suatu jahitan muncul dimana naratornya ingin pembacanya melacak hubungan itu. Suatu analisa dari kitab Mazmur menunjukan hal ini ini merupakan bagian dari pola pengaturan (seperti yang akan dibahas dalam pelajaran ini). Tapi dalam cerita, salah satu contoh jelas ada dalam cerita mengenai Yusuf. Saudara-saudara Yusuf membencinya dan tidak bisa berbicara damai (leshalom) padanya (37:4); tapi kemudian bagian berikut dimulai dengan Yakub mengirim Yusuf menemukan keadaan baik (shelom) saudara-saudaranya. Penulisa ini telah mempersiapkan pembacanya akan kegagalan misi ini melalui repetisi kata.

Terkadang repetisi memakai suatu belitan ironis. Pada Kejadian 12:10-20 kita melihat cerita mengenai penipuan Abram mengenai istrinya Sarai. Pada ayat 13 dia menyuruh istrinya mengatakan kalau dia adalah saudaranya, in order that it might go well /agar dia selamat (yitab) melalui perkataan istrinya. Tapi saat istrinya diambil darinya, teks itu berkata kalau Firaun treated him well/ memperlakukannya dengan baik (hetib), memberinya berbagai macam benda sebagai semacam mas kawin. Repetisi ironis dari kata kerja yatab menunjukan kalau rencananya menjadi bumerang.

4. Allusion dan Foreshadowing. Melalui pemilihan kata yang hati-hati penulis bisa merujuk pada peristiwa sebelumnya (allusions), atau mengantisipasi peristiwa dimasa depan dari sudut pandang teks itu (foreshadowing). Allusion bisa dipengaruhi hanya dengan menggunakan satu kata yang sudah dikenal dengan baik dari konteks lainnya. Pemazmur, para nabi, dan narrator semuanya menggunakan allusions. Pengidentifikasian allusions dibutuhkan agar pembaca atau pendengar bisa terbiasa dengan yang dirujuk. Sebagai contoh, dalam Keluaran 1:7 teksnya mengatakan betapa orang Israel beranak cucu dibawah penindasan Mesir: the Israelites were fruitful (paru) and increased abundantly (wayyisresu), and multiplied (wayyirbu) and became very, very mighty (wayyaatsmu bimod meod). Kata-kata yang digunakan disini diambil dari Kejadian 1:28 dan 1:20, perintah untuk be fruitful dan multiply, dan perintah kalau bumi swarm dengan mahluk-mahluk hidup. Maksud dari allusion adalah untuk menunjukan kalau rencana Tuhan bagi ciptaan sedang dikembangkan dalam pembentukan ciptaan baru, Israel.

Cerita dalam Kejadian 12:10-20 adalah contoh yang baik dari foreshadowing dalam seni cerita. Menurut penjelasannya, terjadi bencana diwilayah itu, Abram pergi ke Mesir, dia menghadapi kemungkinan pria dibunuh dan wanita diambil, istrinya ditawan, TUHAN menyelamatkan mereka dari bencana, Firaun memanggil Abram, dan membiarkan mereka keluar, dan mereka keluar dari Mesir dengan kekayaan. Semua hal ini memiliki paralelnya dalam pengalaman penawanan dan keluarnya Israel dari Mesir, sampai penggunaan kata-kata yang identik. Kelihatannya Kejadian 12:10-20 ditulis dengan peristiwa dimasa depan sudah ada dipikiran; dengan kata lain, penulis, telah mengetahui pengalaman sebelumnya (siapa lagi yang lebih mengetahuinya selain Musa?), memilih cerita leluhur dimasa lalu menjadi latar belakang pengalaman Israel di Mesir tapi sama sekali tidak mengarang cerita. Dia melakukan itu untuk menunjukan kalau pengalaman sebelumnya merupakan suatu pertanda dari pengalaman Israel, menunjukan kalau Tuhan akan menyelamatkan mereka.

5. Notional Features.15 Sekarang kita harus melihat penggunaan notional features didalam kalimat-kalimat suatu cerita. Disini kita tertarik melihat latar belakang, rujukan, tindakan, dan ide saat semua itu muncul dalam teks. Hal ini membutuhkan penelitian gramatikal, kosa kata, struktur kalimat, dan pengaturan paragraph. Analisa ini penting karena seringkali ekspositor tidak tahu apa yang ditekankan oleh cerita, terutama jika itu merupakan suatu cerita yang panjang dan berkembang. Prosedur berikut bisa membantu.

Langkah pertama adalah mendaftar setiap mahluk, objek dan tempat yang disebutkan dalam cerita (disebut referential taxonomy). Segala hal yang memainkan peran dalam cerita, sehingga tidak ada yang dikeluarkan.

Langkah kedua adalah mendaftarkan setiap cara dimana suatu mahluk, objek atau tempat dirujuk disepanjang teks. Suatu pelajaran mengenai referential variants biasanya untuk menyatakan petunjuk mengenai gaya penulis dan berguna dalam menentukan tema suatu bagian. Sebagai contoh, dalam Kejadian 4 Habel dirujuk tujuh kali dengan Habel dan tujuh kali dengan saudaranya [Kain], penekanan lebih lanjut adalah pembunuhan itu adalah dosa terhadap saudaranya.

Langkah ketiga adalah menentukan apa yang sering digunakan dalam cerita itu (maksudnya, analisa materi secara statistik). Disini anda akan membedakan fungsi dari rujukan dalam tata bahasa. Apakah rujukan itu digunakan dalam struktur kalimat utama dari cerita, atau dalam subordinate clauses, atau dalam kutipan? Langkah ini bisa ditentukan oleh hal ini, karena subjek dari suatu kalimat lebih penting daripada objek (jadi Kain lebih penting bagi cerita itu daripada Habel), rujukan yang secara eksplisit disebutkan lebih penting daripada yang dirujuk melalui suatu suffix atau suatu pronoun, dan rujukan dalam suatu kalimat non-quotative lebih penting bagi struktur cerita daripada rujukan dalam kutipan. Hal ini dilakukan agar eksegetor belajar siapa atau apa yang dianggap penulis sebagai karakter yang terpenting) atau item dalam cerita.

Langkah keempat adalah membuat suatu ringkasan dari line-event statement dalam teks. Artinya memetik dari teks seluruh pernyataan yang memajukan cerita dalam tindakan dan waktu serta menyatakan kembali semua itu dalam satu daftar terpisah secara berurut sesuai diperkenalkannya mereka kedalam teks (terkadang sentence diagramming bisa dipakai). Beberapa hal secara otomatis dikeluarkan disini: Petunjuk mengenai peristiwa sebelumnya, materi pendukung atau penjelas, materi non-kejadian seperti proposisi keberadaan dan pernyataan proyeksi atau peristiwa yang tidak terwujud, dan komentar narrator. Sekarang anda harus berhati-hati, karena urutan cerita dalam Ibrani, dibentuk dengan berderet-deret dan preterite, tidak selalu digunakan untuk membawa garis cerita kedepan; hal ini bisa menjadi subordinated preterite lainnya. Sebagai contoh, Kejadian 3:6 seharusnya diterjemahkan, When she saw (wattere) she took (wattiqakh).

Langkah kelima adalah petakan kata-kata kerja dari cerita. Cocokan kata kerja dengan subjeknya untuk melihat subjek apa yang paling dinamis dalam cerita. Sebagai contoh, dalam Kejadian 1:1 - 2:3 Tuhan adalah subjek dari kata kerja to say, to see, to create, to name, to make, to bless, to separate, to rest, to place, to finish, dan to sanctify. Tidak ada subjek lain yang memiliki kata kerja sebanyak ini. Tuhan jelas menjadi tema utama dari cerita. Hal ini akan menjadi jelas disetiap pembacaan pasal ini; saya hanya menggunakan satu pasal yang jelas sekali memperlihatkan bagaimana cara kerjanya sehingga bisa diterapkan kepasal lainnya, yang kurang jelas.

Langkah keenam adalah temukan rujukan tematik dalam cerita. Rujukan tematik adalah karakter atau item yang dirujuk lebih dari satu episode dan merupakan subjek dari setidaknya satu baris peristiwa kata kerja. Sebagai contoh, dalam Kejadian 4 Habel merupakan rujukan tematik. Dia merupakan subjek dari kata kerja brought dalam ayat 4, tapi diluar dari kenyataan hanya dia yang dirujuk, atau subjek dari suatu stative verb.

Terakhir, seluruh materi ini harus dikorelasikan dengan penemuan-penemuan dari penelitian tentang repetisi dalam teks untuk menentukan tema. Pada cerita penciptaan ada duabelas kata kerja atau struktur yang berpusat pada kata kerja diulangi diseluruh cerita. Kata wayehi ken, and it was so, yang sudah dikenal muncul sekali diepisode dua, dua kali diepisode tiga, sekali diepisode empat, dan dua kali diepisode lima, tiga kali diepisode enam, dan sekali diepisode tujuh. Membuat tabel dimana ide yang berpusat pada kata kerja diulangi dipusatkan kita bisa menentukan penegasan tema cerita. Pada cerita penciptaan hal ini ada diepisode enam, penciptaan manusia. Bahkan ekspresi yang diulang, there was evening and there was morning, a first day, pada enam episode, ditegaskan dalam episode keenam karena hanya disitu ada artikel yang digunakan berhubungan dengan angka ordinal - the sixth day. Pada cerita penciptaan episode enam menonjol karena memiliki delapan repetisi yang ditegaskan didalamnya. Episode kedua terpenting adalah episode tiga. Episode ini penting karena dalam struktur cerita, hari pertama berparalel dengan hari keempat, hari kedua berparalel dengan hari kelimat, dan hari ketiga berparalel dengan hari keenam, masing-masing memuncaki dua sisi perkembangan dari cerita untuk memperbaiki kerusakan (days 1-3) dan kekosongan (days 4-6).

Tema yang ditegaskan dari teks berkonsentrasi pada episode keenam. Hal ini tidak berarti kalau pasal selanjutnya bersifat sekunder, atau ada dibawahnya; maksudnya, bahwa didalam pengkalimatan tema bagi seluruh cerita kita perlu menfokuskan perhatian kita pada panel itu. Dan hal itu juga diharapkan dari eksegesis seterusnya, karena panel itu mencatat perintah terhadap umat manusia yang akan dikembangkan diseluruh Pentateuch. Maka eksposisi akan berfokus pada Tuhan menciptakan umat manusia dan perintahnya untuk beranak cucu dan mendominasi ciptaanNya yang diberkati, dicipta dan dikuduskanNya.

6. Adegan. Jika kita sedang menganalisa cerita dalam tulisan narasi, maka akan ada adegan dalam perkembangan cerita. Hal ini lebih mudah dikenali melalui perubahan karakter, perubahan latar belakang, atau perubahan tindakan. Tidak semua memiliki tanda structural yang jelas seperti yang dimiliki cerita mengenai penciptaan, tapi biasanya cukup jelas untuk mengenali adegan. Sebagai contoh, dalam cerita Kejadian 27 kita memiliki adegan yang ditandai dengan jelas melalui perubahan karakter: Ishak mengirim Esau berburu untuk mendapat berkat, Rebeka mempersiapkan Yakub untuk penipuan, Yakub menipu Ishak untuk mendapatkan berkat. Esau kembali untuk mendapatkan berkatnya dari Ishak, Rebeka menasihati Ishak untuk mengirim Yakub sejauh mungkin, Ishak mengirim Yakub keluar dengan berkat (27:1-28:9). Hal yang menarik dalam cerita ini adalah tidak lebih dari dua orang dalam keluarga itu yang bersama dalam satu adegan. Adegan yang pertama dan terakhir berparalel dimana Ishak mengirim keluar anaknya, dan pertama untuk berburu dan akan diberkati, dan kedua dengan berkat itu. Pada pusat cerita ada dua paralel adegan pemberkatan, pertama tentang Ishak memberkati Yakub tanpa sadar, dan berikutnya mengenai Ishak memberikan Esau berkat yang lebih rendah. Didalam suatu bagian seperti ini analisa subjek dan baris kata kerja utama akan berbeda dari adegan ke adegan, tapi pola paralel antar adegan akan menunjukan penekanan dari narator.

7. Bahasa Puisi. Didalam mempelajari narasi Ibrani penting untuk mengerti bahasa puisi yang digunakan untuk menangkap maksud dramatisnya. Singkatnya, bahasa kiasan tinggi digunakan untuk mengkomunikasikan maksudnya, karena penulis berusaha membuat pembacanya hidup dalam imajinasi cerita itu. Ada saatnya bahasa itu terlihat rahasia karena cukup begitu saja dikatakn untuk menyatakan maksud, dan sisanya diserahkan kepada pembaca untuk diimajinasikan. Perhatikan pernyataan klasik dalam Kejadian 31:2: And Jacob saw the countenance of Laban, and indeed it was not toward him as before. Ada saatnya kita menemukan ekspresi seperti the voice of the blood of your brother cries out from the ground (Gen. 4:10), dan sin is couching at the door (Gen. 4:7), dan Why has your face fallen? (Gen. 4:6). Bahasa kiasan seperti itu menghidupkan narasi dalam imajinasi dan ingatan pembaca. Saya menggunakan contoh-contoh ini untuk menunjukan apa yang sering disebut tulisan narasi juga penuh dengan kiasan. Anda perlu menguasai keahlian mengidentifikasi, mengklasifikasi, dan menafsirkan kiasan untuk mengerjakan bagian Alkitab manapun.

Kritik Genre

Kualifikasi

Bersama dengan Kritik Bentuk sehingga para sarjana Alkitab disadarkan terhadap bentuk penulisan berbeda yang digunakan dalam Alkitab. Mempelajari struktur dan komposisi suatu tulisan, kritik bentuk bisa memisahkan tipe penulisan yang berbeda. Sekarang ini genre telah menjadi penting dalam penyelidikan tulisan dimana sarjana Alkitab sering menggunakan genre dalam menafsirkan teksnya.

Sayangnya, dalam prakteknya, identifikasi bentuk digunakan oleh beberapa kritik untuk menjawab pertanyaan mengenai historitas. Bagi Gundry, mengidentifikasi cerita Orang Bijak dalam Matius dimana midrash Yahudi berakhir dengan pertanyaan apakah orang majus itu memang ada. Bagi Leslie Allen, mengidentifikasi Yunus sebagai perumpamaan menyingkirkan perlunya menemukan hubungan histories dengan Niniwe atau mempertahankan episode dengan ikan. Pada kedua kasus kita akan mengatakan jangan terburu-buru. Pertama, ada pertanyaan penting mengenai kriteria yang mereka gunakan dalam mengidentifikasi genrenya, karena kita tahu bentuk yang dimiliki midrash dan perumpamaan dan cerita diatas tidak masuk kedalam kriteria mereka. Kedua, klasifikasi suatu genre tidak berarti peristiwa itu tidak terjadi. Jika Orang Bijak adalah suatu midrash, penceritaan cerita dalam bentuk itu akan memiliki tujuan menyatakan beberapa peristiwa atau teks. Jadi penggunaan penelitian mengenai genre masih dipertanyakan.

Penelitian Genre penting untuk eksegesis lengkap dari teks, tapi ada beberapa persyaratan. Pertama, anda harus tahu kalau adanya banyak perdebatan mengenai apa itu genre yang sebenarnya, dan apakah itu bisa diidentifikasi dengan benar, apakah itu memang sangat membantu.

Kedua, genre berkaitan dengan bentuk penulisa dan tidak bisa digunakan untuk menentukan historitas. Sebagai contoh, suatu essay bisa merupakan fakta atau fiksi. Suatu drama bisa histories atau non-historis. Alegori bisa menggunakan peristiwa nyata atau fiksi. Hanya saat genre secara spesifik membatasi natur dari materi dia bisa berbicara mengenai masalah historitas, tapi pembatasan itu berasal dari substansi materi, bukan dari bentuk itu sendiri (sebagai contoh, dongeng). Suatu cerita adalah cerita; bisa mengenai William the Conqueror atau St, George and the Dragon.

Ketiga, penentuan genre melibatkan logika sikular. Kita menggunakan genre untuk menentukan penafsiran dari suatu bagian, tapi kita menggunakan eksegesis dari bagian itu untuk mengidentifikasi genre. Tapi ada checks and balances, jika kita dengan hati-hati menggunakannya, bisa sampai pada kesimpulan yang akurat. Bagaimanapun juga, jika seorang penulis mengklasifikasi suatu bagian menurut genre tertentu, tapi harus menghapus atau mengabaikan bagian tertentu dalam cerita yang tidak sesuai dengan genrenya, atau mengabaikan bentuk-bentuk dari genre, maka klasifikasinya harus ditolak. Sebagai contoh, Yusuf sering diklasifikasikan sebagai seorang pahlawan, dan cerita Yusuf adalah tulisan mengenai kepahlawanan. Tapi Yusuf tidak pernah mempertaruhkan segalanya dalam suatu tindakan heroik yang menjadi salah satu bentuk dari tulisan kepahlawanan. Sebaliknya, cerita Yakub masuk kedalam pola komedi (dalam pengertian Yunani), terutama berkaitan dengan penipuan yang Yakub lakukan, tapi berakhir dengan baik pada akhirnya. Atau, jika penulis itu berusaha mengidentifikasi suatu genre tanpa contoh lain dari genre itu, seluruh klasifikasi dipertanyakan. Sebagai contoh, Westermann didalam tafsiran Kejadiannya mengatakan kalau Kejadian 29 adalah sebuah cerita pengganti tua yang sudah umum didunia masa lalu. Tapi dia tidak memberi contoh dan tidak ada petunjuk terhadap pernyataannya.

Keempat, kita tidak selalu bisa mengklasifikasikan suatu bagian menurut genrenya, apakah itu sebuah mazmur atau narasi. Kita bisa menggambarkan apa kira-kira bentuk dan fungsi dari bagian itu, dan memberi nama, tapi tanpa bisa menemukan paralelnya kita tidak bisa benar-benar memiliki suatu tipe tulisan.

Dan kelimat, mempelajari bentuk harusnya berkaitan dengan fungsi. Itu maksud utama dari genre. Jika kita memiliki suatu narasi Alkitab yang masuk kedalam bentuk tertentu, maka bentuk itu akan membawa hal yang ada diluar laporan yang telah terjadi dalam narasi itu-hal itu menangkap elemen pengajaran dalam cerita tersebut. Kita bisa berulang-ulang membaca cerita tentang pemeliharaan dipadang belantara dalam kitab Keluaran dan Bilangan; tipe cerita ini dengan struktur dan motifnya yang mirip mempersiapkan pembaca melihat pesannya. Anda akan menemukan kalau lebih mudah mengidentifikasi bentuk dan fungsi dari perbedaan tipe mazmur dari pada narasi. Tapi beberapa contoh yang membantu bisa ditemukan dalam G. Herbert Livingston, The Pentateuch in Its Cultural Environment (Grand Rapids: Baker, 1974).

Klasifikasi

Setiap orang yang membaca Perjanjian Lama sadar akan adanya Puisi, Nubuat, Hukum, dan Narasi. Klasifikasi ini mempersempit pembahasan, tapi tidak memberikan arahan tertentu bagi eksegesis.

Bagi mazmur kita bisa melihat perbedaan tipe: mazmur ratapan individu, mazmur ratapan nasional, mazmur pujian deskriptif, mazmur pujian deklaratif, dan banyak lagi yang lain (yang akan anda pelajari). Setiap klasifikasi memiliki suatu pola yang berbeda tapi tidak pernah merupakan stereotype, dan terminology serta motif yang berbeda. Bentuk yang umum digunakan biasanya menunjukan fungsi. Jika suatu mazmur ratapan menulis tentang tangisan dari penderitaan fisik, maka kita bisa mengidentifikasi tipe situasi dan fungsi dari doa itu. Atau, jika ada suatu mazmur pujian karena menang dalam peperangan, kita bisa memastikan latar belakang kehidupan Israel, dan bagaimana pujian itu berfungsi dalam ibadah jemaat.

Sama juga dalam genre tulisan lain kita memiliki tipe tertentu. Pada tulisan narasi ada perdebatan besar mengenai tipe, tapi disini bukan tempatnya untuk membahas seluruh materi itu. Tapi kategori seperti narasi, cerita (jika dipisahkan dari ide fiksi), episode dan lainnya bisa sangat berguna, karena masing-masing memiliki karakteristik yang berbeda. Suatu narasi seharusnya memiliki ketegangan dimana bagian itu menelusuri peristiwanya sampai kepada suatu resolusi. Jika narasi itu merupakan bagian dari suatu cerita yang self-contained, seperti cerita Yusuf, atau kitab Rut, maka cerita lengkapnya akan memiliki suatu plot seperti itu. Ada juga unit yang lebih kecil: genealogi, laporan kelahiran, laporan pemakaman, itinerary, pengembaraan dipadang belantara, narasi pidato, dan lainnya. Bahkan didalam tipe genealogi kita menemukan sub-categories: vertical genealogies dan horizontal genealogies. Yang pertama melacak garis keturunan (Genesis 5 and 11), dan yang kedua melacak bangsa-bangsa keturunan (Genesis 10). Mereka jelas memiliki struktur dan fungsi yang berbeda.

Saat anda menelusuri bagian itu, anda akan berjumpa dengan pembahasan mengenai genre masing-masing bagian. Beberapa pembahasan akan menolong, dan sebagian lagi tidak. Anda harus mengevaluasi usulan-usulan itu, dan jika mereka ada dibawah penyelidikan seksama, maka anda harus menentukan apakah mereka bisa membantu eksegesis. Sebagai contoh, kebanyakan pelajar Alkitab mengetahui tentang perbandingan Hittite suzerainty treaties dan Israels Sinaitic covenant, terutama Decaloguenya. Penggunaan genre ini memberi kita pengertian dan penghargaan terhadap teks tersebut. Sebaliknya, klasifikasi dari cerita penciptaan sebagai suatu mitos, sama seperti mitologi Timur Dekat kuno lainnya, sangat bermasalah. Hal itu mengharuskan kita mengerti apa mitos itu sebenarnya, dan yang dilakukannya dan disini ada beberapa kesulitan besar. Walau kita mau mengakui kalau Kejadian 1:1 - 2:3 terutama sekali suatu perjanjian teologis, masalah kebenaran menjadi pusat pembahasannya. Hal yang sama bisa terjadi dengan cerita Air Bah. Walau banyak yang ingin memperlakukannya sebagai mitos, sebagian dari kita tetap bertanya apakah memang ada air bah, kejatuhan, atau menara Babel. Jika klasifikasi sebagai mitos digunakan untuk mengesampingkan pertanyaan-pertanyaan itu, atau membuat penolakan terhadap fakta Alkitab bisa diterima, maka klasifikasi mitos tersebut tidak memuaskan.

Harus dikatakan bahwa suatu bagian bisa dimengerti diluar klasifikasi genre; tapi dalam banyak kasus ada hal tertentu yang bisa menambah pengertian kita akan teks. Sebagai contoh, Mikah 1:10-16 telah diklasifikasikan sebagai sebuah Klagelied, suatu nyanyian pemakaman terhadap kota-kota di Shephelah (lowlands). Ini dikarakterisasikan oleh pengumuman kehancuran akibat invasi terhadap kota-kota ini, masing-masing kota menerima satu permainan kata pada namanya untuk menunjukan kalau itu merupakan pertanda. Ini ditulis dalam suatu ukuran yang menandai kalau lagu-lagu itu, dan permainan kata pada nama-nama kota memiliki kekuatan pengingat bagi pendengar sehingga tidak pernah bisa dilupakan. Sebuah paralelnya adalah Yesaya 10:27-34. Menuliskan mengenai invasi yang sama, tapi berkonsentrasi pada bagian utara yang berasal dari gunung sampai ke Yerusalem. Ini juga bermain pada nama kota dengan permainan kata yang jelas, menunjukan kalau nama-nama itu sendiri berbicara mengenai invasi. Sekarang, didalam membaca Alkitab kita bisa belajar kalau ada invasi yang akan datang dan kota-kota akan dihancurkan. Tapi dengan menganalisa genre melalui perbedaan bentuk kita menangkap kekuatan cara pengekspresian ini, dan kemudahan mengingat melalui perbedaan bentuk dari lagu kematian ini. Tidak ada bagian lain dalam Alkitab yang berbentuk sama seperti kedua ini, walau para nabi berulang kali bermain pada arti dari nama.

Kesimpulan

Tulisan dalam bagian ini secara singkat telah membuka pembahasan mengenai kritik retoris dan genre. Sekarang sudah jelas kalau Alkitab adalah suatu seni tulis, histories dan kebenaran teologis. Para penulis menggunakan seluruh aturan dalam menformulasi dan mengekspresikan pesan mereka. Tapi seni tulis ini tidak hanya ornamental semata; hal ini menjadi bagian dari arti keseluruhan teks, dan harus dimasukan dalam eksegesis dan eksposisi dari teks tersebut.


1 Ini merupakan salah satu penekanan dari kritik kanonikal; lihat Brevard S. Childs, Introduction to the Old Testament Scriptures (Philadelphia: Fortress Press, 1979).

2 James Muilenberg, Form Criticism and Beyond, JBL 88 (1969):1-18.

3 Tulisan yang sangat membantu: lihat J. P. Fokkelman, Narrative Art in Genesis and Narrative Art and Poetry in the Books of Samuel: King David; John Barton, Reading the Old Testament: Method in Biblical Study; and John H. Patton, Rhetoric and Biblical Criticism, QJS 66 (1980):327-337.

4 Setiap penulis menekankan aspeknya masing-masing dalam analisa tulisa. Sebagai contoh, lihat S. Bar-Efrat, Some Observations on the Analysis of Structure in Biblical Narrative, VT 30 (1980):154-173; Mary Savage, Literary Criticism and Biblical Studies: A Rhetorical Analysis of the Joseph Narratives, in Scripture in Context, edited by Carl D. Evans, William H. Hallo, and John B. White (Pittsburgh: The Pickwick Press, 1980); and Roy F. Melugin, Muilenberg, Form Criticism and Theological Exegesis, in Encounter with the Text, edited by Martin J. Buss (Philadelphia: Fortress Press, 1979).

5 Untuk pendahuluan yang baik, lihat Robert Alter, The Art of Biblical Narrative (New York: Schocken Books, 1979).

6 Lihat Michael Fishbane, Text and Texture: Close Readings of Selected Biblical Texts (New York: Schocken Books, 1979).

7 Lihat Michael Fishbane, Text and Texture: Close Readings of Selected Biblical Texts (New York: Schocken Books, 1979).For samples of writings of literary scholars, see Kenneth R. R. Gros Louis, ed., Literary Interpretations of Biblical Narratives (Nashville: Abingdon, 1974).

8 James Muilenberg, A Study of Hebrew Rhetoric: Repetition and Style, VTS 1 (1953):97-111.

9 Karya dari Phyllis Trible, Texts of Terror (Philadelphia: Fortress Press, 1984), bisa menggambarkan hal ini. Trible memiliki pengertian yang sangat baik dari teks bagian tertentu, tapi sangat sedikit berusaha mengartikulasikan arti dari unit itu diluar penggunaannya dalam mempelajari wanita yang terancam (yang, untuk adilnya, merupakan tujuannya).

10 Jika anda ingin melihat masalah Kejadian 1-11 dibahas, lihat Walter C. Kaiser, The Literary Form of Genesis 1-11, in New Perspectives on the Old Testament, edited by J. Barton Payne (Waco, TX: Word Books, 1970), pp. 48-65.

11 Tapi kita harus ingat kalau Tawarik adalah tulisan tambahan bagi kitab Samuel dan Raja-raja, maka itu tidak ada usaha untuk menutupi dosa Daud, karena pembaca dapat melihatnya ditempat lain. Tawarik memiliki tujuannya sendiri, dan itu tidak membutuhkan cerita itu diulangi lagi.

12 Itu bukan iman yang naif yang membawa kepada pandangan kalau semua peristiwa itu muncul, tapi suatu konsistensi logis dalam penafsiran Alkitab, demikian juga suatu penolakan terhadap dikeluarkannya materi secara subjektif dan semena-mena oleh teolog modern hanya karena tidak cocok dengan sistem atau pendekatannya.

13 Awalnya, lihat Kenneth Kitchen, Ancient Orient and Old Testament (Chicago: InterVarsity Press, 1966), pp. 135-138.

14 Franz Delitzsch, A New Commentary on Genesis, translated by Sophia Taylor (Edinburgh: T. & T. Clark, 1888), p. 238.

15 Saya berhutang banyak dalam bagian ini kepada Robert Bergen, yang membaca suatu tulisan di regional Society of Biblical Literature in March, 1983, diberi judul, A Proposed Discourse Critical Methodology for Use with Hebrew Narrative Material.

Biblical Topics: 
Taxonomy upgrade extras: 

5. Risalah Puisi

Definisi

Penyelidikan mengenai risalah puisi akan melibatkan lebih dari sekedar kiasan yang digunakan dalam Alkitab, karena sebelum kita bisa mengerti lebih baik dan menghargai sepenuhnya ragam kata yang digunakan oleh para penulis kita harus lebih dulu mengerti nature dari bahasa puisi.

Hunt memberikan satu definisi yang memasukan sebagian besar hal-hal yang ingin dimasukan, Puisi adalah pengutaraan dari keinginan mendapatkan kebenaran, keindahan dan kekuatan, mewujudkan dan menyatakan pengertiannya melalui imajinasi dan khayalan, dan mengubah bahasanya pada prinsip keragaman dalam kesatuan (dikutip oleh Abrams). Scott membedakan aspek komunikatifnya dengan mengatakan bahwa pelukis, orator, dan penyair masing-masing memiliki motif menggembirakan pembaca, pendengar, atau pengamat, suatu nada dari perasaan yang mirip dengan yang ada dalam rahimnya, apakah itu dinyatakan melalui pensil, lidah atau penanya. Objek dari artislah, singkatnya untuk mengkomunikasikan, dan juga apa yang bisa dilakukan oleh warna-warna dan kata-kata, sensasi yang sama yang telah mendikte komposisinya sendiri.

Maka penyair menciptakan kembali pengalaman emosionalnya melalui pemilihan kata sehingga pembacanya bisa mengimitasi sensasi tersebut. Mengkomunikasikan emosi seperti itu memerlukan bahasa kiasan. Orang berpikir dalam bentuk gambar dan symbol, dan pembicaraan mereka dipenuhi dengan ekspresi seperti itu. Maka dari itu, tulisan yang dengan indah ditulis yang menggunakan kiasan yang efektif memuaskan keinginan aestetik manusia dan bermakna bagi kebutuhan image manusia.

Hal ini seharusnya tidak mengherankan, kalau bahasa puisi bisa ditemukan hampir disetiap halaman Alkitab, baik Perjanjian Lama dan Baru. Tuhan memilih untuk mengkomunikasikan kebenarannya kepada umat dengan kiasan rendah dan tinggi! Bahasa seperti itu tidak hanya membawa kualitas aestetik bagi Alkitab, tapi juga membawa Firman Tuhan ketingkatan pengalaman manusia sehingga bisa dimengerti baik kebenarannya dan semangatnya.

Ringkasan berikut ini menangkap maksud yang sedang kita buat disini:

Perlu diperhatikan bahwa dalam mengubah kata, penyair sering menukar posisikan atau meletakan kata itu kedalam suatu wilayah semantic yang bukan pada tempat biasanya. Sebagai contoh, dalam kalimat the LORD is my shepherd / TUHAN adalah gembalaku kata shepherd / gembala yang milik jangkauan semantiknya dari perawatan hewan ditukar posisikan untuk diterapkan pada Keberadaan rohani. Saat Daud berdoa: Cause me to hear joy and gladness / membuat aku mendengar sukacita dan kegembiraan dia menukar posisikan suatu kata yang merujuk pada suatu keadaan psikologis sebagai objek dari suatu kata kerja yang menunjukan aktifitas fisik. Ditempat lain penyair itu berkata: the mountains clapped / gunung-gunung bertepuk tangan disini dia menempatkan suatu kata kerja yang merujuk pada aktifitas manusia kepada subjek yang tidak hidup dan bergerak. Suatu tukar posisi dari jangkauan arti semantic juga terjadi saat Caesar berkomentar mengenai Brutus: Karena Brutus adalah orang terhormat; maka mereka semua orang terhormat / For Brutus is an honorable man; so are they all honorable men, karena satu kata mengenai kebajikan ditempatkan untuk menggambarkan perbuatan manusia yang dijelaskan oleh komposisi lainnya. Penempatan, tukar posisi kedalam wilayah semantic lain sering menyadarkan pembaca bahwa penulis telah menggunakan suatu kiasan.

Lebih jauh, saat seorang penulis secara seni mengubah kata-katanya, dia tidak sepenuhnya menjelaskan maksudnya karena dia juga berusaha menciptkan suatu rasa dalam diri pembacanya. Dengan kata lain, seluruh kiasan elliptical dan banyak yang mengajak / evocative. Atas alasan ini eksegetor dalam perjalanan menciptakan kembali dalam pikirannya apa yang ada didalam pikiran penulis berusaha mengisi pikiran dan perasaan yang tidak dinyatakan. Sebagai contoh, saat Daud berkata: the LORD is my shepherd dia membangkitkan gambaran seorang gembala yang menjaga dombanya, gambaran itu menghasilkan pikiran tentang gembala yang memberi makan (v. 1), menyegarkan (v. 2), membimbing (v. 3) dan melindungi (v. 4) dombanya. Pikiran lengkapnya seperti: as a shepherd is good and lovingly loyal to his sheep, so the LORD is good and lovingly-loyal to me / seperti seorang gembala itu baik dan mengasihi serta setia terhadap dombanya, demikian juga TUHAN itu baik dan memiliki kasih setia terhadap saya (v. 6). Maka, melalui gambaran ini penulis membangkitkan suatu perasaan perhatian kasih. Karena penulis tidak sepenuhnya menjelaskan pikiran atau perasaan yang dimaksudnya, eksegetor terlebih dulu harus menebak maksud penulis dan mencoba menguji dugaannya melalui petunjuk lain yang ada dalam komposisi tersebut. Rekonstruksi ini sebagian besar intuitive, maka dari itu prosesnya bersifat seni daripada ilmiah. Maka itu, pembaca abad keduapuluh berbeda jauh dari manusia agraris di Zaman Besi. Maka dari itu pembaca modern harus berusaha masuk kedalam budaya penulis agar bisa berpikir dan merasakan seperti penyair itu (Bruce K. Waltke).

Pengertian yang Salah Mengenai Puisi

Sedih melihat banyak orang yang mempelajari Alkitab tidak memberi waktu untuk bekerja dengan bahasa puisi, hal ini dasar bagi penafsiran dan tidak bisa dibuang sebagai pelajaran aneh yang tidak berhubungan dengan prosedur eksegetis. Keengganan untuk bekerja dengan puisi sebagian disebabkan oleh kegagalan mengerti sifatnya.

I. C. Hungerland dalam Poetic Discourse menyatakan kalau diantara kritik puisi ada pendapat bahwa arti literal dan arti puisi berlawanan. Dia menjelaskan kalau pemikiran ini dinyatakan secara naf dan canggih (pp. 107ff.). Pada bentuk naifnya, pendapat sebagian besar percaya bahwa bahasa khayalan, bahasa yang menunjukan banyak kiasan, merupakan karakteritiknya puisi. Pada bentuk canggihnya pendapatnya terdapat secara implicit dalam ajaran masa kini bahwa abiguitas, paradoks, dan ironi secara esensi milik puisi.

Apakah diekspresikan secara naf maupun canggih, ada sedikit kebenaran didalamnya. Agar bisa melihat sedikit kebenaran ini dan menghindari kesalahan membatasi bentuk bahasa yang digunakan puisi, lebih baik memulai pelajaran mengenai kiasan dengan melihatnya dalam pidato sehari-hari.

Kita menerima begitu saja ekspresi seperti: the White House said today, He waited an eternity, She floated into the room, Hes a pig. Tapi ekspresi lain, walau biasa digunakan, sedikit membingungkan bagi kita: She dropped her eyes, They faced the difficulty, It is crystal clear, They were up in arms, Her almond eyes .

Juga, jika kita berusaha mengevaluasi ekspresi slang kita kesulitan dengan beberapa kiasan: Its raining cats and dogs, Ill take a raincheck on that, Hes the spitn image of his father. This baby has four hundred horses under the hood, I needed that like I needed a hole in the head, dan ekspresi yang ditujukan pada seorang pilot dari Bronx sebelum lepas landas, Give with the woid, and Ill make like a boid.

Kriteria dalam Mempelajari Puisi

Apa kriteria kita dalam membedakan literal dan kiasan dalam ekspresi yang umum seperti diatas? Kita bisa menformulasikannya dengan cara ini: suatu ekspresi kiasan adalah yang, saat komponen kata-katanya digunakan dalam cara yang biasa atau dibentuk, menjadi salah atau pernyataan yang tidak masuk akal. Singkatnya, kiasan menunjukan suatu pelanggaran terhadap beberapa aturan penggunaan. Harus diperhatikan kalau tidak semua pelanggaran dalam penggunaannya merupakan bahasa kiasan.

Kriteria ini bisa dilihat melalui pertimbangan berikut. Pertama, patut diingat kalau bahasa puisi biasanya digunakan sebagai alat dalam pidato penjelasan dan ekspositor, apakah berbentuk keseharian atau ilmiah. Penggunaan kiasan akan menolong menjelaskan dan menentukan subjek masalah.

Lebih jauh, ekspresi kiasan memiliki paraphrases atau terjemahan yang, dilihat secara literal, masuk akal. Walaupun demikian kita harus hati-hati, karena arti dari suatu kiasan tidak akan sama persis seperti kiasan itu. Terjemahan dari kiasan itu akan berbeda dari aslinya dalam nada, baris usulan, dan informasi yang dibawa oleh pembicara.

Jadi kesimpulan bahwa bahasa puisi disatu sisi hanyalah khayalan dan kiasan, atau ambigu dan mistikal disisi lain, gagal mengerti sifat dari bahasa puisi. Dua syarat kami memberi suatu dasar untuk menafsirkan dan mengevaluasi bahasa kiasan (Saya bilang evaluasi karena satu bagian penting dari penyelidikan ini adalah menentukan efektifitas dari kiasan dalam maksud penulis):

1. harus ada beberapa titik yang bisa dipastikan dalam deviasinya dari penggunaan asli (pelanggaran dalam penggunaan harus disengaja), dan

2. harus tersedia arti literal dari ekspresi yang dipertanyakan.

Prosedur kita akan mengidentifikasi kiasan yang digunakan dan mengartikulasi arti literalnya serta perasaan(suasana) yang dibawanya. (Walaupun beberapa ekspresi kiasan bisa saja merupakan deviasi yang disengaja dalam penggunaannya dan memiliki arti literal, mereka tetap masih tidak memenuhi standar tinggi dari bahasa puisi yang baik. Kita mendengar ekspresi itu terlalu sering dalam musik popular atau country, pada banyak musik Kristen modern, iklan, atau jurnalisme terutama olahraga sehingga kita dengan mudah kehilangan sentuhan bagi bahasa puisi yang efektif. Bisa dikatakan jika bahasa kiasan dibuat-buat dan biasa maka itu bukan poetic discourse yang baik).

Kita harus mengetahui bagaimana penyair menggunakan kata-kata. Mereka memiliki dua sisi kata-kata yang mereka pilih: langsung, arti eksplisit dari kata itu (denotasinya); dan diberi, arti yang diusulkan (konotasi). Setiap kata, atau kelompok kata, menjadi alat yang secara hati-hati dipilih penyair untuk menghasilkan pengaruh ganda dari suatu pernyataan atau komentar mengenai sesuatu dan menyatakan perasaan atau ide diluar maksud literalnya.

Konteks dimana kata itu muncul, seringkali menolong untuk menentukan perasaan kita terhadap kata itu. Pertimbangkan kedua pernyataan ini:

1. His father stood over him while he did three problems in subtraction.

2. The little cousin is dead by foul subtraction.

Arti denotasi dari pembagian diterapkan dalam kedua kalimat; tapi konotasi dari kata dalam kalimat kedua, terutama salah dan juga ide tentang kematian, menciptakan potensi emosi bagi kata itu. Disini, dalam konteks ini, istilah matematis memiliki nada tragis. Jadi kita bisa melihat bahwa konteks bisa memulai satu kata umum dinyatakan dalam cara yang tidak biasa.

Konotasi emosional, konotasi intelektual, allusion effects dan efek suara semuanya meningkatkan jangkauan arti dalam suatu kata. Perhatikan baris dari Fern Hill (Dylan Thomas)

it was all

Shining, it was Adam and maiden

Kata maiden memiliki beberapa implikasi: 1) emosional, karena kata itu menunjukan kesegaran, keindahan dan sukacita; 2) intelektual, karena kata itu menunjukan keluguan, kurang pengalaman; 3) allusion, karena nama Adam merupakan bagian dari konteks dan petunjuk kepada Hawa, wanita pertama, mendukung konotasi diatas tapi menambahkan potensi emosi penderitaan; 4) bunyi, karena kata itu lembut dan anggun saat digunakan dalam frase A-dam and Maiden, karena itu menghasilkan musik, meningkatkan kualitas.

Kita bisa melihat elemen yang sama itu dalam perkataan nabi Yesaya (1: 18):

though your sins be as scarlet

they shall be white as snow;

though they be red like crimson

they shall be as wool.

Disini kita memiliki repetisi dari dua simile untuk menekankan maksud yang dingin dibuat. Selain itu, urutan kata membuat kontras didalam baris ini lebih jelas: dua kata benda yang membentuk kontras bertemu ditengah, dan cola pertama dan terakhir menggunakan yihyu sedangkan yang kedua dan ketiga Hiphil dari kata kerja menunjukan warna.

Konotasi emosional dan intelektual dari kata-kata yang digunakan disini sangat mengejutkan. The scarlet (sani) merujuk pada warna merah yang dihargai tinggi dihasilkan dari Kermococcus vermillio Planch biasa digunakan untuk menghasilkan cat terkenal (Sanskrit krmi; Persian Kerema, kirm; Pahlevi kalmir; Hebrew karmil; and our carmine and crimson. Lihat juga Persian sakirlat and Latin scarlatum). Inilah simbolisme luar biasa dalam Alkitab bagi warna. Didalam Wahyu, sebagai contoh, Pelacur besar dalam warna ungu dan merah sedangkan Orang Kudus dalam jubah putih. Mengapa Yesaya menggunakan warna merah untuk dosa? Dreschler mengatakan itu berarti pertumpahan darah suatu jubah yang ternoda darah menutupi pendosa. Delitzsch menafsirkannya sebagai hidup membara yang egois dan penuh nafsu, suatu hidup yang ditandai oleh kekerasan liar. Pemikiran ini bisa jadi memang ada dalam pemikiran Yesaya. Setidaknya kita bisa berkata kalau merah menunjukan hal membara --conspicuous and glaring.

Berlawanan dengan kirmizi dan kesumba adalah putihnya salju dan bulu domba. Istilah ini tidak hanya mewakili kemurnian, dibersihkan dari dosa, tapi membawa rasa lembut dan segar. Emosi nada dari damai dan ketenangan berlawanan dengan kekerasan dan nafsu.

Konotasi

1. Konotasi Emosional. Konotasi emosional berkaitan dengan emosi kita terhadap suatu kata, bagaimana kata itu terkait dengan emosi takut, senang atau jijik kita. Satu contoh yang menunjukan rasa senang, gembira terlihat dalam puisi E. E. Cummings:

anyone lived in a pretty how town

with up so floating many bells down

Kata up dan floating dan bells yang digunakan dalam konteks semua memiliki potensi emosi senang.

Sebaliknya, puisi Richard Eberhart For a Lamb mengejutkan kita melalui penggunaan dua kata yang tidak terduga:

I saw on the slant hill a putrid lamb,
Propped with daisies

Kita mengharapkan domba (lamb), seekor mahluk yang lugu, bermain dipadang rumput bukannya propped and putrid. Kedua kata ini menodai puisi dengan emosi jijik dan pukulan.

Terakhir, sebuah contoh mengenai konotasi emosi datang dari David Ferrys Adams Dream:

He was the lord of all the park,
And he was lonely in the dark,
Till Eve came smiling out of his side
To be his bride.

Sweet Rib, he said, astonished at her,
This is my green environ!
Eve answered no word, but for reply
The wilderness was in her eye.

Seperti digunakan dalam konteks, kata wilderness menunjukan takut (fear) atau bingung(dismay). Kata itu tidak berarti fear atau dismay, tapi menunjukan alam sekitar, adegan yang belum tergarap. Tapi kata itu memiliki nada emosional mengenai ancaman Kejatuhan.

Zakaria menekankan rasa ngeri terhadap dosa melalui pemilihan katanya:

Now Joshua was clothed with excrement-bespattered garments,

and was standing before the Angel (3:3)

Yesaya juga membawa kesia-siaan perbuatan baik manusia melalui penggunaan kata yang bermuatan emosional:

All our righteousnesses are like filthy rags (64:5)

Kata idda merujuk pada noda menstruasi.

2. Konotasi Intelektual. Konotasi intelektual berkaitan dengan arti intelektual dari sebuah kata harusnya melebihi pengertian denotasinya. Kata, seperti kita tahu, seringkali memiliki beberapa pengertian denotasi pada saat yang sama. Konotasi emosional terdapat dalam perasaan atau emosi kita, tapi konotasi intelektual berkaitan dengan pikiran dan seringkali melibatkan permainan kata yang cerdas.

Sebagai contoh, W. H. Auden menulis tentang seorang prajurit Cina yang terbunuh dalam perang dengan Jepang: Far from the heart of culture he was used. Kata heart memiliki arti ganda merujuk pada pusat budaya dan juga perhatian emosi; dia mati dalam sebuah dunia yang tidak peduli dan dingin.

Melalui penggunaan kombinasi ambiguitas semantic dan sintaktikal, penyair mendapatkan kedalaman atau kekayaan arti yang jarang dimiliki penulisan prosa yang langsung. Tantangan kita dalam membaca puisi adalah sensitive terhadap suasana dari arti yang dimungkinkan dalam kombinasi artistic kata-kata dari puisi.

Satu kasus khusus mengenai konotasi intelektual adalah ironi yang berkaitan dengan visi ganda suatu pengalaman dimana kata-kata tidak bisa sepenuhnya diandalkan untuk menyatakan realitas dari situasi itu. Lihat sebuah puisi oleh Wilfred Owen, penyair Inggris yang terbunuh dalam Perang Dunia I:

So Abram rose, and clave the wood, and went,
And took the fire with him, and a knife.
And as they sojourned both of them together,
Isaac the firstborn spake and said, My Father,
Behold the preparations, fire and iron,
But where the lamb for this burnt-offering?
Then Abram bound the youth with belts and straps,
And builded parapets and trenches there,
And stretched forth the knife to slay his son.
When lo! An angel called out of heavn.
Saying, Lay not thy hand upon the lad,
Neither do anything to him. Behold.
Abram, caught in a thicket by its horns;
Offer the Ram of Pride instead of him.
But the old man would not so, but slew his son,
And half the seed of Europe, one by one.

Ini sangat ironis saat dibandingkan dengan cerita sebenarnya; Owen ingin mendramatisir kalau manusia mengijinkan perang untuk membunuh anak-anak mereka dari generasi ke generasi. Manusia menetapkan presedennya sendiri bagi kekerasan yang secara ironis membunuh anaknya sendiri.

Didalamnya kita memiliki pandangan ganda dalam membaca kata-kata dan pengetahuan akan situasinya.

Lagu ratapan Yehezkiel terhadap raja Tirus bisa menggambarkan hal ini dari Alkitab (Ezek. 28:11-19).

11 The word of Yahweh came unto me, saying,

12 Son of man, take up a lament concerning the king of Tyre

and say to him: This is what the Lord Yahweh says:

You were the model of perfection,

full of wisdom and perfect in beauty.

13 You were in Eden, the garden of God;

every precious stone adorned you:

ruby, topaz and emerald,

chrysolite, onyx and jasper,

sapphire, turquoise and beryl.

Your settings and mountings were made of gold;

on the day you were created they were prepared.

14 You were anointed as a guardian cherub,

for so I ordained you.

You were on the holy mount of God;

you walked among the fiery stones

17 Your heart became proud

on account of your beauty,

and you corrupted your wisdom

because of your splendor.

So I threw you to the earth;

I made a spectacle of you before kings .

Pernyataan nubuat mengenai raja Tirus ini kelihatannya mengandung petunjuk mengenai asal mula setan dan kejatuhannya. Kelihatannya semua itu ada bersamaan dalam pikiran Yehezkiel.

3. Efek Allusion. Saat satu kata dalam sebuah puisi memiliki satu referensi tertentu mengenai satu tempat dalam geografi, peristiwa sejarah atau tulisan, atau seseorang, nyata atau hanya dalam tulisan, kata ini disebut sebuah allusion. Allusion dalam puisi merupakan alat yang berpotensi menciptakan arti emosional dan intelektual.

Perhatikan allusion-allusion dalam karya T. S. Eliot Journey of the Magi:

Then at dawn we came down to a temperate valley,
Wet, below the snow line, smelling of vegetation;
With a running stream and a water-mill beating the darkness,
And three trees on the low sky,
And an old white horse galloped away in the meadow.
Then we came to a tavern with vine-leaves over the lintel,
Six hands at an open door dicing for pieces of silver,
And feet kicking the empty wine-skins.
But there was no information and so we continued
And arrived at evening, not a moment too soon
Finding the place; it was (you may say) satisfactory.

All this was a long time ago, I remember,
And I would do it again, but set down
This set down
This: were we led all that way for
Birth or Death: There was a Birth, certainly
We had evidence and no doubt. I had seen birth and death,
But had thought they were different; this Birth was
hard and bitter agony for us, like Death, our death.
We returned to our places, these Kingdoms,
But no longer at ease here, in the old dispensation,
With an alien people clutching their gods.
I should be glad of another death.

Sekarang kita melihat allusion-allusion dalam bagian-bagian Perjanjian Lama:

23. I beheld the earth, and lo, it was waste and void;

and the heavens, and they had no light.

24. I beheld the mountains, and lo, they trembled,

and all the hills moved to and fro.

25. I beheld, and lo, there was no man,

and all the birds of the heavens were fled.

26. I beheld, and lo, the fruitful field was a wilderness,

and all the cities thereof were broken down

at the presence of Yahweh

at the presence of His fierce anger (Jer. 4:23-26).

Disini nabi jelas sekali merujuk pada cerita penciptaan dari Kitab Kejadian dalam ucapannya mengenai penghakiman, tapi penggunaan istilah dan frasanya membalikan urutannya, seperti mengatakan kalau penghakiman akan mengembalikan ciptaan.

Dalam cara yang mirip Zefania merujuk pada kebingungan bahasa di Babel dalam pesannya, menggunakan istilah-istilah seperti pure language, Kush, dispersed, proudly exulting and mountain:

9. For then I will turn to the peoples a pure

language that they may call upon the name of Yahweh

to serve Him with one consent.

10. From beyond the rivers of Kush, my suppliants,

even the daughter of my dispersed shall bring my offering.

11. In that day shall you not be put to shame

for all your deeds wherein you transgressed against me

For then I will take your proudly exulting ones

and you shall no more be haughty in my holy mountain (Zeph. 3:9-11).

Pemazmur juga banyak mengambil gambar dan motif awal. Pada Mazmur 36 kita melihat Daud merujuk pada Eden (pleasure) dengan mata air kehidupan (dalam kata-kata yang ditemukan juga dalam Perjanjian Baru). Tapi sebagian dari para imam dalam ruang kudus juga memberi dia gambaran berkat ilahi.

8[7] How precious is Your loyal love, O God,

that humans may take refuge under the shadow of Your wings!

9[8] They shall be abundantly satisfied with the fatness of Your house;

and You will make them drink of the river of Your pleasures.

10[9] For with You is the fountain of life;

in Your light we see light (Ps. 36:7-9).

4. Efek Bunyi. Sekarang kita bisa menambahkan fakta bahwa satu kata tertulis mewakili suatu bunyitidak menyenangkan, menyenangkan, lucu, aneh, atau netral tapi satu bunyi. Penyair mempergunakan bunyi dalam baris puisinya saat dia bisa, sebagai cara menekankan arti, atau cara menyatukan baris puisinya kedalam bentuk yang secara artistic lebih kompak. Kita melihat bunyi sebagai cara memperkuat arti, atau mengerti denotasi dan konotasi dari kata.

Repetisi bunyi kita sebut alliteration (initial syllable), consonance (consonants), assonance (vowels), dan rhyme (syllable sounds). Perhatikan efek bunyi dalam T. S. Eliots East Coker:

The wounded surgeon plies the steel
That questions the distempered part;
Beneath the bleeding hands we feel
The sharp compassion of the healers art
Resolving the enigma of the fever chart.

Our only health is the disease
If we obey the dying nurse
Whose constant care is not to please
But to remind of our, and Adams curse,
And that, to be restored, our sickness must grow worse.

The whole earth is our hospital
Endowed by the ruined millionaire,
Wherein, if we do well, we shall
Die of the absolute paternal care
That will not leave us, but prevents us everywhere.

The chill ascends from feet to knees,
The fever sings in mental wires.
If to be warmed, then I must freeze
And quake in frigid purgatorial fires
Of which the flame is roses and the smoke is briars.

The dripping blood our only drink,
The bloody flesh our only food:
In spite of which we like to think
That we are sound, substantial flesh and blood--
Again, in spite of that, we call this Friday good.

Salah satu contoh yang baik cara Ibrani menggunakan bunyi untuk memperkuat arti bisa terlihat dalam cerita perpecahan di Babel (Gen. 11:1-9). Narasinya diatur untuk mencerminkan ironi peristiwa setelah Yahwe berkunjung: saat itu bumi memiliki satu bahasa, sekarang dikacaukan; disaat mereka bisa berbicara satu sama lain, sekarang tidak bisa lagi; saat mereka ingin mendapat nama bagi diri mereka sendiri, mereka diberi nama yang kacau; saat mereka ingin bersama, mereka disebarkan; dan saat mereka ingin membuat menara kelangit, Yahweh turun melihatnya dan mereka meninggalkan bangunan itu.

A all the earth had one language

B there

C one another

D come let us make bricks

E let us build for ourselves

F a city and a tower

        X and Yahweh came down to see

F the city and the tower

E which the sons of man began to build

D come let us confuse

C everyones language

B from there

A the language of all the earth (confused)

Struktur antitetikal ini menunjukan pembalikan yang dilakukan ilahi terhadap peraturan manusia. Faktanya, kata-kata kunci disetiap bagian adalah kebalikan:

make bricks

confound

Lebih lagi, bunyi-bunyi ini membawa kepada permainan kata terhadap nama Babel dalam ayat 9, menurut struktur dan disain bagian itu adalah klimaks pesan. Nama bab-ili (gate of god / gerbang tuhan dalam bahasa Babylonian) dijelaskan oleh narrator dengan balal ( dalam suatu permainan phonetik kata yang cerdas --to confuse / membingungkan). Sehingga kekuatan kerajaan dan kesombongannya menjadi contoh kepada orang Israel akan penghukuman karena ketidaktaatannya.

Taxonomy upgrade extras: 

6. Bahasa Kiasan

Pendahuluan

Quintilian mendefinisikan bahasa kiasan sebagai setiap deviasi pemikiran atau ekspresi, dari metode ucapan asli dan sederhana atau suatu kiasan yang secara seni berbeda dari penggunaan umum (Instit. Orat. IX, i, 11). Kiasan-kiasan ini disebut oleh orang Yunani Schema, dan oleh orang Romawi Figura. Kedua kata berarti shape atau figure. P. J. Corbett, membagi kiasan kedalam dua kelompok utama -- schemes dan tropes (Classical Rhetoric for the Modern Student [New York: Oxford Press, 1971]). Dia menulis: Suatu skema meliputi suatu deviasi dari pola asli atau pengaturan kata. Suatu trope meliputi deviasi dari aslinya dan arti penting sebuah kata (p. 461).

Didalam pembahasan ini kita akan melihat tipe tropes dan skema yang paling penting. Perhatian yang lebih besar akan diberikan terhadap tropes daripada skema karena lebih sulit dipelajari. Tipe-tipe yang didaftar dibawah adalah yang paling sering ditemui dalam mempelajari Mazmur. Pelajar dianjurkan menggunakan E. W. Bullinger (Figures of Speech Used in the Bible) untuk tipe yang jarang dan bagian-bagian yang bermasalah. Tapi buku ini jangan digunakan hanya untuk menemukan kiasan yang kabur atau teknikal jargon. Daftar isi dan indeks Alkitab menjadi permulaan dari penggunaan referensi ini.

Sebelum melihat tipe-tipe umum dari kiasan kita seharusnya mempertimbangkan masalah dasar ketegangan antara literal dan kiasan. Banyak pelajar Alkitab berpikir jika sesuatu adalah kiasan maka tidak seorangpun bisa memastikan apa maksudnya (untuk hal ini, lihat kata pengantarnya Bullinger). Lainnya, berkeras pada penafsiran literal Alkitab dengan mengeluarkan kiasan. Jika penafsiran literal dimengerti secara literal, bisa muncul beragam masalah Tuhan menjadi batu karang, Yesus sepotong kayu, dan orang percaya menjadi domba yang sedang merumput atau gandum yang sedang bertumbuh. Masalah yang dihadapi untuk memberi satu survey mengenai bagaimana masalah ini dihadapi dalam penafsiran Alkitab.

Pelajar Alkitab mungkin sadar akan konsep Agustinus mengenai beragam rasa dalam Alkitab, dimana baik kata dan hal yang dimaksud merujuk pada arti rohani atau alegoris. Tapi Agustinus memberi perhatian terhadap kata-kata dalam Alkitab, arti literal, sebagai dasar bagi pentingnya kerohanian. Perhatian terhadap kata melibatkan pengetahuan akan bahasa asli, logika (rules of valid inference), sejarah, dan terutama kiasan retoris. Dia berkata,

Manusia yang tahu menulis seharusnya mengetahui, bahwa semua bentuk ekspresi yang dimaksud ahli bahasa dengan trope kata Yunani digunakan juga oleh para penulis Alkitab, dan lebih banyak dari mereka yang tidak mengenalnya bisa percaya. Mereka yang mengenal tropes ini, akan mengenali mereka dalam tulisan suci, dan pengetahuan ini akan menjadi pembantu dalam mengerti mereka . Dan tidak hanya contoh dari seluruh tropes ditemukan dalam kitab-kitab suci, tapi juga nama-nama sebagian dari mereka, seperti allegoria, aenigma, parabola (De Doctrina, III, xxix).

Pembahasan Thomas Aquinas mengenai arti Alkitab dalam Summa Theologica merasionalisasi keterangan Agustinus mengenai arti kiasan kedalam formula Katolik: suatu arti literal, an arti spiritual memiliki tiga tingkatan --allegorical atau typological, tropological atau moral, dan anagogical (I. Q. 1, Art. 10, Basic Writings, I, 16-17). Berkaitan dengan arti literal, Aquinas berkata,

Melalui kata-kata sesuatu ditunjukan secara nyata dan kiasan. Bukan kiasan itu sendiri, tapi yang dikiaskan, arti literalnya. Saat Alkitab mengatakan tangan Tuhan, arti literalnya bukan Tuhan memiliki anggota seperti itu, tapi arti yang ditunjukan oleh anggota itu, yaitu, kuasa yang bekerja (ibid).

Saat Aquinas mengklasifikasikan arti dari trope secara literal, dia ingin mengatakan kalau bahasa puisi seringkali mengaburkan kebenaran, membuat pembaca melihat melampaui kiasan itu sendiri untuk mendapat arti sebenarnya. Tidak ada penekanan nyata pada artinya yang dibawa oleh metafora itu sendiri. Baik Agustinus atau Aquinas tidak terlalu memperhatikan bahasa puisi Alkitab seperti itu.

Reformasi menimbulkan penekanan baru pada literalism dalam Alkitab, bersamaan dengan penekanan pada satu arti dari Alkitab. Tapi melihat tulisan-tulisan reformator menunjukan kalau hal ini bukan prosaic literalism. Tropes sekarang menjadi formulasi wahyu yang Tuhan pilih yang harus dimengerti dengan benar, pada dirinya, dan bukan sebagai suatu cara menunju visi allegoris yang lebih tinggi. Pembahasan Calvin mengenai doktrin sakramen, terutama ekspresi This is my body bersifat instruktif:

[Mereka yang menyatakan] roti adalah tubuh membuktikan dirinya seorang literalis . bagi saya ekspresi ini adalah sebuah metonymy, bahasa kiasan biasanya digunakan dalam Alkitab saat sedang membahas misteri . walaupun simbolnya berbeda arti dari hal yang dimaksud (yang kedua bersifat rohani dan sorgawi, sedang yang pertama fisik dan terlihat), tetap saja, karena itu tidak hanya menyimbolkan hal yang disucikan untuk mewakili pemberian kosong, tapi juga memang menyatakannya, mengapa namanya tidak berasal dari hal itu? Biarkan kita berlawanan, jika itu artinya, berhenti menimbun witticisms dengan menyebut kami tropists karena kita telah menjelaskan fraseologi sacramental menurut penggunaan umum Alkitab (Institutes IV, xvii, 20-21).

Ironisnya posisi Roma Katolik mengenai sakramen (transubstantiation) didapat karena mengartikan teks itu secara literal. Arti kiasan (metonymy) dikomunikasikan melalui tanda fisik dipegang oleh para Reformator.

Berdasarkan pemikiran itu tulisan-tulisan orang Protestan abad berikutnya mensistemasikan pelajaran perlengkapan retoris yang digunakan Alkitab. Pentingnya mengerti trope dan skema menjadi begitu penting. Bukan hanya sekarang mereka melihat teks secara literal dimana Gereja menganggapnya alegoris atau mistis; tapi mereka sekarang mempelajari kiasan yang digunakan dalam Alkitab sebagai cara untuk mengkomunikasikan wahyu ilahi. Karena Alkitab sering menggunakan bahasa kiasan, para sarjana menyadari kalau penggunaan beragam tipe kiasan secara ahli diperlukan untuk eksegesis. Buku pegangan mengenai kiasan dan penafsirannya bermunculan diseluruh Protestantism. Hal itu dimulai oleh pengakuan kalau kiasan dipakai sebagai alat kebenaran; mereka dipilih oleh Tuhan untuk menyatakan Dirinya kepada manusia.

Konsep Tuhan sebagai seorang penyair agung yang menggunakan bahasa kiasan untuk mengkomunikasikan Firman literalNya secara grafis diekspresikan oleh Donne:

Tuhanku, Tuhanku, Engkau seorang Allah yang jelas, atau Allah yang literal, Allah yang bisa dimengerti secara literal, dan sejalan dengan arti langsung dari semua perkataanMu? Tapi Engkau juga Allah yang memakai kiasan; Allah dimana kata-kataNya banyak kiasan, suatu pelayaran kepada metafora yang jauh dan berharga, perluasan . O, kata-kata apa kecuali Engkau yang bisa mengekspresikan bentuk yang tidak terekspresikan, dan komposisi dari kata (Sermons, VII, 65).

Jadi konsep bahwa bahasa kiasan merupakan karakter dari Firman Tuhan yang literal dibanyak tempat, dan bukan arti mistis, menjadi perbedaan penting eksegesis kitab setelah Reformasi. Sayangnya, eksposisi modern tidak mengerti banyak tentang hal ini, tapi lebih dekat pada penafsiran Puritan yang melihat perlengkapan retoris secara minim atau menipu. Setiap pelajar Alkitab harus menangkap kembali hubungan penting antara kiasan dan literal. Kita harus belajar bahwa tidak hanya kiasan menjadi cara mengkomunikasikan yang literal, tapi kiasan adalah literal dalam pilihan cara mengekspresikan kebenaran, suatu cara yang melibatkan konotasi emosional dan intelektual, allusion dan bunyi. Kiasan disatukan dalam pengkomunikasiannya, berbeda dalam aspeknya.

Klasifikasi Kiasan

Karena para penulis mengubah kata-kata mereka secara beragam, kritik tulisan berusaha menganalisa deviasi ini dalam penggunaan kata untuk mendapat kontrol yang lebih baik atas pikiran dan perasaan yang dimaksud oleh penulis.

I. Kiasan Melibatkan Perbandingan

Dalam bentuk kiasan ini penulis mengubah satu kata kedalam suatu wilayah semantic lain untuk mengilustrasikan atau menggambarkan pemikirannya dan membangkitkan perasaan yang tepat dalam diri pembacanya. Melalui cara ini penulis menarik perbandingan antar dua hal yang tidak bersifat sama tapi memiliki persamaan. Subjeknya nyata, tapi rujukan perbandingannya dihadirkan dalam imajinasi. Persamaan subjek dan hal yang dibandingkan tidak dinyatakan dan harus ditebak dan diuji oleh penafsir dari petunjuk lain yang ada dalam komposisi. Penafsir juga harus berusaha mengartikulasikan mood yang ditimbulkan oleh kiasan itu.

1. Simile: Kemiripan, suatu perbandingan eksplisit (menggunakan like atau as) antar dua hal yang sifatnya tidak sama tapi memiliki persamaan (lihat Bullinger, pp. 726-733).

  • Silence settled on the audience like a block of granite.

Silence disini dibandingkan dengan suatu block of granite. Gambarannya adalah satu keabsolutan dan ketiba-tibaan. Ada satu kontras yang diberikan antar gemuruh penonton sebelum pertunjukan, dan diam yang tiba-tiba saat tirainya dibuka.

  • All flesh is like grass. (1 Pet. 1:24)

Dalam ayat ini flesh, yang juga suatu bahasa kiasan, mewakili seluruh mahluk hidup, dibandingkan dengan grass. Maksudnya adalah grass/rumput bersifat sementara akan layu dan mati dengan mudah. Kiasan ini harus dilihat dalam konteks rumput di Israel waktu panas rumput akan menghilang dari bukit sampai musim hujan. Perasaan yang dibangkitkan oleh simile ini adalah suatu pathos dan kesia-siaan.

  • He shall be like a tree planted by rivers of waters. (Ps. 1:3)

Mazmur sedang menggambarkan seorang individu yang merenungkan Taurat TUHAN. Perbandingannya dibuat dengan sebuah pohon. Disini, seperti sering terjadi, simile nya teruji: pohon menghasilkan buah dimusimnya dan tidak layu karena ditanam dekat air. Kualifikasi ini membawa kita untuk menyimpulkan bahwa air mewakili Taurat, dan buah kebenaran. Pikiran yang umum antara pohon dan seseorang adalah kehidupan atau vitalitas. Hal ini menciptakan perasaan keinginan positif.

2. Metaphor: Perwakilan, suatu perbandingan implicit antar dua hal yang naturnya berbeda tapi memiliki sesuatu kesamaan; suatu deklarasi bahwa satu hal mewakili yang lainnya (lihat Bullinger, pp. 735-743). Deskripsi ini menunjukan maksud dari pendahuluan ini, tapi harus diakui merupakan penyederhanaan. Metafora yang murni sebenarnya kiasan pengubahan / figures of transference (untuk detilnya, lihat Gustav Stern, Meaning and Change of Meaning, chapter xi). Itulah alasan mengapa banyak yang memilih menggunakan metaphorical language menyamakannya dengan figurative language tanpa membedakannya lebih lanjut. Pelajaran ini akan mewaspadainya; beberapa tafsiran menggunakan kata metaphor untuk merujuk pada setiap bahasa kiasan, saat kiasan itu bukanlah sebuah metafora.

  • The question of federal aid to education is a bramble patch.

Pikiran mengenai federal aid to education dikatakn sebagai sebuah bramble patch (bukan seperti sebuah bramble patch). Maksudnya adalah sulit, tidak mudah diselesaikan, menyulitkan. Metaforanya membawa perasaan frustrasi, rumit, sakit.

  • The LORD God is a sun and a shield. (Ps. 84:12 [11])

TUHAN dibandingkan dengan sun dan shield. Masing-masing metafor memberi informasi yang berbeda mengenai TUHAN. sun menunjukan terang, kehangatan, pemeliharaan bagi pertumbuhan; shield terutama sekali mewakili perlindungan. Jadi baris diatas membawa satu perasaan aman dalam pemeliharaan Tuhan dan perlindungan dalam hidup.

  • The LORD is my shepherd. (Ps. 23:1)

Didalam baris ini satu perbandingan dinyatakan antara TUHAN (suatu roh) dan seorang gembala (seorang manusia yang menjaga ternak). Kualitas utama dari gembala diberikan kepada TUHAN sehingga pengertian mengenai naturNya bisa tercapai. Baris berikut mazmur ini (ayatv 1-4) memperluas dan menguji metafora ini, sehingga aktifitas menggembala seperti memberi makan ternak, membimbing mereka, dan menyegarkan mereka, semua diambil untuk mengkomunikasikan pelayanan spiritual TUHAN kepada umatNya yaitu mengajar kebenaran, membersihkan dari dosa, dan membimbing mereka dalam kebenaran dan keadilan. Jadi kita bisa lihat kalau konteksnya harus dipertimbangkan dalam menjelaskan sebuah kiasan.

Kiasan dari shepherd cukup sering digunakan sehingga mendapatkan status leksikal, dan karena itu kamus-kamus sering meletakan penggunaan kiasannya sebagai salah satu kategori arti. Bahkan didalam kamus Inggris dibawa kata shepherd anda akan menemukan penggunaan dalam kotbah bagi pelayan. Saat ini terjadi kiasan dikelompokan sebagai sebuah dead metaphor, atau sebuah idiom. Tapi, dalam eksegesis anda harus menafsirkannya seperti metafora lainnya, karena itu adalah penggunaan kiasan dari satu istilah.

3. Hypocatastasis: Implikasi, suatu deklarasi yang menunjukan perbandingan antara dua hal yang berbeda nature tapi memiliki sesuatu yang sama. Tidak seperti diatas, dalam hypocatastasis subjek harus ditarik kesimpulan (lihat Bullinger, pp. 744-747; Bullinger, tidak memberi banyak perhatian terhadap kiasan yang sangat umum ini). Lebih mudah mengatakan hal ini sebagai sebuah implied metaphor jika judulnya terdengar terlalu teknikal atau sulit. Bentuk utama yang ada dalam teks, kiasan akan diekspresikan sepenuhnya, tapi topik atau subjek sebenarnya akan dibenamkan. Sebagai contoh, Smite the shepherd and the flock will be scattered adalah suatu pernyataan yang tetap pada tingkatan kiasan. Eksegetor harus mengerti dari konteks atau penggunaan istilah itu maksud dari shepherd dan flock.

  • Dogs have surrounded me. (Ps. 22:17 [16])

Pemazmur membandingkan musuh-musuhnya dengan anjing. Tidak ada anjing-anjing yang mengurung dia; konteksnya memberitahu itu adalah sekelompok orang jahat. Jika dia memang menggunakan sebuah simile, dia akan menyatakannya secara eksplisit my enemies are like dogs. Sebuah metafora langsung akan berkata my enemies are dogs. Tapi dia hanya berkata dogs have surrounded me, dan anda ditinggalkan untuk menentukan apakah mereka adalah anjing, dan jika bukan apakah artinya. Saat ini dilakukan, anda harus kembali ke kiasan itu dan bertanya mengapa dia membandingkan mereka dengan anjing-anjing. Anjing-anjing di Timur Dekat kuno adalah pelacak mereka bergerombol dan mencari makanan. Seperti burung bangkai dipadang pasir mereka mengambil bangkai. Jadi sudah berbicara banyak mengenai musuh-musuhnya, dan kondisinya dia sekarat.

  • Blessed is the man whose quiver is full of them (Ps. 127:5)

Didalam konteksnya pemazmur telah menggunakan sebuah simile untuk membandingkan anak dengan panah ditangan seorang pejuang. Membangun dari titik itu pemazmur menggunakan quiver untuk merujuk rumah tangganya. Jika anak seperti panah, maka rumah seperti quivertapi rumah tangga sama sekali tidak disebutkan. Demikianlah perbandingan itu dibuat.

  • My frame was not hidden from You,
    When I was made in secret,
    and skillfully wrought
    in the depths of the earth. (Ps. 139:15)

Didalam bagian ini pemazmur menggambarkan bagaimana Tuhan membentuk dia dalam kandungan ibunya tapi dia menyebutnya dengan depths of the earth. Dia membandingkan kandungan dengan bagian terdalam bumi, menekankan jauhnya dan tersembunyi (ini sebelum sonograms). Tapi dia tidak menyatakan perbandingan; dia hanya menggunakan kiasan untuk menyatakan perbandingan. Salah satu alasan bagi perbandingan aneh ini adalah retorika: dia ingin membentuk satu hubungan dengan hal sebelumnya dimana dia menggambarkan kehadiran Tuhan diwilayah yang jauh seperti itu (lihat Ps. 139:7-12).

  • A lion has gone up from his thicket. (Jer. 4:7)

Konteksnya akan menjelaskan bahwa pemikirannya adalah raja Babilon yang telah meninggalkan wilayahnya. Perbandingan dengan seekor singa menekankan sifat garang kekuasaan kafir ini, dan membawa perasaan takut diserang dan kematian. Penulis sering menggunakan binatang atau binatang liar dalam hypocatastases mereka sebagai aturan dalam menekankan kekuasaan garang seperti itu. Faktanya, penglihatan Daniel mengenai binatang-binatang mempersiapkan penglihatannya tentang one like the Son of Man yang akan menggantikan mereka (Dan. 7:12, 13).

4. Perumpamaan: ditempatkan disamping (dari para = beside, dan ballein = to cast) dua hal yang naturnya berbeda tapi memiliki beberapa kesamaan; suatu simile yang diperluas, sebuah narasi anekdot dibuat untuk mengajarkan sesuatu. Perluasan dari perbandingan harus ditebak dan diuji oleh petunjuk lain dalam tulisan (lihat Bullinger, pp. 751-753).

Perumpamaan digunakan sekitar 30 kali untuk menerjemahkan lvm, masal, dan hanya kata itu; tapi contoh yang paling terkenal ditemukan dalam Perjanjian Baru.

  • The kingdom of heaven is likened unto a man that sowed good seed in his field. (Matt. 13:24ff.)

Perumpamaan sebenarnya merupakan sebuah cerita yang didasarkan pada sebuah simile, artinya, simile yang diperluas. Tidak selalu mudah untuk menentukan berapa banyak cerita yang sebaiknya ditafsirkan sebagai bagian dari simile. Cukup aman mengatakan kalau tujuan utama dari perumpamaan adalah apa yang dimaksud oleh cerita; tapi bersamaan dengan itu perbandingan lain juga jelas terlihat (e.g., saudara laki-laki tertua mewakili orang Farisi).

5. Alegory: (dari allos = another dan agourein = to speak in the agora [i.e., tempat orang berkumpul]); sebuah metafora yang diperluas (lihat Bullinger, pp. 748-750).

Para ekspositor sering berkata kalau sebuah alegori merujuk pada sesuatu yang non histories dalam perbandingan; tapi ini lebih bersifat pembelaan daripada factual, dibuat untuk mempertahankan diri terhadap penggunaan alegori Alkitab yang hampir tak terbatas oleh beberapa Bapa Gereja. Tapi dalam arti klasiknya sebuah alegori merupakan metafora yang diperluas; hal yang digunakan dalam perbandingan bisa bersifat histories atau fiksi, masing-masing alegori membutuhkan perhatian tertentu. Maka dari itu, penggunaan istilah itu dalam Galatia 4:24 adalah sah karena itu tidak menolak historitas dari peristiwa Perjanjian Lama.

Tidak banyak contoh alegoris dalam Perjanjian Lama; dan yang teringat, gambarannya tidak histories atau aktual.

  • Alegori mengenai Fig, Olive, Vine, and Bramble (Ju. 9:7-15):

Ini bukan sebuah perumpamaan karena tidak ada kemiripan yang dinyatakan secara eksplisit. Tapi, sebuah hypocatastasis yang diperluas, hanya satu dari dua hal dalam perbandingan yang secara jelas dinyatakan. Dalam konteks maksudnya, hanya yang tidak berharga, yang ingin memerintah bangsa.

  • Alegori mengenai Kebun Anggur yang tidak Produktif (Isa. 5:1-7):

TUHAN dibandingkan dengan tukang kebun yang setia, Sang Kekasih, dan Israel dengan kebun anggur yang tidak produktif (v. 7). Pendapat umum antara Israel dan kebun anggur adalah suatu pendapatan yang tidak adil, dan perasaan umum adalah jijik. Israel seharusnya menghasilkan fruit karena pekerjaan seksama dari gardener.

6. Personifikasi: Personifikasi: (dari Latin persona: topeng aktor, person + facio = to make; dibuat atau meniru seseorang); peletakan subjek non-manusia (e.g., abstraksi, objek mati, atau binatang) kepada kualitas manusia atau kemampuan. Sama seperti seluruh kiasan diatas, kiasan ini juga ada dalam sub-group kiasan yang melibatkan kemiripan. Disini, hal-hal yang dibandingkan adalah naturnya tidak mirip, tapi hal yang selalu dibandingkan adalah seseorang. Kiasan digunakan untuk mengatur emosi dan menciptakan empati terhadap subjek (lihat Bullinger, pp. 861-869).

  • The land mourns--the oil languishes. (Joel 1:10)

Kecenderungan manusia untuk mourning dan languishing diatributkan kepada tanah, dan dibandingkan. Tapi maksudnya adalah bencana agricultural yang ekstrim, dan perasaannya adalah kesedihan dan duka.

  • The voice of your brothers blood cries to me from the ground. (Gen. 4:6)

Darah Habel yang tertumpah dipersonifikasikan dengan suatu suara yang berteriak. Maksudnya adalah darah itu adalah sebuah saksi kalau suatu pembunuhan telah dilakukan. Hal itu menuntut pembalasan; dan membawa perasaan penghukuman dan kemarahan.

  • Your rod and your staff, they comfort me. (Ps. 23:4)

Disini kemampuan manusia untuk memberi penghiburan saat kesulitan diberikan pada gadah dan tongkat TUHAN. Tentu saja, rod dan staff juga kiasan, meneruskan perbandingan antara aktifitas TUHAN dengan gembala (jadi mereka adalah hypocatastases). Baris ini pada intinya menegaskan kalau cara TUHAN melindungi mendatangkan penghiburan bagi pemazmur yang sedang khawatir. Ini menjadi contoh yang baik mengenai bagaimana sebagian kiasan dibangun diatas kiasan lain.

7. Anthropomorphism: Suatu perbandingan implicit atau eksplisit Tuhan dengan beberapa aspek jasmani umat manusia. Melalui perbandingan ini penulis tidak ingin menimbulkan kesan tapi bersifat didaktik, viz., untuk mengkomunikasikan kebenaran mengenai pribadi Tuhan. Penulis akan memilih bagian dari kehidupan manusia yang paling berhubungan dengan karakteristik pribadi Tuhan: yaitu, wajah menunjukan kehadiranNya, mata menunjukan kewaspadaanNya, telinga menunjukan perhatianNya, hidung menunjukan kemarahanNya, dan hati berbicara mengenai maksud moralNya (lihat Bullinger, pp. 871-881, 883-894). Pernyataan Ketuhanan menuntut penggunaan bahasa anthropomorphic, yaitu, mengkomunikasikan nature Tuhan dalam bahasa yang dimengerti manusia. Diseluruh PL Tuhan digambarkan sepertinya Dia memiliki semua bagian dan fungsi manusia. Hal inilah mungkin menjadi alasan Yesus digambarkan sebagai wahyu Tuhan yang sempurna, alpha dan omega, Logosinkarnasi Firman (Word) (atau apakah kita bisa mengatakan perkataan-perkataan (words)?) menjadi daging.

  • His eyes behold, his eyelids try, the sons of men. (Ps. 11:4)

Pemazmur, ingin menunjukan perhatian Tuhan terhadap seluruh kegiatan manusia, menggunakan ekspresi eyes dan eyelids. Tuhan adalah Roh dan bukan jasmani; lebih lagi, kemaha-hadiran ilahi tidak memerlukan eyelids untuk lebih focus memperhatikan. Tapi apa arti semua itu bagi hidup manusia memampukan kita untuk mengerti aktifitas investigasi dan penghakiman ilahi.

  • Incline your ear to me. (Ps. 31:3 [2])

Sekali lagi, ekspresinya manusia kita mencondongkan badan untuk mendengar lebih baik apa yang seseorang katakana. Tuhan tidak perlu melakukan hal ini (dia tidak perlu telinga yang dicondongkan untuk mendengar doa seseorang). Anthropomorphisms seperti itu untuk kepentingan kita itu suatu seruan pada Tuhan untuk mendengar doa.

  • Hide your face from my sins. (Ps. 51:11 [9]).

Ini ada dalam pengakuan dosa Daud. Dia berdoa agar Tuhan mau mengampuninya dan tidak melihat dosannya lagi. Kegiatan manusia hiding ones face. Artinya tidak melihat sesuatu, penggambarannya menunjukan keinginannya dan mendatangkannya penghiburan.

Alkitab dipenuhi dengan ekspresi anthropomorphic mengenai Tuhan yang harus ditafsirkan dengan jelas (dan hati-hati karena banyak orang melihatnya secara literal). Tuhan digambarkan memiliki tangan kekal, tangan penolong, nafas mematikan dari hidungnya, kaki; dia digambarkan sitting enthroned, hurling a storm, blotting out of a book, putting tears in a bottle, dan berbagai ekspresi kiasan lainnya dari realitas manusia. Semuanya dimaksudkan untuk menyatakan pribadi dan karya TUHAN dalam istilah yang bisa kita mengerti dan hargai.

Tapi perhatikan ini: Banyak penulis membedakan kiasan ini dari gambaran keinginan Tuhan yang mereka sebut sebagai anthropopatheia: perbandingan implicit atau eksplisit antara nature keinginan Tuhan dan manusia. Melakukan hal ini memberi kesan kalau Tuhan sebenarnya tidak memiliki keinginan atau emosi. Pernyataan ini sangat membatasi personalitas Tuhan, secara tradisi didefinisikan seabgai intelektual, sensibilitas dan kehendak. Saya sama sekali tidak menggunakan kategori ini, tapi mempertahankan passion Tuhan itu secara literal (lihat Bullinger includes it on pp. 882, 883).

8. Zoomorphism: Suatu perbandingan eksplisit atau implicit Tuhan (atau entitas lainnya) dengan binatang atau bagian dari binatang (lihat Bullinger, pp. 894, 895; Bullinger meletakannya dibawah anthropomorphism).

  • In the shadow of your wings I used to rejoice. (Ps. 63:8)

Tentu saja, Tuhan bukan burung dengan sayap. Perlindungan Tuhan seringkali diekspresikan dalam istilah zoomorphic, artinya, percaya dibawah bayang sayapnya. Berbicara mengenai keamanan dan keselamatan.

N.B. Seringkali binatang memiliki suatu signifikansi simbolis. Bullinger mengutip Genesis 4:7 (Sin crouches at the door) sebagai contoh personifikasi. Walaupun kata kerja rabats, to couch, menunjukan kegiatan manusia, lebih sering digunakan terhadap binatang, terutama singa, yang siap menerkam. Lebih lagi, kiasan seharusnya ditafsirkan dalam terang perintah kepada umat manusia untuk menguasai binatang. Jika demikian, maka Tuhan memerintahkan Kain untuk menguasai dosa yang mengancamnya seperti seekor singa. Jika penafsiran ini benar, kiasan yang digunakan adalah suatu zoomorphism.

Kita bisa melihat melalui hal ini kalau zoomorphism tidak terbatas untuk menggambarkan Tuhan. Mazmur 139:9 berkata, If I take the wings of the dawn, and settle in the remotest part of the sea, membandingkan sinar matahari dengan sayap seekor burung yang terbang dari timur dan mendarat di kejauhan barat. Maksud konteksnya adalah tidak perduli secepat atau sejauh apa dia terbang / fly (yaitu dengan kecepatan cahaya) Tuhan selalu ada.

9. Proverb: (dari pro + verbum = more at word); suatu witticism singkat yang populer; sebuah ilustrasi spesifik untuk menunjukan sebuah kebenaran umum mengenai kehidupan. The wit of one is the wisdom of many (lihat Bullinger, pp. 755-767). Maksud dari perbandingan seringkali eksplisit (like father--like son), tapi lebih sering kabur.

  • Is Saul also among the prophets? (1 Samuel 10:11)

Tindakan Saul seperti para nabi tapi dia adalah raja. Axiomnya adalah mereka kagum atas peran yang terbalik. Maksud perbandingan menjadi jelas dalam analisa penggunaan masal. Mazmur 49, suatu mazmur hikmat, menggunakan kata kerja itu dalam ekspresi berulang yaitu manusia duniawi is like binatang yang binasa.

  • The fathers eat the sour grapes,
    but the childrens teeth are set on edge. (Ezek. 18:2)

Perbandingannya jelas dalam kiasan; kebenaran umum diekspresikan melalui perkataan, bahwa anak secara tidak adil menerima hukuman dari orangtua.

Proverbs sangat rumit dalam tulisan Ibrani. Pelajar Alkitab harus menelitinya lebih lanjut, terutama saat mempelajari kitab seperti Amsal. Proverbs bukan kiasa utama dalam mempelajari Mazmur.

10. Idiom: pemunculan regular dari kiasan. Setiap kiasan (termasuk yang mengikutinya) bisa menjadi idiomatic melalui penggunaannya secara sering sehingga mencapai status leksikal. Bullinger memberi banyak contoh ekspresi idiomatic dalam Alkitab seperti breaking bread, open the mouth, the Son of Man, turn to ashes, three days and three nights dan banyak lagi (lihat Bullinger, pp. 819-860). Sebuah idiom juga disebut dead metaphor, kiasan rendah, atau kiasan yang sering digunakan. Hal ini dengan mudah dijalankan jika digunakan secara baru.

Walaupun idioms bisa langsung dikenal sebagai idiom, ekspositor tetap harus mengevaluasi kiasan apa yang aslinya terlibat. Saat ini dilakukan, penafsiran akan diterapkan pada penggunaan berikutnya. Sebagai contoh, way itu idiomatic. Bisa juga metaphorical (way atau road dibandingkan dengan pola hidup), suatu maksud dasar yang seringkali perlu dibuat. Jangan menganggap idiom dalam Alkitab bisa dimengerti dengan mudah.

II. Kiasan Melibatkan Pengganti

11. Metonymy: Perubahan kata benda (atau ide apapun), perubahan satu kata dalam menamai suatu objek dengan kata lain yang berkaitan erat dengannya. Dari kata meta menunjukan change dan onoma artinya a name, noun; tapi sebuah metonymy juga bisa dikatakan dengan sebuah kata kerja, atau seluruh baris. Pengganti sebagian atribut atau kata petunjuk dengan apa yang dimaksud. Sebagai contoh, crown untuk royalty, mitre untuk bishop, brass untuk military officer, pen untuk writer, bad hand untuk poorly-formed characters. Berlainan dengan kiasan diatas yang didasarkan pada kemiripan, metonymy didasarkan pada hubungan. Saat kiasan didasarkan pada kemiripan, perbandingan yang dibuat imajinatif; dalam metonymy kata yang memicu asosiasi merupakan realitas historiesdisana memang adalah sebuah crown, a mitre, brass, pen, dan lainnya. Tapi maksudnya lebih dari itu.

Hal ini penting, karena anda akan mendapatkan kesulitan terbesar dalam membedakan metonymy dari hypocatastasis. Jika kita berkata, the White House said today, itu adalah sebuah metonymy, White House pengganti President di White House. Tapi memang ada yang namanya White House. Jika kita mengatakan Uncle Sam wants you, kita memiliki sebuah hypocatastasis. Tidak ada yang Uncle Sam. Huruf U.S. diambil dan dibandingkan dengan seseorang (bisa juga dikatakan sebagai personifikasi).

Bullinger menganalisa metonymy kedalam empat bentuk; viz., sebab, efek, subjek, sisipan. Semuanya membantu, tapi akan terlihat kalau analisa tidak selalu hanya pas penuh pada salah satunya (lihat Bullinger, pp. 538-608).

a. Metonymy dari Sebab: Saat penulis menyatakan sebab tapi memaksudkan efek (Bullinger, 540-560). Cara untuk mengujinya adalah jika anda menyebut sesuatu itu sebuah metonymy sebab anda harus menyatakan apa efek yang diinginkan.

Contoh dimana alat diletakan untuk akibat:

  • And the whole earth was of one lip. (Gen. 11:1)

Ayat itu berarti setiap orang berbicara bahasa yang sama. Lip adalah sebab, alatjadi ekspositor harus menyatakan akibatnya, language.

  • At the mouth of two or three witnesses (Deut. 17:6)

Arti yang dimaksud adalah kesaksian dari saksi; mouth adalah sebab, alat memberi kesaksian.

Contoh dimana hal atau tindakan diberikan untuk akibat:

  • Pour out your anger upon the nations. (Ps. 79:6)

Anger adalah emosi dibelakang penghukuman. Pemazmur ingin Tuhan mencurahkan (juga sebuah kiasan, suatu implied comparison) tindakan penghukuman. Jadi sebab dinyatakan, akibatnya --penghukumanyang dimaksud.

  • Continue your loyal love to those who know you. (Ps. 36:10)

Atribut dinyatakan, tapi berkat spiritual dan materi yang dibawa kasih setia Tuhan yang dimaksudkan. Sebagian besar kasus, atribut Tuhan merupakan metonymy sebab, karena komunikasi atribut-atribut itu yang dimaksud (maka dari itu: atribut yang bisa dikomunikasikan).

Contoh dimana tindakan seseorang, agen atau aktor, diberikan untuk akibat:

  • They have Moses and the Prophets. (Luke 16:29)

Hal yang dimaksud adalah mereka memiliki Alkitab yang Musa dan Para Nabi tulis. Sebab dinyatakan, akibatnya yang dimaksud. Maksudnya ingin mengatakan dua hal satu kali; menenkankan otoritas dengan memberikan identifikasi penulisnya, tapi dengan jelas menyatakan kalau Kitab Sucilah yang dimaksud (mereka tidak memiliki Musa).

b. Metonymy Akibat: Saat penulis menyatakan akibat tapi memaksudkan sebab yang menghasilkannya (Bullinger, pp. 560-567).

Terkadang satu baris parallelism puisi akan memberi metonymy sebab dan metonymy akibat bersamaan untuk mengekspresikan keseluruhan ide: Then he will speak (sebab) to them in his anger, and terrify (akibat) them in his fury. (Ps. 2:5).

Contoh dimana akibat diberikan untuk hal atau tindakan yang menghasilkannya:

  • Entreat the LORD your God, that he may take away from me this death only. (Exod. 10:17)

Belalang! Itulah yang ingin disingkirkan Firaun. Tapi jika mereka diijinkan untuk tinggal, mereka akan menghancurkan tanah dan penghuninya. Untuk membuat permintaannya lebih jelas dia mengganti akibat dengan sebab.

  • Cause me to hear joy and gladness. (Ps. 51:10[8])

Seluruh baris merupakan sebuah metonymy akibat. Pemazmur ingin mendengar ucapan kuno mengenai pengampunan dari nabi. Akibat diampuni adalah pemazmur sekali lagi bisa bergabung bersama jemaat dengan teriakan sukacita kepada Tuhan dan mendengar seluruh jemaat bersukacita. Dia ingin keduanya diampuni dan masuk kedalam pujian; dia menyatakan akibat dan mengimplikasikan akibat.

Contoh dimana akibat diberikan untuk objek material yang darinya dihasilkan:

  • You split the fountain and the flood. (Ps. 74:15)

Dia membelah dua batu itu, dan air keluar. Penggunaan metonymies disini sangat ekonomis, karena jelas bahwa Tuhan tidak membelah air. Pembaca ingin tahu sebab, batu itu, yang dimaksud, tapi akibatnya, air dari batu itu, yang dinyatakan. Fountain dan flood juga merupakan ekspresi kiasan dari air. Jadi baris itu berbicara lebih dari ekspresi literalnya.

Contoh dimana akibat diberikan sebagai instrumen atau sebab organis:

  • Awake, my glory (Ps. 57:9[8])

Akibat yang dinyatakan adalah glory; sebab yang maksud adalah lidah yang memuji adalah untuk memuliakan Tuhan. Mungkin juga glory mewakili seorang pribadi (bandingkan Keluaran 33:18, show me your glory, yang bisa berarti show me yourself [ = LXX], the real you).

Contoh dimana akibat diberikan bagi pribadi atau agen yang menghasilkannya:

  • But you, O LORD, be not far off;
    O my help, hasten to my assistance. (Ps. 22:19[181)

Akibat yang dinyatakan disini adalah help, hal yang akan diterima pemazmur. Sebab yang dimaksud adalah TUHAN.

c. Metonymy Subjek: saat subjek atau benda diberikan sebagai atribut atau sisipannya, yaitu tempat atau konteiner diberikan bagi isinya (Bullinger, pp. 567-587).

Contoh dimana penampung diberikan bagi isi:

  • The grave cannot praise you. (Isa. 38:18)

Ini merupakan motif umum dalam Alkitab Ibrani. Sang nabi bermaksud mengatakan kalau orang mati dalam kuburan tidak bisa memuji Tuhan. Menggunakan kata grave menambah tekanan dan menggerakan Tuhan untuk menjaga individu agar tetap hidup untuk memujiNya.

  • You prepare a table before me (Ps. 23:5)

Subjek-ide yang dinyatakan adalah table, tapi yang dimaksud adalah makanan dan minuman dimeja. Arti literal dari mempersiapkan meja, yaitu, i.e., carpentry, tidak tepat disini, karena pemazmur menyatakan pemeliharaan spiritual dan fisik bagi kehidupan.

  • The voice of the LORD shakes the wilderness. (Ps. 29:8)

Sebagai sebuah metonymy subjek wilderness menunjukan flora dan fauna dibelantara. Dalam kalimat voice of Yahweh juga kiasan, apakah merupakan sebuah metonymy sebab bagi badai (Tuhan memerintahnya), atau hypocatastasis bagi kemiripan guntur dengan suara itu.

Contoh dimana hal atau tindakan diberikan bagi yang dihubungkannya (the adjunct):

Soul [jika itu terjemahannya, merupakan terjemahan yang salah dari kata Ibrani vpn,, nephesh, yang artinya keseluruhan seorang pribadi, tubuh dan jiwa] untuk desires, appetites; heart untuk thoughts, understanding, courage, will; kidneys untuk conscience, affections, passions; liver untuk emotions, center of immaterial part (lihat Bullinger, pp. 567-570; see also Hans W. Wolff, Anthropology of the Old Testament).

  • You are near in their mouth (i.e., words [met. of cause]) but far from their kidneys.

Ibraninya dihubungkan dengan organ visceral dengan kehendak dan emosi, seperti dunia barat modern menggunakan kata heart untuk strong will (believe with your heart) atau strong affection (love with all my heart). Semua ini kita kelompokan sebagai metonymy subjek, dan kemudian tafsirkan sisipan yang berhubungan --will, desire, thoughts, etc.

Contoh dimana kepemilikan diberikan bagi hal yang dimiliki:

  • Saul, Saul, why are you persecuting me? (Acts 9:4)

Subjek-ide yang dinyatakan adalah me, i.e., Jesus; tapi ide yang dimaksud adalah GerejaNya. Maksudnya adalah sesuatu yang umum dalam Alkitab menindas Gereja sama dengan menindas Kristus.

Contoh dimana tanda diberi bagi hal yang dimaksud:

  • The scepter shall not depart from Judah. (Gen. 49:10)

Maksud dari perkataan leluhur adalah Judah (disini suku bukan patriarch [met. of cause]) akan mendapatkan supremasi atas suku atau kepemimpinan.Tanda kepemimpinan adalah sebuah tongkat, jadi kita mengelompokannya sebagai metonymy subjek karena maksudnya lebih daripada (secara literal) mendapat sebuah tongkat.

  • Kiss the son (Ps. 2:12)

Dalam contoh ini kita memiliki sebuah ide kata kerja yang digunakan sebagai sebuah metonymy. Hal ini tidak terlalu umum, tapi bisa terjadi. Ide yang dikemukakan yaitu mencium anak dimaksudkan untuk menunjukan sisipan, yaitu, apa yang dihubungkan dengan tindakan tunduk, memperlihatkan homage. Son juga kiasan dalam mazmur itu, disini merupakan sebuah implied metaphor, tapi menyatakan lebih dulu metafor dalam bagian tersebut (you are my son).

d. Metonymy Sisipan: Penulis meletakan sisipan atau atribut atau beberapa keadaan yang berkaitan dengan subjek bagi subjek tersebut (Bullinger, pp. 587-608).

Contoh dimana atribut diberikan bagi hal atau objek:

  • Then shall you bring down my gray hairs with sorrow to the grave. (Gen. 42:38)

Sekarang kita memiliki kebalikan dari metonymy subjek. Disini sisipan --gray hairsdiberikan bagi subjek --old Jacob. Jelas, lebih sekedar gray hairs yang akan dibawa kekubur (grave adalah sebuah metonymy subjek bagi kematian).

Contoh dimana waktu diberikan bagi hal yang dilakukan didalamnya:

  • For the shouting for your summer (Isa. 16:9)

Maksud yang diinginkan adalah panen yang terjadi dimusim panas. Dengan mengganti musim panas nabi itu mengekonomisasi deskripsinya dan membawa lebih daripada sekedar harvest. Summer, waktu panen, adalah ide sisipan (sesuatu deskripsi yang dihubungkan dengan ide itu).

Contoh dimana isi diberikan bagi penampungnya:

  • And when they had opened their treasures (Matt. 2:11)

Mereka membuka peti yang menampung treasures. Disini sisipan ini dikemukakan (isi dari penampung) tapi subjeknya yang dimaksud (penampung).

Contoh dimana pemunculan satu hal diberikan bagi hal itu sendiri:

  • His enemies shall lick the dust. (Ps. 72:9)

Ini merupakan deskripsi jelas mengenai kekalahan musuh. Subjek-ide yang dimaksud bahwa musuh yang dikalahkan, ada dalam suatu keadaan menyedihkan; tapi deskripsi yang dikemukakan adalah sebuah sisipan dari kekalahan itu.

Contoh dimana hal yang dirujuk diberikan bagi tanda itu:

  • because the separation is on his head (Num. 6:7)

Ekspresi ini berasal dari pasal mengenai sumpah Nazirite dimana pelakunya tidak akan memotong rambutnya. Tanda yang diinginkan dari sumpah adalah rambut yang tidak dipotong (subjeknya), tapi hal yang ditunjukan dikemukakan --pemisahan. Separation bukan sebuah metonymy akibat, karena akan berkata kalau rambut panjang menyebabkan sumpah.

Contoh dimana Nama seseorang diberikan bagi orang itu:

  • May the name of the God of Jacob protect you. (Ps. 20:2)

Judul yang dikemukakan adalah name; tapi maksud yang diinginkan adalah TUHAN sendiri, atau lebih lagi, seluruh atribut TUHAN. Ini sama dengan ask anything in my name.

12. Synecdoche: pertukaran ide yang berhubungan satu sama lain. Didalam kiasan ini satu kata menerima sesuatu dari yang lainnya yang tidak terekspresikan tapi dihubungkan dengannya karena berasal dari genus yang sama. Seperti metonymy kiasan itu didasarkan pada suatu hubungan bukannya kemiripan. Tapi saat dalam metonymy pertukaran bisa dilakukan antar kata-kata yang berhubungan tapi berasal dari genera yang berbeda (karena itu hubungannya tipis melalui kontak atau ascription). Didalam synecdoche pertukarannya dilakukan antar dua kata yang berhubungan secara generic. Sebagai contoh, ends of the earth sebagai sebuah metonymy subjek yang artinya orang yang hidup diujung bumi, tapi sebagai sebuah synecdoche itu bisa berarti lokasi yang secara geografis jauh sebagai bagian dari tanah --tanahs, bukan orang.

Sebagai petunjuk umum, kita bisa menggunakan synecdoche bagi kiasan yang benar-benar merupakan sebagian dari keseluruhan, atau keseluruhan bagi sebagian lebih berhubungan dengan hal yang dimaksud daripada sebuah metonymy umumnya. Penggunaan Genus dan Species tidak sesering Seluruh dan Sebagian, tapi bisa digunakan bagi hal-hal yang benar-benar berhubungan secara generis.

a. Synecdoche dari Genus: Genus digantikan dengan species: e.g., senjata dengan pedang, mahluk dengan manusia, tangan dengan senapan, kendaraan dengan sepeda (Bullinger, pp. 613-656).

Kata-kata dari arti luas bagi arti yang lebih sempit:

  • The glory of the LORD shall be revealed, and all flesh shall see it together. (Isa. 40:5)

Kata umum flesh digunakan menggantikan ide tertentu mankind (mereka ada dalam suatu hubungan genus-species). Metonymy tidak akan berhasil (sebab? akibat? subjek? sisipan?); jika anda pikir itu sebuah metonymy, anda perlu memberikan ide yang dimaksud untuk kepentingannya.

  • Preach the gospel to every creature. (Mark 16:15)

Genus yang dikemukakan adalah creature; species yang dimaksud adalah people. Ingat bagaimana St. Francis melihatnya secara literal.

All bagi bagian yang lebih besar:

  • All the people were gathered to Jeremiah. (Jer. 26:9)

Penggunaan all bisa ditangani sebagai suatu masalah leksikal. Genus yang dikemukakan disini adalah all the people, tapi arti yang diinginkan adalah the greater number of the people.

All untuk semua jenis:

  • It contained all four-footed animals. (Acts 10:12)

Kita akan ragu kalau penglihatan berisi seluruh binatang-binatang berkaki empat. Maksudnya adalah seluruh jenis binatang berkaki empat (i.e., every kind) diwakilkan.

Universal dengan particular:

  • Saul said nothing that day. (1 Sam. 20:26)

Synecdochenya adalah nothing, tapi arti yang diinginkan adalah nothing about David. Kita juga menemukan dalam bahasa Inggris kalau kata-kata universal seringkali dimaksudkan untuk menandai sesuatu yang lebih spesifik. Saya teringat tentang kalimat yang ditujukan bagi Yogi Berra, Nobody goes there anymore, the place is too crowded.

b. Synecdoche dari Species: Species digantikan dengan genus, sebagian bagi seluruh; e.g., roti dengan makanan, pemotong leher dengan pembunuh (Bullinger, pp. 623-635).

Kata-kata berarti sempit bagi arti yang lebih luas:

  • I will not trust in my bow, neither shall my sword save me. (Ps. 44:7 [6])

Bentuk synecdoche ini lebih membantu secara eksegetis. Didalam mazmur ini bow dan sword dikemukakan, tapi arti yang diinginkan adalah weapons.

Artinya lebih luas daripada kiasan yang dikemukakan tapi termasuk memasukannya.

Species dengan genus proper:

  • A land flowing with milk and honey (Ex. 3:8, 17)

Seringkali sebuah bus wisata di Israel akan membawa orang ke sebuah lokasi yang terdapat sapi dan sarang lebih dan mengutip ayat ini. Tapi artinya lebih luas: maksud genus itu adalah seluruh makanan mewah.

  • Give us this day our daily bread. (Matt. 6:11)

Arti yang dimaksud adalah makanan dasar. Daily bread adalah sebuah species dari genus makanan.

c. Seluruh bagi sebagian: (Bullinger, pp. 636-640). Banyak contoh yang diberikan Bullinger lebih baik diperlakukan sebagai masalah leksikal, terutama saat all / seluruh digunakan bagi sebagian.

  • Behold, the world has gone after him. (John 12:19)

Synecdoche keseluruhannya adalah world; arti yang diinginkan (sebagian) adalah semua orang.

Banyak dari kiasan ini juga melibatkan metonymy subjectpenampung bagi isi. Biasanya itu cukup untuk mengelompokannya sebagai sebuah metonymy dan menjelaskan artinya. Penjelasan itu akan menunjukan kalau keseluruhan diberi bagi sebagian. Perlu diperhatikan kalau synecdoche seringkali juga hyperbolic, atau bahkan merendahkan.

  • And he shall serve him forever. (Ex. 21:6)

Keseluruhannya adalah forever; bagian yang dimaksud adalah as long as the slave lives. Tapi sekali lagi, ini bisa merupakan masalah leksikal, atau caranya diterjemahkan harus dibahas.

d. Sebagian bagi Seluruh: e.g., berlayar dengan kapal, kanvas dengan berlayar (Bullinger, pp. 640-656). Ini juga bisa dikelompokan dibawah species bagi genus, lebih lagi, banyak dari hal ini dekat dengan metonymy. Ini merupakan penggunaan paling umum dari synecdoche.

Sebagian pria bagi seluruh pria:

  • Their feet run to evil. (Prov. 1:16)

Bagian yang dikemukakan adalah feet; keseluruhan yang dimaksud adalah their entire bodies = evil people. Maksudnya adalah hati dan jiwa mereka menuju keperbuatan jahat.

  • The one who lifts up my head. (Ps. 3:4 [3])

Bagi bagian yang dikemukakan, head, artinya adalah keseluruhan pribadi dalam dignity. Tapi to lift up the head lebih baik dijelaskan sebagai metonymy akibat atau sisipan, i.e., pemulihan dignity dan kehormatan.

Sebagian hal untuk seluruh hal:

  • Your seed shall possess the gate of his enemies. (Gen. 22:17)

Bagian yang dikemukakan adalah gate. Tapi keseluruhan yang dimaksud adalah kota. Sebagai sebuah synecdoche gate mewakili batu bata kota sebenarnya. Jika anda pikir gate berarti orang dalam gerbang itu, maka itu adalah metonymy subjek, karena orang dan gerbang tidak terhubung secara generik.

Bagian integral manusia bagi asosiasi lainnya:

  • Before Ephraim, Benjamin, and Manasseh, stir up your might. (Ps. 80:2)

Melalui bagian ini pemazmur merujuk suku diutara, suku diselatan, dan suku Transjordan. Didalam konteks lain nama-nama patriarchal bisa merupakan metonymies sebab (e.g., Judah gathered against him artinya keturunan Judah [met. of cause] atau orang yang hidup di Judah [met. of subject]tapi bukan Judah itu sendiri. Kata-kata seperti seed dan sons of akan menerima pertimbangan yang sama.

13. Merism: penggunaan dua pernyataan berlawanan untuk menunjukan keseluruhan; e.g., siang dan malam, musim semi dan panen, hell and high water (Bullinger, p. 435). Perhatikan daftar Bullinger dimana bagian-bagian ini terdapat dibawah synecdoche, karena merism adalah sebuah bentuk dari synecdoche. Tapi kiga akan menggunakan kategori yang berbeda.

  • You know when I sit down and when I get up. (Ps. 139:2)

Ide dari sitting down dan rising up adalah berlawanan; keseluruhan yang dimaksud adalah seluruh aktifitas yang berkaitan dengan waktu termasuk duduk dan berdiri. Itu berarti, You know every move I makedidalamnya ada kedua tindakan itu. Disini ide yang diekspresikan memang literal, tapi maksudnya lebih dari itu.

  • If I ascend to heaven, You are there;
  • I make my bed in Sheol, You are there. (Ps. 139:8)

Heaven dan Sheol adalah berlawanan; keseluruhan yang dimaksud adalah ruang universal dan seluruh situasi yang ada didalamnya. Baris ini, mengekspresikan suatu vertical merismsemua tempat dari sorga diatas dan Sheol dibawah.

  • From the rising of the sin to the place where it sets,
    the name of the LORD is to be praised. (Ps. 113:3).

Ayat ini bisa diterjemahkan dalam salah satu cara; bisa berarti semua tempat dari timur ke barat; atau, bisa berarti seluruh waktu dari matahari terbit sampai matahari terbenam (the place ditambahkan oleh NIV, Ibraninya hanya memiliki its going in).

14. Hendiadys: Dua untuk Satu, ekspresi dari satu ide melalui dua istilah yang diatur secara formal dan dihubungkan oleh and, bukannya sebuah kata benda atau adjective, atau kata kerja dan adverb. Satu komponen menentukan yang lain (Bullinger, pp. 657-672).

  • I will greatly multiply your pain and your conception. (Gen. 3:16)

Dua kata benda dihubungkan dengan sebuah konjungsi, tapi baris berikut menjelaskan itu adalah sebuah hendiadys: in pain you shall bring forth children. Jadi satu-satunya ide adalah usaha keras dalam membesarkan dan menjaga anak (conception adalah sebuah synecdoche, sebagian bagi keseluruhan proses, karena tidak ada sakit dalam conception).

  • My soul shall be satisfied with fat and fatness. (Ps. 63:6[5])

Satu ide diekspresikan lebih baik dengan membuat salah satu kata bendanya sebagai modifier: abundant fatness. Inilah cara kita menguji katergori ini.

  • But Abel, he also brought from the firstborn of his flock and from the fat of them. (Gen. 4:4).

Saya menyatakannya secara sangat literal sehingga anda bisa melihat titik awal dari penafsiran. Penafsiran kita akan merujuk pada: he also brought the fattest firstborn of his flock.

  • Who is like Yahweh our God? He makes high to sit. (Ps. 113:4).

Teks ini memiliki sebuah participle diikuti oleh sebuah infinitive; hendiadys akan memberikan suatu pembacaan yang mulus --He sits on high. Ide dari sitting juga adalah anthropomorphic, ditunjukan dalam ide duduk bertahta atas bumi.

15. Euphemism: penggantian terhadap sebuah ekspresi yang tidak ofensif atau tenang dengan yang ofensif (Bullinger, pp. 684-688).

  • Then his wife said to him, Do you still hold your integrity? Bless (= curse) God and die. (Job 2:9)

Teks itu telah menggantikan kata bless karena lebih cocok dengan kata God; tapi curse jelas diharuskan dalam konteks. Mungkin sebagian besar dari euphemisms telah memasuki teks melalui aktifitas juru tulis dan bukan bagian dari tulisan asli. Tapi karena mereka ada, harus dimengerti.

16. Apostrophe: suatu penyisihan subject-matter langsung untuk membahas yang lain yang hadir dalam fakta atau imajinasi (Bullinger, pp. 901-905).

Daud berbalik dari doa tentang kesulitannya untuk membahas mereka yang telah masalah itu padanya:

  • Depart from me, you workers of iniquity. (Ps. 6:9[8]).
  • Your glory, O Israel, is slain upon your high places . You mountains of Gilboa (2 Sam. 1: 19-21)
  • When Israel went forth out of Egypt What ails you, O sea, that you flee? (Ps. 114:1-5)

17. Type: sebuah ilustrasi ilahi yang dikiaskan sebelumnya dari sebuah realitas yang berhubungan (disebut antitype) (Bullinger, p. 768). Typology adalah sebuah bentuk prediksi nubuat, perbedaan utama adalah bagian itu hanya bisa dimengerti sebagai nubuat saat pemenuhan antitypenya sudah muncul sepenuhnya. Topik ini akan dibahas dalam catatan mengenai mazmur kerajaan.

  • My God, my God, why have you forsaken me? (Ps. 22:2 [1])

Kata-kata dari mazmur secara hiperbola menggambarkan penderitaan Daud, tapi secara histori menjadi nyata dalam Yesus. Beberapa dari ayat mazmur ini digunakan dalam Perjanjian Baru untuk menggambarkan penderitaan Yesus.

18. Symbol: sebuah objek materi digantikan dengan sebuah kebenaran moral atau spiritual, sebuah tanda terlihat dengan sesuatu yang tidak terlihat. Tanda terlihat sebagai sebuah kemiripan tetap terhadap kebenaran spiritual.

  • I will appoint you a light to the nations. (Isa. 42:6)

Light menjadi sebuah symbol bagi perintah rohani dan moral (dibandingkan dengan darkness diayat berikutny). Sebenarnya, symbol ini berasal dari sebuah kiasan pembanding.

19. Irony: ekspresi pikiran dalam sebuah bentuk yang berlawanan (dari eironeia = dissimulation). Arti kata itu dibalik dengan menukarnya kedalam suatu wilayah semantic yang tidak pas dengan pembicara dan/atau subjek. Dengan menaruh kata itu kedalam suatu konteks yang tidak pas penulis menstimulasi sebuah respon mental (Bullinger, pp. 807-815).

Didalam komedi Yunani karakter yang disebut eiron adalah sebuah dissembler yang biasanya berbicara merendahkan atau dengan sengaja berpura-pura tidak pintar dari yang sebenarnya, tapi menang atas alazonsi sombong yang bodoh dan menipu diri. Pada sebagian besar penggunaan kritisnya yang beragam istilah irony memiliki arti akarnya dissimulation, atau sebuah perbedaan antara apa yang dikatakan dengan yang sebenarnya (Abrams, A Glossary of Literary Terms).

  • Where are their gods, their rock in whom they trusted? (Dt. 32:32)

Kata rock (sebuah hypocatastasis menunjukan kekuatan dan stabilitas) disini digunakan dengan maksud berlawanan. Ilah mereka kekurangan stabilitas dan tidak bisa diandalkan.

  • Cry louder, for he is a god. (1 Kings 18:27)

Jelas, Elijah tidak percaya kalau Baal adalah Tuhan, karena kalau dia adalah allah mereka tidak perlu berteriak lebih keras. Maksud dari ironi adalah mereka seharusnya tahu kalau dia bukan allah, dan berhenti berseru kepadanya. Seluruh baris juga menjadi contoh dari ejekan (lihat dibawah).

20. Chleuasmos: Mengejek, sebuah ekspresi perasaan melalui ejekan (Bullinger, p. 942).

  • He who sits in the heavens laughs,
    The LORD holds them in derision. (Ps. 2:4)

Selain membentuk chleuasmos, baris ini sangat anthropomorphic, baik dalam ekspresi sitting dan laughing/mocking. Baris ini bermaksud mengatakan kalau Tuhan melihat rencana sia-sia mereka sangat menggelikan.

21. Maledictio: Imprecation, sebuah ekspresi perasaan melalui malediction atau execration (Bullinger, p. 940). Lihat pembahasan mengenai imprecations dalam tulisan tentang mazmur ratapan dan doa.

  • When he shall be judged, let him be condemned,
    and let his prayer become sin;
    Let his days be few,
    and let another take his office;
    Let his children be fatherless,
    and his wife a widow; (Ps. 109:7f)

Pemazmur dipenuhi dengan kerinduan akan rencana Tuhan, dan berdoa agar mereka yang melawannya akan dihukum. Penghukuman mengambil bentuk gambaran kutukan; tapi kutukan hanya efektif jika itu semua adalah kehendak Tuhan.

III. Kiasan Melibatkan Penambahan atau Perluasan

22. Parallelism: Baris Paralel, hubungan satu ayat atau baris dengan lainnya (untuk pembahasan utuh lihat pendahuluan mengenai Mazmur). Hati-hati dalam menggunakan buku Bullinger karena dia membahasnya secara berbeda (pp. 349-362). Kita akan mengikuti klasifikasi yang diberikan dalam tafsiran Mazmurnya Anderson.

23. Repetisi: Repetisi dari kata yang sama atau kata-kata dalam bagian itu. Fenomena ini memiliki banyak variasi; dan ekspositor harus memberitahu tipe dan tujuan dari repetisi (lihat Bullinger, pp. 189-263, merupakan bagian agak diperluas).

  • Whom shall he teach knowledge for it is precept upon precept, precept
    upon precept, line upon line, line upon line, here a little, there a little . (Isa. 28:10)
  • My God, my God, why have You forsaken me? (Ps. 22:2[1])

Intensnya pathos dari ayat ini diperluas oleh repetisi melebihi apa yang dibawa oleh ekspresi orang itu. Perhatikan juga ironinya --my God should not be forsaking me.

24. Paronomasia: repetisi kata-kata yang mirip bunyinya dan seringkali juga dalam arti atau asal mula (Bullinger, pp. 307-320). Jika kata-kata itu secara etimologis berhubungan, maka itu merupakan sebuah paronomasia dalam arti klasik; jika kata-kata itu tidak begitu berhubungan, maka itu merupakan sebuah paronomasia longgar, atau, permainan kata phonetic. Anda perlu bekerja dengan bahasa Ibrani untuk melihat kiasan ini.

  • Now the earth was waste and void. (Gen. 1:2)

Dua kata itu adalah tohu wabohu, sebuah permainan kata phonetic. Mereka terdengar seperti berhubungan, tapi berasal dari kata-kata yang berbeda. Frase yang mudah diingat membantu ingatan dan mengatur pasal itu.

  • Therefore, the name of it was called Babel, because there the LORD confused (balal, i.e., turned into a babble) their language (Gen. 11:9).

Nama Babel secara etimologis tidak berhubungan dengan kata kerja Ibrani balal, to confusemereka adalah bahasa berbeda. Bab-ili adalah sebuah kata Babilonia yang berarti gate of God; tapi kata kerja dalam Ibrani menangkap bunyi nama itu dan memberi komentar mengenainya dalam konteks.

  • God has taken away (asaph) my reproach; and she called his name Joseph (yoseph), saying, May Yahweh add (yoseph) to me another son. (Gen. 30:23, 24)

paronomasia yoseph adalah benar, secara etimologis berhubungan (dari yasaph) dan secara morphologis identik keduanya adalah hiphil jussives artinya may he add. Tapi paronomasia dengan asaph hanyalah sebuah permainan kata phonetic, disamping usaha yang dilakukan beberapa sarjana untuk melacak akar dari Joseph sampai asaph.

25. Acrostic: repetisi dari huruf yang sama atau berikutnya dipermulaan kata atau klausa (Bullinger, pp. 180-188).

Mazmur 119 adalah bagian yang sudah biasa bagi kebanyakan orang; setiap baris dalam setiap bagian dimulai dengan deretan huruf alfabet. Didalam Mazmur 34, setiap ayat dimulai dengan sebuah huruf alfabet secara berderet, mengeluarkan waw dan berakhir dengan ayat 21. Ayat 22, dimulai dengan sebuah pe, ada diluar deretan dan mungkin ditekankan. Lihat juga kitab Ratapan; setiap pasal memiliki 22 ayat untuk deretan alfabet, tapi pasal ketiga melipat tigakan penggunaan setiap huruf. Acrostics berlaku sebagai mnemonic dan juga retorik.

26. Inclusio: kiasan retoris dimana sebuah unit tulisan dimulai dan diakhiri dengan kata, frase, atau klausa yang sama (atau mirip). Repetisi ini berlaku sebagai alat framing, menekankan tema dari bagian itu. Biasanya muncul dengan konstruksi chiastic.

  • O LORD, our Lord, how excellent is Your name in all the earth! (Ps. 8:2[l] and 10[9])
  • My God, my God, why have you forsaken me and
    You are my God. (Ps. 22:2[l] and 11[10])

27. Hyperbole: penggunaan istilah berlebihan untuk menekankan akibat; artinya lebih dari makna literalnya (Bullinger, pp. 423-428).

  • The cities are great, and walled up to heaven. (Deut. 1:28)

Maksud dari pernyataan itu adalah kota-kota itu sangat tinggi, luar biasa.

  • I am worn out from groaning;
    all light long I make my bed swim with weeping
    and drench my couch with tears. (Ps. 6:6).

Membanjiri dan membasahi tempat tidur dengan air mata mungkin secara literal tidak benar. Tapi hal itu menunjukan satu malam dengan sakit yang sangat dan tangisan yang tak terkontrol.

IV. Kiasan Melibatkan Penghapusan atau Supresi

28. Ellipsis: Penghapusan, penghapusan satu kata atau kata-kata dalam sebuah kalimat (Bullinger, pp. 3-113).

  • When you shall make ready [ ] upon your strings. (Ps. 21:13[12])

Your arrows tidak ada dalam teks; itu seharusnya diberikan dari konteks. Terkadang kata-kata ditanggalkan karena tidak diperlukan konteks; atau ditanggalkan untuk penekanan, seperti dalam contoh berikut.

  • there is in my heart [ ] like a burning fire (Jer. 20:9b).

NIV memberi subjek yang dihapus: your word is in my heart. Konteksnya menunjukan kalau inilah subjek yang benar dan terpenting.

29. Aposiopesis: Diam yang tiba-tiba, berhenti berkata-kata, dengan diam yang tiba-tiba (dalam kemarahan, duka, depresiasi, janji) (Bullinger, pp. 151-154).

  • My soul is greatly troubled; but You, O LORD, how long--? (Ps. 6:3)

Kalimat itu tidak lengkap karena emosi yang intens terlibat. Pemazmur berhenti dalam kalimat ini dan menyerahkan semuanya dalam pemeliharaan TUHAN. Contoh lain adalah Yesaya 1:13 yang menyatakan TUHAN kapok dengan kepura-puraan ibadah Israel walaupun NIV memuluskannya sedikit.

32. Erotesis: disebut juga Pertanyaan Retoris, bertanya tanpa mengharapkan jawaban (untuk mengekspresikan penegasan, demonstrasi, kekaguman, pemujaan, keinginan, penolakan, keraguan, permohonan, larangan, kasihan, teguran, ratapan, absurditas anda harus memutuskan yang mana maksudnya [lihat contoh-contoh dalam buku Bullinger]). Melalui penggunaan kiasan kita berusaha membujuk pendengar untuk mengadopsi sudut pandang. Respon yang diinginkan harus ditebak dan diuji dari komposisi itu (Bullinger, pp. 943-956).

  • Is anything too hard for the LORD? (Gen. 18:14)

Maksud pertanyaan adalah tidak ada yang too hard (literalnya marvelous, wonderful, surpassing). Bentuk pertanyaan itu digunakan untuk mendesak Abraham dan Sarah menyadari maksudnya.

  • Who can find a virtuous woman? (Prov. 31:10)

Maksudnya adalah membangkitkan sebuah perasaan menginginkan sesuatu yang begitu jarang; ini bukan sebuah pertanyaan literal yang harus dijawab. Virtuous dalam baris itu agak kurang tepat untuk kata Ibrani khayil, kecuali kita berpikir dalam istilah kebajikan.

  • Why do the nations rage? (Ps. 2:1)

Pemazmur mengekspresikan kekaguman, mungkin juga kemarahan, bahwa bangsa-bangsa mau memberontak melawan TUHAN.

33. Meiosis: Mengecilkan satu hal untuk memperbesar yang lain (disebut juga litotes) (Bullinger, pp. 155-158).

  • And we were in our own sight as grasshoppers,
    and so were we in their sight. (Num. 13:33)

Perhatikan ini juga sebuah simile, membandingkan orang dengan belalang. Pengecilan dimaksudkan untuk memperbesar jumlah dan kekuatan musuh.

34. Tapeinosis: Mengurangi satu hal untuk meningkatkannya (Bullinger, pp. 159-164).

  • A broken and contrite heart, O God, you will not despise. (Ps. 51:19 [17])

Kita mengharapkan you will joyfully receive. Tapi sebuah pengurangan digunakan untuk menyatakan dua ide: ide pertama adalah Tuhan akan menerima dan senang akan hati yang hancurinilah maksud yang diinginkan; lainnya adalah jika kita tidak memiliki hati yang hancur Tuhan akan membiarkan. Tentu saja, broken dan heart juga kiasan (hypocatastasis dan juga metonymy).

Ringkasan dan Ilustrasi

Ada beberapa kiasan diatas yang mudah disalah artikan jika dilihat sekilas. Klasifikasi kiasan yang lebih luas kedalam empat kelompok terbukti membantu, karena kita bisa bertanya apakah penulis itu sedang membandingkan, mengganti, menambah atau menghapus dalam kalimat.

Kiasan pembanding yang terlihat seringkali adalah simile, metafora, hypocatastasis (atau implied metaphor), anthropomorphism dan zoomorphism. Semuanya pada intinya melakukan hal yang sama, i.e., membuat sebuah perbandingan; tapi melakukannya secara berbeda. Jika kita menabelkan bagaimana kerja mereka, kita harus memberikan perbandingan antar genus.

GENUS

GENUS

TUHAN

perisai

Properti dari satu wilayah semantic digubah keying lainnya, membentuk sebuah perbandingan, apakah dinyatakan atau diimplikasikan. Seringkali konteksnya membatasi atau mensyaratkan bahasa metaforis, membatasi jangkauan perbandingan atau ubahan. Tugas eksegetor adalah menentukan maksud dari perbandingan. Salah satu cara melakukannya adalah menulis satu GENUS baru yang merangkul kedua kata, kemudian membuatkan masing-masing speciesnya. Metafor diatas bisa ditabelkan sebagai berikut:

PERLINDUNGAN
(posited genus)

TUHAN

=

perisai

Kiasan pengganti yang perlu diperhatikan adalah synecdoche dan metonymy. Kiasan dari synecdoche bisa ditabelkan dengan cukup mudah karena melibatkan hubungan satu GENUS (atau SELURUH) dan SPECIES (atau BAGIAN).

GENUS

>

e.g., military weapons/
peaceful implements

SPECIES

<

e.g., swords/ploughshares

Jadi jika kiasannya adalah synecdoche, kita harus berpikir dalam kerangka pengganti kearah genus atau kelompok yang lebih besar dimana kiasan itu berasal, atau kearah species (atau bagian) yang dimaksud oleh genus.

Salah satu kiasan yang paling umum digunakan dalam mazmur adalah metonymy. Ini juga sebuah kiasan pengganti, tapi saat synecdoche benar-benar merupakan bagian dari seluruh atau seluruh dari sebagian, metonymy kurang terhubung dengan hal yang dimaksud tapi terhubung, dan disinilah perbedaannya dengan kiasan pembanding. Dengan metonymy terdapat kelanjutan antar kiasan dan topik. Melalui tabel berikut saya berusaha mengilustrasikan empat tipe dasar (sebenarnya dua tipe dengan arah berlawanan). Contoh kiasan dikotak.

SEBAB

 

AKIBAT

Musa

>

Hukum yang Musa tulis

They have Moses tidak dilihat secara literal. Mereka memiliki Kitab Suci yang Musa tulis. Maka dari itu, sebab (penulis) dikemukakan, tapi dampaknya yang dimaksud. Antara penulis dan tulisannya ada hubungan yang nyata, tapi tidak dalam pengertian sebuah synecdoche.

SEBAB

 

AKIBAT

Batu yang Musa pukul

<

Mata air

You split the fountain menggantikan kata fountain dengan batu yang dipukul Musa, dari situ keluar mata air setelah dia melakukannya. Ini adalah hubungan nyata antara kiasan (fountain) dan apa yang dimaksud (rock) melaluinya.

SUBJEK

 

SISIPAN

kubur

>

Orang mati didalamnya

The grave cannot praise you menggantikan penampung dengan isinya (dan diagram saya dibuat untuk menunjukan subjek menegaskan realitas yang dimaksud). Ada satu hubungan antara grave dan dead; tapi bukan sebuah perbandingan. Grave sebagai sebuah synecdoche mewakili tanah, atau bumi, atau Sheol.

SUBJEK

 

SISIPAN

Rambut panjang menunjukan sumpah

<

pemisahan

The separation is on his head menggantikan satu istilah deskriptif dengan apa yang dimaksudnya, the long hair of the vow. Pernyataan utuhnya akan mengatakan bahwa long hair mewakili dipisahkannya dia bagi TUHAN ada pada kepalanya.

Pada praktek nyata terkadang sulit untuk membedakan tipe-tipe utama ini, tapi saat seorang semakin melatihnya semakin mudah dibedakan. Tentu saja, ada saat dimana perbedaan penafsiran dimungkinkan, tergantung pada bagaimana bagian itu dilihat. Perjamuan Kudus melukiskan hal ini, Roma Katolik melihat perkataan Yesus This is my blood secara literal (tapi dengan syarat-syarat), Lutheran secara metonymy, dan Baptist secara metaforis.

Taxonomy upgrade extras: 

7. Pelajaran Kritik Teks

Pendahuluan

Ada beberapa aspek eksegesis yang lebih rumit daripada melakukan kritik teks. Ini merupakan disiplin yang mengharuskan eksegetor menguasai bahasa, tapi seluruh informasi mengenai manuskrip dan ragam versinya serta kecenderungan juru tulis. Hal ini juga berasumsi kalau kritik tekstual akan lebih biasa dalam Alkitab, terutama karakteristik tulisan dan kecenderungan setiap penulis. Sebagian besar mahasiswa seminari tidak cukup dipersiapkan untuk pekerjaan ini. Mereka bisa saja, tapi kurikula dalam institusi tersebut telah berayun dari disiplin alkitabiah dan teologis kepada penekanan profesi. Tekanan tambahan itu baik, dan mungkin diperlukan tapi tidak dengan mengorbankan disiplin tradisional.

Didalam tulisannya yang berjudul The Textual Criticism of the Old Testament, Harry Orlinsky menulis:

Beberapa decade yang lalu kita melihat penelitian Perjanjian Lama berkembang dibawah pengaruh penemuan arkeologi. Wilayah yang disebut dalam Alkitab, Irak, Siriah, Libanon, Palestina dan Mesir, saat mereka dibawah kontrol Inggris dan Prancis, menjadi tempat subur penemuan dengan penggalian di Fertile Crescent. Dan walaupun struktur ekonomi dan social beragam bagian di Timur Dekat seperti kekuasaan Eropa mulai berubah ditahun duapuluhan, tigapuluhan, dan empatpuluhan, dan Inggris serta Prancis mulai tergantikan oleh kekuasaan Amerika dan Soviet, dan pengelompokan politik baru seperti Republik Arab, Kerajaan Hashemite di Yordan, dan Israel sedang terbentuk, dengan akhir yang belum terlihat, pekerjaan arkeologis tetap berlangsung lebih banyak di Israel daripada Transjordan dan Iraquntuk memuaskan para sarjana Alkitab, atau keinginan para ahli dibidang arkeologi Alkitab.

Pada saat yang sama, trend baru mulai terasa dalam pendidikan tinggi dikedua sisi Laut Atlantik: ilmu kemanusiaan dan social mulai memberi jalan bagi ilmu terapan. Kurikula dari sekolah pada umumnya semakin merampas tata bahasa Latin dan Yunani menjadi bayang saat sekolah publik sering disebut sekolah Latin atau sekolah tata bahasa!

Konsekuensi kritik tekstual terhadap Perjanjian Lama cepat terasa. Disini, disatu sisi, dokumen tertulis dan tidak yang dibongkar oleh arkeologi menarik perhatian pelajar tentang dunia dimasa Kitab Suci ditulis; dan, disisi lain, pelajar dibidang penelitian yang sama menemukan diri mereka semakin tidak bisa menangani kritik tekstual dari Alkitab Ibrani, karena mereka masuk dan keluar dari seminari dan departemen Semitik mereka dengan pengetahuan bahasa Ibrani, Aramik, dan Latin bukan dari sumber langsung disbanding pelajar dimasa sebelumnya. Kita telah jauh berbeda disbanding saat Ezra Stiles, president dari Yale University, mengajar mahasiswa baru dan kelas bahasa Ibrani, ditahun 1781 dalam bahasa Ibrani. (in The Bible and the Ancient Near East, ed. By G. Ernest Wright [Doubleday, 1965]).

Pada tahun-tahun setelah Orlinsky menulis artikel ini, hal-hal tersebut tidak menjadi lebih baik; faktanya, pelajaran Teologi dan Alkitab secara umum telah dikurangi. Sebagai hasilnya, pelayan dan pendidik lain dimasa kini lebih dari sebelumnya, harus memberi keputusan penting mengenai terjemahan, penafsiran Alkitab, dan keputusan besar tentang teologi dan etika, semua dengan pelatihan formal yang kurang untuk melakukannya. Hal yang dilakukan dalam seminari dan program sarjana adalah menawarkan suatu survey tentang disiplin melakukan kritik tekstual jika seseorang ingin mempelajarinya. Tapi pelajar seminari memerlukan survey ini, agar mereka lebih hati-hati dalam melakukan pekerjaan eksegetisnya. Karena terlatih atau tidak, mereka harus menghadapinya.

Perkenalan pertama pelajar terhadap kritik tekstual Perjanjian Lama biasanya gagal karena jumlah informasi yang diperlukan untuk mengerti apa yang sedang terjadi. Ada banyak sekali tulisan mengenai ragam teks dan tipe teks Perjanjian Lama, ragam versi Perjanjian Lama, dan teori kritik mengenainya. Buku kecilnya Ernst Wurthwein, The Text of the Old Testament (Grand Rapids: Wm. B. Eerdmans, 1979), memberikan perkenalan yang baik terhadap seluruh materi ini. Walaupun begitu, hanya suatu survey umum. Tapi cukup dalam seminari, karena tujuan mempelajari disiplin ini bukan untuk membuat pelajarnya kedalam suatu kritik tekstual, tapi membuat mereka sadar akan teks dari Alkitabbagaimana itu ditulis, bagaimana disimpan, seberapa bisa diandalkan, dan bagaimana menyelesaikan kesulitan tekstual.

Menyelesaikan masalah tekstual paling membutuhkan pelatihan. Hal itu membutuhkan pengetahuan yang baik akan bahasa dan bukti manuskripnya variasi yang ada. Hal itu membutuhkan kemampuan membaca apparatus dicatatan kaki Alkitab Ibrani dan mengevaluasi bacaannya sesuai dengan kanon dari kritik teks. Disini anda hanya sedikit mempraktekannya, cukup untuk menyadarkan anda akan proses menyelesaikan sebuah masalah tekstual, sehingga saat anda membaca versi yang berbeda atau tafsiran yang berbeda anda bisa mengevaluasi sebagian hal yang mereka katakan.

Ekspositor modern tidak bisa mengabaikan masalah ini kecuali ekspositor itu (jika bisa memakai istilah ini) berencana mengabaikan Alkitab. Perbedaan versi Alkitab dalam bahasa Inggris membuat anda perlu mengatakan bahwa ada hal yang signifikan yang berubah dalam pembacaannya. Lebih dari itu, tafsiran modern sering mengubah teks dalam pembahasan mereka. Anda harus menentukan apakah itu diijinkan, atau seperti juru tulis dimasa lalu mereka hanyalah pilihan untuk pembacaan yang lebih mudah bagi penafsir. Hal ini, mendasar bagi seluruh disiplin dalam mempelajari Alkitab dan teologi.

Tugas dari kritik tekstual yang sebenarnya, adalah membuka, mengidentifikasi, atau memulihkan teks asli dari Alkitab. Hal ini disebut Lower Criticism. Higher Criticism berurusan dengan menentukan penulis, waktu, tujuan, dan integritas dari kitab-kitab dalam Alkitab, yang cukup beragam. Kritik Tekstual berurusan dengan manuskrip dan versi Alkitab, dan bukan, seperti yang dipikir sebagian orang dimasa ini, dengan metode penafsiran. Bacaan bibliografi dibawah ini sangat berguna bagi yang ingin mempelajarinya lebih lanjut.

Tapi harus diulangitujuan kita adalah mensurvey informasi mengenai manuskrip, versi, dan aktifitas juru tulis, dan juga metode dalam melakukan kritik tekstual, sehingga anda bisa memiliki pengertian yang lebih baik akan Kitab Suci dan bagaimana mereka telah disimpan dan diterjemahkan.

Bibliografi Terpilih

Ap-Thomas, D. R. A Primer of Old Testament Textual Criticism. Oxford: Basil Blackwell, 1965.

Cross, F. M. and Talmon, S. Qumran and the History of the Biblical Text. Cambridge: Harvard University Press, 1975.

Jellicoe, S. The Septuagint and Modern Study. New York: Oxford University Press, 1968.

Klein, R. W. Textual Criticism of the Old Testament. Philadelphia: Fortress Press, 1974.

Orlinsky, Harry M. The Textual Criticism of the Old Testament, in The Bible and the Ancient Near East, edited by G. Ernest Wright. Garden City: Doubleday, 1965. Pp. 140-169.

Roberts, B. J. The Old Testament Text and the Versions: The Hebrew Text in Transmission and the History of the Ancient Versions. Cardiff: University of Wales press, 1951.

________. The Textual Transmission of the Old Testament, in Tradition and Interpretation, edited by G. W. Anderson. London: Oxford University Press, 1979. Pp. 1-30.

Thompson, J. A. Textual Criticism, in Interpreters Dictionary of the Bible, Supplement. Pp. 886-891.

Waltke, Bruce K. The Textual Criticism of the Old Testament, in Biblical Criticism: Historical, Literary and Textual, edited by R. K. Harrison, et. al. Grand Rapids: Zondervan, 1978. Pp. 47-78.

Weingreen, J. Introduction to the Critical Study of the Text of the Hebrew Bible. New York: Oxford University Press, 1982.

Sejarah dan Karakter Sumber

Manuskrip Ibrani

Bukti manuskrip bagi teks Ibrani cukup lama, tapi sangat baik tersimpan. Sebelum 400 B.C. tidak ada manuscript (MS) dari Alkitab Ibrani, sehingga kita hanya bisa melihat praktek juru tulis dari Alkitab itu sendiri dan praktek Timur Dekat kuno lainnya. Hal yang bisa ditunjukan adalah para juru tulis memiliki determinasi untuk menyimpan teks tersebut. Teks selamat melalui berbagai bencana dan kehancuran karena kitab-kitab itu dianggap keramat dan para juru tulis sangat memperhatikan keakuratannya. Ada suatu psychology of canonicity yang memelihara suatu perhatian untuk memelihara tulisan-tulisan keramat. Untuk pelajaran mengenai perlakuan juru tulis lain di dunia kuno, lihat W. F. Albright, From the Stone Age to Christianity, pp. 78-79; and K. A. Kitchen, Ancient Orient and Old Testament, p. 140.

Tapi terdapat juga kecenderungan dalam sebagian lingkaran juru tulis untuk merevisi teks. Mereka mengubah teks dan orthography sesuai dengan aturan penulisan; mereka juga mengubah bentuk linguistiknya. Kita tahu sedikit mengenai bagaimana vokalisasi Ibraninya diubah dan mengerti perubahan seperti itu. Lebih dari itu, para imam kelihatannya memiliki bagian teks sinoptik yang telah direvisi dalam pengajaran mereka (bandingkan Ps. 18 dan 1 Sam. 22 dalam Ibrani). Hal terpenting adalah, terdapat kesalahan tidak disengaja seperti dittography, haplography, dan lainnya.

Sejak 400 B.C. sampai masa standarisasi teks Ibrani ditahun 70 A.D., kecenderungan yang sama berlanjut. Kehadiran tipe teks diantara teks Dead Sea Scrolls (DSS; ca. 200 B.C. to 100 A.D.) identik dengan yang disimpan oleh pada Masoretes (yang keberadaan terawal MS sampai ca. 900 A.D.) menjadi saksi kesetiaan dalam penyimpanan teks. Kita bisa belajar sesuatu mengenai proses penyimpanan ini dari tradisi Rabinis (Talmud, Nedarim 37b-38a).

Tapi ada juga kecenderungan diantara para juru tulis untuk merevisi. Sopherim (juru tulis) merupakan perevisi resmi teks menurut C. D. Ginsberg (dalam tulisannya Introduction to the Masoretico-Critico Edition of the Hebrew Bible [New York: KTAV, 1966], p. 307). Setelah kembali dari pembuangan para juru tulis mengubah tulisan dari bentuk lama ke bentuk penulisan Aramik. Tapi yang lebih penting, beberapa juru tulis yang lebih liberal mengubah teks atas alasan philologis dan teologis. Mereka memodernisasi teks dengan menggantikan bentuk archaic dan konstruksinya, mereka memperhalus kesulitan kita, mereka menambah teks dengan tambahan-tambahan dan glosari dari bagian paralelnya, dan mereka menggantikan eufemisme dengan vulgatitas, mengubah nama-nama ilah palsu, dan menjaga nama ilahi dengan mengganti huruf hidup dari bentuk lain.

Hasil dari seluruh kecenderungan ini adalah munculnya tiga turunan Alkitab yang berbeda: teks yang disimpan oleh para Masoretes (the textus receptus), Samaritan Pentateuch (SP), dan Septuagint (LXX)ketiganya dikuatkan oleh DSS.

Gesenius menunjukan kalau persetujuan antara SP dan LXX bisa dijelaskan dengan asumsi asal yang sama. Ini telah dikonfirmasi oleh karya Cross terhadap Samuel, dan Gerleman terhadap Chronicles (Cross, Ancient Library of Qumran, p. 142; Gerleman, Synoptic Studies in the Old Testament, Lunds Universitets Arsskrift, p. 9). Asal yang sama mungkin terjadi di Palestina dimasa Tawarik (400 B.C.). Semua old Palestinian recension ini dibawa ke Mesir selama abad kelima B.C. dan lebih jauh divulgarisasi sebelum menjadi dasar bagi LXX (ca. 300 B.C.). Tulisan selamat di Palestina dan menjadi dasar bagi SP.16

Mungkin old Babylonian recension (deskripsi Cross kalau teks Masoret yang digunakan) diperkenalkan kembali di Palestina dimasa para Makabe (ca. 160 B.C.). Hal yang jelas adalah dimasa Injil ada suatu keadaan yang mendukung hal ini di Palestina. Ini bisa terlihat dalam penggunaan Perjanjian Lama dalam Perjanjian Baru, tulisan rabinis, dan kitab-kitab apokrifa.

Kesaksian Rabinis adalah terdapat suatu gerakan menjauh dari pluralitas turunan ke suatu standarisasi teks Ibrani. Aturan dari hermeneutic alkitabiah, disusun oleh Hillel the Elder, menuntut sebuah sacrosanct text. Bukti merujuk pada keberadaan suatu teks resmi dengan otoritas mengikat dari masa setelah kehancuran bait ditahun 70 A.D. Tafsiran Eksegetis dan prinsip hermeneutis digemakan oleh Zechariah ben ha-Kazzav, Nahum of Gimzo, Rabbi Akiva, and Rabbi Ishmael, semua menginginkan suatu teks yang distabilkan, tipe teks Masoretik. Para Rabi telah menetapkan hal ini pada turunan konservatif dan mengadopsikannya bagi Yudaism (konservatif dalam arti kurang ada perubahan dan disimpan dari hal yang sulit dan tidak biasa).

Karya dari para juru tulis sekarang berubah dari mengklarifikasi teks kepada menstandarisasi dan memelihara teks, walaupun dengan banyaknya bentuk archaic dan sulit didalamnya. Karena para juru tulis berusaha memelihara teks, tidak ada perkembangan lanjutan penting yang terjadi.

Pekerjaan memelihara teks merupakan kepentingan sekolah keluarga dari para sarjana Yahudi. Mereka mewakili secara simbolis huruf hidup dan liturgical cantillations dengan tanda diacritical. Mereka dikenal sebagai Masoretes (Ibraninya masar berarti to hand down melalui tradisi); tradisi mereka disebut Masorah; dan teks yang mereka simpan dan vocalized disebut Masoretic Text. Pekerjaan dari keluarga Ben Asher dari sekolah Tiberias (sebuah kota dipantai barat Galilea) menonjol dengan dukungan diabad sebelas.

Untuk ringkasan sejarah pencetakan Alkitab Ibrani, lihat N. H. Sarna, Bible: Text, in Encyclopedia Judaica 4 (1971):831-35.

Versi-versi Kuno

Septuagint. Wurthwein memberikan perkenalan dasar terhadap Perjanjian Lama Yunani. Mengenai garis besarnya saya ingin menambahkan beberapa latar belakang dari sumber lainnya. Secara umum, kita bisa mengatakan kalau Taurat atau Hukum diterjemahkan kedalam bahasa Yunani diantara tahun 295--247 B.C., Para Nabi diterjemahkan sebelum akhir abad ketiga B.C., dan Hagiagrapha ditahun 132 B.C.

Lagarde berpendapat, cukup meyakinkan, bahwa seluruh manuskrip yang ada dari terjemahan Yunani Kuno berasal dari tiga turunan yang disebutkan oleh Jerome, yaitu, Egyptian oleh Hesychius, Palestinian oleh Origen, dan Syrian oleh Lucien. Ketiganya berasal dari versi Yunani yang asli.

Dua edisi modern dari bahasa Yunani didasarkan pada teori dan model Lagarde. Cambridge Septuagint, berisi kitab-kitab Pentateuch dan sejarah, disebut Vaticanus (Codex B) karena itu yang termurni. Jurang diisi dengan Alexandrinus dan Sinaiaticus. Didalamnya berisi begitu banyak apparatus Yunani yang penting. Cambridge Septuagint disimpan dalam sebuah Perjanjian Lama Inggris-Yunani (Zondervan) yang dilihat sebagai penghematan waktu. Edisi lain, Rahlf, adalah Gottingen LXX; ini merupakan sebuah masalah penting, tapi biasanya kembali ke B. Edisi itu tidak memiliki Pentateuch dan sejarah. Edisi Rahlf menutupi bagian ini.

Turunan dari Septuagint. Waltke meringkas masalah ini:

Dari penelitiannya terhadap kitab SamuelRaja-raja, Cross menyimpulkan kalau LXX yang asli telah direvisi kira-kira abad pertama B.C. terahdap suatu teks Ibrani yang ditemukan dalam Tawarik, beberapa MSS Qumran, kutipan-kutipan dari Josephus, Greek minuscles boc2e2, dan dalam kolom keenam dari Hexaplanya Origen, yang tidak hanya Theodotionic tapi juga Proto-Lucianic. Turunan Proto-Lucianic ini kemudian direvisi ke revisi kai ge melihat pada Proto-Masoretic Text. Revisi ketiga terjadi diabad kedua A.D. oleh Aq. (Aquila) dan Sym. (Symmachus), yang merevisi turunan kai ge terhadap Rabbinic Masoretic Text. Barthelemy, sebaliknya, berpendapat bahwa teks Proto-Lucianic ini merupakan LXX yang asli, dan ditunjukan hanya dua revisi berturutan. Tapi G. Howard berpendapat kalau keduanya kekurangan bukti definitif.

Waltke menunjukan bahwa bukti dalam kitab nabi-nabi kecil semakin menunjukan suatu revisi terhadap Yunani kuno kepada Proto-MT. Dari situ berasal turunan diabad kedua A.D. Aquila, murid dari Aqiba, membuat sebuah terjemahan literal agar sesuai dengan prinsip-prinsip eksegetisnya. Symmachus lebih mengusahakan idiom Yunani. Versi Theodotion mendahului terjemahan asli dalam edisinya LXX.

Diabad ketiga dan keempat A.D., turunan dari Hesychius, Origen, dan Lucian muncul. Kolom kelima Hexaplanya Origen berpengaruh pada salinan lanjutan dari LXX. Itu merupakan suatu teks yang secara konsisten dikoreksi dari Ibraninya textus receptus karena itu yang paling rusak.

Waltke menyimpulkan, Melihat sejarah ini, Lagarde dengan benar mengatakan bahwa, hal lain setara, pembacaan Yunani yang menyimpang dari MT seharusnya dianggap sebagai LXX yang asli.

Aramik Targums. Terjemahan Perjanjian Lama Aramik kurang menologn bagi kritik tekstual. Mereka distandarisasi setelahnya dalam sejarah, tapi yang lebih penting mereka bersifat paraphrastic, berisi materi haggadic, modernisasi nama-nama, penjelasan bahasa kiasan, dll. Beberapa materi Targum bisa membantu mengerti tafsiran resmi dalam Sinagoge. Hal ini memiliki beberapa tanggungan pada kesulitan tekstual. Untuk pembahasan mengenai Targum, lihat perkenalan umumnya Wurthwein.

Latin Kuno dan Vulgata. Latin Kuno mungkin merupakan terjemahan Yahudi yang didasarkan pada LXX. Buktinya tidak sepenuhnya didasarkan pada manuskrip lengkapnya, tapi dari manuskrip yang mengisi suatu teks pre-Vulgate, kutipan-kutipan Bapa-bapa, dan annotasi marginal dalam Vulgata.

Vulgata Latin diperintahkan oleh Pope Damasus kepada Jerome (345-420). Jerome mencoba beberapa pendekatan dalam merevisi teks Latin, dan akhirnya mengerjakan sebuah terjemahan dari teks Ibrani. Terjemahan Mazmurnya dalam Vulgata (yang disebut Gallican Psalter) pada intinya diambil dari Hexapla.

Kemudian, dibawah pengaruh para sarjana Yahudi di Bethlehem, Jerome menghasilkan sebuah terjemahan Mazmur kedalam bahasa Latin yang didasarkan pada Teks Ibrani, disebut Psalterium iuxta hebraeos hieronymi, PIH.

Syriac Peshitta. Ini merupakan terjemahan yang dimulai di Edessa, dimulai pada abad pertama A.D. untuk Pentateuch, dan diselesaikan diakhir abad keempat. Terjemahan ini kelihatannya mengikuti Ibraninya secara ketat, tapi bisa juga diterjemahkan dari LXX. Pentateuch, Yesaya, Nabi-nabi Kecil, dan sebagian dari Mazmur, menunjukan pengaruh dari LXX. Yehezkiel dan Amsal lebih dekat ke Targum. Ayub secara literal. Ruth bersifat midrashic. Tawarik sebagiannya midrashic.

Pembagian Syrian Christian kedalam Nestorians dan Jacobites menunjukan versi terpisah dari Peshitta (simple) didasarkan pada terjemahan sebelumnya.

Kecenderungan Para Juru Tulis

Selain pengetahuan mengenai sejarah dan perkembangan teks dan versi, kritik teks harus menyadari berbagai perubahan yang dibuat dalam manuskrip jika ingin mengevaluasi masalah. Garis besar berikut ini akan membiasakan pembaca dengan kecenderungan juru tulis, tapi tidak memberikan suatu pembahasan menyeluruh. Mengenai pembahasan mendetil, lihat bibliografi, terutama Klein, pp. 76-82, disitu contoh-contohnya dibahas.

Perubahan Tak Disengaja

1. Kebingungan terhadap surat-surat yang mirip. Ada saatnya sebuah kesulitan tekstual muncul karena seorang juru tulis membingungkan surat dalam pembacaan.17 Perhatikan perbedaan dalam I Samuel 14:47:

MT: He pronounced (them) wicked ( y r sh y )

LXX: He was victorious (y w sh -- reading a w for an r )

2. Kebingungan terhadap kata-kata yang terdengar mirip. Juru tulis mungkin tidak mendengar pengucapan kata itu secara tepat dan menganggapnya kata lain. I Samuel 28:2 menunjukan perubahan seperti itu:

MT: you (attah)

LXX: now (apparently reading attah)

3. Penghapusan karena memiliki akhir yang mirip (homoeoteleuton). Mata juru tulis mungkin melewatkan satu akhiran atau satu kata atau satu kalimat dengan lanjutannya yang mirip, meninggalkan materi yang menghalangi. Perhatikan bagaimana hal ini terjadi dalam MT dari I Samuel 13:15:

MT: And Samuel arose and set out from Gilgal to Gibeah of Benjamin

LXX: And Samuel arose and set out from Gilgal-- and went on his way; but the rest of the people went up after Saul to meet the soldiers. Then they came from Gilgal--to Gibeah of Benjamin.

4. Penghapusan karena suatu awal yang mirip (homoeoarchton). Ini merupakan bentuk kesalahan yang sama seperti yang terakhir, walaupun tidak terlalu sering terjadi. Mata juru tulis mungkin melewatkan satu awalan kelanjutannya, meninggalkan materi yang menghalangi.

5. Haplography atau tulisan tunggal. Ini merujuk pada tulisan tunggal dari dua surat atau kata yang muncul bersamaan, tapi juga pada penghapusan tak disengaja terhadap huruf atau kata. I Samuel 17:46 memiliki masalah ini:

LXX: I will leave your corpses and the corpses of the Philistine army (the words apparently coming from consonants p g r k)

MT For the words in italics the MT only has one p g r.

6. Dittography atau tulisan ganda. Ada saatnya juru tulis bisa menyalin lagi beberapa kata yang telah diselesaikannya. Contoh yang baik datang dari teksnya II Samuel 6:3-4:

And they made the ark of God ride on a new cart, and they took it away from the house of Abinadab which is on the hill. Uzzah and Ahio, sons of Abinadab, guided the--new cart, and they took it away from the house of Abinadab which is on the hill.

Inilah dittography yang didukung oleh 4QSama dan LXX.

7. Divisi kata yang tidak tepat. Kesulitan ini lebih umum dalam manuskrip Yunani daripada Ibrani karena penspasian. Contoh berikut ini, tergantung pada melihat huruf h sebagai sebuah suffix atau sebuah article.

MT: And he built the city (I Chron. 11:8 [w y b n h y r])

LXX: And he built it a city (II Sam. 5:9 [ w y b n h y r])

8. Pemberian huruf hidup yang tidak tepat. Huruf hidup menulis pengucapan tradisional, tapi ada saatnya hal ini terlewatkan, apakah oleh para penerjemah Yunani yang bekerja dari sebuah manuskrip tanpa titik huruf hidup sama sekali, atau para Masoret yang salah dalam hal ini. Mazmur 130:4 memiliki masalah ini:

MT: there is forgiveness that you might be feared (tiwware)

LXX: law (penerjemah melihat konsonan dan berasumsi itu merupakan kata benda umum t w r [tora], bukannya sebuah kata kerja tak beraturan yang sangat jarang, yang mungkin tidak dia ketahui).

9. Transposisi kata atau huruf (metathesis). Para juru tulis terkadang terbalik dalam meletakan huruf, mengubah artinya, seperti dalam I Samuel 17:39):

MT: and he endeavored unsuccessfully ( w y l )sebuah pembacaan yang aneh!

LXX: and he exerted himself (kelihatannya membaca w y l )

10. Substitusi sinonim. Ingatan juru tulis bisa saja secara tidak sengaja salah saat dia meletakan sebuah kata yang mirip atau lebih umum dengan yang tepat. I Samuel 10:25:

MT: each man to his home

LXX: each man to his place (juga dalam 4QSama)

11. Asimilasi pengkalimatan dalam satu bagian kepada pengkalimatan yang agak berbeda dalam konteks atau dalam sebuah bagian paralel. I Samuel 12:15:

MT: the hand of Yahweh will be against you and your fathers.

PembacaanT fathers itu sulit. LXXL menulis your king. S. R. Driver mengusulkan kalau seringnya penggunaan kata fathers dalam ayat 6-8 bisa mengarah pada perubahan tak disengaja. Dalam bentuk masalah ini eksegetor seharusnya waspada terhadap pola yang sering digunakan dan stylistic devices dalam kontekst.

12. Salah masuknya komentar marjinal kedalam teks. S. Talmon (in Textus 4 [1964]:118) telah mengilustrasikan hal ini dengan Isaiah 24:4:

MT: the heights with the land (mourn)

1QIsa the heights of the land (mourn)

Talmon menunjukan kalau baris diatas dalam gulungan Qumran seorang juru tulis menulis kata m (if pointed am, then people). Dia menganggap ini merupakan bagian dari suatu bentuk alternatif baris itu: the people of the land (mourn). Pada salinan berikutnya, kata diantara baris dimasukan kedalam teks dimana dia dianggap sebagai preposition m (pointed im), with, menimbulkan pembacaan aneh dalam MT.

Perubahan yang Disengaja

Ada juru tulis yang merasa perlu mengoreksi apa yang menurut mereka sebagai kesalahan dalam teks. Juru tulis yang paling bisa diandalkan berusaha menjaga teks walaupun mereka menganggap ada bentuk archaic atau tidak tepat tapi sebagian tidak begitu dalam pekerjaannya.

1. Perubahan dalam spelling atau tata bahasa. Juru tulis yang merasa bebas untuk mengubah teks cenderung memuluskan pembacaan, sebagai contoh, membuat kata kerjanya secara tata bahasa sejalan dengan subjek mereka. Beberapa tambahan kecil juga diberikan untuk membuat suatu pembacaan yang lebih jelas dan lebih baik. Terjemahan modern sering melakukan hal ini, biasanya menempatkan tambahan dalam huruf miring, tapi tidak selalu.

2. Harmoniasasi. Para juru tulis bisa menambah pada teks untuk mengharmoniskan baris dengan indikasi lain dalam konteks. I Samuel 20:5 bisa merupakan contoh yang baik; konteks dari ayat 34-35 mengatakan mengenai Daud bersembunyi selama tiga hari.

MT: Let me hide in the open country until the third evening.

LXX: Let me hide in the country until evening.

3. Kebingungan ragam bacaan. Seorang juru tulis bisa memasukan kedua varian tanpa kesadaran hanya satu yang asli. Dalam ayat berikut ini, Yehezkiel 1:20, kata yang diitalic terlewatkan dalam beberapa manuskrip Ibrani, LXX, dan Syriac.

MT: Wherever the spirit wanted to go, they went, wherever the spirit wanted to go, and the wheels rose along with them.

4. Pengisian nama dan epithets. Ada banyak yang memilih terlibat dalam masalah tekstual tentang nama dalam Perjanjian Lama. Para juru tulis cenderung memberi pengucapan penuh dari nama, yang seringkali membawa pada pembacaan yang membingungkan. Contoh berikut dari II Samuel 3:3a merupakan salah satu yang rumit:

MT: Chileab of Abigail ( k l b l b y g l ) the widow of Nabal the Carmelite

LXX: Dalouia the son of Abigaia the Carmelitess

Bukti lain mengenai masalah ini sebagai berikut: I Chronicles 3:1 menuliskan nama itu dengan D n y l (Daniel); Vulgata Latin menulis Cheloab; Syriac Peshitta menulis Chelab; Josephus menulis Danielos; dan DSS 4Q menulis d l w y h demikian juga dengan LXX.

Apakah anak laki-laki itu memiliki dua nama, atau terdapat kebingungan melalui dittography. Kita bisa menempatkan sebuah nama asli Daniel (laynd) seperti yang ditempatkan dalam I Chronicles 3:1. Maka, melalui dittography d / l b masuk kedalam teks dan n y l dikeluarkan atau digantikan oleh tulisan berulang. Ini bisa menjelaskan nama Dalouia dalam LXX dan Qumran. Maka, d dalam d l b berubah ke k mungkin saat huruf-huruf itu ditulis dengan mirip dimasa Hasmonean. Hal ini merujuk pada pembacaan Chileab dalam MT.

5. Memberi subjek dan objek. Saat teks aslinya gagal menyebut dengan jelas subjek atau objek, para juru tulis cenderung menjelaskannya bagi pembaca. Wellhausen membentuk aturan jika LXX dan MT berbeda subjeknya, kemungkinan teks aslinya tidak memiliki keduanya (lihatDriver, Notes on the Hebrew Text, p. lxii).

6. Ekspansi dari bagian paralelnya. Ada saatnya juru tulis terbiasa dengan bagian-bagian lain dan ini membuat dia menambahkan teksnya dari bagian paralel yang sudah dikenalnya.

7. Penyingkiran ekspresi yang sulit. Bagian ini berkaitan dengan masalah sejarah, geografi, atau teologi yang bagi juru tulis terlihat tidak tepat atau ofensif. Salah satu contoh adalah Job 1:5, 11 dan 2:5, 9, disana ekspresi curse God adalah asli. Ekspresinya ofensi, dan diubah kedalam euphemism bless Godwalaupun para juru tulis mengetahuinya sebagai curse God.

8. Penggantian kata-kata yang jarang dengan yang lebih umum. Juru tulis mungkin memiliki suatu kecenderungan untuk menggunakan istilah yang lebih dikenal dalam salinan. Yesaya 39:1 kelihatannya menunjukan kasus ini:

MT: [Hezekiah] became well ( w y kh z q )

1QIsa [Hezekiah] became well ( w y kh y h )

Contoh ini memberikan survey singkat mengenai kecenderungan juru tulis dalam menyalin dan menerjemahkan manuskrip. Seleksi contoh tidak dimaksudkan untuk mencurigai bias pembaca terhadap MT atau LXX dalam setiap masalah. Kecenderungan juru tulis yang didaftarkan disini juga terjadi terhadap seluruh penyalin, dimasa kuno dan modern. Mengetahui kalau para juru tulis memang menolong pekerjaan eksegetor terhadap masalah dalam Alkitab Ibrani dengan keyakinan; akibatnya, hampir seluruh jawaban dari masalah bisa cukup jelas.

Metode Kritik Tekstual

Pendahuluan

Saat mengerjakan sebuah bagian dalam Alkitab, ekspositor akan menjumpai beberapa kesulitan tekstual. Ini bisa jelas dari beragam cara Alkitab Inggris menerjemahkan ayat itu, atau dari pembahasan dalam tafsiran. Semua itu adalah masalah tekstual utama yang harus dipelajari, sejauh ekspositor diperlengkapi untuk melakukannya. Ini artinya bergantung pada tafsiran yang lebih baik untuk pembahasan.

Didalam Alkitab Ibrani, datanya terlihat jelas dalam catatan kaki (disebut apparatus) dan dalam catatan marjinal (dikenal sebagai Masorah, ide tradisional dari para Masorete). Mengetahui bagaimana menggunakan materi ini adalah yang termudah, jalan tercepat menyelesaikan setiap masalah tekstual.

Catatan kaki didalam teks Alkitab mengarahkan pembaca kepada apparatus untuk informasi. Disana materinya diatur ayat per ayat untuk memudahkan petunjuk. Serangkaian singkatan dan tanda akan menunjukan versi apa dan varian dalam manuskrip. Jika tidak ada catatan kaki pada ayat tersebut, ekspositor bisa dengan aman menganggap kalau tidak ada variasi dalam manuskrip diseluruh bahasa. Sangat menakjubkan betapa sedikit masalah tekstual yang ada dalam bagian-bagian Perjanjian Lama, melihat jumlah manuskrip disemua bahasa! Orang terkadang berpikir ayat-ayat itu penuh berisi masalah. Tapi, sebagai contoh, dalam Mazmur Perjalanan, Mazmur 120-134, mungkin terdapat satu, dua atau tiga masalah tekstual penting disetiap limabelas mazmur, dan semuanya bisa dibereskan secara memuaskan melalui mengikuti prinsip yang benar.18 Terkadang ada ayat-ayat yang memiliki masalah dengan beberapa kata. Tapi sebagian besar teks dalam bentuk yang sangat baik. Dan dimana ada masalah tekstual, pertanyaannya bukan apakah kita memiliki yang asli, tapi yang mana yang asli.

Terkadang para editor Alkitab Ibrani memberi usulan dalam catatan kaki; ini disebut conjectural emendationsbagaimana menurut mereka teks itu harus diubah. Tidak ada bukti manuskrip mengenai hal ini; hanya mencerminkan apa yang dipikir sarjana modern tentang bagaimana teks itu seharusnya. Kritik tekstual yang konservatif akan melihat hal ini, tapi sukar menerimanya karena tidak ada bukti bagi mereka. Beberapa tafsiran yang lebih kritis (seperti seri ICC) mengadopsi sebagian darinya dan melakukan penulisan kembali sejumlah teks.

Tidak semua kesulitan tekstual bernilai untuk dipelajari. Kita harus mengembangkan satu pengertian atau insting mengenai hal ini (itulah mengapa kita mengatakan eksegesis adalah suatu keahlian dan seni). Jika variannya minimal, atau tidak membuat artinya jadi berbeda atau terjemahannya, mereka tidak perlu dipelajari. Sebagai contoh, jika kata bendanya tunggal dengan suatu arti yang kolektif, dan satu versi menjadikannya jamak, hal ini tidak memiliki akibat yang serius. Atau, jika variannya tidak punya bukti katakanlah hanya satu versi terakhir, maka biasanya ini bisa dilewatkan. Sebagai suatu aturan umum, jika ada bukti manuskrip, dan variannya membuat perbedaan, maka hal itu harus diperhatikan dengan seksama.

Saat anda mensurvey Alkitab bahasa Inggris atau Kitab Doa anda bisa mengatakan secara langsung dimana yang utama. Dan apakah anda baik dalam kritik tekstual atau tidak, anda bisa mengatakan sesuatu mengenai perbedaan.

Metode dalam melakukan kritik tekstual melibatkan bukti eksternal, bukti internal, dan bukti intrinsic. Bagi mereka yang bisa bekerja dengan bahasa, prosesnya bisa lengkap dan lebih mudah. Bagi mereka yang harus bergantung pada sumber sekunder, menyadari prosesnya bisa membantu mengerti apakah sebuah tafsiran mengikuti prosedur yang benar atau tidak. Seringkali para penafsir, seperti para juru tulis yang liberal, ingin memuluskan teks sehingga terdengar lebih baik bagi mereka. Ini bukan tindakan yang benar.

Bukti Eksternal

Bukti Eksternal merujuk pada penaksiran manuskrip dan versi yang memiliki beragam pembacaan yang mana yang lebih tua, yang lebih baik. Bukan hanya memiliki satu tabel manuskrip utama dan secara mekanis menambahkan saksi disetiap sisi, pekerjaan tekstual Perjanjian Lama membutuhkan sedikit evaluasi individual. Benar bahwa Masoretic Text (MT), teks Ibrani kita, tua dan bisa diandalkan, dan biasanya merupakan pembacaan yang lebih baik. Tapi bisa saja pembacaannya terlalu tua dan bukanlah disimpan dari pembacaan yang terbaik (arti, satu kata, frasa, bagian dari sebuah kata). Benar bahwa Yunaninya (biasanya merujuk pada LXX atau Septuagint) adalah suatu tipe teks inferior secara keseluruhan; tapi bisa saja disimpan dari pembacaan yang terbaik dan karena itu tidak bisa disingkirkan begitu saja. Versi lain memiliki pertimbangan ini, dan setiap kesaksian (manuskrip dan versi) harus diberi evaluasi yang seksama.

Bahkan, suatu keputusan tidak biasanya dibuat atas dasar bukti eksternal semata. Tidak berasumsi bahwa apa yang dimiliki MT itu benar dan membutuhkan sejumlah besar bukti untuk mencabutnya. Tipe Teks Babylonian (yaitu, teks proto-Masoretic) dipilih sebagai teks berotoritas karena superior dalam Taurat. Teks itu jelas tidak superior dalam beberapa kitab lain.

Langkah terpenting dalam berurusan dengan sebuah masalah tekstual adalah mengerti masalahnya. Kita tidak bisa mengevaluasi bukti sampai seluruh varian telah diterjemahkan dan dimengerti bagaimana mereka menafsirkan ayat itu. Masing-masing harus diterjemahkan secara literal dan dianalisa secara seksama sintaks dan tata bahasanya. Hal ini seharusnya cukup untuk mengisolasi perbedaan dan menunjukan kesulitannya. Biasanya terlihat masalahnya berkembang disaat teks Ibraninya sulit, archaic, atau jarang.

Apparatus dari Alkitab Ibrani ini meletakan bentuk Yunani dari terjemahan Yunani dalam catatan kaki, dan juga Syriac serta Aramaic. Prosesnya meliputi pengertian akan apa yang dikatakan semua itu (dengan menerjemahkan dan menganalisanya), dan berusaha menemukan apa bentuk Ibrani yang mereka cari untuk mendapat apa yang mereka miliki. Alkitab Ibrani yang lebih tua (edisinya Kittel) dan tafsiran yang lebih baik, berusaha membangun kembali Vorlage Ibraninya bagi anda, tapi tidak selalu. Saat anda telah meletakan bentuk dalam bahasa Ibrani, maka anda bisa mengatakan bagaimana hal itu berbeda dari teks standar Ibrani, jika memang berbeda.

Ada beberapa jalur singkat dan penyingkat waktu yang dipelajari ekspositor dalam prosesnya. Sebagai contoh, ada satu salinan LXX tersedia dengan terjemahan Inggrisnya (seperti yang anda lihat dalam beberapa tugas). Ini membuat anda langsung melihat perbedaannya dalam bahasa Yunani. Tapi dua peringatan diberikan disini. Pertama, pastikan anda membandingkan Inggris dari Yunaninya dengan terjemahan modern Inggris dari Ibrani yang cukup literal (seperti New American Standard Bible) untuk melihat bukti yang paling jelas. Dan kedua, perhatikan bahwa kolom Alkitab Yunani-Inggris adalah hanya satu manuskrip Yunani --Vaticanus (Codex B). Itu jelas yang terbaik, tapi tidak selalu yang paling benar. Jadi sebelum sepenuhnya mengandalkannya, pastikan kalau Yunani yang diterjemahkan kedalam Inggris adalah pembacaan Yunani yang asli. Hal ini bisa dilakukan dengan mencek pembahasannya dalam buku tafsiran.

Jadi saat anda meletakan dua atau tiga kemungkinan pembacaan anda bisa mengevaluasinya. Sebagai contoh, didalam Mazmur 127 MT menulis whose quiver is full [of arrows that represent children]. Yunaninya menulis whose desire is full. Anda tidak bisa menyelesaikannya tanpa melihat kata Ibraninya quiver, dan berusaha melihat kata Ibrani apa yang diingginkan penerjemah Yunaninya untuk mendapatkan desire. Anda bisa temukan dalam kamus bahwa ada satu kata untuk desire yang memiliki huruf yang sama seperti kata untuk quiver, tapi tidak dalam urutan yang sama. Sekarang terlihat seperti ada suatu kebingungan huruf tapi oleh siapa? Disinilah langkah berikut terjadi. Tapi hal ini harus dijelaskan terlebih dahulu.

Mengevaluasi bukti eksternal memampukan eksegetor untuk membuat penilaian awal mengenai arah dari keputusan. Melalui pengertian akan masalah dalam ingatan, seorang yang telah berpengalaman dalam kritik teks akan melaksanakan bukti internal disaat yang sama. Tapi usulan berikut bisa menolong pemula untuk menyelesaikan bukti eksternal:

1) Ingat bahwa pada dasarnya ada tiga tipe teks -- Babylonian yang direfleksikan dalam Masoretic Text (Alkitab Ibrani kita), Palestinian yang direfleksikan dalam Samaritan Pentateuch, Dead Sea Scrolls, dan beragam saksi kecil lainnya, dan Egyptian yang direfleksikan dalam Yunani Lama, yang kita sebut Septuagint. Peringatan besar harus dilakukan dalam menyeleksinya, karena terkadang ada perkembangan lanjutan satu sama lain. Sebagai contoh, kita harus memastikan kalau Yunani lama yang tepat yang dibahas (dan ini melibatkan perbandingan Cambridge Septuagint dengan Rahlf), kemudian turunan lanjutannya harus dicek (dalam Fields) untuk melihat, sebagai contoh, bagaimana Aquila mengubah Yunaninya untuk menjadikannya sejalan dengan teks Ibrani sah yang telah tetap. Sebenarnya, keseluruhan proses seperti pekerjaan detektif, melacak petunjuk untuk melihat kemana arahnya.

2) Evaluasi harus harus mempertimbangkan nilai relatif dari seluruh sumber dan kualitasnya dari kitab ke kitab jadi tidak ada jawaban yang sederhana. Membutuhkan waktu untuk mempelajarinya, tapi Ibraninya telah disimpan dengan baik dalam kitab-kitab tertentu dan tidak terlalu baik dikitab lain, dan Yunaninya baik dalam satu kita tapi tidak dengan yang lainnya (tidak semua dari penerjemah yang sama). Biasanya, jika Ibrani dan Yunaninya sejalan, hal itu menjadi bukti kuat bagi pembacaan yang asli. Tapi jika mereka memiliki pembacaan yang berbeda, maka kita harus melihat seluruh bukti.

3) Versi lain bisa memiliki kepentingan atas informasi. Vulgata biasanya mendukung MT, Latin Kuno biasanya mendukung Yunaninya, dan Syriac merefleksikan suatu tradisi Palestina atau MT atau Yunani hal ini seharusnya tidak dilewatkan begitu saja dalam materi, walaupun seringkali hal ini menunjukan tanda-tanda pemulusan teks. Dead Sea Scrolls memberikan sejumlah besar detil, dan secara keseluruhan merujuk pada keunikan tradisi proto-Masoretic sesuatu yang ditolak para sarjana kritik untuk waktu yang lama. Targum kurang membantu dalam kritik tekstual, kecuali memberikan pengertian ayat yang merupakan penafsiran sah bagi sinagoge. Seringkali hal itu diikuti oleh terjemahan paraphrastic bukannya literal.

Bukti Internal

Saat evaluasi awal telah dilakukan, eksegetor harus mengevaluasi hal ini secara internal. Hal ini pada intinya saat kecenderungan juru tulis dipertimbangkan dalam proses memikirkan apa yang bisa terjadi untuk sampai kepada suatu kesimpulan. Untuk memastikan, proses ini kelihatannya lebih subjektif; tapi mengikuti aturan yang diterima dalam kritik teks, keseluruhan prosedur bisa secara konsisten dijaga. Sayangnya, para penerjemah dan penafsir seringkali melawan aturan kritik dan menerima apa yang menurut mereka merupakan suatu bacaan yang lebih baik (i.e., lebih masuk akal bagi mereka).

Jadi langkah ini membutuhkan pengetahuan mengenai bentuk kesalahan yang dibuat, apakah kesalahan tidak disengaja atau perubahan yang disengaja. Tidak selalu mudah mengatakan apakah perubahan itu disengaja atau tidak disengaja. Suatu perubahan yang dibuat juru tulis bisa disebut tidak disengaja jika penerjemah manuskrip Ibrani yang tidak memiliki huruf hidup membuat pilihat terjemahan atas dasar pengetahuan bahasa Ibrani dan Yunani, mengira kata yang dipertanyakan merupakan sebuah kata umum (yang dikenalnya dengan baik) tapi faktanya adalah sebuah kata yang jarang (yang tidak akan bisa diketahuinya tanpa tradisi oral).

Sulit dibayangkan kesulitan kita jika itu bukan untuk tradisi orang Yahudi. Mereka menyimpan teks sedemikian akurat melalui ingatan sehingga seluruh bentuk yang jarang serta sulit disimpan sama baiknya dengan yang umum dan telah dikenal. Maka dari itu, para Masorete tidak menemukan huruf hidup atau mengarang kata (seperti yang kadang dilakukan Yunani), tapi menemukan tanda untuk menyimpan apa yang telah diberikan pada mereka. Untuk keandalan tradisi ini, lihat James Barr, Comparative Philology and the Text of the Old Testament.

Saat sampai pada menentukan pembacaan yang tepat, peng-kritik teks adalah seorang ilmuwan dan artis keputusannya bergantung pada pengetahuan akan data dan bagaimana menggunakannya serta insting dan keahlian dalam mengerti pekerjaan penulis. Keahlian hanya bisa berkembang dengan praktek, dan hanya atas dasar pengetahuan yang diperloleh melalui penelitian. Sebagian besar pelajar Alkitab tidak mengembangkan keahlian secara mencukupi untuk bisa melakukan pekerjaan ini dengan benar.

Tapi mereka setidaknya terbiasa dengan aturan dari kritik tekstual sehingga mereka bisa berpikir dengan jelas tentang sejarah dan penyimpanan teks.

1) Disaat ada persetujuan diantara manuskrip Ibrani dan versi kuno, bisa disimpulkan dengan meyakinkan bahwa bacaan yang asli yang disimpan.

Selalu ada kemungkinan manuskrip baru akan ditemukan yang mungkin memiliki pembacaan yang berbeda, dan bisa jadi merupakan pembacaan yang lebih baik. Tapi selama ini, beribu-ribu manuskrip dalam berbagai bahasa menunjukan kalau kita telah melihat variasinya. Sebagian besar dari varian ini bisa dievaluasi dengan memuaskan. Melihat sejumlah kata, frasa, dan ayat yang tidak memiliki varian teks, tidak ada alasan untuk mempertanyakan penyimpanan teks.

2) Disaat manuskrip Ibrani dan versi kuno berbeda, kita harus memilih pembacaan yang paling bisa membuat perkembangan pembacaan lain dimengerti.

Ini artinya eksegetor harus menyelesaikannya dari kedua perspektif. Sebagai contoh, jika Yunani dan Ibraninya berbeda, kita harus menyelesaikan masalah dari kedua sisi. Jadi, jika Ibraninya merupakan pembacaan aslinya, apa yang membuat penerjemah Yunaninya menghasilkan bentuk itu (apakah itu suatu perubahan yang disengaja, perubahan tak disengaja, dan jika begitu yang mana dari keduanya). Maka, jika Yunaninya yang asli, apa yang membuat juru tulis dalam tradisi Ibrani melakukan perubahan tersebut.

Disinilah saatnya kita menemukan bahwa pembacaan yang paling sulit yang akan dipilih. Hal ini tidak otomatis, karena terkadang ada kerusakan yang terlalu sulit. Tapi secara keseluruhan, sebuah bentuk yang sulit, spelling yang tidak biasa atau penggunaan tata bahasa, atau sebuah ide yang sulit, membuat beberapa juru tulis atau penerjemah membuat perubahan. Juru tulis tidak ingin menambah kesulitan kedalam teks! Mereka tidak mengubah bentuk yang jelas menjadi archaic atau tata bahasa yang mudah menjadi sulit atau idiom yang umum menjadi ekspresi yang tidak biasa. Jadi kita tahu kalau pembacaan yang lebih mudah lebih mungkin merupakan yang sekunder.

Tentu saja, hal ini mengharuskan orang yang melakukan kritik teks tahu mana bentuk yang mudah dan yang sulit. Hal ini bersamaan dengan Alkitab dan terutama teks Ibrani. Biasanya mempelajari tata bahasa Ibrani buat pemula cukup untuk mengetahui mana bentuk yang sulit dan mana yang umum.

Seringkali pembacaan yang dipilih adalah pembacaan yang lebih pendek. Hal ini tidak berlaku dimana juru tulis menghapus baris dengan melompat kepada akhir yang mirip, jadi tidak otomatis. Dan tidak ada pertolongan saat satu-satunya perbedaan adalah huruf hidup dalam satu kata. Tapi juru tulis memang bermaksud menambah dan menjelaskan teks itu. Hal ini harus terus diingat.

Bukti Intrinsik

Semua itu sampai kepada aspek ketiga, bukti intrinsic. Disini pengetahuan penulis kitab atau bagian harus dipertimbangkan dan ini terjadi saat eksegesis yang seksama dari bagian yang lebih besar. Tapi mengetahui apa yang biasanya dikatakan Daud, atau Yesaya, atau Maleaki, atau mungkin tidak pernah mereka katakana, bisa mempengaruhi sebuah keputusan terhadap suatu variasi tekstual tertentu.

Contoh Masalah Tekstual

Rut 1:21

Teks dan Apparatus. Rut 1:21 dalam MT tertulis, the LORD has testified against me, and the Almighty has dealt bitterly with me.

Pembacaan yang dipertanyakan dalam Masoretic Text adalah a n h b y a (anah bi) yang diterjemahkan has testified against me (qal perfect dari kata kerjanya diikuti oleh preposisi ini yang artinya answer against dalam pengertian hukum).

BHS dibawah 1:21a-a dalam apparatus dibawah halaman memberitahu kita kalau G(reek), mungkin S(yriac) dan V(ulgate) membuktikan suatu varian bacaan. Bukti dari terjemahan Yunani ada pada penjelasan etapeinosen me, diterjemahkan seperti he has oppressed me atau he has afflicted me atau he has humbled me.

Bukti Eksternal. Bukti ini, menunjukan dua kata kerja yang berbeda sepenuhnya. Disatu sisi kita memiliki tradisi Ibrani MT, dan disisi lain tradisi LXX. Biasanya, sebelum kita bisa menekankan bukti ini, kita harus mengetahui seberapa baik teks Rut disimpan dalam MT dan sebaik apa terjemahan Rut dalam LXX. Atas dasar informasi itu, kita bisa membuat penilaian awal mendukung MT, karena Yunaninya memiliki beberapa kesulitan dalam menerjemahkan Rut. Tapi karena kita tidak mengabaikan ragam bacaan mengenai bukti eksternal semata, kita harus memikirkan argumen internal.

Bukti Internal. Sebelum menjelaskan aturan kritik, kita harus mencari penjelasan mengenai varin Yunani. Disini eksegetor harus melihat kamus Ibrani dan buku mengenai kata dan mencari kata yang mirip dengan anah tapi memiliki arti oppress atau afflict. Kamus oleh BDB adalah yang paling baik karena mendaftar seluruh bentuk yang berhubungan secara bersamaan. Melakukan hal ini kita bisa menemukan ada sebuah kata kerja, innah, suatu bentuk piel, yang berarti afflict.

Para penerjemah Yunani Perjanjian Lama bekerja dengan teks Ibrani yang tidak memiliki huruf hidup, jadi mereka tidak melihat huruf hidup apapun yang bisa menunjukan verbal stem yang mana. Tapi mereka memiliki paralel had dealt bitterly with me dan menganggap ini suatu synonymous parallelism. Jadi, kita bisa menjelaskan dengan cukup mudah bagaimana versi Yunaninya terjadi.

Tapi jika yang aslinya memiliki bentuk piel, artinya afflict, dan membuat sebuah parallelism yang baik antar klausa, tidak ada alasan mengapa seorang juru tulis Ibrani akan mengubahnya menjadi qal dan memperkenalkan terminology hukum. qal dalam MT pasti yang asli.

Jadi teks yang tidak memiliki huruf hidup menjelaskan asal mula penerjemahan Yunaninya; lebih dari itu, MT merupakan suatu pembacaan yang agak sulit. Inilah mengapa kita bisa menyimpulkan kalau MT menyimpan pembacaan yang lebih baik.

Rut 2:7

Teks dan Apparatus. Rut 2:7 tertulis, and she came and remained from the morning until now--except she sat in the house .

Klausa terakhir ini dalam MT bzeh shibtsh habbayit,b adalah except her sitting in the house. Bentuk kata kerjanya adalah qal infinitive membentuk yashab dengan 3fsg suffix.

BHS under 2:7b-b says: G(reek) adalah: ou katepausen en to agro.

BH3 under 2:72-2 tertulis : l (egendum) c(um) G(reek)--read with the Greek. Kemudian para editor membangun kembali apa yang Ibrani Yunani cari: lo shabetah bassaddeh; ini juga menambahkan hal yang seharusnya dibaca V(ulgate): welo shabah habbayit , dan terakhir mengatakan kepada anda bahwa Syriac-nya menghapus seluruh klausa ( > ).

Bukti Eksternal. Didalam contoh ini saya mengumpulkan informasi dari kedua edisi Alkitab Ibrani yang tersedia. Teks BHS merupakan teks yang paling banyak dibeli orang sekarang ini; tapi BH3 memiliki lebih banyak materi dan mengaturnya agak berbeda.

Hal pertama yang harus dilakukan adalah menerjemahkan tanda dan singkatan dalam apparatus. Setelah dilakukan variannya harus diterjemahkan dan Ibraninya dibangun kembali. Disinilah BH3 merepotkan, karena berusaha merekonstruksi apa yang diterjemahkan penerjemah Yunani --BHS hanya memberi bentuk Yunani.

Buktinya akan terlihat seperti ini:

1) Masoretic text tertulis except she sat in the house, dibaca dengan qal infinitive membangun yashab, dengan sebuah pronominal suffix. Pembacaan ini menimbulkan pertanyaan rumah apa yang dia duduki untuk sementara.

2) LXX tertulis she has [not] stopped in the [field] a little, pembacaannya kelihatannya sebuah qal perfect dari shabat. Perhatikan bahwa BH3 tertulis untuk dibawa dengan pembacaan ini sebagai pembacaan yang lebih baik (mereka sering melakukan ini). Kelihatannya penerjemah Yunaninya melihat huruf Ibrani sh b t h dan langsung berpikir tentang she rested bukannya her sitting.

3) Vulgata tertulis not for a moment has she returned to the house, kelihatannya mengambil bentuk kata kerja sebagai shabah (< shub), return.

4) Teks Syriac menghapus seluruh klausa.

Kita harus memperhatikan bahwa semua versi memiliki jalan keluar yang berbeda dalam menerjemahkan apa yang dalam teks Ibrani merupakan suatu infinitive construct form. Kita juga harus memperhatikan bahwa Vulgata dan MT menyebut the house, tapi LXX menulis field. Karena versi-versi ini tidak cukup bersatu melawan Ibraninya dalam kedua pembacaan ini, kita harus segan sebelum membuat sebuah perubahan dalam MT atas dasar bukti eksternal semata.

Bukti Internal. Mengenai pembacaan kata kerjanya, MT yang dipilih karena bentuk shibtah paling baik menjelaskan asal mula pembacaan lain. Jika MT memiliki kata umum shabetah, she restedbegitu dikenal dalam Perjanjian Lama tidak ada alasan mengapa seorang juru tulis akan mengubahnya menjadi infinitive yang jarang dan lebih sulit. Dan jika penerjemah Yunani melihat sh b t h tanpa huruf hidup dalam teks, dia kemungkinan besar berpikir mengenai shabat, to rest, terutama dalam cerita ini. Vulgata juga berusaha menjelaskan hal ini untuk merefleksikan pikiran terbaik.

Mengenai pembacaan house, MT sekali lagi yang dipilih. Pembacaannya sulit karena menimbulkan pertanyaan rumah apa yang bisa dia tinggali untuk sementara. LXX berusaha mengharmonisasikan hal ini dengan ide bekerja di ladang tapi hal ini tidak didukung oleh Vulgata yang juga dibaca house. Rudolph mengatakan kalau disini terdapat suatu dittography: shabeteh/habbayit merujuk pada house. Tapi, hal ini bisa juga berarti kata ini telah dikeluarkan dalam LXX untuk alasan yang mirip, dan agro diperkenalkan.

Orang yang bekerja diladang mendapat sedikit tempat berlindung yang bisa mereka gunakan sebagai tempat istirahat. Penggunaan istilah ini tidak harus menunjukan kalau adanya sebuah house / rumah yang utuh


16 Sebagai contoh, didalam Mazmur 125 ada tiga varian (dan saya mendaftarkannya agar anda bisa melihat lingkup yang kita sebut sebuah varian atau sebuah pembacaan): Didalam ayat 1 MT menulis Those who trust in the LORD are like Mount Zion which can never be moved but remains forever; Jerusalem--as the mountains are around it . . . dan bahasa Yunaninya Those who trust in the LORD are like Mount Zion; the one who remains in Jerusalem can never be moved. Masalah kedua mengenai pembacaan ayat 3 dalam MT, the rod of wickedness yang Yunaninya the rod of the wicked. Masalah ketiga adalah hal yang dimiliki MT sebagai subjek, The rod of wickedness will not rest on the righteous tapi Yunaninya The LORD will not permit the rod of the wicked to rest on the righteous. Pada ketiga kasus bahasa Yunaninya memuluskan kesulitan (dan karena itu memperbaiki) teks Ibrani.

17 Sebagai contoh, didalam Mazmur 125 ada tiga varian (dan saya mendaftarkannya agar anda mendapat gambaran yang lebih baik mengenai lingkup yang kita sebut sebuah varian atau pembacaan): Didalam ayat 1 MT berisi Those who trust in the LORD are like Mount Zion which can never be moved but remains forever; Jerusalem--as the mountains are around it . . . dan Yunaninya Those who trust in the LORD are like Mount Zion; the one who remains in Jerusalem can never be moved. Masalah kedua berkaitan dengan pembacaan ayat 3 MT, the rod of wickedness yang Yunaninya the rod of the wicked. Dan masalah ketiga adalah MT menyatakannya sebagai subjek, The rod of wickedness will not rest on the righteous tapi Yunaninya The LORD will not permit the rod of the wicked to rest on the righteous. Seluruhnya dalam bahasa Yunani dimuluskan teks Ibrani yang sulit (dan karena itu diperbaiki).

18 Sebagai contoh, didalam Mazmur 125 ada tiga varian (dan saya mendaftarkannya agar anda bisa melihat lingkup yang kita sebut sebuah varian atau sebuah pembacaan): Didalam ayat 1 MT menulis Those who trust in the LORD are like Mount Zion which can never be moved but remains forever; Jerusalem--as the mountains are around it . . . dan bahasa Yunaninya Those who trust in the LORD are like Mount Zion; the one who remains in Jerusalem can never be moved. Masalah kedua mengenai pembacaan ayat 3 dalam MT, the rod of wickedness yang Yunaninya the rod of the wicked. Masalah ketiga adalah hal yang dimiliki MT sebagai subjek, The rod of wickedness will not rest on the righteous tapi Yunaninya The LORD will not permit the rod of the wicked to rest on the righteous. Pada ketiga kasus bahasa Yunaninya memuluskan kesulitan (dan karena itu memperbaiki) teks Ibrani.

Biblical Topics: 
Taxonomy upgrade extras: 

8. Pelajaran Sintaks

Sintaks Kata Benda

Pelajaran mengenai sebuah kata benda dalam suatu kalimat akan melibatkan pelajaran mengenai angka, gender, dan kasus. Garis besar ini akan berfokus pada kebutuhan yang paling sering, mengerti kasusnya, nominative, genitive, dan accusative.

Gender

Pelajar bahasa pemula mengetahu kalau kata benda Ibrani bisa dalam bentuk maskulin atau feminim dengan alasan yang berbeda dari gender. Pelajar pemula perlu tahu kategori ini sehingga mereka tidak membuat klasifikasi lebih dari yang dimaksud bahasa itu. Disini, akses terhadap suatu sintaks Ibrani yang baik bisa menolong untuk pelajaran yang lengkap; daftar berikut ini akan memperkenalkan kategori ini.

Maskulin

1. Untuk menunjukan seks laki-laki:

man (adam), king (melek), or father (ab)

2. Untuk menunjukan tata bahasa gender bagi objek tidak bergerak:

house (bayit), word (dabar), flesh (basar)

3. Untuk mengekspresikan ide abstrak (terutama dalam jamak):

life (khayyim), old age (zequnim), youth (neurim)

Feminim

4. Untuk menunjukan seks perempuan:

queen (malkah), mother (em)

5. Untuk menunjukan tata bahasa gender bagi objek tak bergerak:

a. Nama-nama negara dan kota: Moab (moab), Egypt (mitsrayim)

(maskulin biasa digunakan untuk populasi sebuah kota)

b. Nama-nama umum dari tempat, distrik, dan quarters: the circle of the Jordan (kikkar), hell (sheol), north (tsaphon)

c. Nama-nama instrumen dan peralatan: sword (khereb), cup (kos)

d. Bagian tubuh yang muncul berpasangan: ear (ozen), eye (ayin)

e. Nama-nama elemen dan kekuatan tak terlihat: fire (esh), wind, spirit (ruakh)

f. Title dan julukan: preacher (?) (Qohelet)

6. Untuk mengekspresikan ide abstrak:

faithfulness (emunah), love (ahabah), righteousness (tsedaqah)

7. Untuk membentuk kelompok:

inhabitants (yoshebet), enemies (oyebet)

8. Untuk menunjukan suatu komponen tunggal dari suatu kelompok maskulin:

ship (oniyah) of a fleet (oni)

Angka

Sama juga, kata benda adalah tunggal, jamak, atau (sangat jarang) dual (karena objek biasanya berpasangan, atau untuk dua yang sama). Kebanyakan kategori ini insidental dalam kalimat. Tapi, terkadang satu kata bisa jamak disaat jamak dalam angka bukan maksudnya. Mengenai cara bahasa Ibrani menggunakan jamak, pembaca harus melihat tata bahasa sintaks yang lengkap ketika dibutuhkan. Berikut ini akan mengenalkan kategori bagi tunggal dan jamak.

Tunggal

1. Untuk menunjukan seseorang atau hal:

a king (melek)

2. Untuk menunjukan sekelompok:

people (am), trees (ets)

Jamak

3. Untuk menunjukan jamak sederhana:

king (melakim)

4. Untuk menunjukan komposisi:

pieces of silver (kesaphim), firewood (etsim)

5. Untuk menunjukan produk alami dalam suatu keadaan tidak alami atau dibuat:

barley [in grains] (seorim) as opposed to barley [ears] (seorah)

6. Untuk menunjukan extension saat objeknya terdiri dari bagian terpisah:

youth[time] (neurim), [shed] blood (damim)

7. Untuk menunjukan ide abstrak:

a. Kualitas: faithfulness (emunim)

b. Keadaan: virginity (betulim)

c. Tindakan jamak yang abstrak: ordination (milluim), atonement (kippurim)

d. Intensifikasi jamak yang abstrak: counsel (etsot)

8. Untuk menunjukan hormat:

God (elohim), juga disebut plural of majesty, plural of potentiality, atau plural of eminence. Attributive adjectives dan kata kerja yang mengikuti bentuk itu biasanya dalam tunggal.

Kasus

Kata benda memiliki tiga kemungkinan kasus, walaupun bahasanya tidak memiliki akhiran kasus: nominative, genitive, dan accusative. Sejumlah waktu dimana kasus terlibat bersifat rutin dan tidak signifikan bisa ada dalam penafsiran selain klarifikasi kalimat (seperti saat sebuah nominative adalah subjek dari kalimat, atau sebuah genitive adalah objeka dari sebuah preposition, atau sebuah accusative adalah objek langsung). Tapi seringkali saat eksegetor perlu melihat tata bahasa untuk mengerti bagaimana sebuah kata benda berhubungan dengan kalimat. Garis besar singkat ini adalah presentasi disederhanakan dari pelajaran yang lebih detil dalam tata bahasa.

Penggunaan Nominative Case

1. Untuk menunjukan subjek dari kalimat:

Penggunaan normal dari nominative case dalam bahasa Ibrani adalah bagi subjek sebuah klausa. Untuk variasi urutan kata dan persetujuan subjek kata kerja, lihat tata bahasa.

The serpent beguiled me (Gen. 3:13)

2. Untuk menunjukan vocative:

Didalam rujukan langsung vocative bisa memiliki definite article bersamanya.

Help, O king [lit. the king] (2 Sam. 14:4)

3. Untuk menunjukan predicate nominative:

Nominative digunakan setelah sebuah kata kerja statis dalam kalimat; subjek dan predicate nominative diperbandingkan.

For you were sojourners (Deut. 10:19)

4. Untuk menunjukan nominative absolute dalam suatu kalimat:

Nominative dipisahkan dari kalimat (maka dari itu, absolut; biasa disebut casus pendens), tapi dihubungkan dengan fungsinya melalui suatu resumptive pronoun. Independent nominative tidak selalu dihubungkan dengan subjek kalimat.

Yahweh--in the heavens is his throne (Ps. 11:4)

Itu artinya Yahwehs throne is in the heavens, tapi tidak mengatakannya seperti itu.

Penggunaan Genitive Case

Ini semua adalah kata-kata yang dikatakan dalam genitive atau describing case: semua kata yang diatur oleh sebuah preposition, semua kata setelah construct state (kata benda atau infinitive), semua pronominal suffixes pada nouns ad verbal nouns (bukan pada kata kerja mereka adalah accusatives), dan semua klausa yang berfungsi dalam salah satu situasi ini (sebuah klausa kata benda yang merupakan objek dari preposition, atau setelah sebuah construct, atau yang seperti itu).

Penggunaan Subjek dari Genitive Case

5. Kepemilikan: genitive-nya adalah pemilik dari hal sebelumnya (penggunaan umum).

the temple of Yahweh or Yahwehs temple (Jer. 7:4)

6. Authorship: genitive ini muncul setelah hal yang dikatakan yang tertulis, diwahyukan atau seperti itu.

the word of Yahweh (kata yang diberikan Yahweh [Jer. 1:2])

7. Subjective Genitive: genitive-nya adalah subjek dari tindakan dalam construct noun (biasanya sebuah kata benda tindakan; biasa dengan infinitive construct).

the wisdom of Solomon (1 Kings 5:10)

8. Agent: genitive-nya adalah agen dari tindakan (biasanya seseorang, setelah kata pasif).

despised of [by] the people (Ps. 22:7)

9. Instrument: genitive-nya adalah instrumen impersonal atau cara tindakan (juga setelah kata pasif).

attacked of [by] the sword (Jer. 18:21)

10. Sebab dari sebuah Keadaan: genitive-nya adalah sebab dari keadaan atau kondisi kata dalam construct (jarang digunakan).

sick of [because of] love (Song 2:5)

Penggunaan Objek dari Genitive Case

11. Objek dari Preposisi: ini adalah penggunaan yang sangat umum, tapi merupakan klasifikasi normal; artinya bisa berasal dari maksud preposisi.

unto Jonah (Jonah 1:1)

12. Objective Genitive: genitive-nya adalah objek dari kata benda dalam construct; beberapa penggunaannya mirip dengan adverbial accusative, dan bisa disebut adverbial genitives.

violence of [done to] your brother (Ob 6 [your is a possessive genitive on brother])

13. Objek tidak langsung: genitive-nya ekuivalen dengan objek tidak langsung dalam bahasa Inggris (penggunaan ini tidak biasa).

May He send your help (Ps. 20:3 [= help to you])

14. Dimiliki: genitive-nya adalah hal yang dimiliki oleh construct (ini merupakan kebalikan dari #1, tapi bukan penggunaan umum).

the lord of the country (Gen. 42:30)

15. Tujuan: genitive-nya mengekspresikan tujuan dari istilah dalam construct (jarang).

sheep of [destined for] slaughter (Ps. 44:23)

16. Hasil: genitive-nya mengekspresikan hasil dari kata dalam construct (penggunaan yang jarang).

the chastisement of [resulting in] our peace (Isa. 53:5 [our is a possessive genitive on peace])

17. Tindakan: genitive-nya adalah istilah yang objeknya adalah construct word.

the people of [are the object of] my wrath (my is the possessive genitive on wrath)

Penggunaan Pengubah dari Genitive Case

18. Attributive Genitive: genitive-nya menggambarkan kata benda dalam construct (penggunaan yang sangat umum)

my holy mountain atau mountain of my holiness (Ps. 2:6 [my adalah possessive genitive untuk holy mountain)

19. Genitive of Specification: genitive setelah sebuah adjective menunjukan kualitas (kebalikan dari #14).

unclean of lips (Isa. 6:5 [now the genitive is the word being modified])

20. Genitive of Material: genitive-nya adalah penggambaran materi dari kata benda dalam construct.

vessels of earth or earthenware vessel (Num. 5:17)

21. Genitive of Location: genitive-nya mengekspresikan latar belakang atau tempat bagi construct noun.

those eating of [at] the table of Jezebel (1 Kings 18:19 [Jezebel is the possessive genitive after table])

22. Ukuran: genitive-nya mengekspresikan ukuran dari kata dalam construct, atau hal yang diukur (keduanya saling berlawanan dalam konstruksinya).

men of number (i.e., a few men, measure [Gen. 34:30])

an ephah of meal (the thing measured [Jud. 6:19])

23. Genitive of Worth: genitive-nya adalah kehormatan atau patut mendapat sebutan.

the glory of [due/fitting/worthy of] His name (Ps. 29:2 [ His is the possessive genitive of name])

24. Partitive Genitive: genitive-nya adalah keseluruhan dimana construct merupakan bagiannya (seperti dalam bahasa Yunani, ini lebih baik diistilahkan wholative genitive).

the youngest of his sons (2 Chron. 21:17 [his is the possessive genitive on sons])

25. Hubungan Keluarga: genitive-nya mengekspresikan sumber dalam sebuah keluarga.

the son of Amittai (Jonah 1:1)

26. Nama yang sebenarnya: genitive ini bisa disebut genitive by apposition, tapi ini merupakan sebuah construct relationship, genitive-nya menjadi nama dari hal yang disebut.

the river of Euphrates or the river, Euphrates (Gen. 15:18)

27. Superlative Genitive: genitive-nya serumpun dengan, atau sebuah sinonim dari, construct, dan keduanya mengekspresikan superlative degree.

the song of songs (Song 1:1 [the most exquisite song])

28. Genus: genitive-nya adalah genus yang darinya construct berasal (jarang).

sacrificers of men (men who sacrifice)

29. Subspecies: genitive-nya adalah suatu subspecies dari kelas yang lebih besar yang digambarkan oleh konteks (jarang).

figs of firstfruits (i.e., early figs [Jer. 24:2])

Penggunaan Accusative Case

Penggunaan Object dari Accusative Case

1. Objek Langsung: Ini merupakan fungsi normal dari accusative.

And Yahweh God planted a garden (Gen. 2:8).

2. Objek tak langsung: accusative-nya adalah sama dengan objek tak langsung dalam bahasa Inggris (ini tidak terlalu umum).

Did you fast [for] me? (Zech. 7:5)

3. Objek dari sebuah kata kerja Intransitive: Ini adalah sebuah penggunaan umum, idiomatic dengan kata kerja filling, putting on, etc., etc.

Your hands are full [of] blood (Isa. 1:15).

4. Accusatives Serumpun: accusative-nya berasal dari akar yang sama sebagai kata kerja. Itu bisa suatu accusative dari objek yang terpengaruh dimana objeknya dihasilkan (bukan dipengaruhi) oleh tindakan verbal:

Let the earth vegetate [i.e., bring forth] vegetation (Gen. 1:11).

Atau, bisa juga accusative dari objek internal dimana kata bendanya menunjukan suatu tindakan yang identik dengan atau sejalan dengan tindakan dari kata kerja (setara dengan accusative serumpun untuk penekanan):

They craved a craving (lusted greedily)(Num. 11:34).

Penggunaan Adverbial dari Accusative Case

Pada sebagian besar adverbial accusatives terjemahan Inggrisnya harus memberikan sebuah preposisi atau menggunakan terjemahan yang lebih menafsir untuk mengkomunikasikan idenya.

5. Tempat: accusative-nya mengekspresikan tempat dari tindakan.

a. Lokasi: accusative-nya menyediakan lokasi tindakan (menjawab pertanyaan where?).

There was a woman lying [at] his feet (Ruth 3:8 [his is a genitive of possession with feet]).

b. Pemberhentian: accusative-nya memberikan pemberhentian suatu tindakan, seringkali dengan directive qamets he (menjawab pertanyaan to what place?).

and go out [to] the open country (Gen. 27:3).

c. Ukuran: accusative-nya menjelaskan ukuran dari tindakan (menjawab pertanyaan how far?).

He went into the desert a journey of a day atau a days journey
(day adalah sebuah genitive merujuk pada journey).

6. Waktu: accusative-nya meletakan batasan waktu pada tindakan (menjawab pertanyaan how long? tindakan terjadi).

And dust you shall eat all the days of your life (Gen. 3:14 [dust adalah accusative dari objek langsung; dan all adalah accusative dari waktu, diikuti oleh genitives yang merujuk all of).

7. Sikap: accusative menggambarkan sikap dimana tindakan terjadi; sebagian telah menjadi ekspresi adverbial tetap.

I am fearfully wonderfully made (I am wonderful [in a way that causes] fear) (Ps. 139:14 [the participle fearfully is used substantivally]).

8. Keadaan: accusative adalah penjelasan keadaan dari subjek atau objek.

And the first came out reddish (explains the subject [Gen. 25:25).

And Moses heard the people weeping (explains the object [Num. 11:10]).

9. Spesifikasi: accusative merujuk atau membatasi ide kalimat.

You are my refuge [as to] strength (Ps. 71:7).

Accusative Ganda

Kalimat-kalimat bisa menggunakan dua accusative, satu untuk objek langsung dan yang lain untuk mengubahnya. Adverbial accusative, atau accusative serumpun, merupakan bagian dari suatu konstruksi accusative ganda. Konstruksi lain lebih umum dan kurang penting secara eksegetis kecuali mereka menjelaskan maksud dari kalimat.

1. Objek dengan Causative Verbs: causative verbs seringkali mengambil dua accusatives (salah satunya memperkirakan satu objek tak langsung dalam bahasa Inggris, walaupun keduanya bisa jadi objek langsung).

He fed you manna (Deut. 8:3).

2. Objek Langsung dan Objek tak langsung: dengan kata kerja lain dan accusative kedua bisa menunjukan objek tak langsung (biasanya seseorang). Kategori ini tumpang tindih dengan # 10 untuk maksud praktisnya.

You have given me the land of the Negev (Josh. 15:19).

3. Objek dan Produk: accusative ini muncul dengan kata kerja pembuatan dan produksi.

And he built the stones [into] an altar (1 Kings 18:32).

4. Kata kerja Cara: accusative-nya memasukan cara yang digunakan:

a. Kata kerja Pembuatan: accusative kedua menyediakan cara atau materi yang digunakan.

And Yahweh God formed the man [with] dust (Gen. 2:7).

b. Kata kerja Memakaikan atau Melepaskan: subjeknya bersama dengan accusative lainnya.

Saul clothed David [with] his armour (1 Sam. 17:38).

c. Kata Kerja Keinginan yang banyak: sekali lagi preposisi with harus diberikan dengan kata kerja pemenuhan dan pengosongan.

They filled their bags [with] grain (Gen. 42:25).

Tanda dari Accusative

Particle et (dengan huruf hidup panjang atau pendek) dikenal sebagai tanda accusative karena ditulis dengan definite nouns didalam accusative case. Tapi peletakan ini lebih nyaman daripada akurat. Secara teknis, menunjukan suatu penekanan, biasanya dengan accusative, tapi tidak eksklusif. Hal ini biasanya ditulis dengan determined nouns (the article), yang memiliki kekuatannya sendiri. Tanda itu bisa digunakan dengan objek langsung, tidak langsung, adverbial accusatives, dan bahkan nominative case (subject, 1 Sam. 17:34; 2 Kings 6:5; Gen. 27:42; predicate, Num. 35:7).

Attribution

Bahasa Ibrani bisa menyatakan suatu sebutan tunggal, rumit melalui pertukaran dua kata benda yang sesuai. Kedua kata bisa membentuk suatu hubungan subjek-predikat jika diinginkan (seperti I, Yahweh setara dengan I am Yahweh), tapi sebaliknya mengekspresikan satu ide kompleks dalam kalimat (I, Yahweh .). Absennya suatu construct relationship, atau suatu predikasi dari kata itu, merupakan indikasi munculnya apposition. Ini bisa terdengar seperti sebuah construct-genitive relationship, tapi kata itu tidak dalam construct. Tipe apposition berikut yang umum:

1. Nama: seseorang atau hal didapat melalui apposition mengekspresikan nama.

the king, David = King David (2 Sam. 3:31)

2. Species: seseorang atau hal (genus) didapat melalui apposition kelasnya (species).

a woman, a widow = a widow woman (1 Kings 7:14)

3. Material: seseorang atau hal didapat melaluia apposition dari material.

the cherubim, gold = the golden cherubim (1 Chron. 28:18)

4. Ukuran: berat, angka, atau ukuran suatu hal didapat melalui apposition dari hal yang ditimbang, dinilai, atau diukur.

about an ephah, barley = about an ephah [of] barley (Ruth 2:17)

Disini terdapat sejumlah penggunaan kata all (kol).

all, the days of your life = all [of] the days of your life (Gen. 3:17)

5. Attributive: seseorang atau hal didapat melalui apposition dari sebuah attribute.

words, truth = true words (Prov. 22:21)

wine, reeling = wine of reeling or powerful wine (Prov. 22:21)

6. Repetisi: kata bendanya sering diulangi (dan juga dalam kasus yang sama) untuk penekanan.

Do not talk proudly, proudly = so proudly (1 Sam. 2:3).

7. Pronominal Suffix dan Kata Benda: suffix-nya didapat melalui kata benda dalam apposition. Ini adalah ekspresi penuh dan tidak perlu diterjemahkan secara literal.

And she saw him, the baby = and she saw the baby (Exod. 2:6).

Sintaks Article

Kata benda bisa definite dalam Ibrani didalam beragam cara: proper nouns (nama) secara otomatis definite; kata benda dengan possessive pronouns adalah definite; kata benda dalam construct didapat melalui definite nouns dalam genitive juga definite; dan kata benda yang memiliki definite article. Article-nya merujuk, berfokus pada, atau secara spesifik mengidentifikasi kata tersebut.

Tidak ada indefinite article (a atau an) dalam Ibrani. Melalui mengeluarkan definite article ditempat yang seharusnya digunakan, penulis menekankan kelompoknya: kualitas, sifat, atau karakter ditekankan. Article seringkali dihilangkan dalam puisi, dan kita harus memastikan dari eksegesis kontekstual kalau itu bukan semata karena pertimbangan metric.

[Such] knowledge is too wonderful for me (Ps. 139:6). Konteksnya membahas bentuk pengetahuan yang TUHAN punya.

Berikut ini adalah kategori terumum bagi penggunaan article:

1. Untuk menunjukan Definiteness: Ini adalah penggunaan normal dari article sekarang.

And Yahweh came down to see the city (Gen. 11:5).

2. Sebagai sebuah Demonstrative: ini terkadang digunakan; ini muncul sebagai kekuatan asli dari article.

this night (Gen. 19:5)

3. Untuk Menunjukan Petunjuk Sebelumnya: article-nya merujuk pada sesuatu yang sebelumnya telah disebut.

Now the name of the man was Elimelech (Ruth 1:2)

4. Sebagai sebuah Vocative: article-nya bisa digunakan dalam rujukan langsung.

Listen, O high priest Joshua (Zech. 3:8).

5. Untuk Menunjukan Keunikan: article-nya menekankan kalau objek itu hanya satu-satunya.

Yahweh--He is the [true] God (1 Kings 18:39).

6. Untuk Menunjukan sebuah Generic Class: article-nya digunakan bersama dengan sekelompok orang, binatang, atau hal lain yang dianggap sebagai satu unit.

Not so are the ungodly (Ps. 1:4).

7. Sebagai sebuah Relative Pronoun: article-nya berlaku sebagai relative pronoun, terutama saat digunakan dengan kata benda/adjectives dan participles yang attributive.

to Yahweh who appeared to him (Gen. 2:7).

Sintaks Kata Kerja

Perfect Tense

Suatu perfect tense, atau suffixed conjugation, harus dilihat untuk bentuk tindakan yang diwakilinya. Baik perfect dan tense lebih merupakan sebutan yang nyaman bukannya akurat. Tapi bentuk tindakan yang direfleksikan perfect adalah tindakan yang lengkap, apakah dimasa lalu, sekarang atau masa depan. Pelajar pemula belajar untuk menerjemahkan perfect sebagai sebuah simple past tense. Sekarang kita membagi penggunaannya antara yang aoristic (lengkap, past tense, atau point action) dan yang lebih perfective (dengan penekanan pada hasil yang berlanjut).

Perhatikan: wayyipqod membentuk kata kerja, yang disebut imperfect atau preterite dengan waw consecutive, dimasukan dalam bagian ini. Didalam narasi bentuk ini paling sering merupakan definite past, yang menjadi alasan mengapa banyak yang lebih memilih menyebut bentuk itu preterite dengan waw consecutive. Tapi jika bentuk itu mengikuti sebuah perfect tense dengan nuansa lain, maka itu bisa mengambil nuansa yang sama dari bentuk pertama untuk terjemahannya. Dibeberapa tempat, terutama puisi, preterite bisa terlihat sama sekali tidak memiliki waw (dibagian dimana itu bukan regular imperfect); konteksnya akan menentukan bagaimana itu harus diterjemahkan biasanya sebuah past tense.

Menurut saya fakta bahwa preterite memiliki arti lain menjadi alasan untuk tidak menyebutnya sebuah preterite; terjemahan non-preterite berasal dari konstruksi sintaktikal dari urutan waw dalam konteks. Untuk bentuk lain, perfect dengan deretan waw, kita selalu menyebutnya perfect dengan deretan waw tidak peduli bagaimana diterjemahkannya dalam konteks.

Tindakan yang Setara dengan Tindakan Aoristic

1. Definite Past: Kata kerjanya menunjukan tindakan lengkap tanpa syarat lain; kategori ini biasa karena mewakili tindakan dimasa lalu.

and Lot also, his relative, he brought back (Gen. 14:16).

2. Very Recent Past: suatu penggunaan khusus berhubungan dengan kategori pertama dimana konteksnya menunjukan kalau tindakannya baru saja terjadi.

What have you done? (just now [Gen. 4:10])

3. Constative: tindakannya dimasa lalu, tapi ekspresinya menunjukan kalau tindakan itu meliputi suatu periode waktu. Penggunaan ini tidak begitu umum.

Twelve years they served Chedorlaomer (Gen. 14:4).

4. Ingressive: kata kerjanya merujuk pada permulaan suatu keadaan (diterjemahkan dengan became). Ini juga penggunaan yang jarang.

the man went forth and grew until he became great (Gen. 26:13).

5. Indefinite Past: pembicara merujuk pada tindakan dimasa lalu tanpa mendefinisi keadaan tertentu.

I have seen the wicked in great power (Ps. 37:35)

6. Unique Past: keunikan tindakan ditekankan oleh penulis.

Who has [ever] heard anything like this? (Isa. 66:8)

7. Gnomic Perfect: kata kerjanya menunjukan suatu kebenaran umum atau universal, benar dimasa lalu, sekarang, dan masa depan.

An ox knows it master (Isa. 1:3).

8. Characteristic Perfect: tindakan itu merupakan karakteristik seseorang dimasa lalu dan dimasa kini, tapi tidak dimasa yang akan datang.

Why do the nations rage? (Ps. 2:1).

9. Instantaneous Perfect: tindakannya sedang terjadi saat pembicaraan terjadi (jarang).

I raise my hand [here and now] (Gen. 14:22).

10. Potential Perfect: kata kerjanya menunjukan tindakan yang dianggap sebagai potensi (sangat jarang).

What can the righteous do? (Ps. 11:4).

11. Epistolary Aorist: kata kerjanya menunjukan pengiriman untuk sesuatu yang dikirim (sangat jarang).

See, I am sending to you (1 Kings 15:19).

Tindakan Setara dengan Tindakan Perfective

12. Present Perfect: tindakannya memasukan definite past tapi juga keadaan yang dipengaruhi oleh tindakan. (Dalam bahasa Inggris tense ini dibentuk oleh present tense Inggris dari auxiliary atau helping verb).

For you have comforted me (Ruth 2:13).

13. Past Perfect: tindakan dari kata kerja lebih dahulu dari tindakan dimasa lalu dari kata kerja sebelumnya. (Dalam bahasa Inggris ini dibentuk dengan past tense dari auxiliary verb).

Jacob did not know that Rachel had stolen them (Gen. 31:32)

14. Future Perfect: tindakan dari kata kerjanya lebih dahulu dari tindakan dimasa yang akan datang. (Dalam bahasa Inggris ini dibentuk dengan future tense dari auxiliary verb).

I shall not leave you until I shall have done (Gen. 28:15).

15. Adjectival Perfect: kata kerjanya merupakan pure stative verb, diterjemahkan sebagai suatu predicate adjective.

For I am too old for a husband to have (Ruth 1:12).

16. Stative, Transitive Perfect: kata kerjanya bisa statis atau transitif.

your only son, whom you love (Gen. 22:2)

17. Prophetic Perfect: kata kerjanya menggambarkan kepastian suatu peristiwa yang akan datang sepertinya sudah dilakukan (karena seer/pelihat telah melihatnya). Ini juga disebut perfect of confidence dalam bagian yang mengekspresikan kepercayaan yang kuat.

For unto us a child was born (Isa. 9:6).

18. Perfect of Resolve: kata kerjanya mengekspresikan determinasi atau ketetapan hati seseorang; hasilnya tidak pasti (tidak seperti # 17).

Naomi [has decided to] sell (Ruth 4:3).

19. Hypothetical Perfect: kata kerjanya menunjukan suatu kondisi yang berlawanan dengan fakta (an optative); ini sangat jarang digunakan.

If I said I have hope (Ruth 1:12).

Imperfect Tense

Suatu imperfect tense, atau prefixed conjugation, menunjukan tindakan yang tidak lengkap, apakah dimasa depan, sekarang, atau dimasa lalu.

Perhatikan: Suatu perfect dengan waw consecutive ada dalam kelompok ini; saat sebuah perfect dengan waw consecutive mengikuti sebuah imperfect tense, maka itu bisa diberikan nuansa terjemahan yang sama seperti kata kerja sebelumnya. Didalam beberapa bagian tidak ada kata kerja yang mendahului, dan nuansanya harus berasal dari konteks. Didalam kasus itu, bisa merupakan simple future, atau instruksi.

Future Action

1. The Simple or Specific Future: imperfect seringkali menujukan suatu tindakan nyata, dimasa depan; itu bisa pasti dan spesifik, atau biasa dan umum.

when you eat from it you shall surely die (Gen. 2:17).

2. The Historical Future: imperfect ada dimasa depan dari sudut pandang tindakan dimasa lalu (jarang digunakan).

Elisha was sick with the sickness from which he would die (2 Kings 13:14).

3. The Anterior Future: imperfect lebih dahulu dari peristiwa dimasa lalu (jarang digunakan).

And offer a burnt offering with the wood of the grove which you shall have cut down (ini setara dengan penggunaan perfect tense dari future perfect).

Tindakan Berulang

4. Habitual Imperfect: imperfect mengekspresikan tindakan berlanjut, universal (setara dengan penggunaan gnomic-nya perfect tense).

Whoever laps with his tongue from the water as a dog laps (Jud. 7:5).

5. Progressive Imperfect: tindakan dari kata kerja terus terjadi, atau sedang dalam perkembangan, tapi belum selesai. Ini merupakan penggunaan umum dari imperfect.

What do you seek? (Gen. 37:15).

6. Customary Imperfect: tindakannya diulangi tapi dimasa lalu (terjemahan menggunakan would atau used to).

Now a mist used to go up and [used to] water (Gen. 2:6). Kata kerja kedua adalah suatu perfect dengan suatu waw consecutive dan karena itu menerima nuansa yang sama.

7. Distributive Imperfect: imperfect menggambarkan suatu keragaman tindakan atau tindakan distributive (jarang digunakan).

One company would turn into the way (1 Sam. 13:17).

Modal Nuances

8. Potential Imperfect: tindakan dimungkinkan (terjemahan menggunakan can, is able to).

Where can I go from Your Spirit? (Ps. 139:7)

9. Permissive Imperfect: tindakannya diijinkan (terjemahan menggunakan may).

from every tree of the garden you may eat freely (Gen. 2:16).

10. Deliberative Imperfect: tindakan disengaja atau beralasan (dipertanyakan, diragukan; terjemahan menggunakan should).

Should I not search out rest for you? (Ruth 3:1).

11. Obligatory Imperfect: tindakan diperlukan; subjeknya diharuskan pada tindakan (terjemahan menggunakan ought to).

You have done things which ought not be done (Gen. 20:9).

12. Desiderative Imperfect: subjeknya ingin atau mau bertindak (terjemahannya menggunakan wish to, want to).

If he wants to redeem you, fine, let him redeem; but if he is not willing to redeem you (Ruth 3:13).

13. Possibility: tindakan bisa terjadi; kemungkinan.

And the case that may be too difficult (jangan bingung dengan permissive imperfect, karena keduanya menggunakan may).

14. Final Imperfect: kata kerjanya menunjukan tujuan atau hasil; itu muncul dalam final clauses atau purpose clauses (seringkali setelah that, in order that).

that it may go well for you (Ruth 3:1).

Volitional Aspects

15. Imperfect of Injunction: imperfect menekankan suatu kelangsungan, keinginan positif atau perintah.

Purge [imperfect] me with hyssop (Ps. 51:9).

16. Imperfect of Instruction: imperfect bisa digunakan untuk mengekspresikan aturan umum atau instruksi.

and thus you shall eat it (the passover [Exod. 12:11]).

17. Imperfect of Prohibition, atau instruksi negatif atau injuksi negatif.

You shall not murder (Exod. 20:13).

Sintaks Volitives

Jussive

Suatu jussive adalah mood volitional dari orang ketiga, dan orang kedua saat dinegasikan (dengan al ditambah orang kedua kita mendapatkan suatu perintah negatif). Kekuatan dari jussive sangat beragam dari konteks ke konteks, dan terutama bergantung pada relasi pembaca dan subjek.

Dari Superior ke Inferior

1. Perintah: jussive membentuk suatu perintah langsung dari pembicara, tapi dalam orang ketiga.

And God said, Let there be light (Gen. 1:3).

2. Nasihatl: superior memberikan nasihat, bukan perintah.

The officers shall say , Let him go back (Deut. 20:8).

3. Perintah Negatif: jussive dalam orang kedua dengan bentuk negatif membentuk suatu larangan langsung (negatif al menunjukan itu adalah suatu jussive; lo bersama dengan imperfect).

Dont eat food or drink water (1 Kings 13:22).

Dari Inferior ke Superior

4. Doa: pembicara membuat suatu permintaan pada Tuhan agar melakukan sesuatu.

Let it be known this day that You are God (1 Kings 18:36).

5. Keinginan: pembicara menyatakan suatu keinginan agar sesuatu terjadi.

Let my lord [Esau] pass on before his servant (Gen. 33:14).

6. Berkat: pembicara menyatakan suatu berkat; pembicara biasanya seorang pendeta atau pemerintah teokratik, dan berkat biasanya suatu perkataan leluhur (bukan suatu keinginan).

Yahweh bless you and keep you (Num. 6:24).

7. Harapan: pembicara menyatakan suatu harapan (bahkan berkat) agar sesuatu terjadi (yang kurang lebih dimungkinkan); dekat juga dengan salam.

Yahweh bless you (Ruth 2:4 [the workers greeting Boaz]).

8. Permintaan: pembicara membuat permintaan atas sesuatu.

Please, let your servant remain in the place of the lad (Gen. 44:33).

9. Saran: pembicara memberi saran pada speaker gives advice to a superior.

Now let Pharaoh choose a wise and discerning man (Gen. 41:33).

10. Undangan: pembicara menyatakan suatu undangan.

Let the king and his servants go with your servant [me] (2 Sam. 13:24).

11. Doa Negatif: jussive dengan negatifnya bisa digunakan dengan arti diatas, tapi juga digunakan dalam orang kedua untuk sebuah doa negatif ( sekarang ke superior, jadi bukan suatu perintah).

Lord Yahweh, do not destroy Your people (Deut. 9:26).

12. Keinginan Negatif. Bukan suatu doa kepada Tuhan, jussive yang dinegasikan bisa menyatakan suatu keinginan.

(I desire one small request from you) do not refuse me (1 Kings 2:20).

Imperative Mood

Suatu imperative adalah volitional mood dari orang kedua semata. Ini tidak pernah muncul dengan negative adverbs (jussives dan imperfects digunakan untuk memberi perintah negatif dan larangan). Kekuatan perintah sangat beragam dalam kekuatannya dari konteks ke konteks, tapi selalu memiliki suatu tekanan pada jawaban langsung. Terkadang eksegetor harus menggambarkan bentuk kekuatan jika tidak satupun kategori cocok.

1. Perintah Langsung: pembicara membari suatu perintah kuat yang harus ditaati.

Here is your wife. Take her and leave (Gen. 12:20).

2. Nasihat atau Saran: pembicara tidak memerintah tapi memberi saran.

Go, return, each of you to her mothers house (Ruth 1:8).

3. Undangan: pembicara menggunakan suatu imperative untuk menyebarkan suatu undangan.

Come here and eat from the food (Ruth 2:14).

4. Ijin: pembicara mengijinkan sesuatu terjadi, mengekspresikannya dengan sebuah imperatif.

Go up and bury your father (Gen. 50:6).

5. Interjection: imperativenya menarik perhatian (penggunaan idiomatik).

Come! Lets make bricks (Gen. 11:3).

6. Janji atau Kepastian: pembicara menggunakan imperatif untuk mengekspresikan apa yang akan terjadi.

And in the third year [you will] sow and reap (Isa. 37:30).

7. Permintaan: pembicara menggunakan sebuah imperatif untuk menanyakan sesuatu.

Please give them a talent of silver (2 Kings 5:22).

8. Perintah Retoris: pembicara menggunakan imperatif secara ironis dan retoris untuk menyatakan maksudnya.

Go to Bethel and transgress (Amos 4:4).

9. Peringatan: pembicara menggunakan impreatif secara retoris untuk memperingatkan akibat atau dampaknya.

Sow for yourselves righteousness, reap the fruit of love (Hos. 10:12).

10. Concession: pembicara menggunakan imperatif secara retoris untuk menyatakan ide singkat.

Prepare for battle [=although you will prepare] and be broken [= you will be broken](Isa. 8:9).

Cohortative

Suatu cohortative adalah volitional mood dari orang pertama, tunggal atau jamak. Itu menunjukan kemauan pembicara dalam suatu ketetapan hati terhadap kehendak orang lain.

Ketetapan Hati

1. Determinasi: pembicara berdeterminasi untuk melakukan sesuatu.

I will make it a ruin (Isa. 5:6).

2. Intention: pembicara mengekspresikan intensinya.

I will go down and see [if it is that bad] (Gen. 18:21).

3. Desire: pembicara menyatakan apa yang ingin dia lakukan.

I desire to set a king over me (Deut. 17:14 [Israel is the speaker]).

Permintaan

4. Permintaan Langsung: pembicara bertanya sesuatu.

Let me go up and bury my father, and I will return (Gen. 50:5 [ the last cohortative is intention or determination]).

5. Harapan: permintaan pembicara tidak secara langsung merambah yang lain.

O my God, I have trusted in You; may I not be put to shame (Ps. 25:2).

6. Hortatory

Hortatory: ini merupakan cohortative murni, menyerukan pada yang lain untuk berpartisipasi.

Lets go after other gods (Deut. 13:2).

Penggunaan Volitive Secara Mandiri

Suatu volitives bisa ditemukan dalam berbagai tipe urutan dengan waw (secara beragam conjunctive atau consecutive). Urutannya logis, bukan temporal, walau ada urutan temporal dalam tindakan.

1. Imperative diikuti oleh Perfect + Waw Consecutive: perfect tense memiliki kekuatan sebuah imperative atau injunction.

Hear O Israel, Yahweh is our God, Yahweh alone; and you shall love (perfect + waw) Yahweh your God (Deut. 6:4).

2. Imperative diikuti oleh Imperative + Waw Conjunction: imperative kedua bisa merupakan coordinated atau subordinated (maka itu, hanya sebuah waw conjunction).

This do and [then/thus] live [you will live] (Gen. 42:18).

3. Maksud atau Hasil: Suatu waw conjunction digunakan dalam berbagai kombinasi dengan volitives dan imperfects untuk menyatakan maksud atau hasil. Karena itu suatu pilihan terjemahan dan bukan suatu perubahan otomatis, suatu waw diklasifikasikan sebagai suatu conjunction.

Bring it to me that I may eat (Gen. 27:4 [impv + coh]).

Let me go that I may glean (Ruth 2:2 [coh + coh]).

Open his eyes that he might see (2 Kings 6:17 [impv + juss]).

What shall we do that the sea may be calm (Jonah 1:11 [indic + juss]).

Sintaks Bentuk Verbal, Infinitives dan Participles

Infinitive Absolute

Suatu infinitive absolute adalah sebuah verbal noun. Itu bisa berfungsi dalam sebuah kalimat secara nominal atau verbal. Itu menggambarkan tindakan dari ide verbal dengan tidak melihat agen, keadaan, waktu atau mood dimana hal itu terjadi.

Penggunaan Nominal

1. Subjek: sebuah penggunaan yang jarang, tapi infinitif bisa berfungsi sebagai subjek.

To show partiality is not good (Prov. 28:21).

2. Objek: suatu penggunaan yang jarang, tapi bisa juga menjadi objek.

Learn doing well (Isa. 1:17).

3. Predicate Nominative: sekali lagi merupakan penggunaan yang jarang, infinitifnya adalah suatu predikatif setelah sebuath statif.

The effect of righteousness is sowing quietness (Isa. 32:17).

4. Penekanan: Ini merupakan penggunaan yang paling umum dari infinitive absolute; penekanannya tidak hanya memberatkan tindakan verbal saja, tapi juga mood, yang mendukungnya. Eksegetor pertama kali harus mengklasifikasikan kata kerja, dan kemudian menjelaskan bagaimana infinitive absolute menekankannya. Inilah yang paling umum; ada juga yang lainnya.

a. Afirmasi: menekankan kepastian dari tindakan verbal (seringkali dimasa depan).

You shall surely die (Gen. 2:17).

b. Keraguan: menekankan ketidakmungkinan kondisi (melalui kemungkinan).

Will you indeed reign over us? (Gen. 37:8).

c. Dugaan: menekankan kondisi yang kurang memungkinkan (if should).

If her father would happen to spit in her face (Num. 12:14).

d. Antithesis: menekankan suatu kontras (didahului oleh but).

but they did not drive them out (Jud. 1:28 [but driving out they did not drive out])

e. Ijin: infinitive menekankan mood permisif dari kata kerja.

You may freely eat (Gen. 2:16 [eating you may eat]).

f. Kewajiban: mendukung kewajiban.

The ox must be stoned (Exod. 21:28 [stoning will be stoned]).

5. Adverbial Accusative: salah satu penggunaan yang umum, infinitivenya menggambarkan secara adverb prilaku, tingkatan, atau modifikasi lain dari kata kerja. Beberapa bentuk telah menjadi adverb yang tetap.

The man shall surely be put to death, all the community stoning him (Num. 15:35 [note the first infinitive is emphatic]).

6. Tindakan Simultan atau Komplementari: suatu infinitive kedua digunakan yang menekankan nature berlanjut dari yang lain (halok) atau suatu tindakan komplementari.

They [the cows] were going, going and lowing (1 Sam. 6:12).

Penggunaan Verbal

7. Berurutan: infinitive absolute memiliki sebuah waw dan diikuti oleh sebuah kata kerja.

You have sown much, but brought in little (Hag. 1:6).

8. Kata kerja Murni: infinitive absolute muncul tanpa sebuah waw.

Keep the sabbath day to sanctify it (Deut. 5:12).

9. Mengatur sebuah Accusative: infinitivenya mengatur accusative atau preposition.

Glory that you know me (Jer. 9:23 [24]).

Infinitive Construct

Suatu infinitive construct juga merupakan suatu verbal noun, suatu infinitive sejati tanpa batasan waktu. Suatu infinitive construct lebih nominal daripada bentuk infinitive absolute. Tapi itu bisa digunakan secara substantivally (ditempat sebuah kata benda) atau secara verbal.

Penggunaan Substantival

1. Muncul dalam Noun Cases: sebagai suatu verbal noun, infinitive construct muncul dalam beragam kasus.

It is not good for man to be alone (Gen. 2:18 [as a nominative: the being of man alone is not good]).

a time of mourning (Eccl. 3:4 [as a genitive]).

I do not know [how to] go out and come in (1 Kings 3:7 [accusative]).

2. Muncul dalam Construct State: ini merupakan penggunaan umum dari infinitive construct; ini diikuti oleh suatu subjective genitive atau objective genitive, dan seringkali mengikuti sebuah preposisi. Seluruh klausa menjadi sebuah adverbial clause.

All of it was well watered, before Yahweh destroyed Sodom and Gomorrah (Gen. 13:10 [before the destroying of Sodom and Gomorrah]).

Penggunaan Verbal

Penggunaan umum dari infinitive construct adalah dengan preposis lamed, yang setara dengan bahasa Inggris infinitive. Preposisi biasanya menunjukan arah tindakan dari kata kerja sebelumnya, tapi hilang dalam nuansa lainnya.

1. Maksud: infinitivenya digunakan untuk mengekspresikan maksud, tujuan, atau akhir dari tindakan.

And Jonah arose to flee (Jonah 1:2)

2. Hasil: infinitivenya mengekspresikan hasil dari tindakan.

Why have I found favor in your sight so that you took notice of me? (Ruth 2:10).

3. Epexegetical: infinitivenya menjelaskan keadaan atau nature dari kata kerja yang mendahuluinya; itu menjawab pertanyaan how? Terjemahannya menggunakan by/in -ing.

The people are sinning against Yahweh by eating with blood (1 Sam. 14:33).

4. Objek: infinitivenya melengkapi ide dari kata kerja dalam prilaku objek langsung; menjawab pertanyaan what?

Stop entreating me to abandon you by returning [an epexegetical use] from after you (Ruth 2:16).

5. Gerundive dengan Produk lamed: suatu penggunaan yang jarang, tapi infinitifnya bisa berfungsi sebagai suatu verbal adjective yang mengekspresikan tugas, keharusan, atau kebugaran; biasanya dinyatakan dengan about to/ought to be.

The gates were about to shut (Josh. 2:5).

6. Degree: infinitivenya diterjemahkan enough to dalam konstruksi yang jarang ini.

Hezekiah was sick enough to die (2 Kings 20:1).

Catatan: infinitive construct dalam penggunaan ini bisa muncul tanpa preposisi lamed.

Active Participle

Suatu active participle menyatakan aktifitas yang berkelanjutan tanpa terganggu, atau suatu kondisi berkelanjutan yang didenotasikan oleh kata kerja. Itu temporal, tergantung pada konteks waktunya. Seperti adjectives itu bisa berfungsi seperti predikatif (verbally), attributive (adjectival), atau substantivally (sebagai sebuah kata benda).

Penggunaan Verbal dari Active Participle

Saat active participle berfungsi sebagai predikat, penekanannya linear, durasi tindakan dari akar. Bisa saja tindakannya diulangi bukannya berdurasi. Waktu berasal dari konteks.

1. Diwaktu Lalu

while Lot [was] sitting in the gate (Gen. 19:1 [durative])

All that he [was] doing, Yahweh [was] prospering in his hand (Gen. 39:3 [iterative]).

2. Diwaktu Sekarang

And he said, I [am] seeking my brothers (Gen. 37:16 [durative]).

One generation passes away, and another comes, but the earth abides continually (Eccl. 1:4 [iterative action]).

3. Masa Depan yang Segera: tindakannya diwakili seperti terjadi dimasa sekarang tapi sebenarnya muncul setelah suatu interval waktu; tindakannya pasti, dan penggunaan ini biasa disebut futur instans. Seringkali mengikuti hinneh. Terjemahannya menggunakan about to.

Behold, I [am] bringing [about to bring] the flood of waters (Gen. 6:17).

4. Diwaktu Depan

For in seven days I [will be] sending rain on the earth (Gen. 7:4).

Penggunaan Adjectival dari Active Participle

Penekanannya bukan lagi pada tindakan berdurasi linear, tapi konsep akar sebagai suatu kualitas. Participle sebagai sebuah adjective tidak mengekspresikan waktu atau aspek.

5. Attributive Adjective

To the God who answered me in the day of my trouble (Gen. 35:3).

6. Predicate Adjective

Your eyes are the ones which saw all that Yahweh your God has done (Deut. 3:21).

Penggunaan Substantival dari Active Participle

Participle berfungsi sebagai suatu kata benda dan membuat karakter tetap yang digunakan akar menjadi utama.

The Keeper of Israel will not sleep (Ps. 121:4 [subject).

Whoever sheds blood (Gen. 9:6 [subject]).

Remember your Creator in the days of your youth (Eccl. 12:1 [object]).

My soul waits for the morning, more than the watshmen (Ps. 130:5 [noun of occupation]).

Passive Participle

Passive participles memiliki fungsi yang sama seperti active participles. Ada baiknya membagi penggunaan passive participle antara true passives dan false passives. True passives muncul saat subjek sedang dijalankan (dalam proses) dan participlenya berfungsi sebagai sebuah kata kerja.

While she [was] being brought forth she sent to her father-in-law (Gen. 38:25).

False passives membentuk penggunaan umum, mirip dengan passive participle bahasa Inggris. Itu mengindikasikan kalau orang atau hal tersebut dalam suatu keadaan sebagai hasil tindakan. Agen atau instrumen biasanya diberikan (seringkali dengan sebuah genitive setelah participle in construct).

Your cities [are] burned with [of] fire (Isa. 1:7).

Waw Conjunction, Consecutive, Disjunctive

Ibrani menggunakan conjunction dalam beragam cara. Selain normal conjunction, ada juga penggunaan berderet, yang mempengaruhi terjemahan kata kerja, dan disjunctive yang memecah urutannya. Daftar berikut ini menunjukan beragamnya bahasa Ibrani menggunakan bentuk ini.

1. Koordinasi: kata-katanya hanya dikoordinasi dengan and.

God created the heavens and the earth (Gen. 1:1).

2. Urutan: Suatu waw (mostly consecutive) menekankan urutan tindakan temporal atau logis antar kata kerja (and then).

And [then] God said (Gen. 1:3).

3. Disjunction: Suatu waw menyatakan but atau now atau beberapa terjemahan parenthetical yang menjauh dari urutan; ditandai oleh pembentukan suatu non-kata kerja dipermulaan klausa.

Now the earth was waste and void (Gen. 1:2).

4. Adversative: Suatu waw memiliki arti but didalam suatu klausa (berlawanan dengan penggunaan diatas).

Here is the fire and the wood, but where is the lamb (Gen. 22:7).

5. Explicative atau Epexegetical: even, namely, that is.

the Lord, whom you seek, even the messenger of the covenant (Mal. 3:1).

6. Empatik: Suatu waw diterjemahkan even, especially.

Now king Solomon loved many foreign women, especially the daughter of Pharaoh (1 Kings 11:1).

7. Alternative: or (jarang digunakan).

you, or your son (Exod. 20:10)

8. Pleonastic: waw hanya bersifat stylistic (jarang digunakan).

So now [and] I will be your servant (2 Sam. 15).

9. Comparative: waw berlaku sebagai suatu perbandingan (hanya dalam puisi).

Does not the ear try words // as the mouth tastes its meat (Job 12:11).

10. Accompaniment: with.

the box with the golden mice (1 Sam. 6:11).

11. Resumptive: waw mengawali apodosis.

then your eyes will be opened (Gen. 3:5).

12. Adjunctive: also.

Ask for him the kingdom also (1 Kings 2:22).

13. Distributive: jarang digunakan, dinyatakan dengan each, and, or by.

and with them the elders of each city ([city and city], Ez. 10).

14. Noun Clause: sering digunakan, suatu waw memulai suatu klausa yang merupakan subjek atau objek dari suatu kata kerja.

And let it be when he lies down that you mark the place (Ruth 3:4).

15. Logical atau Inferential Clause: sering digunakan, suatu waw dinyatakan dengan and so, thus, therefore.

I was afraid and so I hid (Gen. 3:10 [waw consecutive]).

16. Maksud atau Hasil: waw biasanya dengan urutan volitive.

Bring it to me that I may eat (Gen. 27:4).

17. Temporal: mengawali klausa dengan when, then; seringkali subordinates satu waw consecutive clause dengan yang lainnya.

When [and] she finished giving him a drink, then [and] she said (Gen. 24:19).

18. Causal: for, since, seeing, because.

I know you fear God, for [and] you did not withhold (Gen. 22:12).

19. Concessive: although.

although [and] I may not be like one of your young girls (Ruth 2:13)

Biblical Topics: 
Taxonomy upgrade extras: 

9. Pelajaran Teologi Alkitab

Tugas Teolog Alkitab

Tugas dari teolog Alkitab adalah mendapat dan membangun suatu gambaran lengkap mengenai wahyu Yahwe. Menulis teologi yang memuaskan menuntut pengelompokan ide teologis tertentu yang didapat melalui eksegesis kedalam kategori universal. Prosesnya melibatkan penemuan tema pemersatu diseluruh Perjanjian Lama dan meletakan dasar bagi Perjanjian Baru. Itu merupakan proses yang dimulai dengan eksegesis bagian tertentu dalam mencari kategori teologis dari penulis itu sendiri dan berlanjut dengan menghubungkan seluruh penemuan eksegesis diseluruh Alkitab. Maka dari itu, apa yang dilakukan dalam sebuah bagian atau satu kitab hanyalah sebuah permulaan.

Saat bagian-bagian PL tertentu seluruhnya telah dianalisa teologi Alkitabnya, tugas berikut adalah menulis suatu teologi Perjanjian Lama. Hal ini jelas merupakan proyek seumur hidup. Tapi dalam mengerjakannya kita harus ingat:

1. Hal ini meliputi seluruh Perjanjian Lama (maka dari itu, teolog harus menghindari pemilihan seenaknya atau pengujian teks yang tidak bisa dipertanggung jawabkan);

2. Kategori, tema, dan pikiran penyatu haruslah sekonsisten mungkin dengan kategori yang ada dalam pikiran para penulis Perjanjian Lama; dan

3. Karena wahyu terbungkus dalam proses historis suatu wahyu progresif, berkembang-tema-temanya harus dikembangkan secara progresif (substansi dari teologi adalah perkembangan histories dari Yahwism).

Setelah teologi Perjanjian Lama telah diartikulasi dengan seksama, berikutnya harus dikorelasikan dengan Perjanjian Baru. Untuk membuat korelasi ini, berkaitan dengan eksegesis teks Perjanjian Lama yang sulit sekali, eisegesis dan pengujian teks yang naf kelihatannya lebih menggiurkan. Untuk mewaspadai hal itu, atau menafsirkan sebuah bagian secara tidak seharusnya, pada awalnya harus menentukan teologi Alkitab dari bagian itu didalam teologi Perjanjian Lama.

Saat anda mulai mengeksegesis dan menguraikan Perjanjian Lama, anda mulai mengembangkan ide teologis. Seminari memberikan anda kerangka teologis dan biblical sehingga anda bisa bekerja secara baik sejak awal, walaupun anda tidak bisa mengeksegesis Perjanjian Lama dan mengakhiri teologi anda sebelum mulai melayani. Tapi saat anda belajar dan mengajar, anda harus menjaga batasan teologi Alkitab ini sebelumnya agar anda menyadari kategori teologis yang lebih luas dan mampu menghindari eisegesis. Maka, selama pelayanan anda bisa memperbaharui dan menyesuaikan kategori teologi umum anda.

Dasar Preposisional

Pendahuluan

Mengenai peran dari presuposisi, R. A. F. MacKenzie menulis:

Sangat ilmiahdalam pengertian rasionalsitikobjektifitas tidak terlalu mampu menangkap, apalagi mengeksploitasi, nilai religius dari Alkitab. Maka awalnya harus ada komitmen, pengakuan iman akan asal mula ilahi dan otoritas dari buku ini, barulah orang percaya bisa dengan benar dan mendapat keuntungan menerapkan seluruh teknik ilmiah, tanpa melanggar autonomi atau mengkhianati ideal ilmiahnya (The Concept of Biblical Theology, TT 4 [1956]:134).

Pernyataan seperti itu memiliki dasar dalam pengajaran Alkitab sendiri; lihat I Korintus 2:10-16; 1 Thessalonians 1:5; dan terutama I Thessalonians 2:13: sebab kamu telah menerima firman Allah yang kami beritakan itu, bukan sebagai perkataan manusia, tetapi -- dan memang sungguh-sungguh demikian -- sebagai firman Allah, yang bekerja juga di dalam kamu yang percaya.

Cornelius Van Til juga menegaskan bahwa seorang apologet sejati awalnya harus bermula dari presuposisi Allah tritunggal, Bapa, Anak, dan Roh Kudus berbicara kepadanya dengan otoritas absolut dalam Alkitab (The Defense of the Faith, p. 179).

Presuposisi

Tuhan Ada. Presuposisi Tuhan ada merupakan fondasi seluruh teologi.. A. B. Davidson menulis,

Posisinya berada jauh didepan. Bagaimana manusia bisa menentang kalau Tuhan itu bisa dikenal, saat mereka terbujuk mengenal Dia, saat mereka bersekutu denganNya, saat kesadaran dan seluruh pikiran mereka dipenuhi dengan pikiran mengenai Dia, dan saat melalui RohNya Dia menggerakan mereka, dan mengarahkan keseluruhan sejarah mereka? (The Theology of the Old Testament, p. 13).

Christopher R. North menjelaskan,

Hal ini jelas bukan abstrak pada awal mulanya, suatu produk dari intelek abstrak. Ajaran Perjanjian Lama mengenai Tuhan adalah respon orang Ibrani terhadap Tuhan yang hadir dalam krisis, menyelamatkan, dan dalam bencana bangsa selama ratusan tahun sejarah mereka (The Thought of the Old Testament: Three Lectures, p. 24).

Jadi para penulis Perjanjian Lama tidak pernah merasa terdorong untuk membuktikan keberadaan Tuhan. KeberadaanNya tidak pernah mereka pertanyakan; hanya orang bodoh yang bisa berkata, Tidak ada Tuhan (Ps. 14:1; 53:2; Job 2:10). Keberadaan Tuhan merupakan satu-satunya hal yang memberikan stabilitas bagi segala hal lainnya.

Tuhan Menyatakan Dirinya. Presuposisi kedua adalah Tuhan telah berbicara, bahwa dia membuat kehendaknya diketahui. Maka dari itu, tulisan Alkitab adalah unik. Itu bukan sekedar kumpulan teks religius dari Timur Dekat kuno. Itu bukan pinjaman terseleksi dari pendahulu dalam perkembangan ide religius. Gleason Archer berkata benar, Alkitab menuliskan kesaksian mengenai kejeniusan Ibrani dalam kemurtadan (A Survey of Old Testament Introduction, p. 135). Alkitab menulis pernyataan unik dari Tuhan yang hidup.

Walther Eichrodt menyatakannya seperti ini:

Pertama haruslah diperhatikan kalau penegakan sebuah perjanjian melalui Musa terutama sekali menekankan satu elemen dasar dari keseluruhan pengalaman Israel mengenai Allah, yaitu nature asli dari wahyu ilahi. Pernyataan Tuhan tidak dimengerti secara spekulatif, tidak dijabarkan dalam bentuk pelajaran; tapi saat dia berjumpa dalam hidup umatNya dan memberikan mereka pengetahuan akan diriNya (Old Testament Theology, I: 37).

Selain itu bisa ditambahkan perkataan dari James 1. Packer:

Natur dari pewahyuan sebagai tindakan Allah sekarang menjadi jelas. Wahyu adalah Pencipta kita dan Penopang menasihati kita untuk bisa berteman dengan kita. Kita tidak menemukan Dia; tapi, Dia menemukan kita. Dia melihat kita sebagai pemberontak melawan Dia, dengan pikiran kita dibutakan dan karakter kita dibengkokan oleh dosa, secara aktif tidak menghormati Dia dengan mengabaikan kebenaranNya dan melayani allah palsu (God Speaks to Man: Revelation and the Bible, p. 41).

Dalam mengklarifikasi presuposisi kedua harus dikatakan bahwa Tuhan menyatakan dirinya baik dalam tindakan histories dan pernyataan proposisional objektif yang bisa dianalisa secara kognitif. Kedua aspek ini menunjukan kalau pewahyuan Tuhan berlawanan dengan teologi dari Gerhard von Rad dan alirannya yang melihat sejarah sebagai titik awal iman (lihat perdebatan Vriezen terhadap von Rad dalam teologinya, pp. 188ff.). Ini juga berlawanan dengan Neo-orthodoxy yang melihat pewahyuan semata subjektif, menolak Tuhan bisa dipelajari secara objektif (lihat perdebatan Gordon Clark mengenai hal ini dalam Revelation and the Bible, edited by C. F. H. Henry, pp. 29ff.). Seluruh teologi, dan juga seluruh eksposisi, bergantung pada presuposisi bahwa Alkitab adalah wahyu Tuhan, dan peristiwa dan kata-kata yang ditulis memiliki kepentingan rohani bagi umat Allah disegala zaman.

Kita juga mengakui bahwa wahyu efektif terbatas pada tidak bisa salahnya Alkitab. Kemampuan kognitif manusia untuk mengerti wahyu ini tergantung pada kondisi rohaninya dan juga ketekunan dalam meneliti. Dia harus menggunakan metode penafsiran melalui tata bahasa, kontekstual, dan histories. Penekanan kedua Perjanjian dalam Alkitab ada pada ketekunan mempelajari Firman Tuhan, bukan berarti seseorang yang secara rohani berhubungan dengan Tuhan bisa secara alami mengerti seluruh pewahyuan.

Metode Teologi Alkitab

Pelajaran Inductive

Pelajaran teologi Alkitab haruslah induktif (walaupun induksi yang tidak lengkap). Penekanan pada pelajaran induktif artinya kategori, tema, motif, dan kesombongan harus secara eksegetis berasal dari teks Alkitab. Eksegetor harus masuk kedalam teks sebaik mungkin tanpa awalan logika, mental atau skema filosofis dan kemudian dicampur kedalamnya sehingga pengetahuan Alkitab yang dikemukakan memiliki campuran itu. Ini berlawanan dengan teologi dogmatis.

Untuk menghindari kesewenangan, pengujian teks, dan pemilihan, pandangan dasar setiap penulis kitab harus dipastikan. Dari investigasi kitab terpisah ini, tema berlanjut yang menyatukan Perjanjian Lama bisa ditemukan.

Presentasi Deduktif

Presentasi teologi Alkitab haruslah deduktif. Itu tidak hanya menceritakan kembagi bagian-bagian (seperti yang dilakukan von Rad), tapi teologi Perjanjian Lama yang teratur.

Presentasi harus mengemukakan perkembangan histories dari setiap kategori. Pertimbangan seksama harus diberikan pada saat tertentu dari wahyu ilahiberkaitan dengan pembentukan bangsa, pembentukan bangsa dibawa Musa, dan dimasa hakim-hakim, monarki, penawanan dan saat kembali. Langkah berikut dalam perkembangannya adalah hubungannya dengan Perjanjian Baru.

Pusat Teologi

Perdebatan

Ada suatu perdebatan yang terus berlanjut mengenai teologi Perjanjian Lama, terutama mengenai pusatnya. Ada orang yang menemukan kesatuan atau ide sentral teologi Perjanjian Lama, dan ada yang hanya melihat pluralitas ide.

Menyederhanakan masalah ini, kita bisa membedakan antara pandangan Eichrodt dan von Rad. Eichrodt melihat teologi dipersatukan dalam konsep perjanjian (tapi tidak mencampurnya dengan covenant theology). Dia melihat perjanjian itu sebagai hubungan Allah dengan umat manusia, masuknya kerajaan Allah dibumi (lihat pembahasan dibawah ini dalam Penggunaan Mazmur). Von Rad, sebaliknya, melihat Perjanjian Lama sebagai sekumpulan kesaksian, atau pengakuan, oleh Israel mengenai iman mereka. Maka dari itu, bagi dia pusat teologi adalah keseluruhan kumpulan kesaksian itu.

Pendekatan Eichrodt lebih memuaskan karena menyatukan ide teologis diseluruh Perjanjian Lama. Tapi kesulitan dasar yang harus dihadapi setiap orang adalah keragaman dalam Alkitab, yaitu, hubungan antar bagian terhadap keseluruhannya. Banyaknya ide dalam Alkitab menunjukan sulitnya mengusahakan satu ide sentral.

Materi Teologi

Seluruh Perjanjian Lama adalah keseluruhan materi yang harus digunakan. Begitu banyak sehingga tidak semua bisa diwakili dalam sebuah teologi. Tapi apa yang harus dipilih?

Jelas sekali, beberapa kriteria diperlukan, dan didalamnya ada subjektifitas. Materi Alkitab adalah subjek yang harus dipelajari; jika tidak ada kesatuan, kita tidak bisa menciptakannya, jika memang ada kesatuan, kita harus menemukannya.

Syarat minimun bagi teologi untuk menjadi sebuah teologi adalah masalah mengenai Tuhan. Baik kesatuan wahyu Diri Tuhan dan keragaman sejarah pengertian manusia mengenai Tuhan dan responnya terhadap Tuhan teradapat dalam karya ini. Dengan kata lain, dalam Alkitab ada ketegangan antara agama popular dan agama nubuat dan ini harus dipisahkan dalam pengertiannya. Jadi teolog harus menelusuri Alkitab untuk melihat apa yang dikatakan setiap penulis mengenai Tuhan, manusia, dan hubungan antara Allah dan umat manusia.

Kesatuan Teologi Alkitab

Elemen penyatu utama dari teologi Alkitab adalah pernyataan diri Yahwe, didukung oleh pengidentifikasian Yahwe oleh umat manusia. Keluaran 6:2,3 memberi polanya; memberikan pernyataan diri Allah bersama dengan catatan mengenai mengertinya manusia akan wahyu itu.

Aku telah menampakkan diri kepada Abraham, Ishak dan Yakub sebagai Allah Yang Mahakuasa, tetapi dengan nama-Ku TUHAN Aku belum menyatakan diri. Bukan saja Aku telah mengadakan perjanjian-Ku dengan mereka untuk memberikan kepada mereka tanah Kanaan, tempat mereka tinggal sebagai orang asing.

Maka dari itu, sebuah kesatuan nyata dalam pewahyuan, tapi ada keragaman dalam cara wahyu itu diterima. Para leluhur mengenal nama itu selama Kejadian 4:26, tapi mereka tidak mengetahuinya dalam arti yang diterima generesi Musa, yaitu melalui pengalaman pemenuhan janji-janji yang dibuat kepada para leluhur. Keluaran 6:7 menegaskan arti ini dari kata kerja know, atas perkataan pada Israel yang barus menerima wahyu mengenai nama: and you shall know that I am Yahweh your God.

Keluaran 3:14-15 memiliki pengaruh yang sama:

Firman Allah kepada Musa: "AKU ADALAH AKU." Lagi firman-Nya: "Beginilah kaukatakan kepada orang Israel itu: AKULAH AKU telah mengutus aku kepadamu." Selanjutnya berfirmanlah Allah kepada Musa: "Beginilah kaukatakan kepada orang Israel: TUHAN, Allah nenek moyangmu, Allah Abraham, Allah Ishak dan Allah Yakub, telah mengutus aku kepadamu: itulah nama-Ku untuk selama-lamanya dan itulah sebutan-Ku turun-temurun.

Fenomena indentifikasi mengenai Tuhanwahyu dan pengertianmengikuti Israel diseluruh sejarah.

Hal kedua yang memberi kesatuan bagi agama Israel adalah keunikan Yahwe bahwa Dia Kudus. Kekudusannya dinyatakan melalui kuasanya dan kebenarannya; dan Dia melindunginya dengan sangat. Perintah untuk tidak memiliki allah lain (Exod. 20:3) tidak memiliki analogi lain didunia kuno. Jadi perintah kedua, tidak membuat berhala (Exod. 20:4). Ditengah politeism, Israel diperintahkan untuk beribadah pada satu Tuhan yang nyata, secara eksklusif. Ini mendatangkan pergumulan hidup mati melawan sinkritisme dengan agama lain. Ide baru, epithets, dan appraisals ikut bersama, tapi satu identifikasi konstan mengenai Allah sejati tetap ada. Tulisan hukum menuntut ketaatan pada satu Tuhan, para nabi menyatakan itulah iman sejati, dan tulisan hymne menjadi saksinya. Dan sisa yang setia menaatinya.

Pergumulan dengan sinkritisme juga menjadi tetap dalam agama Israel. Pembelaan iman, proklamasi tentang kedaulatan Allah, menjadi elemen penyatu dasar dalam teologi. Prilaku tidak toleran dari orang Ibrani berasal dari klaim mereka bahwa hanya Yahwe saja adalah Tuhan. Iman hanya bertahan melalui penolakan terhadap apa yang asing bagi Yahwism. Itu merupakan proses penghancuran dan pemusnahan, perintah penghakiman dan polemik. Perjanjian Lama menjadi kuburan bagi mitos yang mati dan allah-allah yang diam. Yahwism yang menang dijelaskan melalui pergumulan, karena polemik hanya menunjukan kalau kepercayaan kafir itu tidak bernilai, tapi pertahankanlah iman sejati.

Keragaman dalam Teologi Alkitab

Ditengah kesatuan teologi dalam Perjanjian Lama terdapat element berbeda. Terdapat bentuk teologis berbeda yang melihat tindakan Allah secara berbeda, terutama karena ada pergumulan dengan automaticity.

Bentuk teologi pertama adalah salvation theology. Banyak bagian Alkitab yang menggambarkan Yahwe sebagai Allah penyelamat, gembala, pemimpin, atau penguasa, membentuk materi ini. Bentuk dari teologi ini ditemukan dalam tulisan-tulisan hymne, nubuat, dan histories. Penekanan bentuk teologi ini adlaah iman pada Tuahn yang menyelamatkan dan didirikan atas pengetahuan mengenai tindakan penyelamatanNya dimasa lalu. Tapi Dia menyatakan kekuatan menyelamatkannya dalam cara dan waktu yang berbeda.

Ketidakpercayaan pada Allah yang menyelamatkan, terbukti pada ketidaktaatan akan perintahNya, mendatangkan kotbah penghakiman dari para nabi. Pesan kehancuran dimaksudkan untuk menimbulkan iman sebelum terlambat. Jadi reputasi Tuhan sebagai Tuhan yang menyelamatkan terus dibawa kedalam krisis. Reputasi Tuhan sebagai Tuhan yang menyelamatkan bisa berakhir jika bukan karena nubuat leluhur memperbaharui janji lama. Mereka menyatakan bahwa selain penghukuman atas bangsa Israel, suatu haris penyelamatan spiritual dan fisik akan datang. Terkadang, krisisnya disebabkan oleh mekanisasi. Israel mulai bergantung pada Allah tanpa iman (lihat pertempuran Aphek dalam 1 Samuel 4meletakan Tuhan dalam kotak dalam pertempuran tapi itu ajaib sehingga mereka kehilangan kotak dan perang). Penghukuman harus terjadi untuk membuat orang sadar bahwa Tuhan memang adalah Tuhan yang menyelamatkan, tapi hanya jika orang percaya. Maka dari itu, salah satu bentuk dari teologi adalah yang menyatakan Allah sebagai penyelamat yang kuat bagi mereka yang percaya.

Bentuk teologi kedua adalah cultic theology, sebagian dari wahyu yang berurusan dengan ibadah korban dan semua yang berkaitan dengan hal itu. Siklus yang sama berkembang disini. Teologi kultik asli menyatakan Tuhan sebagai Yang Kudus, yang berdiam di Tempat Kudus, dan yang hanya bisa dijangkau oleh penebusan melalui ritual yang sudah ditentukan. Tapi automaticity dari yang tidak percaya masuk kedalam. Ibadah kosong mengambil alih iman. Jadi reaksi yang besar datang. Para nabi tidak melawan upacara korban itu sendiri, seperti yang dikatakan teolog yang tidak melihat kesatuan. Tapi, mereka menentang ibadah tanpa iman; mereka ingin memperbaharui maksud dan roh dari cultic theology, bukan korban itu sendiri. Ketaatan lebih baik daripada korban; hati yang hancur merupakan korban sejati. Akan datang suatu waktu, saat bait akan dihancurkan dan orang dicerai-beraikan, karena tidak percaya. Kekudusan Tuhan sangat utama dalam teologi ini, dan tanpa iman orang tidak bisa mendekat pada Allah seperti itu.

Bentuk ketiga dari teologi Perjanjian Lama adalah order theology. Disini teks-teks yang menggambarkan Tuhan sebagai pencipta dan penopang langit dan bumi, penjamin hidup, keteraturan, masyarakat, keadilan dan alam. Ini tidak terlalu banyak hadir dalam tulisan mengenai tindakan penyelamatan, atau dalam hukum Imamat, seperti dalam tulisan hikmat. Tapi itu juga berurusan dengan krisis ketidakpercayaan, suatu ketidakpercayaan yang membuat teologi menjadi otomatis, bisa diprediksi. Sistematik dogmatic dari hikmat lama tidak membiarkan Tuhan secara bebas mengatur alam semesta melalui kehendak berdaulatNya. Aturan menetapkan suatu pola sehingga legalism menjadikan hidup bisa diprediksi (Tuhan memberkati orang benar, jadi ketidakhadiran berkat merupakan tanda dosa). Kitab-kitab seperti Ayub dan Pengkhotbah menunjukan kalau Tuhan tidak bisa diikat oleh aturan seperti itu. Iman dalam kedaulatan Allah menjadi tuntutan konstan dari tulisan-tulisan semacam itu.

Ini gambaran singkat dari tiga tema utama tulisan-tulisan dalam Alkitab dari Perjanjian Lama, bagaimana pesan-pesan mereka ditantang oleh agama popular dari kekafiran dan ketidakpercayaan, dan bagaimana teolog mereka menumbuhkan kembali roh iman melalui setiap krisis.

Esensi-esensi Teologi

Ide Eichrodt mengenai pusat Teologi sebagai Tuhan memerintah atas seluruh ciptaan mendatangkan cukup luas untuk dikerjakan disetiap bentuk teologi yang diambil tulisan. Itu memberikan eksegetor teologis muda satu titik awal dalam menformulasikan ide teologis dari setiap kita yang ingin dipelajarinya. Pernyataan itu memiliki tiga bagian penting.

Tuhan. Hal yang kita temui dalam Perjanjian Lama adalah dua subjek konkrete dan hubungannya. Tuhan Israel, disatu sisi, dan Israel, umat dari Yehovah, disisi lain; dan poin ketiga, yang diberikan bagi keduanya, adalah hubungan mereka. Disitu jelas bahwa faktor utama dalam hubungan tersebut adalah Yehovah (The Theology of the Old Testament, p. 13).

Didalam mempelajari Tuhan dalam sebagian tulisan-tulisan Alkitab, kita biasanya melihat nama, dan epithets yang digunakan untuk Tuhan, atribut yang menggambarkanNya, dan karya yang dikerjakanNya. Inilah cara yang Eichrodt gunakan untuk membangun teologi Perjanjian Lamanya, jadi memperhatikan garis besarnya bisa memberikan satu perbaikan terhadap hal yang terlewatkan.

Membuat bagan sangat membantu dalam mempelajari suatu bagian. Pada satu lembar kertas buat ketiga diatas isian mengenai Tuhan (biasanya saat mempelajari Mazmur pekerjaan itu masuk dalam satu halaman). Disamping halaman itu buat kolom Nama dan Deskripsi dan Karya. Kemudian telusuri bagian itu dan perhatikan item dibawah judul ini. Sebuah gambaran mengenai wahyu Allah yang ditekankan dalam bagian ini akan mulai terbuka.

Ciptaan. Seluruh ciptaan tunduk kepada aturan Tuhan dalam Perjanjian Lama. Tapi, dihampir seluruh tulisan, umat manusia menjadi perhatian utama, dan didalam umat manusia keturunan dan hubungannya dengan seluruh dunia membentuk focus perhatian.

Ditengah bagian ketiga dihalaman itu letakan judul Ciptaan; kemudian disamping halaman anda bisa meletakan kategori yang cocok dengan bagian itu: Alam (jika diperlukan), Orang Percaya dan Kafir. Mungkin saja bagian itu hanya berbicara mengenai orang percaya, atau mungkin orang percaya dan yang tidak. Disini anda bisa mencatatnya dalam sub-categories bagaimana mereka digambarkan dalam bagian itu dan bagaimana mereka bertindakapa yang mereka lakukan. Suatu gambaran tentang manusia akan mulai muncul suatu gambaran terlihat dalam hubungannya dengan presentasi dari Tuhan diatas.

Bagian yang sedang dipelajari akan berbicara banyak mengenai orang percaya dalam dunia. Mereka menunjukan cara iman melawan cara kafir; mereka (apakah orang Israel atau bukan) akan berfungsi sejalan dengan iman mereka. Sebaliknya, orang tidak percaya akan mengikuti cara yang salah atau berlawanan. Banyak tulisan yang diberikan mengenai perluasan iman atau menghasilkan keturunan rohani, didalam Israel (reformasi) dan diluar (perintah untuk membawa pesan kepada bangsa-bangsa). Seluruh ciptaan pada suatu saat akan diperhadapkan dengan Tuhan.

Berhati-hatilah. Frasa seperti umatku dan Israel dan yang seperti itu tidak secara langsung dianggap suatu kepercayaan. Didalam satu bagian seperti nubuat kuno, atau mazmur seperti Mazmur 50 yang menggambarkan orang jahatbisa berarti orang Israel, dan mereka mungkin berpikir diri mereka benar, tapi mereka adalah orang tidak percaya dan tidak lebih baik dari orang kafir. Ini sangat penting dalam menafsir dan menerapkan bagian itu. Terlalu sering aplikasi yang salah dibuat karena penafsiran tidak membedakan apakah Tuhan sedang berbicara kepada atau mengenai orang percaya atau yang tidak.

Tuhan Memerintah. Ini merupakan hubungan antar keduanya. Ini dimanifestasikan melalui tindakan Allah dan tanggung jawab umat manusia. Ada dua aspek dari aturan ini: pemerintahan Tuhan yang lalu yang sampai sekarang masih sebagian dan belum lengkap dan masih berkembang, dan pemerintahan Tuhan dimasa depan yang akan dilengkapi dan kekal. Keduanya ada dalam teologi Perjanjian Lama.

Davidson sekali lagi menulis,

Didalam arti lengkapnya kerajaan Allah hanya diawali oleh kedatangan Anak Allah kedalam dunia; dan dalam pengertian ini seluruh hal yang terjadi sebelumnya dianggap sebagai persiapan bagi kerajaan ini, atau membayanginya. Inilah pandangan yang sering disebut dispensasi Perjanjian Lama, suatu bayangan akan yang baru. Tapi ini bukan pandangan yang terjadi sendirinya; kesadaran Israel seperti yang direfleksikan dalam pikiran para nabi adalah itu sudah kerajaan Allah. Keraguan ini hilang dalam pertimbangan mengenai apa kerajaan Allah itu. Itu adalah hubungan manusia dan Allah dan sesama dalam kasih. Dalam arti sempurna hal ini tidak bisa terjadi sampai kedatangan Anak yang didalamNya hubungan ini direalisasikan sepenuhnya.

Pemerintahan Tuhan atas ciptaan, kerajaan pada tahap awal, merupakan tema utama diseluruh Perjanjian Lama. Itu dikembangkan oleh perjanjian dan janji, tapi kurang dari ideal ditempat Perjanjian Lama diam. Harapan utama adalah Tuhan akan berdiam dengan mereka, dan pemerintahannya diantara manusia suatu hari akan sempurna.

Sementara itu penegakan pemerintahan Tuhan dihati manusia terus berlanjut. Sebagian besar bagian Alkitab menyatakan ini dengan caranya masing-masing. Jadi dibawah ketiga kertas pelajaran, anda beri bagian mengenai Pemerintahan Tuhanbagaimana itu ditegakan, dinyatakan, diterima, ditolak --apapun. Pada sisi Tuhan, ada item seperti atribut mengenai anugrah dan keselamatan, tindakan belas kasih dan penyelamatan, dan penegakan hubungan perjanjian. Pada sisi manusia ada kepercayaan, pengakuan, ketaatan, dan ibadah serta proklamasi, atau ketidakpercayaan dan penolakan yang diikuti oleh penghukuman. Persyaratan mengenai umat manusia jatuh dalam dua wilayah: penegakan hubungan perjanjian, dan pemeliharaannya.

Aspek kedua mendatangkan keseluruhan maksud dari penegakan teokrasi Tuhan, persekutuan keturunannya dengan Tuhan yang hidup. Itulah tujuan hidup beriman dimana anugrah Tuhan dinyatakan dalam hati manusia.

Setiap pelajaran mengenai teks harus menggunakan garis besar yang luas ini untuk menegaskan ide teologis fundamental dari penulisnya. Tentu saja, banyak perbaikan dan kualifikasi yang akan ditambahkan, tapi dititik ini berguna untuk pelajaran dimana tema-tema saling berhubungan dengan tulisan Perjanjian Baru, karena walaupun banyak tulisan Perjanjian Baru adalah pemenuhan dari yang Lama, yang Barupun meneruskan janji pemenuhan yang akan datang, dan harapan itu adalah pemerintahan Tuhan atas seluruh ciptaan.

Terakhir, hal harus anda lakukan adalah mengatur materi menjadi presentasi yang berguna. Setelah membuat bagan tema-tema teologis dan ide-idenya, pelajari secara seksama untuk melihat pola yang muncul, hal-hal apa yang diulangi, kontras apa yang dibentuk, dan lainnya. Anda harus mampu menentukan secara cepat dalam mazmur tekanan teologis apa yang ada dalam bagian itu. Ide yang anda kembangkan akan dengan mudah diharmonisasikan dengan bentuk mazmur yang sedang anda pelajari (sebuah mazmur pujian, sebagai contoh, akan berfokus pada sifat Allah yang telah dinyatakan melalui beberapa intervensi hal ini akan membawa anda kepusatnya). Saat anda mendapatkan pusat teologis dari mazmur itu, anda harus bisa menyatakannya dalam suatu pernyataan proposisional teologis yang jelas. Apa yang anda katakana adalah apa yang telah anda pelajari dalam mazmur itu (arti kata, bahasa kiasan, tipe mazmur, bentuk dan fungsi) anda bisa mengatakan bahwa Tuhan sedang berbicara melalui bagian ini ini dan itu. Pernyataan teologis ini akan mirip dengan ringkasan pesan anda dari garis besar, tapi tidak ditulis dalam gaya deskriptif (David prays for victory ) tapi dalam bentuk prinsip teologis (God is able to deliver ). (Lihat dibawah, review mengenai metode dalam melakukan eksegesis dan garis besar eksposisi --tedious tapi sangat penting). Penulisan ide teologis membentuk transisi dari eksegesis ke eksposisi. Atas alasan ini, ini merupakan salah satu tahap paling penting dari keseluruhan proses. Ini membutuhkan pemikiran yang seksama dan analisa, dan sejumlah penulisan kembali pernyataan sampai benar, atau sebaik mungkin disaat itu. Prinsip teologis sebaiknya merupakan big idea--the central thesisdari kotbah anda; tapi untuk kotbah lebih baik sedikit dibentuk agar secara retoris efektif. Walaupun demikian, substansi dari penemuan teologis anda yang menjadi inti dan maksud eksposisi.

Subjek Teologis dari Kitab-kitab Perjanjian Lama

Daftar berikut ini merupakan ide teologis disetipa kitab Perjanjian Lama menurut Waltke, bisa membantu pelajaran anda, dan menunjukan apa maksudnya ide-ide teologis Alkitab bukannya ide-ide teologis sistematis (yang merupakan hasil dari memasukan materi-materi keseluruhan Alkitab kedalam kategori yang lebih luas). Sebagian ditulis sebagai topik; agar lebih membantu, mereka akan dinyatakan dalam kalimat lengkap yang menyatakan maksud teologis dari kitab tersebut.

I. PENTATEUCH (Musa): Pendirian Teokrasi: Allah memerintah atas seluruh ciptaan.

A. KEJADIAN: Asal mula, dibelakang pendirian teokrasi: janji berkat keturunan ditanah itu.

B. KELUARAN: Penebusan keturunan Abraham keluar dari perbudakan dan pemberian suatu konstitusi kepada mereka.

C. IMAMAT: Manual atau peraturan-peraturan yang memampukan Yahwe untuk hidup ditengah-tengah umatnya, menjadikan mereka kudus (cf. Lev. 26:11-12).

D. BILANGAN: Hukum kultik dalam perjalanan diperkemahan: pengaturan militer dan consensus para suku dan membawa tabut: janji berkat tidak bisa dirusak dari dalam atau dari luar.

E. ULANGAN: Perjanjian diperbaharui dalam bentuk nubuat hukum.

II. PARA NABI

A. PARA NABI PENDAHULU:

1. YOSUA: Pemenuhan histories dari janji Yahweh kepada leluhur dan Musa untuk memberi Israel tanah perjanjian melalui perang suci (cf. 1:2-6, 11:23; 21:43).

2. HAKIM-HAKIM: Kegagalan teokrasi dibawah hakim-hakim dan kebutuhan adanya raja.

3. SAMUEL: Penegakan monarki manusia bukannya teokrasi.

4. RAJA-RAJA: Kegagalan teokrasi dibawah monarki: raja-raja Israel dan Judah bisa memerintah yang lain tapi tidak diri mereka sendiri.

B. PARA NABI UTAMA:

1. YESAYA: Tuhan yang kudus tidak mengijinkan kenajisan dalam diri umatNya, dan menghadapinya dengan cara menegur serta memurnikan mereka dan membuat mereka bisa masuk berpartisipasi dalam rencanaNya memperluas pemerintahanNya atas non-Yahudi (awalnya pendisiplinan dibawah non-Yahudi, dan kedua, janji perjanjian yang tidak bisa digagalkan).

2. YEREMIA: Yerusalem akan jatuh jika orang-orangnya tidak bertobat; tapi, pemerintahan Tuhan ditegaskan melalui perjanjian yang baru.

3. YEHEZKIEL: Kejatuhan Yerusalem dan penawanan di Babilonia merupakan cara yang diperlukan bagi kemuliaan Tuhan untuk memperbaiki ketidaktaatan manusia; tapi saatnya akan datang ketika Yehovah akan memperbaharui sisa yang bertobat dari umatnya dan menetapkan mereka kedalam hari kemuliaan teokrasi dimasa yang akan datang dengan bait yang baru (Archer).

C. PARA NABI KECIL:

1. HOSEA: Selain ketidak setiaan Israel, kasih setia Yahweh pasti menang.

2. YOEL: Penghakiman Ilahi akan datang atas Israel dihari Yahweh.

3. AMOS: Yahweh setia pada perjanjian dan hukumNya.

4. YUNUS: Walau Israel merupakan pelayan yang tidak efektif dan sering didisiplin, Yahwe yang berdaulat menyatakan keselamatan kepada non-Yahudi melalui pembawa pesan nubuatNya.

5. OBAJA: Yahweh akan membalaskan bagi Israel terhadap Edom.

6. MIKAH: Hasil dari iman yang menyelamatkan adalah pembaharuan social dan kehidupan yang kudus didasarkan pada kebenaran dan kedaulatan Allah.

7. NAHUM: Nineveh akan jatuh karena kekejaman dan kebejatannya dan karena Yahwe maha kuasa.

8. HABAKKUK: Hidup benar melalui iman dihadapan kesulitan yang kelihatannya menghalangi janji Tuhan.

9. ZEFANIA: Yahweh mengontrol seluruh dunia walau tanpaknya berlawanan, dan dia akan membuktikannya dimasa yang akan datang diHari Yahwe didalamnya penghukuman atas semua yang tidak taat menjadi jelas.

10. HAGAI: Carilah dahulu kerajaan Allah dan kebenaranNya dan semua ini akan ditambahkanNya kepadamu

11. ZAKARIA: Penglihatan dan nubuat mengenai pemurnian Israel serta pemulihannya sebagai imamat rajani dimasa yang akan datang.

12. MALEAKHI: Yahweh akan datang dengan cepat dengan api dan upah untuk memurnikan teokrasinya.

III. HAGIOGRAPHA:

A. MAZMUR: Pemazmur memperlihatkan Yahwe sebagai raja alam semesta yang menegakan pemerintahannya atas bumi melalui umatnya; mereka berdoa agar itu terjadi dan memuji serta percaya pada Yahwe (McDaniel).

B. AYUB: Orang yang menderita harus belajar hidup dalam iman pada pencipta dan pemerintah alam semesta yang berdaulat.

C. AMSAL: Sekumpulan maksim diberikan kepada pelajar mengenai keahlian hidup benar dan produktif.

D. RUT: Yahweh secara berdaulat, tapi secara tersembunyi, mempengaruhi kelahiran rajanya.

E. KIDUNG AGUNG: Suatu perayaan dalam lagu sukacita persatuan dua jenis manusia dalam pernikahan.

F. PENGKHOTBAH: Selain kesia-siaan yang terlihat dalam keberadaan manusia, dia akan hidup dalam percaya pada Allah yang berdaulat, baik, dan adil.

G. RATAPAN: Suatu lagu ratapan kehancuran Yerusalem dengan harapan akan masa depan yang didasarkan pada kesetiaan Tuhan.

H. ESTER: Sebuah ilustrasi keturunan fisik dari Abraham tapi bukan keturunan rohani.

I. DANIEL: Sebuah gambaran sejarah Israel dibawah kekuatan non Yahudi sampai dimasa kerajaan.

J. EZRA-NEHEMIA: Sebuah cerita mengenai penegakan teokrasi selama penindasan non Yahudi.

K. TAWARIK: Sejarah Israel didisain untuk membangkitkan dukungan teokrasi selama penindasan non Yahudi.

Contoh:
Teologi Alkitab Kitab Yunus

Ide Teologis Yunus

Tuhan. Walaupun kitab ini membawa nama nabi dan menuliskan aktifitasnya, Tuhan adalah karakter utama dalam kitab ini, Dia yang menggiring peristiwa kepada akhir yang dimaksud. YHWH dan elohim menjadi sebutan utama Tuhan dalam kitab ini; tapi penggunaan sebutan kedua menunjukan kontras dengan allah orang kafir, deskripsi itu menggunakan kata yang sama. Yahwe menunjukan Dirinya adalah Tuhan.

Atribut Tuhan yang direfleksikan dalam kitab ini sangat banyak. Perkataan Yunus dalam 4:2 menyatakan kalau Dia itu murah hati, belas kasih, sabar, sangat kasih, dan enggan menghancurkan. Ini merupakan alasan Yunus kaburdia tahu karena semua itu Tuhan akan berbelas kasih. Belas kasih itu, hus (pronounced khoos), menjadi atribut Allah utama dalam kitab ini yang membentuk objek pelajaran dalam pasal 4, pesan dari Yahwe melalui Yunus. Hal ini menyatukan ide sebelumnya mengenai belas kasih Yahwe terhadap Yunus dan para pelaut. Faktanya, pernyataan bahwa keselamatan adalah dari Yahwe (2:10) dijelaskan oleh hal ini.

Karya dari Yahwe yang berasal dari atribut-atribut ini sangat banyak. Hal pertama yang kita perhatikan adalah wahyu Tuhan. Hal ini dilakukan dua kali melalui komunikasi langsung kepada sang nabi dalam pengutusan (1:1 and 3:1), melalui pembuangan undi (1:8), dan melalui keadaan badai serta pelajaran dari pasal 4. Faktanya, perkataan Tuhan kepada Yunus adalah suatu panggilan pelayanan dan janji dimasa yang akan datang berbicara melalui dia (3:1). Saat sang nabi enggan untuk taat, perkataan Tuhan kepadanya berupa teguran (4:4 and 4:9). Saat Tuhan berbicara kepada ikan (2:11) tidak menemui kesulitan yang sama.

Wilayah kedua dari tindakan Tuhan dinyatakan dalam kitab itu menunjukan kedaulatanNya atas seluruh ciptaan. Dia memberikan badai (1:4) dan menakutkan semua. Dia mengontrol pengundian (1:8) sehinggan Yunus ketahuan. Dia dikenal sebagai Allah yang empunya langit (1:9) yang menciptakan laut dan daratan. Gelombang dan ombak dibawah kekuasaanNya (2:4). Dia mempersiapkan ikan untuk melakukan kehendakNya (2:1), pohon untuk bernaung (4:6), ulat penghancur (4:7), dan angin membuai dari timur (4:8). Semua dibawah kekuasaanNya. Berurusan dengan orang kafir lebih mudah daripada berurusan dengan Yunus, karena Dia menjawab doa mereka dan menyelamatkan mereka dari kematian. Tapi melalui Yunus menjadi jelas kalau Tuhan menghukum yang ketidak taatan (1:10ff), karena dia membuang Yunus kekedalaman (2:4). PenghukumanNya juga jatuh atas Nineveh (3:4) jika mereka tidak berbalik dari kejahatannya. Penghukuman atas mereka itu merupakan manifestasi murka Allah (3:9). Penghukuman atas Yunus adalah sebuah disiplin dan bukti belas kasihNya (4:9).

Belas kasih Allah dinyatakan melalui penyelamatan para pelaut, Yunus, dan orang Asiriah, dan Yunus dari permohonannya. Pengiriman pesan penghukuman merupakan tindakan belas kasih, karena Tuhan dan Yunus tahu kalau mereka mendengar dan bertobat, Tuhan akan berbalik dari murkaNya (3:9, 10). Maka dari itu, gambaran Tuhan, yang muncul dari kitab ini, adalah Tuhan yang berdaulat atas seluruh ciptaan menyebarkan anugrah kepada mereka yang mau bertobat dan berbalik dari jalannya yang salah. Sub-plot yang terdapat diseluruh tema teologis ini adalah Yunus juga perlu belajar belas kasih yang sama.

Umat Manusia. Banyak hal yang bisa dipelajari mengenai umat manusia dari kitab ini, tapi disini kita perlu membuat perbedaan antara umat manusia pada umumnya dan Yunus secara spesifik sebagai nabi Tuhan. Kitab ini merefleksikan pengakuan kalau manusia itu hebat dan mampu membuat kota besar (3:3). Tapi terikat pada jalannya yang salah kepada kejahatan dan kehancuran (1:2; 3:8). Ditangan Tuhan manusia itu lemah dan rapuh (2:3; 3:8ff). Kerapuhannya terlihat dalam ketakutan (1:5; 1:10) dan pertobatan atas peringatan (3:8). Umat manusia juga sangat religius, karena dia berdoa kepada allah (1:5), membuang undi (1:7), peduli terhadap jiwa yang tidak bersalah (1:14), dan memuja berhala (2:9). Seluruh kegiatan religiusnya sia-sia karena secara rohani dia tidak peduli (4:11) sampai berhadapan dengan Tuhan yang benar dan hidup.

Keinginan umat manusia dalam kitab ini menunjukan prioritasnya. Dia menilai hidup sangat tinggi dan tidak ingin binasa (1:6, 3:9). Dia berdoa agar tidak binasa (1:14; 4:4-9). Dia berusaha mempertahankan hidup yang lain (1:13, 14).

Ironisnya, Yunus terlihat berlawanan dalam drama dikitab ini. Dia tidak menaati perkataan Yahweh (1:2) dan berkeras (1:5). Dia ingin mati (1:13) dan sebenarnya berdoa agar dia bisa mati (4:2ff). Dia marah melihat Tuhan tidak jadi memurkai saat orang Asiria bertobat (4:a). Dia mengklaim takut akan Tuhan (1:9), tapi faktanya dia menulis kitab ini untuk dibaca bangsa itu yang menunjukan dia berbalik dari janjinya.

Hubungan Tuhan dan Manusia. Belas kasih Allah menjelaskan drama itu yang mendahului pelajaran dimana kata itu pertama kali digunakan; maka dari itu, penegakan hubungan perjanjian antara Tuhan dan manusia dalam kitab ini adalah karya Tuhan. Bagian Tuhan, langkah-langkah menegakan pemerintahan ini adalah: pernyataan agar pesan penghukuman disampaikan (1:2, 3:1), menunjukan belas kasih kepada para pelaut (1:6), perluasan khesed kepada mereka yang adalah milikNya (2:9), berbalik tidak jadi menghukum (3:9) sehingga mereka tidak binasa. Melalui pola yang muncul ini, pelajaran puncaknya tidak hanya menegur prilaku Yunus tapi juga menjelaskan maksud Tuhan. Dia punya belas kasih bagi orang jahat.

Manusia, bagian mereka, harus merespon perkataan dan karya Yahweh. Ditengah badai dimana kematian bisa dipastikan, atau dalam penantian penghukuman dimana kematian juga bisa dipastikan, mereka berdoa (1:14; 3:8-9). Bahkan Yunus dalam kepastian kematian dalam perut ikan dia berdoa (2:2). Ini merupakan suatu pengakuan kalau keselamatan dari kematian hanya datang dari Yahwe semata.

Bagi para pelaut, respon lanjutan terhadap perlakuan Tuhan terjadi setelah badai ditenangkan. Pernyataan luar biasa akan kehendak Allah diantisipasi oleh mereka (1:16), dan saat itu terjadi mereka takut akan Yahweh. Korban dan sumpah mereka (1:16) bisa ditafsirkan sebagai ibadah atau hal gaib dalam sebuah budaya kafir, tapi dalam kitab ini mencerminkan suatu kemurnian ingin berbalik kepada Tuhan. Sumpah berikut yang terdapat dalam kitab ini adalah dari Yunus (2:10). Jadi respon terhadap keselamatan adalah ibadah.

Bagi orang Asiria, proses ini sedikit berbeda. Doa bagi keselamatan mereka adalah doa kepada Allah untuk tidak menghukum. Maka dari itu, pertobatan dari hidup yang berdosa adalah sebuah keharusan (3:10). Berpuasa, merobek pakaian, dan berbalik dari kejahatan, semuanya mencerminkan sebuah kesungguhan takut terhadap perkataan Tuhan. Maka dari itu, takut menjadi motif menonjol dalam kitab inibaik para pelaut dan orang Asiria takut terhadap Yahweh, dimana Yunus hanya mengklaim takut akan Dia.

Titik balik bagi para pelaut berasal dari fakta bahwa mereka percaya (hiphil dari aman dalam 3:5 memiliki ide melihat kata yang diberitakan bisa dipercaya dan diandalkan). Kepercayaan adalah murni saat berbalik bertobat dan takut seperti terlihat dalam tindakan mereka. Maka dari itu, Tuhan tidak jadi murka atas mereka.

Kita bisa berkata, saat umat manusia merespon tindakan dan perkataan Tuhan melalui iman, dan berbalik dari berhala kafir untuk taat beribadah dan takut akan Dia, Tuhan akan menyelamatkan mereka dari kematian yang mendekat. Semia ini dimungkinkan karena belas kasihNya. Yunus berusaha menghalangi belas kasih Tuhan, sehingga Tuhan membawa dia kesatu kesadaran tentang apa yang dia lakukan dengan menyingkirkan dia, Yunus, dari objek belas kasihnya.

Struktur Tulisan Kitab Yunus

Dalam mempelajari kitab ini kita harus melihat unit tulisannya melalui analisa komposisi dan membandingkan unit yang mirip untuk pengaturan strukturalnya. Saat menghubungkan bagian-bagian kepada keseluruhan, kita harus berusaha membedakan bentuk tulisan yang digunakan oleh penulis untuk menunjukan pesannya. Dalam proses itu, jangan salah gunakan konsep genre tulisan. Genre tulisan adalah suatu klasifikasi karya yang didasarkan pada bentuk luar (specific meter and structure) dan juga bentuk dalam (attitude, tone, purpose--sederhananya, subjek dan audience). Analisa genre tidak selalu membantu.

Sebagai contoh, Leslie Allen dalam tafsirannya mengelompokan Yunus sebagai sebuah perumpamaan. Hal ini tidak hanya tidak membantu, tapi tidak benar. Sebuah perumpamaan adalah suatu simile diperluas (e.g., The kingdom of heaven is like dan kemudian cerita akan berlanjut). Hal terbaik yang bisa dikatakan mengenai Yunus adalah sebuah narasi didaktik mengenai kehidupan sang nabi.

Hal lanjutan bisa diperoleh melalui mempelajari struktur kitab dari perspektif gaya Ibrani, i.e., repetisi. Observasi berikut ini dibuat untuk bisa melihat bagaimana struktur memperluas teologi.

1. Kita akan melihat struktur seimbang dari kita untuk melihat parallelism:

The word of Yahweh came to Jonah--Jonah 1:1, 3:1. Pasal satu menunjukan ketidak taatan; pasal tiga ketaatan. Setengah awal kelihatannya mengilustrasikan setengah berikutnya dari kitab ini: pesan bahwa salvation out of certain death is of Yahweh pertama kali dialami oleh sang nabi dan kemudian kepada orang Asiria.

Landes, dalam tulisannya The Kerygma of the Book of Jonah, menunjukan bagaimana mazmur cocok dalam dua sisi struktur simetrikal:

1:17 fokus berpindah ke Yunus 4:1-11 fokus berpindah ke Yunus

2:10 Yunus diselamatkan 4:1 Yunus marah karena Niniwe diselamatkan

2:1 Yunus berdoa 4:2a Yunus berdoa

2:2-6a Dia merujuk balik kepadanya 4:2a Dia merujuk balik kepada

situasi menekan di Palestina

dikedalaman

2:6b-7 Dia berseru pada Tuhan 4:2a Dia menarik keputusan terhadap pikiran bahwa Tuhan yang berbelas kasih bisa menyelamatkan Niniwe: dia harus kabur ke Tarshish

2:8 Dia mencapai pengertian 4:2b Dia menyerukan belas kasih Tuhan yang membawa keselamatan

dari keselamatannya:

penyembah berhala mengabaikan

Dia yang mengasihi mereka

2:9 Respon Yunus terhadap 4:3 Respon Yunus terhadap Yahweh: permintaan agar mati

Yahweh: ibadah dengan

Korban dan sumpah

2:10 Respon Yahweh terhadap 4:11 Respon Yahweh terhadap Yunus: dia bertindak sehingga

Yunus: dia bertindak sehingga nabi itu bisa berespon dengan benar terhadap

Nabi itu mendapatkan misi ilahi (telah selesai).

Berespon dengan benar terhadap

misi (masih harus

diselesaikan)

2. Kita juga harus memperhatikan penekanan kuat dalam kitab ini atas aktifitas Tuhan dalam membuat pelayannya menjadi pembawa pesan belas kasih dari Tuhan yang berbelas kasih. Tuhan secara literal (dan berdaulat) menggerakan langit dan bumi berkaitan dengan mujizat: dia mempersiapkan (menggerakan) badai, memilih ikan, memerintah ikan, mempersiapkan pohon, mendatangkan ulat, dan memanggil angin timur semua karena nabi keras kepala ini.

3. Kita juga melihat talionic (eye for eye, tooth for tooth) keadilan bagi Niniwe. Bencana ( ra ) diberitahukan pada mereka dalam istilah kejahatan yang sedang mereka lakukan ( ra) yang telah sampai kepada Tuhan. Saat Yunus memberitakan pesan itu, rencana Tuhan itu tidak dilakukan, tapi tetap jahat ( raa ) baginya.

Mereka percaya ( aman ) terhadap pesan Tuhan dan berbalik ( shub) dari kejahatan mereka. Tuhan melihat pertobatan mereka, dan Dia relented/repented/undur ( nakham ) atas kehancuran/kejahatan ( ra ) yang dikatakan ingin dilakukanNya, berbalik ( shub) dari murkanya (kharon) dan menyelamatkan mereka dari kepastian kematian. Ironi dari kitab ini terlihat dalam fakta bahwa Yunus menjadi marah ( kharah) atas apa yang menurut dia sebuah hal yang jahat. Singkatnya, pembawa pesan Tuhan tidak memiliki belas kasihan yang sama seperti Tuhannya.

4. Dalam menjabarkan cerita ini, emosinya tinggi: takut, sukacita, dan kemarahan sangat banyak ditunjukan oleh karakter prinsip (perhatikan adverbial accusatives). Alas, atau terlebih lagi Oh! diulangi: sekali digunakan oleh para pelaut yang akan mati dan tidak mau mati, dan sekali oleh Yunus yang ingin mati.

Ekspresi lest we perish digunakan dua kali: sekali oleh para pelaut yang sangat ketakutan, dan sekali oleh orang Assiria yang percaya dan berharap diselamatkan dari kematian. Tapi Yunus tidak sensitive terhadap seruan mereka: dalam ucapan pertama dia tertidur, dan yang kedua dia marah. Faktanya, pergumulan hidup mati dibawa diseluruh kitab ini: dua kali Yunus ingin matisekali untuk para pelaut, dan sekali karena orang Asiria. Tidak seorangpun ingin mati kecuali Yunus, dan dia ingin mati karena orang Asiria tidak mati.

5. Kita memperhatikan doa-doa yang ada dalam kitab ini. Kata kerja palal, shaal, qara, dan shiwwa semua digunakan. Para pelaut, Yunus, orang Asiria, dan sekali lagi Yunus, semua berdoa. Ketiga doa pertama adalah untuk keselamatan dari kematian, dan semuanya terjawab; doa terakhir untuk kematian, dan tidak terjawab.

6. Kita telah melihat bahwa Tuhan ingin menyelamatkan orang dari kematian. Pelajaran utama mengikat seluruh pesan: khus, memiliki belas kasih, adalah kata kunci (ini jelas harus dipelajari dalam setiap eksposisi kitab ini). Arti memiliki belas kasih dalam pengertian menyelamatkan hidup. Hasilnya dalam keselamatan dari kehancuran. Penghakiman dihindarkan karena khus saat Tuhan mundur dari rencana penghukumanNya. Anugrah dan belas kasih sedang bekerja dalam mendatangkan keselamatan, tapi mereka dipaksa melalui diselamatkan karena belas kasih.

Dengan ini, dan observasi lain atas kitab ini, kita bisa melihat bagaimana struktur itu menambah pesan.

Tujuan Kitab Yunus

Langkah berikut dalam menentukan inti teologi dari kitab ini adalah menentukan prilaku penulis, pembaca kitab, dan argumennya. Mengenai prilaku penulis, yang kita asumsikan Yunus, harus dikatakan kalau dia bergerak karena belas kasihan Tuhan terhadap orang Asiria. Kitab ini diam dengan teguran Yahwe, dan sebenarnya tidak mengatakan kalau Yunus tergerak oleh belas kasih. Tapi, fakta bahwa Yunus menuliskan seluruh peristiwa dalam kitab ini, peristiwa yang memalukan bagi dirinya, sangat menunjukan kalau dia akhirnya tergerak oleh belas kasih. Tuhan, jika bisa kita katakana demikian, merupakan pahlawan dalam kitab inidia yang menentukan. Diamnya Yunus berbicara mengenai penerimaannya.

Pembaca kitab ini adalah orang Israel, orang yang dia nubuatkan. Para nabi di Israel dan Judah menulis dengan tujuan mengajarkan satu jalur tindakan. Banyak peristiwa aneh dalam kehidupan para nabi yang merupakan paradigma bagi orang-orang (terutama lihat Hosea, Yesaya). Kita tahu kalau Israel dimasa Yunus tidak taat padaNya. Faktanya, kita bisa katakana Israel sedang dalam disiplin ilahi (menurut kitab Raja-raja Yunus bernubuat ditahun 750s; kerajaan Israel makmur dan memuaskan diri sendiri). Musuh mereka, dan sumber disiplin mereka, berasal dari kerajaan Asiria. Prilaku Yunus lebih seperti prilaku bangsa Israel.

Tapi prilaku ini berlawanan dengan ajaran Tuhan bagi bangsa itu. Menurut Keluaran 19 dan Ulangan 20, mereka adalah imamat rajani yang mewakili Yahweh kepada bangsa-bangsa. Saat mereka menutup diri, mereka tidak taat dalam beberapa hal. Jika mereka menaati pesan keselamatan Yahweh kepada bangsa itu, mereka tidak perlu membagi belas kasihNya. Jika mereka membagi belas kasih itu, mereka akan menyadari kembali kalau mereka ada karena anugrah dan belas kasihNya, karena Dia yang telah menyelamatkan mereka dan membuat mereka beribadah padaNya.

Argumen dari kitab ini, berkaitan dengan keselamatan dari kematian yang pasti bagi non Yahudi, karena Yahweh adalah Tuhan yang belas kasih.

Teologi Kitab Yunus

Pernyataan teologis yang harus dibuat tapi juga ditekankan, adalah walaupun Israel adalah pelayan yang tidak efektif dan sering dibawah disiplin, Yahweh yang berdaulat memperluas belas kasih kepada non Yahudi melalui pembawa pesan nubuat yang enggan. Hal yang membuat ketegangan begitu kuat dalam drama ini adalah non Yahudi ini adalah musuh yang dibenci, dan Yunus tidak ingin belas kasih Tuhan ditunjukan atas mereka.

Korelasi dengan Perjanjian Baru

Kapanpun ide teologis seperti ini diekspresikan, langkah berikut adalah menentukan hubungannya dengan Perjanjian Baru. Kita harus mewaspadai perubahan utama antar perjanjian, tapi seperti ini, i.e., bahwa belas kasihan Tuhan menuntun Dia untuk menyatakan keselamatan bagi non Yahudi, tidak begitu sulit menghubungkannya dengan dunia sekarang. Fakta keselamatan itu sendiri bersifat insidental bagi tujuan kitab ini, karena tujuannya berkaitan dengan mengubah umat Tuhan menjadi orang-orang yang memiliki belas kasih pada orang jahat yang secara rohani tidak peduli.

Pelajaran bagi Yunus adalah, juga menjadi pelajaran bagi kita dimasa kini: kita harus memiliki belas kasih bagi mereka yang akan binasa, tidak peduli seberapa jahat mereka. Bahayanya adalah umat Tuhan terlalu sering mengarahkan belas kasih pada hal-hal yang memiliki nilai bagi mereka (seperi Yunus terhadap pohon tempat dia berteduh). Kita juga memiliki belas kasih bagi hal-hal seperti itu (lading yang sekarat, pohon berteduh, alat rusak yang kita hargai) yang remeh, dan tidak sensitive terhadap mereka yang akan binasa. Ini juga terjadi dalam usaha penginjilan, kita berusaha menjangkau individu yang menurut kita bisa menguntungkan gereja. Sisanya, kita anggap neraka tidak cukup panas bagi mereka, kecuali kita memang tidak peduli.

Pikiran ini terlihat kejam, tapi bagi Yunus teguran Tuhan atas belas kasih yang salah arah juga sama kejamnya. Dia bahkan tidak perduli jika binatang-binatang juga dihancurkan. Teguran itu adalah bagi dia, dan Israel yang memiliki prilakunya, dan juga terhadap kita. Tuhan adalah Tuhan yang berbelas kasih, dan kita tidak menentukan siapa yang menerima belas kasihNya. Kita harus membawa pesan itu kesemua yang mau mendengar, dan bersukacita atas iman mereka saat mendengar perkataan ini.

Ini adalah beberapa ide untuk mengilustrasikan bagaimana kita bisa mulai menjembatani jurang antara analisan eksegesis dan presentasi homiletik.

Penggunaan Perjanjian Lama dalam Perjanjian Baru

Pendahuluan

Anda tidak bisa melakukan Teologi Alkitab dan tetap dalam materi Perjanjian Lamasetidaknya sebagai orang Kristen dalam melakukan teologi, untuk menemukan pernyataan terakhir dan pemenuhan Perjanjian Lama dalam Kristus Yesus. Jadi setiap karya eksegetis yang anda lakukan perlu menunjukan dimana pesan anda digunakan dalam Perjanjian Baru, dan bagaimana aplikasi itu bisa mempengaruhi pandangan anda akan teks asli.

Sudah jelas kalau Alkitab Ibrani dilihat sebagai pewahyuan Tuhan melalui Yesus, para rasul, juru tulis, dan orang Farisi. Sebuah pelajaran mengenai istilah biasa digunakan dalam mengutip Kitab Suci juga menunjukan kalau adanya persetujuan atas kitab mana yang masuk dalam kanon (orang Samaria dan Saduki membatasi kanonisitas hanya pada Taurat).

Tapi survey kita mengenai penyalinan dan penerjemahan Alkitab juga menunjukan kalau dimasa Injil (sekitar 50 B.C. sampai 150 A.D.) ada serangkaian kitab gulungan kitab Ibrani berbeda, terjemahan Yunani berbeda, sebagian karya awal dalam bahasa lain, ditambah Samaritan Pentateuch dan Aramaic Targum. Jadi salinan Alkitab mana yang mereka gunakan? Mereka tahu kalau Perjanjian Lama adalah perkataan kekal Allah, dan berbicara kepada mereka seperti kepada pembaca aslinya; mereka tahu kalau prinsip janji dan penggenapannya menggaris bawahi arti Alkitab, karena Allah selalu menggenapi perkataanNya dan setiap penggenapan merujuk pada janji yang lebih besar. Banyak penggunaan Alkitab dalam beragam tingkatan literal, dan penggunaan itu harus kita mengerti untuk mengetahui bagaimana menafsirkan Perjanjian Lama untuk masa kini.

Suatu masalah utama muncul dalam pemikiran kita saat kita mulai berbicara mengenai kutipan dari Perjanjian Lama dalam PB, karena konsep kutipan langsung tidak bisa dilakukan. Mereka adalah Kitab Suci untuk menunjukan penggenapan atau menegaskan yang baru tapi ajaran yang berkaitan; tapi mereka kadang mencapainya pada arti literal dan denotasi aslinya. Faktanya, sekali teks diubah ke Yunani atau Aramik, sedikit perubahan arti dikenalkan (berkaitan dengan perubahan dalam konteks). Petrus menyatakan Be holy, because I the LORD your God am holy dari Imamat, terlihat seperti word perfect, tapi arti kata Yunaninya hanya mendekati arti kata Ibraninya, ini yang terdekat. Tapi arti menjadi kudus bagi orang Ibrani agak berbeda dari arti menjadi kudus orang Kristen. Mereka memiliki aturan puasa dan ritual pemurnian dan pembatasan atas pakaian dan pertanian semua sangat berbeda, tapi dalam jangkauan teologi kekudusan yang berkembang dalam wahyu Tuhan.

Maka dari itu, kita perlu berpikir dalam istilah progresif dalam Alkitab, melihat bagaimana Tuhan memajukan ide dan motif PL. Kita perlu berpikir bagaimana mereka menggunakan Perjanjian Lama dengan beragam hubungannya. Seperti yang telah anda ketahui dari membaca catatan eksegetis saya puas dengan tiga kategori umum untuk menggambarkan hubungannya; Saya telah memperkenalkannya dalam pembahasan mazmur kerajaan, tapi akan saya ilustrasikan lebih luas disini. Anda perlu memikirkan seluruh subjek ini bagi kepuasan anda, karena berkaitan dengan eksegesis, kritik tekstual, dan prosedur pengaplikasian. Berusaha memaksakan arti Perjanjian Baru kedalam bagian Perjanjian Lama, tidak hanya mengabaikan tata bahasa, sejarah, eksegesis tekstual yang kita ikuti, tapi juga menyederhanakan masalah bagaimanan penulis sesudahnya menggunakan Alkitab Ibrani.

Kategori I: Nubuat Langsung

Penggunaan PL dalam PB yang memiliki hubungan arti terdekat antar dua bagiannya adalah nubuat langsung. Penulis atau pembicara dalam Perjanjian Lama menyadari fakta bahwa apa yang dinyatakannya harus digenapi dimasa yang akan datang, dan itu biasanya dalam zaman Mesianik. Kategori ini, bisa sedikit membingungkan, karena kebanyakan nubuat memiliki penggenapan langsung yang tidak sepenuhnya memiliki arti lengkap, maksudnya, penggenapan pertama menjadi tipe dari arti utamanya (seperti Yesaya 7:14).

Contoh 1: Mikah 5:1 dan Matius 2:6

Tetapi engkau, hai Betlehem Efrata, hai yang terkecil di antara kaum-kaum Yehuda, dari padamu akan bangkit bagi-Ku seorang yang akan memerintah Israel, yang permulaannya sudah sejak purbakala, sejak dahulu kala (PL).

Dan engkau Betlehem, tanah Yehuda, engkau sekali-kali bukanlah yang terkecil di antara mereka yang memerintah Yehuda, karena dari engkaulah akan bangkit seorang pemimpin, yang akan menggembalakan umat-Ku Israel (PB).

Seharusnya jelas bahwa ini merupakan nubuat langsung mengenai kelahiran Mesias di Betlehem. Tapi seharusnya cukup jelas kalau Matius tidak menggunakan Ibrani yang kita miliki, tapi Perjanjian Lama Yunani (tapi bahkan disitu ada beberapa perbedaan). Cukup menarik, dia tidak membaca bagian terakhir yang berbicara mengenai keunikan dia yang akan datang. Kelihatannya Matius hanya menggunakan terjemahan Yunani biasa dimasanya untuk menyatakan penggenapan nubuat, dan tidak ingin mendapat bacaan tepat teks Ibrani, dimana orang-orang tidak terbiasa. Maksudnya adalah untuk menunjukan kalau nubuat itu sekarang telah digenapi.

Contoh 2: Maleakhi 3:1 dan Matius 11:10

Lihat, Aku menyuruh utusan-Ku, supaya ia mempersiapkan jalan di hadapan-Ku! (PL).

Lihatlah, Aku menyuruh utusan-Ku mendahului Engkau, ia akan mempersiapkan jalan-Mu di hadapan-Mu (PB).

Yesus jelas merujuk nubuat Maleakhi mengenai pendahulunya, dalam evaluasi panjang tentang Yohanes Pembaptis. Tapi perhatikan, dia dengan bebas mengubah pronoun-nya untuk menunjukan kalau dia adalah Tuhan yang akan datang kebaitNya (seperti kelanjutan perkataan Maleakhi dalam 3:1). Tuhan berbicara dalam Maleakhi (aku = Yahweh), dan Yesus ingin pendengarnya tahu kalau dialah Yahweh.

Contoh 3:Yesaya 61:1 dan Lukas 4:17

Roh Tuhan ALLAH ada padaku, oleh karena TUHAN telah mengurapi aku; Ia telah mengutus aku untuk menyampaikan kabar baik kepada orang-orang sengsara, dan merawat orang-orang yang remuk hati, untuk memberitakan pembebasan kepada orang-orang tawanan, dan kepada orang-orang yang terkurung kelepasan dari penjara (PL).

"Roh Tuhan ada pada-Ku, oleh sebab Ia telah mengurapi Aku, untuk menyampaikan kabar baik kepada orang-orang miskin; dan Ia telah mengutus Aku untuk memberitakan pembebasan kepada orang-orang tawanan, dan penglihatan bagi orang-orang buta, untuk membebaskan orang-orang yang tertindas (PB).

Ini jelas bukan teks yang sama. Yesus masuk kedalam sinagoge dan membaca dalam bahasa Ibrani dari gulungan Yesaya. Lukas, saat menuliskan cerita dalam bahasa Yunani, mengetahui kalau Yesus telah membaca dari bagian itu, dan hanya menuliskannya, mungkin dari Alkitab Yunani. Ini mengenalkan masalah utama dari para penulis injil dalam menuliskan pesan dan aktifitas Yesus. Dia mengajar dalam bahasa Aramik dan Ibrani, tapi terjemahannya adalah yang paling dekat dengan perkataan Yesus pada intinya identik kecuali yang hilang dalam terjemahan.

Kemungkinan bagian ini juga memiliki penggenapan ganda. Yesaya mungkin berpikir (dan menurut saya) dialah yang diurapi untuk berkotbahdan memang demikian. Tapi perkataannya terutama merujuk pada Yesus Kristus.

Kategori 2: Tipologi

Tipologi adalah sebuah bentuk nubuat, nubuat tidak langsung, karena kita tidak tahu itu adalah nubuat sampai penggenapannya atau antitype-nya diketahui. Saat antitype besarnya ada, baru kita bisa melihat kebelakang dan melihat apa yang dimaksud Tuhan. Tipologi biasanya memiliki seseorang atau karya Mesias sebagai tujuannya. Jadi terdapat pola jelas dari paralel motif, tapi tipe dan antitipe memiliki realitas dan arti yang independen.

Sisi praktis dari observasi ini adalah eksegetor harus mengetahui kalau tipe itu memiliki arti independen dalam perkembangan pewahyuan. Kita bisa menjelaskan arahnya dalam wahyu lengkap; tapi kita tidak bisa berasumsi kalau orang Israel mengetahuinya, atau perlu tahu untuk bisa mengerti wahyu Tuhan kepada mereka.

Contoh 1: Keluaran 12 dan 1 Korintus 5:7

Paulus dalam 1 Korintus 5:7, mengatakan Sebab anak domba Paskah kita juga telah disembelih, yaitu Kristus, dan dalam ayat 8 menambahkan, Karena itu marilah kita berpesta, bukan dengan ragi yang lama .

Keluaran 12 menunjukan Paskah Israeldomba korban, roti tak beragi, darah pada pintu, penebusan anak sulung. Semuanya itu memiliki arti yang luar biasa bagi penebusan Israel dari Mesir. Tapi Roh Kudus mengatur semua itu dengan suatu pandangan mengenai karya penebusan Yesus Kristus. Kita tidak bisa memisahkan kedua bagian ini dalam pikiran kita; tapi dalam proses eksegesis kita awalnya harus menentukan apa artinya bagi orang Israel, dan menelusuri apa yang Tuhan lakukan dengannya dalam penggenapan wahyu. Antitipe memberi kedalaman arti saat yang lama sepenuhnya dimengerti. Tapi antitipe ada pada level berbeda, level rohani (bukan ragi, tapi kejahatan dan iri hati adalah arti barunya); dan penebusan domba paskah kita adalah rohani dan kekal, bukan bangsa dari perbudakan Mesir. Jadi Kita mencari perbedaan dan juga hubungannya, menyadari kalau tipe ini adalah nubuat secara ilustrasi.

Contoh 2: Keluaran 16 dan Yohanes 6:29-41

Ini cerita mengenai mana dari langit. Orang Israel menggerutu karena tidak punya makanan, dan Tuhan mengirimkan mana dari langit, dengan aturan ketat dalam menerimanya. Dia melakukan ini untuk mengajarkan mereka agar tidak hidup oleh roti semata tapi dari setiap perkataan dari Tuhan (lihat Deut. 8:3).

Mengambil motif mana sebagai sebuah metafor, Yesus menyatakan kalau dia adalah mana dari langit, dan orang yang menerimanya tidak akan pernah lapar lagi. Mana adalah sebuah tipe, ilustrasi bentuk awal dari ilahi mengenai aspek pelayanan Yesus. Dia datang dari langit seperti mana, untuk memenuhi kebutuhan Israel seperti mana, tapi sekarang dalam pengertian rohani bukan fisik. Jika mereka percaya padanya, mereka akan menerima mana sorgawi ini, seperti orang Israel mempercayai perkataan TUHAN, mereka pergi dan mengumpulkan mana. Ironisnya, setelah Yesus menyelesaikan ajarannya, orang banyak menggerutu.

Eksposisi dari Keluaran 16 memiliki tema pemeliharaan Tuhan atas kebutuhan fisik umatNya untuk mengajarkan mereka bergantung padaNya; eksposisi Yohanes 6 memiliki tema pemeliharaan Tuhan atas kebutuhan rohani manusia melalui Yesus Kristus. Hal pertama bisa menyebut bagaimana Perjanjian Lama mengaplikasikannya kepada Kristus; kedua akan melihat Keluaran untuk menjelaskan maksud Yesus.

Contoh 3: Mazmur 22 dan Matius 27

Mazmur 22 adalah tulisan mengenai penderitaan Daud ditangan para musuhnya. Bahasa yang dia gunakan adalah hiperbolis; tapi secara histories dan literal benar dalam penderitaan Yesus diatas salib. Itulah tipe Mesias yang diakui oleh Yahudi dan orang Kristen. Perjanjian Lama merujuk Mazmur ini setidaknya tujuh kali untuk menunjukan kalau itu adalah sebuah tipe dari kematian dan pemuliaan Kristus.

Mazmur 22:2 mengatakan, Allahku, Allahku, mengapa Engkau meninggalkan aku? Matius 27:46 menulis, Eli Eli, lama sabachthani? artinya, Allahku, Allahku, mengapa Engkau meninggalkan aku? Kita memperhatikan kalau Yesus menggunakan bahasa Aramik sabachthani, dimana Ibraninya dalam Mazmur 22 menulis azabthani. Markus 15:34 menulis, Eloi, Eloi, lama sabachthani? Jadi disini juga terdapat beberapa pertanyaan mengenai bahasa yang Yesus gunakan untuk menunjukan Allah Bapa; eli adalah bahasa Ibrani, my God, dan eloi variannya.

Mazmur 22:9 dalam Ibraninya menulis: "Ia menyerah kepada TUHAN; biarlah Dia yang meluputkannya, biarlah Dia yang melepaskannya! Bukankah Dia berkenan kepadanya. Matius 27:43 menulis perkataan pencemooh sebagai berikut: Ia menaruh harapan-Nya pada Allah: baiklah Allah menyelamatkan Dia, jikalau Allah berkenan kepada-Nya! Karena Ia telah berkata: Aku adalah Anak Allah. Jelas teks ini menggunakan Mazmur 22, tapi bukan suatu kutipan langsung. Kata kerja pertama yang mengikuti Mazmur dalam Yunaninya, tapi itu hanya mendekati. Saya pikir, yang terjadi adalah orang yang mencemooh Yesus mengetahui (1) kalau Mazmur 22 adalah Mesianik, dan (2) Yesus mengklaim sebagai Mesias. Jadi mereka mengingat perkataan itu dan menggunakannya, tidak menyadari kalau saat itu mereka menggenapi nubuat import.

Penggunaan ini dan lainnya menunjukan suatu tipe dari Kristus. Mazmur memiliki suatu arti bagi pribadi menderita seperti Daud, tapi memiliki arti yang lebih besar bagi Yesus yang menderita.

Kategori 3: Midrash

Seperti didefinisikan dalam pembahasan mengenai mazmur kerajaan, sebuah midrash adalah sebuah aplikasi analogis. Ekspositor akan menemukan dalam bagian di Alkitab yang analogis dengan situasi mereka dan menggunakannya untuk mendukung ajaran mereka, menunjukan kalau pengajaran mereka sejalan dengan perbuatan Tuhan dimasa yang lalu. Saya mengira setiap kali seseorang dimasa kini membawakan eksposisi, dia sedang melakukan midrash karena aplikasi bagi masa kini sedang dibuat.

Karena itu merupakan aplikasi analogis, Midrash setidaknya tepat sehubungan dengan pengkalimatan dan arti teks dalam bahasa Ibrani. Tapi, tidak harus berpusat pada pribadi dan karya Mesias semata, tapi melihat pada kehidupan komunitas orang percaya penerapan yang bisa digunakan semua orang. Orang yang sedang membuat penerapannya kelihatannya mengembangkan sebuah prinsip dasar dari bagian tersebut, walaupun dia bermain dengan kata dalam prosesnya. Dia tidak bisa mengatakan teks aslinya berkata demikian; dia menerapkannya dalam situasi yang berhubungan.

Contoh 1: Keluaran 34:29-35 dan 2 Korintus 3:12-18

Didalam kitab Keluaran, ceritanya adalah Musa naik gunung untuk mendengar perkataan Tuhan. Saat dia kembali kepada umatnya, dia tidak sadar kalau wajahnya bersinar, menyatakan kemuliaan. Jadi untuk menghalangi orang melihat sinarnya berangsung hilang, dan karena itu bisa disimpulkan perjanjian itu bersifat temporal, dia menyelubungi wajahnya. Saat dia kembali kepada TUHAN, dia melepas selubungnya. Paulus menggunakan cerita ini untuk mendukung maksudnya bahwa orang Yahudi tidak mengerti Alkitab karena mereka tidak menerima Kristus. Paulus berkata, Bahkan sampai pada hari ini, setiap kali mereka membaca kitab Musa, ada selubung yang menutupi hati mereka mengenai orang Yahudi yang tidak percaya kapanpun kitab Musa dibacakan di Sinagoge. Tapi, saat dia berbalik kepada TUHAN (Paulus mengubah Yunaninya dari LXX dari apostrepho menjadi epistrepho), selubungnya disingkirkan, karena Roh TUHAN ada, disitu ada kemerdekaan.

Maksud Paulus tetap benar apakah dia menggunakan cerita Keluaran maupun tidak. Terdengar seperti dia pernah mendengar hal ini dibacakan dalam Sinagoge, dan menggunakannya untuk mengutarakan maksudnya, dan menyimpannya bagi surat-suratnya. Bagian aslinya jelas tidak berarti Musa bertobat setelah kembali kepada TUHAN dan selubungnya disingkirkantapi memberikan ilustrasi yang baik terhadap maksudnya karena paralel dengan kekerasan hati Israel. Hal yang menarik adalah Paulus menggunakan metode midrash Yahudi untuk mengemukakan maksudnya. Jadi hermeneutic bukan masalah mereka; penolakan terhadap Kristus merupakan masalahnya.

Contoh 2: Kejadian 21:10 dan Galatia 4:21-31

Disini Paulus juga menggunakan cerita Perjanjian Lama untuk mendukung maksudnya dalam argumen kitabnya. Dia menegaskan kalau janji itu telah digenapi dalam Kristusdan kita diselamatkan oleh anugrahkita tidak berada dibawah Taurat untuk pengudusan. Dan dia menarik cerita Ismail dan Ishak.

Didalam Kejadian 21 Sarah melihat Ismail bermain ( tsakhaq ) dengan Ishak kecil, anak yang dijanjikan. Dia menerima ancaman disini, dan menuntut agar budak dan anaknya diusir. Perkataannya dikutip oleh Paulus dalam penggunaan alegoris bagian tersebut [dia tidak menggunakan alegori seperti yang digunakan dimasa kini; dia menggunakan alegori dalam pengertian klasik, jadi hati-hati] untuk mengatakan bahwa anak dari budak harus diusir. Menarik diperhatikan kalau Paulus mengambil terjemahan Yunani yang menggunakan give way to hilarity, sebuah terjemahan mengintensif dari bahasa Ibrani, tapi kemudian memodifikasinya menjadi persecute. Paulus, dilatih dibawah Gamaliel, menghafal Perjanjian Lama Ibrani; ini merupakan perubahan penafsiran disengaja. Paulus menggunakan Ismail untuk mengemukakan tentang ancaman dari Judaizers. Perkataannya menafsirkan apa yang mungkin ditakutkan Sarahjika anak budak ini diijinkan terus ada akan mengancam anak perjanjian. Bahwa Paulus membuat analogi terlihat jelas dari perbandingannya like Isaac. Bagi Paulus, Taurat membawa kita kepada Kristus, tapi saat Kristus datang, Taurat sudah usang. Maka, mereka yang percaya pada Kristus juga menjadi anak perjanjian, seperti Ishak, anak dari wanita merdeka. Kembali ke Taurat merupakan penolakan terhadap penggenapan janji dan hidup menurut daging, i.e., ajaran Judaizers.

Sekarang jika anda mengeksegesis Kejadian21, anda tidak akan sampai pada aplikasi analogis ini tanpa tulisan Paulus. Pesannya berpusat pada beberapa aspek pemeliharaan perjanjian melalui Abraham. Tapi anda tidak bisa menyimpulkan kalau Hagar dan Ismail adalah orang yang tidak percaya. Faktanya, bukti merujuk sebaliknya, setidaknya Hagar.

Contoh 3: Yeremia 32:6-9, Zakaria 11:12,13, dan Matius 27:9

Matius menulis cerita kematian Yudas, dan menambahkan kalau hal itu menggenapi perkataan nabi Yeremia, "Mereka menerima tiga puluh uang perak, yaitu harga yang ditetapkan untuk seorang menurut penilaian yang berlaku di antara orang Israel dan mereka memberikan uang itu untuk tanah tukang periuk, seperti yang dipesankan Tuhan kepadaku

Tapi bagian dalam Yeremia hanya menulis kalau Yeremia membeli lading seharga 17 sikal perak sebagai harga penebusan. Didalam Zakaria mereka menimbang 30 buah perak sebagai upah, tapi TUHAN memerintahkannya untuk melemparkan itu keladang tukang periuk. Sekarang, sesuatu yang tidak biasa sedang terjadi dalam penggunaan teks ini. Kedua konteks berkaitan dengan tema penebusan, seseorang membeli sebuah ladang (mengharapkan pengembalian dari pembuangan) dan yang lain membuang uang ke tukang periuk. Matius, mungkin menggunakan kombinasi popular dari pesan nubuatan dimasukan dalam gaya konkordansi, bekerja dengan midrash untuk menunjukan kalau beberapa tema nubuat Perjanjian Lama disatukan pada aspek karya penebusan Kristus, i.e., kematian Judah. Hal itu dimulai dengan Yeremia, dan dirujuk padanya, karena itu menjadi titik awal dari lingkaran ayat-ayat tersebut.

Kesimpulan

1. Telah jelas kalau sejumlah besar penafsiran membentuk penggunaan Perjanjian Lama dalam Perjanjian Baru (juga dalam teks Rabinis). Untuk mengerti bagian-bagiannya, kita harus terbiasa dengan beragam cara penggunaan Alkitab Ibrani oleh orang Yahudi. Mereka selalu mencari artinya, penerapannya, atau penggenapannya.

2. Mereka tidak hanya memiliki beragam penggunaan Alkitab Ibrani dalam pengalaman barunya, tapi memiliki beragam terjemahan Alkitab yang bisa mereka pilih. Mereka kelihatannya banyak menggunakan Yunani umum, untuk berkomunikasi, tapi terkadang mereka mengubahnya atau menggunakan yang lain jika pengkalimatannya lebih baik dalam penafsiran mereka. Penggunaan mereka terhadap terjemahan Alkitab seperti kitakita bisa menyebut semuanya dengan firman Tuhantapi kita tahu secara teologis inspirasi diterapkan hanya pada yang asli bukan salinan.

3. Jika anda melakukan eksposisi eksegesis dari bagian Perjanjian Lama (bagian yang ditafsirkan seperti ini dalam PB), anda harus menentukan apa arti bagian itu dalam konteks aslinya sebelum menghubungkan penggunaannya dalam PB. Sebagai contoh, jika anda mengajar dari Imamat 23 mengenai Pesta Hasil Tuaian Pertama, pelajaran anda adalah mengenai mengucap syukur pada Tuhan. Anda mungkin menyebutkan bagaimana Paulus menerapkan hal ini pada kebangkitan jika itu yang anda inginkantapi pelajaran anda bukan mengenai kebangkitan Kristus. Jika anda ingin melakukannya, gunakan 1 Korintus 15 disini Paulus mengajarkannya, menggunakan pesta sebagai tipe penggenapan dalam kebangkitan Kristus. Singkatnya, kita berusaha untuk sedekat mungkin dengan arti teks aslinya dalam konteks yang kita jabarkan; penyimpangan akan membingungkan pendengar dan kemungkinan eisegesis terjadi jika kita tidak jelas.

4. Anda harus mengenali bagaimana perkembangan pewahyuan terjadi dalam pengertian Perjanjian Lama. Israel tidak memiliki Injil, atau Roma, atau Ibrani, untuk membantuk mereka mengerti dimana arah Tuhan pada akhirnya dengan materi ini. Tapi Alkitab ada maksud bagi mereka. Jadi kita berusama menentukan bagian teologi Alkitab yang kekal. Teologi Alkitab ini akan dihubungkan dengan teologi Perjanjian Barutapi keadaannya akan berbeda. Sebagai contoh, teologi kekudusan, yang disebutkan diatas, menjadi motif dalam eksposisi; tapi kita harus menelusuri perkembangannya.

Kristologi Perjanjian Lama

Tuhan Sebelum Inkarnasi

Teologi Alkitab pastilah mengenai Tuhan. Tapi saat anda melihat Perjanjian Lama anda akan menemukan beberapa hal yang kelihatannya mendua diberbagai bagian mengenai identitas TUHANorang yang mana? Di banyak tempat tidak banyak perbedaanitu TUHAN. Tapi saat kita mendatangkan pertimbangan teologis, terutama dalam melihat Perjanjian Baru menggunakan Perjanjian Lama, ada ketepatan yang lebih baik disana. Didalam Sistematik Teologi biasanya kita mengatakan Bapa yang menetapkan, Anak yang menjalankan dan menyatakan Bapa, dan Roh yang memampukan itu dilakukan. Ketiganya terlibat, karena mereka tidak bisa terbagi, satu dalam esensi. Dan juga, sebagai contoh, ciptaan adalah ketetapan Tuhanjadi kita bisa katakana Allah Bapa menciptakan segala sesuatu. Tapi Perjanjian Baru menjelaskan kalau Anak menciptakan segala sesuatu. Dan ini melalui Roh Kudus.

Berurusan dengan bagian-bagian dimana Tuhan secara aktif terlibat dalam kegiatan manusia, maka secara teologis dibenarkan dan pada umumnya aman untuk melihat pribadi kedua dari trinitas dalam pikiran kita (walaupun secara teknis tidak disebut Kristus sampai Perjanjian Baru). Dan ini dikonfirmasikan melalui penggunaannya, karena ada banyak petunjuk dalam Alkitab yang menyatakan kalau Kristus memang TUHAN yang adalah pusat dari pewahyuan. Yesus berkata, Selidiki Kitab Suci karena mereka berbicara mengenai Aku. Dan jika anda terlibat dalam eksegesis Alkitab anda akan melihat petunjuk terhadap TUHAN dalam Alkitab Ibrani sebenarnya merujuk pada pribadi kedua sebelum inkarnasi dari trinitas.

Dalam bagian singkat ini, saya ingin mensurvey beberapa bagian penting untuk menjelaskan gambaran pewahyuan TUHAN dalam Perjanjian Lama dan Baru. Survey singkat dan selektif ini akan mendukung maksud Paulus that in all things He [Christ] might have the pre-eminence (Col. 1:18).

Pernyataan Tuhan dalam Perjanjian Lama

Diseluruh Alkitab Ibrani kita bertemu dengan pernyataan mengenai Tuhan (elohim ) dan TUHAN (Yahweh), tapi mereka tidak diklarifikasi atau dibedakan sebelumnya. Roh Tuhan kelihatannya selalu berbeda, dinyatakan sebagai Roh Kudus, Roh Tuhan, atau Roh dari TUHAN.

Great Shema bisa menyatakan kesatuan dan keunikan Allah Israel: Hear (shema) O Israel, Yahweh our God, Yahweh is one (or: Yahweh is our God, Yahweh alone). Penafsiran one (ekhad ) menerima banyak perhatian, apakah itu berarti one dalam angka atau one, alone dalam keunikan. Saat Roh Tuhan ditambahkan ke-sebutan Tuhan (seperti dalam ciptaan, Kej. 1:1-3), ada kebingungan. Kita pikir penggunaan istilah itu dalam Kejadian 2 bagi Adam dan Hawa, yang keduanya adalah satu daging. Ini menunjukan kata itu memiliki jangkauan arti yang lebih luas. Jadi Ulangan 6:4 harus dipelajari sepenuhnya dalam konteks teologi kitab Ulangan; disana akan menunjukan kalau pengajarannya adalah Yahweh adalah satu-satunya Allah Israel yang benar-benar unik, dan hanya ada satu Allah sebagai lawan politeisme kafir.

Gambaran Tuhan dalam Perjanjian Lama menunjukan dua aspek trandensi dan imanensi Tuhan. Bagian pertama Alkitab dalam penciptaan menunjukan bentuk ini: didalam Kejadian 1 Tuhan secara berdaulat memerintahkan segala sesuatu menjadi ada; tapi dalam Kejadian 2 Yahweh memberi nafas kehidupankepada manusia. Terkadang Tuhan itu tinggi, mengatasi segala hal; disaat yang lain dia masuk kedalam dunia secara ajaib (biasanya dalam bagian-bagian yang memiliki banyak bahasa anthropomorphic).

Saat nature dari Ketuhanan kelihatannya membingungkan dalam bagian kitab. Maleakhi 3 adalah contoh yang baik. Ayat 1 berkata Lihat, Aku menyuruh utusan-Ku, supaya ia [ini adalah Yohanes Pembaptis dalam Perjanjian Baru] mempersiapkan jalan di hadapan-Ku! Dengan mendadak Tuhan [adon] yang kamu cari itu akan masuk ke bait-Nya! Malaikat Perjanjian yang kamu kehendaki itu, sesungguhnya, Ia [ini adalah Yesus Kristus] datang, firman TUHAN semesta alam. Jadi Yahweh semesta alam mengirimkan Tuhan dari perjanjian ke baitNya. Kemudian dalam ayat 5, lanjut nubuatan itu, Yahweh semesta alam berkata, Aku akan mendekati kamu untuk menghakimi. TUHAN, pengirim, adalah Tuhan, yang akan datang. Karena bait selalu rumah Yahweh, maka dia yang TUHAN kirim menyebutnya baitNya merupakan hal yang penting. Ini sangat sulit dimengerti tanpa inkarnasi, seperti nubuat Elijah (Mal. 4:5) sulit bagi kita untuk mengerti tanpa kedatangan kedua.

Amsal 30:4 salah satunya, dan tidak bisa dianggap sebagai puisi parallelism dengan semudah itu. Siapakah yang naik ke sorga lalu turun? Siapakah yang telah mengumpulkan angin dalam genggamnya? Siapakah yang telah membungkus air dengan kain? Siapakah yang telah menetapkan segala ujung bumi? Siapa namanya dan siapa nama anaknya? Engkau tentu tahu!.

Yesaya 48:12 memulai nasihat dari TUHAN yang sangat jelas menunjukan pembicaranya adalah Allah Yahweh: "Dengarkanlah Aku, hai Yakub, dan engkau Israel yang Kupanggil! Akulah yang tetap sama, Akulah yang terdahulu, Akulah juga yang terkemudian! Tangan-Ku juga meletakkan dasar bumi, dan tangan kanan-Ku membentangkan langit. Ketika Aku menyebut namanya, semuanya bermunculan . Aku, Akulah yang mengatakannya . Mendekatlah kepada-Ku, dengarlah ini: Dari dahulu tidak pernah Aku berkata dengan sembunyi dan pada waktu hal itu terjadi Aku ada di situ." Dan sekarang, Tuhan ALLAH mengutus aku dengan Roh-Nya (vv. 12-16). Bagian ini mendatangkan beragam penafsiran; tapi saya tunduk pada wahyu menyeluruh dalam Alkitab dimana sekarang kita ketahui kalau pembicaranya adalah Anak Allah sebelum inkarnasi, pribadi kedua dari trinitas, dikirim oleh Bapa, dengan Roh.

Maksud yang ingin saya buat adalah diseluruh tulisan ini setiap bagian bisa membantu menjelaskan beberapa hal untuk menyelesaikan pertanyaan mengenai penafsiran, tapi saat dilihat secara keseluruhan, mereka secara konsisten merujuk pada satu arah, dan saat pernyataan Perjanjian Baru mengenai Yesus Kristus ditambahkan, maka kesimpulan Perjanjian Lama ditegaskan. Maka dari itu, Marilah kita dalam cerita penciptaan bisa dijelaskan sebagai Tuhan berbicara kepada para malaikat, atau sidang ilahi, atau plural of majesty, atau potensial; tapi saat keseluruhan pewahyuan ada, kita setidaknya bisa mengatakan bahwa bahasa yang digunakan dalam Kejadian diijinkan untuk pewahyuan lengkap atau lanjutan dari trinitas Ketuhanan.

Nubuat-nubuat Mengenai Mesias yang mendekati Ketuhanan

Saat kita mensurvey beberapa nubuat mengenai Mesias, kita menemukan satu gerakan konstan kearah bahasa yang terlalu megah bagi manusia semata, dan ini tidak bisa dengan mudah dijelaskan sebagai pujian semata atau dimampukan oleh Tuhan.

Yesaya 40:3-11

"Persiapkanlah di padang gurun jalan untuk TUHAN, luruskanlah di padang belantara jalan raya bagi Allah kita!. Bagian ini mengatakan bahwa Allah Yahweh akan datang dengan upah dan penghukuman. Tapi Dia kelihatannya muncul sebagai seorang gembala. Diseluruh Perjanjian Lama menggembalakan diasosiasikan dengan pekerjaan Mesias (lihat Zechariah 11). Nubuat mengenai Mesias ini melihat kedatangan Allah Yahweh sebagai seorang gembala. Perjanjian Baru menegaskan kalau inilah Kristus, Mesias Israel, mengikuti Yohanes Pembaptis dalam mempersiapkan jalan. Gembala yang Baik (Gembala Utama, dan Gembala Agung) adalah Tuhan, dikirim kedalam dunia ini.

Mikah 5:1

Sang nabi mengumumkan bahwa akan muncul di Bethlehem Ephrata, seorang yang akan memerintah Israel, yang permulaannya sudah sejak purbakala, sejak dahulu kala. Matius 2:6 menegaskan kalau nubuat ini digenapkan dalam kelahiran Yesus di Betlehem. Tapi maksudnya adalah Mesias, yang dikatakan Mikha masih akan datang dari Betlehem, memiliki asal mula yang sejak dahulu kala. Buku tafsiran memberikan beragam penafsiran mengenai hal ini; tapi ayat ini kelihatannya menunjukan setidaknya Mesias memiliki sebuah pre-existence.

Yesaya 9:5-6

Sebab seorang anak telah lahir untuk kita, seorang putera telah diberikan untuk kita; lambang pemerintahan ada di atas bahunya, dan namanya disebutkan orang: Penasihat Ajaib, Allah yang Perkasa, Bapa yang Kekal, Raja Damai. Ketepatan perkataan nabi ditegaskan oleh klaim Perjanjian Baru mengenai Yesusseorang anak telah lahir di Betlehem, tapi Anak telah diberikan. Menyebut raja yang akan datang ini dengan Allah yang Perkasa terlalu ambisius. Sedangkan istilah Allah (disini el ) merujuk pada seorang raja manusia dalam Alkitab, tidak pernah digunakan dengan cara demikian dalam Yesaya. Lebih jauh, sebutan raja ini sebagai Bapa mengejutkan, karena perjanjian (2 Sam. 7) mengatakan Yahweh adalah Bapa, raja adalah anak. Yesus menyatakan, Aku dan Bapa adalah satu (John 10:30), klaim itulah yang membuat mereka ingin merajam batu Yesus, menuduh Dia membuat diriNya samadengan Tuhan (v. 33). Dan Yesus disalibkan atas tuduhan penghujatan, membuktikan mereka mengerti Dia mengklaim sebagai Tuhan.

Yesaya 7:14

Penggunaan kata Allah (el ) dalam Yesaya datang sangat kuat dalam sebutan bagi Mesias yang akan datang yang memiliki kelahiran yang istimewa melalui seorang dara (almah). Dia akan disebut Immanuel--Tuhan bersama kita. Biasanya ini bisa dijelaskan sebagai sebuah kelahiran yang menunjukan betapa Tuhan memberkati umatNya; tapi Yesaya memiliki sesuatu yang lebih agung dalam pikirannya mengenai Kitab Immanuel (Isaiah 7-11), dan Perjanjian Baru menegaskan hal ini, menunjukan inkarnasi Tuhan menjadi menusia. Perkataan nabi memiliki arti penuhnya dalam kelahiran Yesus sang Mesias dari seorang dara.

Mazmur 110, 45, dan 2

Suatu royal psalms adalah mazmur-mazmur yang secara tipologis bentuk awal pemerintahan Mesias, Raja dari keturunan Daud. Maka dari itu, mereka seringkali dikutip dalam Perjanjian Baru. Mazmur 110 memprediksi kedatangan Raja untuk memulai pemerintahannya: Demikianlah firman TUHAN kepada tuanku: "Duduklah di sebelah kanan-Ku, sampai Kubuat musuh-musuhmu menjadi tumpuan kakimu. Kata tuanku adalah keturunan Daud yang akan menjadi Tuannya; Yesus sendiri menggunakan mazmur ini untuk menyatakan klaimNya sebagai ilahi. Bukan hanya raja Tuhan yang akan datang, tapi Dia juga adalah seorang imam selamanya mengikuti keturunan Melkisedek, satu hal yang diberi bahasan yang cukup banyak dalam kitab Ibrani. Tapi ini agak membingungkan, karena keturunan Raja (Judah) dan Imam (Levi) tidak bisa disatukan dalam satu pribadi. Yahweh dalam mazmur itu pastilah Allah Bapa, karena Dia yang mengirim Raja dari keturunan Daud untuk mengklaim keberadaanNya.

Mazmur 45 merayakan perkawinan dari pengantin kerajaan, seorang raja yang memerintah dengan kebenaran penuh dan integritas. Pada satu titik pemazmur menaikan pujian bagi penguasa ini dalam istilah yang tidak biasanya bagi seorang manusia: Takhtamu kepunyaan Allah, tetap untuk seterusnya dan selamanya sebab itu Allah, Allahmu, telah mengurapi engkau dengan minyak sebagai tanda kesukaan. Pujian semata? Jika ini sebuah bagian tersendiri kita bisa menganggapnya demikian; tapi dilihat bersama dengan seluruh mazmur dan para nabi hal ini lebih dari itu. Ibrani mengutip bagian ini secara langsung mengarah pada Anak Allah yang akan memerintah dengan kebenaran dan keadilan, karena Allah Bapa telah mengurapi Dia dengan minyak tanda kesukaan.

Mazmur 2 adalah liturgy penobatan. Bagian ini mengutip Perjanjian Daud, "Anak-Ku engkau! Engkau telah Kuperanakkan pada hari ini. Walaupun ini bisa digunakan disetiap penobatan raja dari keturunan Daud, Ibrani menggunakan ini dalam pengertian peninggian Anak Allah dari keturunan Daud, Yesus, membuktikan dia Anak Allah melalui kebangkitan (Rom. 1:4; Rev. 1:5). Didalam mazmur ini, memberontak melawan Yahweh sama dengan memberontak melawan rajaNya; tunduk pada raja sama dengan tunduk pada Yahweh dan lolos dari hukuman. Mereka berbeda; mereka sama.

Mazmur 97

Sebagai sebuah contoh mazmur penobatan bagian ini berguna. Ini mengumumkan tema agung: Yahweh bertahta. Walau perhatian besar telah diberikan bagi mazmur-mazmur ini, deskripsi penting mengenai pemerintahan ini adalah ketetapan yang tidak bisa disingkirkanpemerintahan akan ditegakan dengan epiphany agung. Bahasanya bisa dijelaskan sebagai murni puisi, kecuali para nabi menggunakannya secara detil dalam mengumumkan kedatangan Hari TUHAN, dan Yesaya menggunakan ekspresi ini untuk memberitahu kedatangan TUHAN memerintah bumi. Penafsiran eskatologis dari mazmur-mazmur dan para nabi hanya cocok dengan kedatangan Yesus kedua kali, yang berkali-kali dinyatakan Perjanjian Baru bersama dengan epiphany.

Pemazmur tidak pernah meletakan mazmur kerajaan dan mazmur penobatan secara bersamaan. Sang Anak akan memerintah dalam kekuasaan dan kemuliaan seperti Tuhan, atau Yahweh akan memerintah dengan epiphany dan otoritas absolut. Hanya pada kegenapan waktulah hal ini bisa jelas, bahwa Anak Allah yang akan memerintah adalah Yahweh yang datang dalam awan-awan. Bagian lain dalam para nabi mulai meletakan semua ini secara singkat.

Yeremia 23:5,6

Didalam bagian ini baik keilahian dan kemanusiaan Mesias diperlihatkan. Dibawah sebutan Tunas raja dari keturunan Daud akan datang memerintah. Dua hal dalam bagian ini sangat penting. Pertama, Dia akan disebut TUHAN keadilan kita. Jangan lupa pentingnya hal itu; Yesaya 42:8 menjelaskannya, bahwa Yahweh adalah nama Tuhan dan Dia tidak akan membagi kemuliaanNya dengan siapapun. Maka dari itu, Raja yang akan datang ini dengan namaNya pastilah Yahweh. Lebih lagi, sebutan Tunas (Zech 3 dan Jer 33) digunakan dalam para nabi akan menyatukan jabatan Raja dan Imam, sesuatu yang tidak bisa dilakukan raja-raja keturunan Daud manapun. Hanya Yesus yang bisa menggenapi Taurat yang menegakan sebuah keimaman baru.

Daniel 7:13,14

Aku terus melihat dalam penglihatan malam itu, tampak datang dengan awan-awan dari langit seorang seperti anak manusia; datanglah ia kepada Yang Lanjut Usianya itu, dan ia dibawa ke hadapan-Nya. Lalu diberikan kepadanya kekuasaan dan kemuliaan dan kekuasaan sebagai raja, maka orang-orang dari segala bangsa, suku bangsa dan bahasa mengabdi kepadanya. Kekuasaannya ialah kekuasaan yang kekal, yang tidak akan lenyap, dan kerajaannya ialah kerajaan yang tidak akan musnah. Daniel melihat penglihatan ini yang telah digambarkan oleh pemazmurBapa memberikan kerajaan kepada Anak. Allah bukan orang tua, tapi penglihatan menggunakan itu untuk membedakan Dia dari Anak. Saya pikir anak manusia digunakan untuk mengkontraskan raja ini dengan penguasa duniasemua kejam. Ini adalah manusia dan manusiawi. Tapi bagian itu dengan jelas menunjukan kalau Yesus Kristus telah ada sebelum inkarnasi, dan keberadaan itu ada disorga dengan kemuliaan, dan kekuasaanNya jelas.

Klaim-klaim Kristus

Sebuah survey beberapa (dan hanya sedikit) bagian Perjanjian Baru semakin menerangi pengertian kita tentang Perjanjian Lama. Disini kita akan melihat bagian-bagian mengenai Yesus dan juga hal-hal yang Yesus katakan.

Klaim-klaim Pre-existence

Menarik bagi saya kalau teologi Rabinis dan teologi Kristen bergabung disini. Banyak guru Yahudi percaya kalau Mesias (siapapun dia) sudah ada sejak dahulu kala. Tidak kekal, tapi sudah ada sebelumnya. Didalam Yohanes 17:5 Yesus berkata, Oleh sebab itu, ya Bapa, permuliakanlah Aku pada-Mu sendiri dengan kemuliaan yang Kumiliki di hadirat-Mu sebelum dunia ada. Banyak teks dimana Yesus menegaskan kalau Dia berasal dari sorga, Dia dikirim kedalam dunia, Dia dari atas bukan dari bawa dan Dia akan kembali kepada BapaNya disorga (lihat John 6:33,38141. 50, 51, 58, 62). Dan tentu saja Phil. 2:6 menegaskannya, mengatakan Yesus, yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri . Ada kelahiran di Betlehem, Yesus dilahirkan; tapi Anak telah diberi, Anak telah ada disorga sebelum inkarnasi.

Logos, Firman

Sebuah prologue dari Yohanes dengan jelas mengatakan, Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah. Selain itu ditambahkan Segala sesuatu dijadikan oleh Dia dan pada waktunya Firman itu telah menjadi manusia, dan diam di antara kita, KemuliaanNya merupakan kemuliaan yang diberikan kepada-Nya sebagai Anak Tunggal Bapa. Yohanes pasal pertama dengan jelas menunjukan kalau Yesus Kristus adalah Firman tersebut, dan karena itu adalah Allah. Firman itu adalah pribadi ilahi yang menjadi daging.

Maksud gambaran pasal satu itu adalah Yesus Kristus bukan hanya pencipta segala sesuatu tapi menyatakan Tuhan. Kejadian mencatat cerita penciptaan; dipasal 1 perkataan adalah agen penciptaan (Jadilah / Let there be adalah yehi, suatu bentuk singkat dari nama Yahweh), dan Yohanes menjelaskan kalau Yesus adalah Firman yang menciptakan segala sesuatu; didalam pasal 2 Allah Yahweh membentuk manusia dari debu dan memberi nafas kehidupan, Yohanes menegaskan kalau hal ini juga adalah Yesus Kristus (lihat John 20:22). John 1:1-18 mengajarkan bahwa terang dan hidup berasal dari Dia. Tapi penggunaan istilah Firman juga berbicara mengenai pewahyuan; diseluruh Alkitab Yesus Kristus dikenal sebagai pernyataan Allah (John 1:18 menyatakan, Tidak seorang pun yang pernah melihat Allah; tetapi Anak Tunggal Allah, yang ada di pangkuan Bapa, Dialah yang menyatakan-Nya).

Selain itu kita menambahkan perkataan rasul Paulus dalam Kolose 1:15-20, yang berkata, Ia adalah gambar Allah yang tidak kelihatan karena di dalam Dialah telah diciptakan segala sesuatu, yang ada di sorga dan yang ada di bumi, yang kelihatan dan yang tidak kelihatan, baik singgasana, maupun kerajaan, baik pemerintah, maupun penguasa; segala sesuatu diciptakan oleh Dia dan untuk Dia. Ia ada terlebih dahulu dari segala sesuatu dan segala sesuatu ada di dalam Dia Karena seluruh kepenuhan Allah berkenan diam di dalam Dia. Dan dalam sorga perkataannya, "Ya Tuhan dan Allah kami, Engkau layak menerima puji-pujian dan hormat dan kuasa; sebab Engkau telah menciptakan segala sesuatu; dan oleh karena kehendak-Mu semuanya itu ada dan diciptakan (Rev. 4:11).

Ide bahwa Yesus Kristus merupakan gambar Allah merupakan ide yang sepenuhnya terlibat (Col. 1:15). Sebuah image adalah realitas yang dinyatakan, dan disini gambar Allah yang tidak kelihatan (Yesus menegaskan dalam Yohanes 4 bahwa Allah adalah roh). Kristus, adalah manifestasi nyata dari Tuhan yang tidak terlihat, baik yang ada sebelum dunia ada dan setelah berinkarnasi. Hal ini secara konsisten dijalankan, baik Perjanjian Lama atau Baru, saat Tuhan yang tidak kelihatan menyatakan Dirinya dalam dunia dalam suatu bentuk, itulah pribadi kedua ketuhanan yang melakukannya. Ibrani 1:3 menambahkan Yesus adalah gambaran Allah sepenuhnya, membawa kesan sebenarnya dari sifat ilahi. Inkarnasi adalah pernyataan penuh, pernyataan jelas kepada semua tentang siapa Tuhan.

Bagian-bagian I Am

Didalam Yohanes 8:58 Yesus menyatakan, Before Abraham was, I AM (sebelum Abraham jadi, Aku telah ada). Karena itu mereka ingin merajamNya dengan batutuduhannya penghujatan. Cukup mudah menunjukan kalau disini Yesus sedang mengklai sebagai I AM (Aku)-nya Keluaran3, Tuhan yang menyatakan dirinya kepada Musa. I am dalam bahasa Ibraninya adalah ehyeh; He is dalam Ibrani adalah Yahweh. Ini adalah bukti terjelas bahwa Yesus mengklaim sebagai Yahweh Perjanjian Lama, Yahweh yang menyatakan diri pada umat manusia. Seluruh bagian penting yang terdapat kata I AM sejalan dengan ini --I am the way, the truth, the life; I am the resurrection and the life; etc.

Saya telah menyebutkan bagaimana Yeremia memprediksikan kalau Mesias akan disebut Tuhan keadilan kita. Teks lain membuat identifikasi Yahweh yang sama berkaitan dengan Yesus sang Mesias.

Zakaria 12:10. Yahweh yang berbicara; Dia berkata, "Aku akan mencurahkan roh pengasihan dan roh permohonan atas keluarga Daud dan atas penduduk Yerusalem, dan mereka akan memandang kepada dia yang telah mereka tikam, dan akan meratapi dia seperti orang meratapi anak tunggal, dan akan menangisi dia dengan pedih seperti orang menangisi anak sulung . Yahweh akan ditikam, dan mereka pada akhirnya akan memandang Dia. Wahyu 1:7 kelihatannya mengambil ide ini, dalam perkataan, Lihatlah, Ia datang dengan awan-awan dan setiap mata akan melihat Dia, juga mereka yang telah menikam Dia.

Saya tidak perlu masuk kedalam pembahasan ini, tapi hal ini memperkenalkan seluruh bagian-bagian mengenai mesias yang menderita --Mazmur 22 (terutama ayat 17-- mereka menusuk tangan dan kakiku), Yesaya 53 mengenai Pelayan yang Menderita (terutama ayat 10 dengan penggunaan asham, reparation offeringyang membentuk hubungan kesemua kurban-kurban Israel secara tipologis merupakan kematian Yesus Kristus) dan banyak bagian lainnya. Lukas 24 mengajarkan kalau Yesus mampu menelusuri Perjanjian Lama dan menunjukan bagaimana Kristus harus menderita dan memasuki kemuliaanNya.

Mazmur 68:19. Yahweh adalah subjek dari lagu kemenangan yang menggambarkan kemenanganNya: Engkau [Yahweh] telah naik ke tempat tinggi, telah membawa tawanan-tawanan; Engkau telah menerima persembahan-persembahan . Seperti yang telah dikenal, Efesus 4:8-10 mengutip ini sebagai rujukan pada kemenangan Yesus melalui salib dan memberi karunia-karunia rohani kepada para pengikutNya. Jika Yesus bukan Yahweh, penerapan ini sangat menduga-duga.

Yesaya 48:12, 41:4, 44:6. Beberapa kali dalam Yesaya, Yahweh menyatakan Akulah yang terdahulu, Akulah juga yang terkemudian. Ini jelas dimaksudkan sebagai penjabaran nama ilahi YahwehDia secara kekal ada. Didalam Wahyu 22:13 Yesus menyatakan Aku adalah Alfa dan Omega, Yang Pertama dan Yang Terkemudian, Yang Awal dan Yang Akhir.

Yesaya 8:13,14. Sang nabi menyatakan Tetapi TUHAN semesta alam, Dialah yang harus kamu akui sebagai Yang Kudus; kepada-Nyalah harus kamu takut dan terhadap Dialah harus kamu gentar. Ia akan menjadi tempat kudus, tetapi juga menjadi batu sentuhan dan batu sandungan bagi kedua kaum Israel itu, serta menjadi jerat dan perangkap bagi penduduk Yerusalem . Bagian ini diterapkan kepada Yesus dalam 1 Peter 2:7-8. Tentu saja, jika itu satu-satunya bagian, kita bisa mengatakan kalau itu adalah pinjaman untuk bahasa kiasan. Tapi dampak kumulatif dari semua hubungan yang diklaim Yesus menjadikannya lebih dari sekedar bahasa pinjaman.

Mazmur 102. Didalam Mazmur ini delapan kali Yahweh disebut. Puncaknya adalah stanza yang dikutip dalam Ibrani 1:10ff. bagi Yesus: Dahulu sudah Kauletakkan dasar bumi, dan langit adalah buatan tangan-Mu. Semuanya itu akan binasa, tetapi Engkau tetap ada, dan semuanya itu akan menjadi usang seperti pakaian, seperti jubah Engkau akan mengubah mereka, dan mereka berubah; tetapi Engkau tetap sama, dan tahun-tahun-Mu tidak berkesudahan.

Yesaya 6:1-13. Pada panggilan misinya Yesaya melihat TUHAN --Yahwehtinggi, dengan jubahnya memenuhi bait, dan para malaikat menyanyi Kudus, kudus, kudus dan menyatakan bahwa seluruh bumi dipenuhi kemuliaanNya. Sedikit sekali bagian Alkitab lain yang bisa dibandingkan dengan penglihatan kemuliaan TUHAN ini. Didalam Yohanes 12 Yesus dua kali mengutip dari Yesaya untuk menjelaskan mengapa orang Yahudi tidak percaya kepadanya. Dia menambahkan dalam ayat 41, Hal ini dikatakan oleh Yesaya, karena ia telah melihat kemuliaan-Nya dan telah berkata-kata tentang DiaYesus, TUHAN yang mulia, yang ditolak orang Yahudi. Salah satu bagian yang dikutip adalah Yesaya 53. Menurut Yesus, Dia adalah Yahweh, Tuhan yang Maha Tinggi, yang ditinggikan dan dimuliakan.

Maleakhi 3:1 dan Zakaria 9:9. Bagian-bagian ini memprediksikan Raja yang akan datang, rendah, mengendarai seekor keledai, dan akan masuk kebaitnya. Penggenapannya adalah saat Yesus memasuki Yerusalem, ditulis dalam Matthew 21:1-14 dan John 12:12-15. Hal yang menarik adalah saat Yesus mengusir penukar uang, dia berkata mereka telah membuat rumahku menjadi sarang pencuri. Diseluruh Perjanjian Lama bait adalah rumah Yahweh. Maka dari itu, dia menjadikan Dirinya sebagai Yahweh. Sama seperti itu, didalam Matius 11 saat Yesus mengutip Maleakhi 3, dia mengubah pronoun membuat dirinya setara dengan Yahweh --he shall prepare the way before your face (Malachi mengatakan My face). Jika Yohanes sebagai pendahulu, maka Yesus adalah Yahweh.

Malaikat TUHAN

Saat kita membuat penelitian yang seksama terhadap kata Angel of Yahweh [petunjuk tepatnya] dalam Perjanjian Lama, kita melihat bahwa didalam beberapa bagian Dia diidentifikasi sebagai Yahweh (e.g., Gen. 16:7-13) dan disaat yang lain Malaikat Yahweh adalah pribadi berbeda dari Yahweh (e.g., Zech. 1:12-13 disini Malaikat Yahweh berbicara kepada Yahweh). Wahyu lengkap dari Kitab Suci, didalam pembahasan diatas, memberikan solusi mudah terhadap masalah membingungkan ini Kristus adalah Malaikat Yahweh. Maka dari itu, saat Malaikat Yahweh diidentifikasi sebagai Yahweh, itu merupakan suatu pernyataan keilahianNya; saat Malaikat Yahweh dibedakan dari Yahweh, itu merupakan pribadi berbeda didalam Ketuhanan.

Bukti bagi asosiasi ini cukup mudah. (1) Kita tahu dalam Perjanjian Baru pribadi kedua dari trinitas adalah Tuhan yang terlihat. Sedangkan suara Bapa terdengar dari sorga, dan Roh yang turun disimbolkan dengan seekor merpati, Kristus adalah pernyataan sempurna Allah yang tidak terlihat dalam bentuk terlihat. Logis untuk mengatakan kalau pribadi yang sama dalam Perjanjian Baru juga memilih muncul dalam bentuk seorang Malaikat dalam Perjanjian Lama. (2) Malaikat Yahweh tidak lagi muncul setelah inkarnasi Yesus Kristus. Tidak satu kalipun. Logis menyimpulkan kalau dia sekarang adalah Kristus yang berinkarnasi (dan dimuliakan). (3) Baik Malaikat Yahweh dalam Perjanjian Lama dan Kristus dalam Perjanjian Baru dikirim oleh Bapa. Didalam sifat tritunggal Bapalah yang mengirim Anak dan Roh, pribadi pertama tidak pernah mengirim Diri sendiri. Maka, pelayanan yang mirip dari Malaikat dan Kristus lebih jauh lagi menyatukannya untuk menyatakan kebenaran, menyatakan Tuhan, membimbing, menebus, dan menghakimi. (4) Malaikat Yahweh tidak bisa Bapa atau Roh. Menurut Yohanes 1:18, Tidak seorang pun yang pernah melihat Allah; tetapi Anak Tunggal Allah, yang ada di pangkuan Bapa, Dialah yang menyatakan-Nya [exagasato]. Ayat ini menyatakan bahwa hanya Kristus yang bisa terlihat oleh manusia, tidak seorangpun bisa melihat Allah Bapa atau Roh dalam kemuliaan mereka. Malaikat Yahweh adalah Dia yang dikirim, Dia pasti bukan Bapa, Pribadi pertama. Malaikat Yahweh adalah Tuhan dalam bentuk tubuh, Dia bukan Roh Kudus, yang tidak bermateri, dan pelayananNya tidak dikarakteristikan oleh atribut fisik. Tidak ada alasan kuat mengapa Malaikat Yahweh tidak diidentifikasikan sebagai Kristus dalam Perjanjian Baru.

Jadi dalam bagian seperti Kejadian 32 dimana Yakub bergumul dengan seorang pria dan berkata dia telah melihat Tuhan muka dengan muka itu adalah Kristus, penampakan Kristus sebelum inkarnasi. Penampakan Tuhan Israel kepada para tua-tua digunung dalam Kejadian 24 juga merupakan penampakan Kristus. Sama seperti itu, kemuliaan TUHAN yang muncul kepada Musa dan menyebabkan wajahnya bersinar adalah kemuliaan Kristus, seperti perbandingan Paulus dalam 2 Korintus 3. Kemungkinan setiap manifestasi kelihatan dari Tuhan dalam bentuk tubuh bisa diidentifikasikan sebagai Tuhan Yesus dalam Perjanjian Baru (Josh. 5:13-15; Ezek. 1:1-28; Dan. 10:1-21).

Terminologi Bapa-Anak

Walau terminology ini terbatas pada Perjanjian Baru, penting untuk mengklarifikasi karena sebutan anak muncul dalam liturgy kerajaan terhadap Mesias, dan sebutan Raja Agung dalam Yesaya.

Ekspresi yang perlu disebutkan ada dalam kitab Yohanes, Anak tunggal. Ini berbeda dari sebutan Mazmur 2 yang menggambarkan Raja sebagai anak Allah melalui adopsi/penobatan, dan Kristus melalui kebangkitan dari antara orang mati. Sebuah monogeneis adalah sebuah istilah yang menggambarkan esensi nature Yesus yang ilahi dan kekal, dan karena itu pasti sebuah bahasa kiasan, seperti ditegaskan pengakuan iman, begotten, not made. Kata kerja beget sangat berbeda dari make atau create. Kita hanya bisa mendapat anak dengan nature kita sendiri. Jadi menggambarkan Yesus berasal dari Tuhan sama dengan mengatakan Dia memiliki nature yang sama seperti Bapakekal, ilahi, kudus, maha hadir, dll. Dia adalah Tuhan. Anda dan saya milik Allah melalui adopsi, dan kita menerima nature Allah melalui Roh oleh anugrah. Tapi Yesus berbedaDia unik, satu-satunya dari Bapa. Penggambaran ini merujuk pada keilahianNya sebagai Tuhan, dan sejalan dengan wahyu Tuhan diseluruh Perjanjian Lama.

Hubungan khusus pribadi pertama dan kedua dari trinitas dipertahankan oleh penggunaan bahasa Bapa dan Anak secara terus menerus. Didalam doa Yesus membuat perbedaan ini: Dia merujuk Tuhan sebagai BapaKu; Dia mengajar kita berdoa kepada Tuhan sebagai Bapa Kami.

Pengamatan Akhir

Ada banyak bagian lain yang perlu dipelajari mengenai tema ini, seperti sifat mujizat Yesus, kuasa mengampuni dosa, kemenangan keturunan wanita pada waktunya, nubuat kebangkitan Dia yang Kudus, dan lainnya. Tapi menurut saya sudah cukup bukti bahwa Perjanjian Lama memulai menyatakan kebenaran yang kemudian ditegaskan Perjanjian Baru, bahwa Yesus Kristus adalah Yahweh dalam Perjanjian Lama, saat Yahweh menyatakan Ketuhanan dengan wahyu melalui penglihatan dan penampakan, atau saat Yahweh menciptakan, menebus atau menghakimi dunia.

Bagi saya sangat mengejutkan kalau dimasa ini, perenungan Kristen terhadap pribadi kedua telah surut kelatar belakang. Saya tidak cemas dengan radikal teologi yang mencari banyak allah, atau dewi, tapi mengenai Kekristenan yang tetap mencemaskan. Teologi liberal lebih ingin berbicara mengenai Tuhan atau Allah Semesta Alammungkin Bapa, karena bisa mengabaikan masalah tentang Yesus dan klaim keilahianNya. Orang Kristen konservatif didalam pembaharuan atau tradisi karismatik, berusaha menghidupkan gereja, seringkali memberi penekanan besar pada Roh Kudus. Ini boleh saja kecuali mengambil kemuliaan Kristus, yang harusnya diutamakan. Yesus sendiri berkata bahwa Roh Tuhan tidak akan berbicara mengenai Dirinya, tapi mengenai Kristus. Pelayanan sah dari Roh Kudus adalah meninggikan Yesus Kristus sebagai Tuhan. Sehingga kesaksian Alkitab, warisan sejarah Kekristenan, dan pelayanan Roh, semuanya berpusat pada Kristus. Tidak ada nama lain dibawah langit dimana manusia bisa diselamatkan. Pada akhir zaman setiap lutut akan bertelud kepada Yesus Kristus, dan mengakui kalau Dia adalah Tuhan. Seharusnya tidak heran, kalau dari Kejadian sampai Wahyu Anak Allah aktif, menyatakan Tuhan yang tak terlihat dan menyelesaikan karya penebusan.

Didalam eksegesis Perjanjian Lama ini, kita harus bekerja dengan batasan-batasan dari pewahyuan yang progresif. Tapi sebagai teolog Kristen, kita harus menghubungkan teologi kita dengan seluruh Alkitab. Dan jika seluruh Alkitab berfokus pada fakta bahwa Yahweh merupakan pribadi kedua dari tritunggal, maka eksposisi kita memimpin pada pemuliaan dan peninggian Yesus, Kristus, Anak Allah yang kekal.

Taxonomy upgrade extras: 

10. Eksposisi Eksegetis

Pendahuluan

Ada banyak bentuk kotbah, pelajaran yang bisa diberikan dalam proses mengotbahkan atau mengajarkan Alkitab. Pesannya bisa topical, atau biografikal, atau doctrinal atau berkaitan dengan masalah tertentu. Hal ini juga bisa dalam bentuk deklarasi, atau dalam gaya mengajar, atau dialog dengan jemaat. Dan bisa memiliki jangka waktu apapun. Ada keragaman besar dalam hal ini; dan beberapa keragaman bisa memperkaya setiap kelompok. Tapi pada intinya adalah pertanyaan mengenai hubungan pesan itu dengan Kitab Suci. Bagaimanapun juga, kita harus mengajar dan memberitakan FirmanFirmanNya, dan bukan ide kita. Jadi eksposisi eksegesis bisa menjalankan perintah ini dengan jelas. Saat anda melakukan kotbah dan pengajaran secara ekspositori, pesan anda akan sangat terikat erat dengan teks, sehingga orang bisa tahu idenya dari Tuhan, dan Tuhan bisa memberkati FirmanNya itu. Pemberitaan kita bersama dengan penerapan praktisnya akan sangat berguna jika berasal dari dan melalui Firman TUHAN.

Berlatihlah untuk membuat kotbah dan pengajaran anda secara ekspositoriartinya, inti dari keseluruhan pesan berasal dari teks Kitab Suci, didalam konteksnya, sebagaimana maksud penulisannya. Telusuri seluruh bagiannya, unit, sehingga seluruh bagian terbahas dan dihubungkan. Sehingga orang bisa belajar Kitab Suci dalam proses, selain tema, maksud, atau doktrin yang dikemukakan dari eksposisi tersebut. Ada saatnya kita akan menggunakan bentuk presentasi yang lain; tapi hal ini harus ada diinti setiap pelayanan yaitu memberitakan atau mengajarkan Firman.

Dan Tuhan akan memberkatinya. Dan orang akan mengerti, dan tidak ingin anda berkotbah seperti sebelumnya atau pesan yang kurang terkait dengan teks. Saya merasa sangat berarti mengeksposisi Perjanjian Lama secara umum, secara khusus Mazmur. Orang tidak hanya mendengar pesan dari bagian Alkitab ini saja, tapi sebagian besar tahu Perjanjian Lama dan mencintai Mazmur, yang memberikan ekspositor jalan mulus kehati mereka. Jika anda mulai melakukannya,i.e., mengembangkan dan membawakan eksposisi eksegesis dari Perjanjian Lama, ana akan melakukannya secara rutin.

Meletakan sebuah pesan bersamaan membutuhkan usaha. Melakukan segala usaha eksegetikalmenentukan teks terbaik, mendefinisikan kata, menafsirkan bahasa kiasan, meneliti struktur dan genre, menghubungkannya dengan budaya, dan menyeleksi teologi Alkitabnyamembutuhkan waktu menjadikannya kedalam bentuk kotbah yang baik. Bahkan dalam mengajar sebuah kelas Alkitab kita harus melihat lagi data mentah untuk memberikan presentasi yang tepat. Tapi pastilah untuk presentasi ekspositori (sebuah ibadah formal, pengajaran informal, penulisan artikel) kita perlu mengatur kembali materinya dan memilih apa yang akan digunakan dan menambahkan bagian kotbah yang membuatnya lebih efektif. Semakin pendek waktu bicara, semakin besar usaha yang harus dilakukan untuk membentuk pesandan mengatakan substansinya. Bagi saya, sampai sekarang, membutuhkan waktu 10 sampai 15 sampai 20 jam untuk mempersiapkan sebuah eksposisi, tergantung pada pesannya, dan jumlah waktu bicara saya. Bagian eksegesis hanya setengah perjalanan; pekerjaan untuk mengembangkan eksposisi membutuhkan waktu yang sama besarnya.

Halaman-halaman berikut ini akan melacak beberapa langkah tambahan dalam mengembangkan eksposisiapakah eksposisi tertulis, sebuah kelas informal, atau kotbah. Pengaturan sebuah eksposisi eksegetis sama dalam setiap kasus, walaupun tipe presentasi bisa berubah.

Sintesis dari Bagian

Sintesis dari sebuah bagian dimulai dengan sebuah garis besar eksegetikal dan membentuk sebuah ringkasan eksegetikal. Dalam melakukan sintesis sebuah bagian kita berusaha mengartikulasikan struktur dan kesatuan teks. Langkah-langkahnya diberikan dibawah, jika diikuti, akan menjaga agar eksposisi meliputi seluruh bagian (tidak mengabaikan bagian yang tidak cocok dengan pesan), dan meliputinya secara benar, sehingga pesan itu memiliki kesatuan dan progresi serta kejelasan. Dengan latihan beberapa prosedur ini akan terjadi secara insting; tapi langkah pertama harus diikuti untuk memastikan suatu sintesis yang lengkap dan akurat. Saya menggunakan mazmur sebagai contoh, tapi metodenya bisa digunakan disetiap bagian dalam Alkitab, Perjanjian Lama atau Baru.

Mengembangkan Garis Besar Eksegetikal

Sebuah garis besar eksegetikal adalah sebuah garis besar yang menggambarkan didalam kata-kata anda sendiri isi dari bagian itu. Hal ini ditulis dalam kalimat lengkap (= pikiran lengkap) dan bukan topik. Hal itu haruslah histories dan deskriptif dalam pengkalimatannya. Dan harus ditafsirkan dan tidak mengambil kiasan tinggi. Sebagai contoh kita akan mengerjakan Mazmur 2.19 Perhatikan prosedurnya, langkah demi langkah.

Langkah Pertama: Ringkas Ayatnya (atau Klausa utama dalam narasi)

Tulis sebuah pernyataan ringkasan secara singkat disetiap baris puisi (biasanya setiap ayat bahasa Inggrisnya). Jangan mengambil bahasa kiasan dalam pengkalimatan anda kecuali itu sebuah idiom umum, tapi berikan suatu arti tafsiran jika mungkin. Jangan menyatakan kembali jika sudah dilakukan paralelnya, tapi tafsirkan seluruh ayat sebagai satu unit. Gunakan kalimat lengkap. Jangan khawatir tentang bentuk akhir ditahapan ini, hanya akurasi penafsirannya. Untuk Mazmur 2 ringkasan ini bisa dilihat:

1. Pemazmur mengekspresikan keheranan terhadap bangsa-bangsa yang merencanakan suatu pemberontakan yang tidak bisa berhasil.

2. Pemazmur mengatakan kalau raja-raja dunia ini telah memutuskan untuk melawan TUHAN dan RajaNya.

3. Pemazmur mengutip pernyataan mereka untuk memberontak melawan otoritas TUHAN dan RajaNya.

4. Pemazmur menunjukan bahwa TUHAN menertawakan kesombongan para pemberontak.

5. Pemazmur memperkirakan satu hari TUHAN akan menyatakan penghukuman dalam murka dan menakutkan bagi seluruh pemberontak.

6. Pemazmur mengutip pernyataan TUHAN kalau Dia telah memberi raja untuk bertahta di Zion.

7. Pemazmur mengutip pernyataan raja yang menceritakan perjanjian yang menyatakannya sebagai raja yang diurapi.

8. Pemazmur mengutip penegasan raja kalau TUHAN telah berjanji memberikannya seluruh bangsa sebagai miliknya jika dia memintanya.

9. Pemazmur mengutip penegasan raja bahwa TUHAN telah memerintahkan dia untuk menghancurkan bangsa-bangsa yang memberontak.

10. Pemazmur menasihati bangsa-bangsa agar mengindahkan sarannya.

11. Pemazmur menasihati bangsa-bangsa untuk beribadah pada TUHAN.

12. Pemazmur menasihati bangsa-bangsa untuk berlindung pada raja pilihan TUHAN karena penghukumannya segera datang.

Langkah Kedua: Kelompokan Ringkasan

Pelajari baris ringkasan anda untuk melihat mana yang bisa dikelompokan kedalam unit alami, apakah melalui bentuk struktur tulisan mazmur itu (jika ini bisa dimengerti), atau melalui subjek masalah. Bagi Mazmur ini saya mengusulkan kalau isi dari ayat-ayatnya menunjukan empat bagian setiap bagian memiliki tiga ayat:

1-3 Tiga ayat pertama menggambarkan aktifitas bangsa-bangsa yang memberontak yang ingin menumbangkan TUHAN dan rajaNya.

4-6 Tiga ayat berikut menulis respon TUHAN terhadap rencana memalukan mereka.

7-9 Tiga ayat berikut membahas pernyataan raja yang menunjukan hak dan keistimewaannya sebagai pilihan TUHAN.

10-12 Tiga ayat terakhir menulis nasihat pemazmur bagi bangsa-bangsa yang bodoh ini untuk tunduk kepada raja dan menjadi pemuja TUHAN yang sejati.

Langkah Tiga: Ringkas Tiap Kelompok Ringkasan

Setelah anda menetapkan pembagiannya, tulis ringkasan masing-masing. Ringkasan ini harus memasukan isi dari ayat-ayat dibawah mereka, tapi tidak sedetil ringkasan individualnya. Kelompok ringkasan ini sekarang menjadi angka romawi dari mazmur, dan ringkasan ayat (atau ringkasan sub-seksi lain) dibawah mereka menjadi sub-points.

Berikut ini adalah garis besar eksegetikal akhir saya dari Mazmur 2. Saya menyadari, ini butuh langkah penengah dalam memadatkan, mengedit, dan menulis kembali agar bisa sampai pada hal dibawah ini.

I. Pemazmur menunjukan betapa bodohnya bangsa-bangsa melawan TUHAN dan raja yang diurapiNya (1-3).

A. Dia heran akan kesia-siaan yang dilakukan bangsa-bangsa itu (1).

B. Dia menjelaskan tindakan bangsa-bangsa itu: mereka bersatu untuk mengakhiri otoritas TUHAN dan raja yang diurapiNya (2,3).

1. Para penguasa bermufakat melawan TUHAN (2).

2. Mereka bersepakat untuk keluar dari otoritasNya (3).

II. Pemazmur menunjukan tindakan TUHAN menetapkan rajaNya diatas tahta Zion (4-6).

A. TUHAN semesta alam mengolok-olok rencana sombong mereka (4).

B. TUHAN berbicara dalam murka terhadap mereka dan menetapkan raja pilihanNya (5,6).

1. Dia berbicara dalam murka dan menakutkan mereka (5).

2. Dia mengumumkan penetapan raja pilihanNya bukan mereka (6).

III. Pemazmur menunjukan penegasan raja bahwa dia berhak memerintah (7-9).

A. Pernyataan raja mengenai perjanjian (7a).

B. Raja mengulangi janji Tuhan dalam perjanjian: dimahkotai sebagai anak, mewarisi bumi, dan kedaulatan dominasi (7b-9).

1. Hari ini TUHAN menjadikan dia sebagai raja (7b).

2. TUHAN mengundang dia untuk meminta agar dia bisa menguasai para pemberontak (8,9).

IV. Pemazmur menasihati bangsa-bangsa bodoh itu untuk tunduk pada raja baru atau penghukuman akan mereka tanggung (10-12).

A. Dia meminta para pemimpin bangsa itu agar bijaksana (10).

B. Dia meminta mereka untuk melayani Tuhan dan tunduk pada raja atau dihukum (11).

C. Dia mengumumkan berkat bagi mereka yang percaya padaNya (12).

Ringkasan Eksegetikal atau Sinopsis

Sebenarnya ini langkah keempat dalam keseluruhan proses sintesis. Sekarang kita ingin menulis satu kalimat ringkasan dari keseluruhan bagian. Jika anda melakukannya, anda bisa melihat kesatuan dan organisasi dari mazmur. (Jika anda tidak bisa melakukannya dirumah dengan pen dan kerta dan tidak ada batasan waktu, maka anda tidak tahu bagian itu dengan baik dan pasti tidak bisa menerapkannya dalam sebuah pelayanan).

Cara melakukannya adalah mengambil Angka romawi yang telah anda tulis dan meletakannya sebagai satu paragraph. Putuskan bagian mana yang menjadi ide utama, focus utama, atau klimaks (disini saya memutuskan seluruhnya membawa kepada nasihat pemazmur pada bangsa-bangsa, itulah yang menjadi klausa utama sayabagian lain ada dibawahnya). Jadi, awalnya tulis semuanya, dan mulai edit, padatkan, revisi menjadi format yang lebih pendek:

Pemazmur menunjukan betapa bodohnya keinginan memberontak melawan TUHAN dan raja pilihanNya. Pemazmur menunjukan pernyataan TUHAN untuk menetapkan raja pilihannya ditahta Zion. Pemazmur menunjukan penegasan raja dengan hak apa dia memerintah. Pemazmur menasihati bangsa-bangsa untuk tunduk kepada raja atau penghakiman akan datang atas mereka.

Hal ini butuh usaha untuk menjadikannya kedalam bentuk yang diinginkan, kecuali anda sangat baik dalam menulis dan mengedit. Tapi jika anda mengikuti seluruh proses anda akan terlibat dengan ide yang ada dimazmur ini sehingga anda mampu memikirkannya dengan jelas dan mengajarkannya tanpa garis besar dan manuskrip (yang bisa mematikan sebuah presentasi). Anda belum menulis sebuah ide kotbah, tapi ringkasan yang baik dari isi mazmur ini. Ini seharusnya sudah cukup pendek untuk diringkas kedalam satu kalimat; tapi harus cukup tepat masuk dalam mazmur ini dan hanya mazmur ini. Kalimat ringkas akhir saya terhadap Mazmur 2 sebagai berikut:

Pemazmur menasihati para bangsa kafir agar membuang rencana menyedihkan mereka memberontak melawan TUHAN dan raja yang diurapiNya serta tunduk pada otoritas Raja itu yang telah Tuhan nobatkan untuk menguasai bangsa-bangsa dan mengakhiri pemberontakan mereka.

Tentu, ada cara lain meringkas hal ini. Tapi inilah yang saya pilih untuk kalimatkan. Itu hanya cocok dimazmur ini saja. Itu secara mencukupi meliputi bagian utamanya. Dan berfokus pada nasihat pemazmur kepada orang bodoh. Dalam pengertian itu mazmur ini agak menginjili!

Eksposisi

Mengembangkan Garis Besar Ekspositori

Setelah melakukan garis besar eksegetikal maka menulis garis besar eksposisi menjadi lebih mudahdan memastikan kalau garis besar pesan cocok dengan bagian ini.

Ambil angka romawi anda dan ubah kedalam pernyataan yang lebih pendek dan lebih objektif, serta proposisional. Mereka tidak lagi histories dan deskriptif; mereka kekal dan teologistapi sesuai dengan bagian tersebut. Metode yang diikuti adalah subtitusi, biasanya dengan mengabstraksi ide, mendapatkan ide umum; ujian penerapannya adalah menentukan apakah prinsip yang anda tulis sesuai dengan pembaca asli dan juga pembaca modern. Ini haruslah pernyataan yang singkat karena orang akan mendengar dan perlu mengingatnya. Dan mereka harus (jika mungkin) dikalimatkan begitu rupa sehingga mudah dihafal. Terkadangtidak selalusaya menggunakan sign-post didepannya (seperti dibawah). Mazmur 2 menunjukan garis besar kotbah atau ekspositori seperti dibawah ini:

I. Kebodohan: Sia-sia bagi manusia untuk melawan otoritas Tuhan (1-3).

II. Rencana Tuhan: Otoritas Tuhan yang berdaulat menetapkan AnakNya memerintah (4-6).

III. Klaim Mesias: Raja yang diurapi Tuhan akan memerintah dunia dengan kekuasaan penuh (7-9).

IV. Hikmat: Bijaksana bagi manusia untuk mencari perlindungan dari penghukuman Tuhan dengan tunduk pada AnakNya (10-12).

Maksudnya adalah prinsip-prinsip yang ada dalam ayat-ayat dibagian tersebut; tapi pengkalimatannya harus tepat bagi pembaca lama dan juga dimasa sekarangsemuanya haruslah kebenaran yang kekal (inilah alasan anda harus berusaha mengikat Perjanjian Lama dan Baru dalam membentuk teologi).

Dibawah kondisi normal saya tidak akan meninggalkan metafora anak dalam garis besar, atau menggunakan istilah teknis mesias. Tapi dikedua zaman kata ini bisa dimengerti dengan jelas. Lebih lagi, didalam bagian ini saya menghabiskan cukup banyak waktu mengurusi kedua kata tersebut, pertama dizaman Perjanjian Lama dan saat diterapkan kepada Yesus dizaman Perjanjian Baru. Saya bisa menggunakan keduanya karena sesuai dengan mazmur ini, dan sesuai dengan Perjanjian Barudalam arti lengkapnya.

Ide Ekspositori

Sekarang, langkah terakhir dalam sintesis adalah mengurangi ringkasan eksegetikal menjadi pernyataan singkat yang sama seperti digaris besarnya. Ini haruslah sebuah kalimat teologis yang jelas, pengkalimatannya sesuai dengan konteks aslinya dan juga pembaca modern. Ini haruslah merupakan tema utama dari mazmurdan pesan anda. Ini merupakan teologi Alkitab dari bagian tersebut yang dibawakan secara eksegetis, dipadatkan dan diletakan kedalam pernyataan retoris yang efektif. Dari Mazmur 2 saya menulis:

Adalah hal bijaksana tunduk pada otoritas Mesias,
karena Tuhan telah menyatakan Dia yang akan memerintah dunia.

Ada banyak detil dan ide yang berhubungan dalam bagian ini, tapi hal itu menangkap maksud utama dari mazmur. Pembawaan pelajaran atau kotbah harus membawa cukup materi dari teks itu sendiri untuk menunjukan bagaimana ide ini, dan juga garis besarnya, dikembangkan. Ide ekspositori hanya memberikan sebuah pernyataan ringkas eksposisi mazmur tersebut yang mudah diingat.

Setelah ini telah dikembangkan, ekspositor bisa mengembangkan esensi pesan selanjutnya.

Formulasi Penerapan

Ini langkah pendek untuk menemukan arti teks dan menentukan artinya bagi kita dimasa kinitapi ini adalah langkah yang seringkali terlewatkan. Salah satu bagian terlemah dari eksposisi modern adalah penerapannya. Apakah ada penerapan penting, atau yang diberikan tidak berasal dari teks. Pembicara mungkin tidak tahu bagaimana mengembangkan sebuah penerapan, atau beranggapan ini sudah terbukti dengan sendirinya jika pesannya mendasar (cleverness is in, clarity is out), atau pembicara memiliki tujuan tanpa melihat teks apa yang digunakan.

Sebuah eksposisi eksegetis yang baik harus memasukan penerapan tertentu bagi pendengarnya. Anda harus menyatakan dengan jelas apa yang anda inginkan diketahui pendengar sebagai hasil eksposisi anda, apa anda ingin mereka percaya, dan atas dasar itu, apa yang anda ingin mereka lakukan (benar-benar lakukanbukan menyadari, tahu, pikir, mengerti, ingat, dll., tapi lakukan). Ini harus jelas dan positif. Jika negatif (jangan lakukan ini dan itu) anda harus menyatakan bagaimana menghindarinya dan sebaliknya harus melakukan apa; jika samar (memiliki iman lebih besar) anda harus mengatakan mereka bagaimana melakukan itu. Singkatnya, anda menjawa pertanyaan jadi bagaimana? bagi eksposisi anda.

Ada beberapa aturan yang harus diingat saat menjabarkan penerapannya dari bagian Perjanjian Lama:

1. Isolasi kebenaran teologis kekal yang akan diterapkan, tapi bekerja dalam arena yang berhubungan

Saat berusaha menerapkan pesan, pastikan anda menerapkan ide teologis utama dari bagian tersebut. Penerapan individual bisa dibuat dari ayat ke ayat. Tapi pada akhirnya anda menghasilkan maksud utama. Ini haruslah menjadi ide ekspositori anda, jika telah dilakukan dengan benar. Kata bijak Jerman kuno sesuai dengan hal ini: Hal utama adalah membuat hal utama menjadi hal utama.

Hal yang sulit adalah membuat ide teologis menjadi yang utama, bukan arena atau latar berlakang. Sebagai contoh, hukum dalam Imamat 11-15 semuanya berkaitan dengan kekudusan, pengudusan adalah maksud dibelakang spesifiknya. Hukum mengenai makanan, anak yang dilahirkan, dan lainnya. Ini semua adalah wilayah dimana prinsip teologis akan diterapkan, bukan detil aturan dari hukum Israel. Hal yang saya lakukan adalah mencatat latar belakang dan keadaan bagian itu, terutama jika mereka secara kultur terikat dengan orang atau tempat seperti Israel. Kemudian, saya akan mencari arena, latar belakang, atau keadaan yang sebanding dengan pengalaman pendengar saya dimana maksud teologisnya bisa dibuat. Saya harus menjabarkan sebagian untuk sampai kesana, tapi itu bisa dilakukan. Sebagai contoh, pengudusan bisa memiliki sebuah penerapan cara hidup kita, apa yang kita makan, bagaimana kita berpakaian, dan sebagainya. Jika saya ada dalam sebuah narasi seperti Daud dan Goliat, saya harus menjabarkan latar belakang sampai konfliknya, bahkan sampai peperangan rohani, untuk menunjukan bagaimana umat Tuhan perlu iman dalam menghadapi serangan. Jika itu adalah sebuah mazmur, tugas biasanya lebih mudah, kecuali situasi mazmur secara spesifik adalah Israel. Tapi pada umumnya, doa, pujian, keluhan, gossip, perasaan bersalah, dll, terdapat disepanjang masa.

2. Perhatikan Perbedaan antar Perjanjian.

Orang tidak banyak memperhatikan hal iniini memukul literalism atau dispensationalism Alkitab (--mereka yang menggunakan hal ini dalam arti pejorative-nya tidak tahu apa yang sedang mereka katakana). Maksudnya adalah ada beberapa perbedaan besar antar perjanjian. Perjanjian Baru bisa saja hanya membawa ide Perjanjian Lama menyeberang; tapi lebih sering memodifikasi sebuah ide, dan terkadang mengosongkannya. Walaupun kita menegaskan bahwa seluruh Firman Tuhan itu berguna untuk nasihat dan kebenaran, kita harus mengetahui kalau seringkali apa yang diatur telah diubah atau ditinggalkanperang suci melawan orang Kanaan, larangan pakaian dan makanan, hukum pernikahan dengan saudara, hewan korban, perjalanan ke Yerusalem, bait keimaman, larangan pelayanan bagi yang cacat, kutuk, dan banyak lagi yang lain.

Jadi, anda harus menyatakan prinsip kekal dari bagian tersebutteologinya; dan kemudian anda harus menunjukan bagaimana hal itu dijalankan dalam pengalaman Israel, dan bagaimana hal itu bisa dilakukan dimasa kini. Imamat 4 mengajarkan bahwa tidak ada pengampunan tanpa korban darah sebagai gantinya. Hal ini benar didalam kedua perjanjian; tapi yang lama adalah tipe, dan yang baru penggenapannya. Anda haru menjelaskan tipe dan juga penggenapannya. Penerapan anda harus membawa kebenaran itu sampai kepada penggenapan Perjanjian Barukarena kita memiliki suatu perjanjian yang berbeda dan lebih baik.

3. Perbedaan antara Penerapan Utama dan Sekunder.

Ada waktunya anda bisa secara sah mengambil penerapan dari sebuah bagian, tapi bukan maksud utamanya. Sebagai contoh, Mazmur 2 memiliki penerapan langsung bagi orang yang tidak percaya agar tunduk pada TUHAN dan raja yang dipilihNya. Jika anda membuat penerapan utamanya kepada orang Kristen, apakah dihibur oleh hal ini, atau terlibat dalam penginjilan seperti yang kelihatannya dilakukan oleh pemazmur, hal ini ada didalamnya, diimplikasi, bisa diterapkantapi sekunder. Anda tidak bisa membuat pesan ini kepada orang Kristen: Bijaksanalah dan tunduk kepada Anak. Mereka telah melakukannya! Tapi jika pendengar anda hampir semuanya orang percaya, maka anda bisa mengatakan maksud utamanya, baru mengatakan penerapan lain bagi kita sebagai orang Kristen, seperti .

4. Jangan Meninggikan Terapan dari Tafsiran.

Didalam sebuah penerapan anda memberitahu orang apa yang dimaksud teks bagi kita, apa yang menurut anda respon kita seharusnya. Usulan anda harus cukup spesifik. Tapi terlalu sering kelompok lain menjadikan penerapan sebagai otoritas mengikat, setara dengan Firman itu sendiri. Jika teksnya tidak menyatakan penerapannya, anda harus berhati-hati. Tegaskan apa yang ditegaskan sebagai hal yang mengikat; usulkan penerapan yang asalnya dari teks itu. Sebagai contoh, jika teksnya berkata Didiklah seorang anak didalam cara yang seharusnya dia ikuti dan anda memutuskan kalau didalamnya termasuk motivasi anak dengan benarboleh saja, tapi jangan katakan Tuhan menyuruh kita untuk memotivasi anak. Hal tersebut bisa saja bijak, membantu, merupakan usulan yang sangat baik, diajarkan ditempat laintapi hal itu mengungkapkan hal yang berbeda dari ide Ibrani dengan mendidik anak, kecuali eksegesis anda menunjukan kata kerjanya memasukan ide itu. Maksud saya adalah apa yang anda katakana pada orang lain untuk lakukan sebaiknya sesuai dengan apa yang dikatakan teks itu sendiri, atau merupakan implikasi jelas dari teks. Dan jika teks itu memberikan sebuah prinsip umum, kita bisa mengusulkan cara penerapkannya, cara-cara yang sejalan dengan pengajaran lain dalam Kitab Suci.

5. Jelas, Langsung, dan Spesifik.

Penerapannya harus jelas bagi para pendengarnya, jelas berasal dari teks, dan jelas artinya. Ada saatnya, penerapannya berbentuk umum tanpa spesifikasi. Dan ada saatnya terlalu banyak spesifikasi. Sebagian dikarenakan kurangnya persiapan; tapi sebuah kesimpulan dengan pengkalimatan penerapannya yang tepat harus secara seksama ditulis dan dianggap sebagai bagian dari persiapan eksposisi. Terlalu silit menyatukan seluruh ide pada akhirnya jika tidak dikelola sebelumnya.

Saat kesimpulan telah ditulis, saat anda tahu maksud dari bagian ini, maka anda sudah siap menulis pendahuluanbukan sebelumnya. Pendahuluan yang baik menarik perhatian pendengar, memperkenalkan subjek masalahnya, dan (yang paling penting) menciptakan atau menjabarkan kebutuhan yang dibahas dalam bagian tersebut.

Korelasi

Tujuan kita dalam korelasi adalah menghubungkan bagian yang sedang dieksposisi dengan bagian Alkitab lainnya yang memiliki ide teologis yang sama. Korelasi sangat penting karena (1) menunjukan kesatuan Alkitab dan terutama relevansi berlanjut dari Perjanjian Lama kedalam dunia Perjanjian Baru. (2) Korelasi juga memberikan penguatan terhadap ide teologis dan penerapannya. (3) Lebih lagi, korelasi dengan sebuah bagian dalam Perjanjian Baru menunjukan bagaimana kebenaran teologis dari bagian itu dinyatakan dalam sebuah latar belakang berbeda, mungkin dalam sebuah budaya berbeda.

Sangat penting mengikuti beberapa aturan saat membuat korelasi:

1. Korelasikan ide teologis dari bagian tersebut.

Anda mengkorelasi hal yang diajarkan bagian tersebut. Ada banyak cerita, peristiwa, latar belakang, dan keadaan yang mirip dalam Alkitab; tapi mengkorelasikannya tidak banyak membantu eksposisi. Anda berusaha menemukan bagian Alkitab mana yang sedang mengajarkan kebenaran yang sama. Pada awalnya ini mungkin sulit dilakukan, tapi saat anda mengajar dan berkotbah dari Alkitab hal ini akan datang secara cepat dan alami.

2. Hati-hati dalam mengkorelasi ide anda dengan Perjanjian Baru, terutama tulisan-tulisan para rasul.

Hal utama yang ingin kita ketahui disini adalah dimana ide ini diajarkan atau dikonfirmasi dalam Perjanjian Baru. Tapi ada beberapa kesulitan yang harus dihindari dalam melakukan hal ini:

a. Anda bisa mengkorelasi dengan bagian-bagian dalam Injil, tapi seringkali memiliki masalah tambahan. Anda mungkin menemukan diri anda banyak menjelaskan tentang bagian Injil tersebut dalam membuat hubungan, dimana tulisan-tulisan para rasul menyatakan secara langsung ajaran dan nasihat tersebut. Faktanya, sebagian besar metode yang telah kita pelajari untuk eksegesis bisa juga diterapkan kepada kitab-kitab Injil, karena mereka seperti tulisan-tulisan dalam Perjanjian Lama. Mereka menggambarkan kegiatan yang terjadi dibawah Taurat. Jadi saat berkotbah atau mengajar dari kitab-kitab Injil ekspositor harus mengkorelasikannya dengan surat-surat rasul. Ini jarang dilakukandan ini sebagian alasan mengapa terdapat kebingungan dalam pengajaran.

b. Anda mungkin menemukan korelasi saat bagian Perjanjian Baru mengutip bagian yang sedang anda bahas, tapi beberapa diantaranya perlu diteliti. Perjanjian Baru bisa saja saat itu membuat penerapan spesifik dari bagian yang anda bahas, tapi bukan ide utama. Pastikan saat anda mengkorelasi bagian itu, seluruh konteks terlibat. Roma 8 melakukannya dengan Mazmur 44; tapi 1 Korintus 15 sedang membuat suatu tafsiran tipologis mengenai buah sulung yang merujuk pada kebangkitan Yesus dalam Imamat 23. Jika anda mengeksposisi Imamat 23, anda akan mencari pengajaran Perjanjian Baru tentang ucapan syukur bagi korelasi anda. Anda bisa memasukan tipologi, tapi itu bukan tekanan utama eksposisi Imamat 23.

c. Hati-hati bersandar pada sumber kedua dalam korelasi. Ada saatnya mereka mengambil bagian yang memang memiliki pesan teologis yang sama, tapi membuat koneksi yang tidak sama.

3. Jangan membuat korelasi Perjanjian Barunya sebagai pesan anda.

Seringkali lebih mudah mengakhiri pengajaran atau kotbah dari teks Perjanjian Baru bukannya bagian yang sedang anda eksposisikan. Ini bisa terjadi eisegesis jika anda tidak hati-hati. Jika eksposisi berasal dari bagian Perjanjian Lama, maka bagian itu punya pesan yang harus dikemukakan. Materi yang berkorelasi berfungsi menunjukan kalau ide itu memang diajarkan ditempat lain dalam Alkitab. Jika anda ingin mengeksposisi bagian Perjanjian Baru yang anda korelasikan, maka lakukan itu (dan hubungkan latar belakangnya dari Perjanjian Lama).

4. Jaga kejelasannya.

Sangat mudah melihat korelasi dan setiap idenya didalam sebuah bagian, tapi setelah itu terlalu banyak bagi orang lain. Anda harus berusaha sebaik mungkin sepanjang eksposisi, tapi simpan satu atau dua koneksi untuk kesimpulan. Hal itu memudahkan orang lain untuk mengerti.

Hati-hati: sangat mudah muncul ide yang ingin anda ajarkan dari sebuah bagian, ide yang anda ketahui dari bagian lain Kitab Suci, dan mengkorelasikannya bukannya menemukan koneksi Perjanjian Baru yang benar dengan ide teologis sebenarnya dari bagian tersebut. Hal itu tidak membantu; faktanya, membingungkan orang apakah maksud dari bagian tersebut dan metode dalam mempelajari Alkitab.

INGAT: Anda hanya berusaha mengeksposisi sebuah bagian Alkitab, menunjukan kepada orang lain maksud dari bagian tersebut yang didasarkan pada eksegesis anda, bagaimana anda bisa mengetahuinya, relevansinya, dan dimana ide itu diajarkan dengan jelas dalam bagian Alkitab lainnya. Anda mungkin harus menunjukan perubahan antar budaya, perjanjian, atau konteks dalam proses ini; tapi orang lain kemudian bisa mulai berpikir secara alkitabiah, kontekstual, eksegetikal. Dan itu maksud semua ini.


19 Sebagai contoh, didalam Mazmur 125 ada tiga varian (dan saya mendaftarnya agar anda memiliki ide yang lebih baik mengenai lingkup sebuah varian atau pembacaan): Didalam ayat 1 MT menulis Those who trust in the LORD are like Mount Zion which can never be moved but remains forever; Jerusalem--as the mountains are around it . . . dan Yunaninya menulis Those who trust in the LORD are like Mount Zion; the one who remains in Jerusalem can never be moved. Masalah kedua berkaitan dengan pembacaan dari ayat 3, the rod of wickedness dimana Yunaninya menulis the rod of the wicked. Dan masalah ketiga adalah MT memilikinya sebagai subjek, The rod of wickedness will not rest on the righteous tapi Yunaninya The LORD will not permit the rod of the wicked to rest on the righteous. Pada ketiga kasus diatas Yunaninya memuluskan teks Ibrani (dan karena itu memperbaiki) yang lebih sulit.

Biblical Topics: 
Taxonomy upgrade extras: 

11. Tugas Eksegesis

Tugas 1
Penggunaan GA??AL

Tugas ini dimaksudkan untuk memberikan kesempatan kepada anda bekerja dengan ??kategori arti.?? Anda bebas membaca buku-buku mengenai kata bersamaan dengan ini, tapi mereka tidak melakukan apa yang perlu anda lakukan. Anda tidak berusaha untuk mendefinisikan kata ga??al, kamus yang melakukannya. Anda berusaha mempelajari bentuk ??tebusan?? apa yang dilibatkan kata ini. Hal itu hanya bisa dengan melihat penggunaannya didalam konteks berbeda.

1. Pertama, lihat kata ini dalam kamus Ibrani, apakah BDB atau KBL. Lihat apa kata buku itu mengenai ide dasar dari kata itu. Ini hanya memberikan anda ide kemana anda mengarah.

Perhatikan bahwa ada lebih dari satu ??akar?? ga??al. Kita memiliki homonyms dalam hal ini. Tidak banyak yang bisa anda lakukan pada tahap ini selain mewaspadai keberadaan akar lainnya. Terkadang anda akan mempelajari kata anda (??menebus??) dan sebuah bagian yang didaftar kamus yang dibawahnya milik kata lain. Biasanya itu tidak terjadi, tapi bisa saja.

2. Berikutnya, menggunakan sebuah konkordansi yang baik (Englishman, Mandelkern, Lisowsky, atau Eben Shoshan) yang memberi anda referensi Kitab Suci dimana kata Ibrani ga??al, ??redeem,?? ??menebus?? muncul, anda hanya mulai mencari bagian-bagian itu dan menempatkannya kekelompoknya (yang anda namai).

Sekilas anda mungkin takut oleh fakta bahwa ada sekitar 100 bagian (walau tidak lama mencari seluruhnya, terutama beberapa konkordansi meletakannya sesuai urutan bagian di Alkitab). Tapi anda bisa melihat ketika anda mencari pasal tertentu, kata itu dapat muncul beberapa kali, dan salah satu bagian bisa memberitahu anda bagaimana kata itu digunakan.

Kamus-kamus memberi kategori arti, tapi mereka tidak selalu membantu. Mereka memberitahu anda pertama kata kerja ini digunakan pada manusia sebagai subjek, kemudian digunakan pada Tuhan sebagai subjek. Ini bisa menolong, tapi tidak memberi anda ide dari artinya. Anda ingin menggambarkan bentuk tindakan apa yang sedang terjadi dalam bagian ini. Sebagai contoh, apakah ini penebusan suatu keselamatan ilahi, atau pernikahan saudara, atau pembalasan atas kematian, dll. Saat anda mengerti dengan jelas ayat ini, anda menulis sebuah definisi (seperti ini) baginya. Saat anda menemukan ayat-ayat dengan arti yang sama, anda mendaftarnya dibawah judul. Saat anda selesai melakukannya, anda seharusnya memiliki dua, tiga, atau lima atau sekelompok penggunaan. Ini memampukan anda melihat jangkauan arti kata itu.

3. Sekarang anda menuliskan penemuan. Anda tidak menulis seluruh bagian dan deskripsinya (dan anda tidak hanya memberi sebuah salinan komputer dari penelitian kata dari web). Anda menuliskan definisi kata itu, yang akan menjadi denominator umum bagi seluruh kategori. Bagi kata ini anda perlu menggunakan sesuatu selain ??redeem,?? karena ??redeem?? dalam bahasa Inggris masa kini tidak menunjukan arti yang dimiliki kata tersebut.

Kemudian anda mendaftar kategori arti dibawahnya. Dan, bagi setiap kategori arti anda memberi satu atau dua bagian yang menjelaskan apa yang dilakukan kata tersebut dalam konteks.

Anda harus bisa menuliskan penemuan penelitian kata pada satu atau dua halaman. Akurasi dan kejelasan jauh lebih penting daripada banyak (dan melelahkan). Didalam sebuah eksposisi anda ingin bisa mengatakan, ??Kata ini pada dasarnya berarti X. Kata ini digunakan untuk XX, dan YY, dan ZZ. Didalam bagian kita arti terakhir ZZ yang paling baik penerapannya.?? Sederhana, jelas, membantu. Karena anda telah menelitinya. (Didalam eksposisi anda selalu bisa memberitahu apakah seseorang telah meneliti; dan itu bukan karena mereka terus menerus membahasnya.) Maka, kapanpun anda bertemu dengan kata ini dalam eksposisi, anda mampu menggunakan materi anda, atau mungkin menjelaskannya lebih lanjut.

4. Waspadai penggunaan yang jarang yang tidak cocok dengan ayat lainnya, atau penggunaan yang sangat berarti kiasan yang memiliki konotasi berbeda. Ini harus didaftar dan dideskripsikan terpisah.

5. Jika ada kata benda atau adverbs yang berhubungan yang didaftar setelah daftar kata kerja, beri survey singkat. Terkadang mereka membantu anda mengerti artinya; seringkali mereka menggandakan arti kata kerjanya. Hati-hati dengan nama-nama yang menggunakan kata kerja; arti nama itu berasal dari arti kata kerja, dan bukan sebaliknya.

Tugas 2
Etimologi dari YADON dalam Kejadian 6:3

Tujuan dari tugas ini adalah memberikan anda contoh kerja dengan etimologi kata. Ini tidak semulus tugas pertama, lebih seperti kerja detektif. Tapi ini bentuk kerja yang harus diketahui dalam menjabarkan Perjanjian Lama, apakah mampu melakukan sebagian, atau mampu mengevaluasi pekerjaan yang telah selesai, karena ada ratusan kata yang jarang digunakan dan sulit dalam Perjanjian Lama. Untuk bisa mengerti mereka, kita harus bekerja dengan bentuk, konteks, dan penafsiran dimasa lalu.

1. Mengerti Masalah

Ayat itu berkata, ??My Spirit will not strive (AV, ??contend?? dalam NIV) with man forever, for he is mortal; his days will be a hundred and twenty years.?? Kata kita adalah yadon, ??strive/contend.?? Ini satu-satunya tempat dalam Alkitab dimana kata kerja ini muncul. Untuk mendapat beberapa ide tentang tingkat kesulitannya, periksa apa yang dimiliki Perjanjian Lama Yunani saat itu.

2. Pelajari Bentuk

Langkah pertama adalah menguraikan bentuknya (yang mengharuskan anda menggali irregular verb-nya sekali lagi). Disini, dibawah prefix of the imperfect, kita memiliki sebuah huruf hidup ??a?? yang panjang (the qamets). Ini biasanya memberitahu anda kalau kita memiliki kata kerja kosong atau bentuk geminate verb. Jadi anda melihat BDB untuk mencari apakah ada yang lainnya.

Anda akan menemukan sebuah kata kerja kosong din, tapi itu adalah yod kedua. Itu tidak dijabarkan seperti ini. Tapi kelihatannya itu yang diterima penerjemah karena bentuk terdekat dari yang kita miliki. Tapi bentuknya dalam teks memiliki sebuah waw (albeit the holem waw), dan bukan sebuah yod (yang mungkin hireq yod).

Jadi anda sekarang harus mulai mencari pilihan lain. Disini anda mempertimbangkan bentuk yang muncul dalam bahasa serumpun. Apakah mereka memiliki bentuk yang lebih dekat, apakah sebuah akar geminate, atau akar tengah waw, yang memiliki arti yang lebih tepat bagi konteks ini?

3. Bahasa Yunani

Apakah terjemahan dalam Yunani Lama (LXX) memberi anda ide tentang artinya dalam bagian tersebut? Apakah itu sejalan dengan kemungkinan lain dari bahasa serumpun?

4. Konteks

Sekarang, dengan satu opsi atau dua, termasuk perkiraan aslinya, apa yang paling sesuai dengan konteks bagian tersebut? Pelajari ayat sekitarnya untuk melihat apa yang Tuhan katakana mengenainya, dan yang tidak. Dan perhatikan konsekuensinya, bahwa kehidupan fana tidak akan selamanya.

Saat dikatakan hari-harinya 120 tahun, apakah artinya setiap orang akan hidup 120 tahun, atau dalam 120 tahun banjir akan datang?

Sehingga, menurut anda apa akar kata kerjanya, dan artinya dalam bagian ini?

Tugas 3
Terjemahan HAMMILLU??IM dalam Imamat 8

Tugas ini akan memberi anda kesempatan melihat bagaimana versi kuno menafsirkan dan menerjemahkan teks Ibrani, seringkali berusaha mengambil idiomatic dan secara kultur bentuknya berbeda serta membuat mereka menjadi jelas. Seleksi ini adalah hal yang cukup mulus dihadapi, dan yang dikandung Perjanjian Baru juga.

1. Pertama, anda perlu tahu pasal ini mengenai apa. Baca seluruhnya, dan secara singkat (satu paragraph) menggambarkan apa yang sedang terjadi. Kemudian daftarkan tempat atau tempat-tempat dimana kata ini muncul.

2. Sekarang analisa kata ini sendiri. Apa ??akar?? dari istilahnya, dan apa arti dari kata kerjanya? Mengapa kata itu yang digunakan bagi tindakan yang muncul dalam konteks ini?

3. Lalu tentukan bagaimana teks Yunani menerjemahkan bentuk itu. Anda mungkin ingin melihat sebuah Interlinear Greek Old Testament untuk mencari bentuk dan terjemahannya, atau anda bisa menemukannya dalam konkordansi Hatch and Redpath bagi Perjanjian Lama Yunani. Apa kata Yunani yang digunakan, dan apa bentuknya? Apakah ini sebuah terjemahan yang baik atau tidak? Menjawab itu, tentukan apa yang ingin dikomunikasikan kata Yunani terhadap tindakan tersebut.

4. Terakhir, apakah ada hubungan dalam Perjanjian Baru terhadap versi Yunani Imamat 8?

Anda bisa mendekatinya dalam beberapa cara. Kita bisa melihat dimana kata kerja Yunani muncul dalam Perjanjian Baru. Itu bisa memberi anda banyak bagian untuk dikerjakan. Jadi cara kedua bisa menyempitkannya: dimana dalam Perjanjian Lama sebuah subjek yang mirip menggunakan kata kerja ini? Ini membawa anda kepada Keimaman Yesus dalam kitab Ibrani. Apa yang anda katakana, mengenai beberapa ayat sulit tersebut?

Tugas 4
Bahasa Kiasan dalam Yesaya 38

Didalam Yesaya 38:9-20 kita memiliki mazmur pujian yang indah dari Raja Hezekia. Baca konteksnya dan bagian tersebut agar terbiasa dengan peristiwa dan arti bagian ini dalam konteksnya. Lagunya adalah lagu pujian, ditulis setelah raja sembuh. Tapi seluruh lagu pujian dari tipe ini mengingatkan dilemma, sakit, dan doba penyembuhan sebelum menjadi pujian.

Perhatian kita dalam tugas ini adalah melatih penafsiran bahasa kiasan yang membandingkan. Bagi setiap kiasan yang didaftar dibawah, tulis arti literalnya, dan sebutkan kiasan yang terlibat, dan tulis perbandingannya dalam kata-kata anda sendiri (jangan mengulangi kiasan).

1. ??In the noon time of my life?? in verse 10.

2. ??Must I go through the gates of death?? in verse 10.

3. ??And be robbed of the rest of my years??? in verse 10.

4. ??Like a shepherd??s tent?? in verse 12.

5. ??Like a shepherd??s tent my house has been pulled down?? in verse 12.

6. ??Like a weaver I have rolled up my life?? in verse 12.

7. ??And he has cut me off from the loom in verse 12.

8. ??He broke all my bones in verse 13.

9. ??I moaned like a mourning dove?? in verse 14.

10. ??You have put all my sins behind your back?? in verse 17.

Tugas 5
Bahasa Kiasan dalam Yesaya 1

Sekarang kita melihat bahasa kiasan substitusi. Tugas ini akan berfokus pada hal itu, tapi agar anda bisa melihat perbedaannya, didalamnya juga terdapat kiasan perbandingan. Ikuti prosedur yang sama seperti yang sebelumnya.

1. ??Hear, O heavens. Listen, O earth?? in verse 2. (Ada dua kiasan, satu kata individual, dan satu untuk dua bersamaan)

2. ??Your whole head is injured ? from the sole of your foot to the top of your head?? in verses 5 and 6 (Apa kiasan dari seluruh bagian ini?)

3. ??The Daughter of Zion is left?? in verse 8. (Didalam berhadapan dengan satu istilah anda harus berhadapan dengan yang lainnya; dua kiasan berbeda).

4. ??Hear the word of the LORD your rulers of Sodom?? in verse 10.

5. ??Your incense is detestable to me?? in verse 13.

6. ??They have become a burden to me, I am weary?? in verse 14.

7. ??When you spread out your hands?? (v. 15)

8. ??I will hide my eyes?? in verse 15

9. ??Your hands are full of blood?? in verse 15.

10. ??You will be devoured by the sword?? in verse 20 (dua kiasan berbeda).

Tugas 6
Bahasa Kiasan dalam Mazmur 139

Sekarang kita akan menyelesaikan survey bahasa kiasan dengan mempelajari kiasan tambahan dan kiasan supresi atau omisi. Mazmur 139 memberikan kesempatan besar melihat sejumlah kiasan. Setiap pernyataan berikut sebutkan arti literalnya, nama kiasan atau kiasan yang terlibat, dan sebutkan dengan kata-kata anda sendiri ekspresinya atau jelaskan apa artinya. Singkat, tapi akurat.

1. ??O LORD, you have searched me?? in verse 1.

2. ??You sift my going out and lying down?? in verse 3 (disini ada dua pertanyaan).

3. ??Before a word is on my tongue?? in verse 4.

4. ??If I take up the wings of the dawn?? in verse 9 (disini juga ada dua kiasan).

5. ??Your right hand will hold me?? in verse 10.

6. ??Surely the darkness will bruise me?? in verse 11 (dua kiasan).

7. ??You knit me together in my mother??s womb?? in verse 13.

8. ??When I was woven together in the depths of the earth?? in verse 15 (sekali lagi, dua pertanyaan untuk menjelaskan baris ini).

9. ??Your eyes saw my unformed body?? in verse 16 (dua kata ini akan menjadi bagian dari jawaban yang sama; anda harus menjelaskan keduanya dalam proses ini).

10. ??All the days ordained for me were written in your book?? in verse 17 (dua bagian terpisah). Pikirakan: jika anda melihat ??days?? sebagai sebuah synecdoche, apa penjelasan anda? Jika anda melihatnya sebagai sebuah metonymy, apa penjelasan anda?

Tugas 7
Kritik Teks dari Mazmur 126:1

Tugas ini akan memberi kesempatan bekerja dengan masalah tekstual dalam sebuah mazmur. Disini kita akan melihat kritik tekstual yang sebenarnya: ketika sebuah masalah muncul dalam manuskrip teks, kita bukannya tidak tahu apa yang dimiliki manuskrip aslinya, tapi kita harus memutuskan pembacaan mana yang dimiliki aslinya. Bagi tugas ini, hal terpenting adalah mengikuti (dan belajar) prosedur dasar. Untuk melakukannya anda butuh sebuah Alkitab Ibrani dengan apparatusnya, akses ke sebuah leksikon Yunani yang baik (lebih baik Liddell and Scott, atau Abbot-Smith), akses kesebuah interlinear atau kolom Perjanjian Lama dalam bahasa Yunani dan Inggris (sangat membantu tapi tidak harus), dan akses kesalinan Dead Sea Scroll (J. A. Sanders, The Psalms Scroll of Qumran Cave 11 [Oxford, Clarendon, 1965], p. 25). Sebuah fotokopi halaman ini cukup untuk melihat datanya (dan membantu mendapatkan catatan kritis editor pada gulungan tersebut).

1. Pertama, anda harus tahu apa yang ditulis Masoretic Text dan apa artinya dalam bagian tersebut. Ayat itu menulis: ??When the LORD brought back the captives to Zion, we were like men who dreamed?? (atau: we were like those who dream). Bentuk terakhir inilah yang kita hadapi: kekholemim (< khalam). Jadi, uraikan bentuk verbalnya dan definisikan akar verbalnya.

2. Sekarang, apparatus dalam Alkitab Ibrani akan memberitahu anda Yunaninya (i.e., the LXX) memiliki variasi bacaan: parakeklemenoi. Jadi anda perlu menguraikan bentuk Yunaninya dan menegaskan artinya (petunjuk: lihat dibawah kata parakaleo). Apakah bentuk ini seperti sebuah terjemahan dari bentuk Ibrani? Jelaskan jawaban anda.

3. Saat anda melihat kamus Ibrani untuk kata khalam, lihat sekitarnya apakah ada akar kata kedua, atau akar yang mirip dengan teks Yunaninya. Ingat bahwa teks Yunaninya merupakan sebuah terjemahan dari teks tanpa huruf hidup. Mengapa kritik apparatusnya mengarahkan anda kepada Jes (Isaiah) 38:16?

4. Kita beruntung memiliki saksi dari keluarga ketiga manuskrip bagi masalah ini (Masoretic Text menyimpan Babylonian, Yunaninya menyimpan Egyptian atau Alexandrian): tipe teks Palestinian, diwakili oleh Dead Sea Scroll. Anda akan mencatat saat mempelajari gulungan dari Qumran yang tidak menulis huruf hidup; hanya huruf hidup panjang yang diwakili oleh beberapa konsonan (ingat sistem matres lectionis dari permulaan Ibrani). Mengingat hal tersebut, bandingkan huruf-huruf dalam gulungan dengan bentuk huruf-huruf dalam Alkitab Ibrani anda. Apa yang berbeda dengan gulungan tersebut? Apa yang ditunjukan oleh perbedaan itu (bagaimana itu bisa diuraikan berbeda dari bentuknya dalam MT)? Apakah penguraian bentuk dalam gulungan mengijinkan sebuah terjemahan dari kata kerja ??to dream??? Jadi akar kata Ibrani mana yang mungkin dimiliki DSS?

5. Apakah ??pembacaan?? dalam gulungan Qumran sejalan dengan tradisi Masoretik atau tradisi Alexandrian? Perhatikan apparatus dalam Sanders dibaris 10 dari gulungan tersebut, alasan dia mengurutkan manuskrip apa itu masalah lain. Coba jelaskan sebaik mungkin, menurut anda apa yang terjadi dalam penulisan teks Ibrani terutama ayat ini.

6. Apa yang jadi perbedaan dalam arti teksnya?

Tugas 8
Kritik Tekstual dari Mazmur 22:17(16)

Alkitab Inggris anda mungkin menulis, ??they have pierced my hands and my feet.?? Tapi beberapa Alkitab lain memiliki catatan kaki yang memberitahu anda itu bukan tulisan yang terdapat dalam manuskrip Ibraninya. Mayoritas manuskrip Masoretik menulis ??like a lion, my hands and my feet.?? Jadi kita mengetahui dua ide berbeda; sekarang kita harus menjabarkan bukti dan mengemukakan kesimpulan yang tepat. Sekali lagi tugas ini dibuat agar anda bisa masuk kedalam prosesnya.

1. Pertama, periksa apa yang ditulis Alkitab Ibrani mengenai ayat ini (ingat dalam Mazmur angka ayat terkadang membingungkan). Analisa bentuk kata, preposisi dan kata benda.

2. Kedua, tentukan variasi bacaannya. Disini anda tetap berurusan dengan manuskrip bukti bacaan, bukan sekedar spekulasi. Apa yang dimiliki Perjanjian Lama Yunani? Apakah itu sebuah terjemahan Yahudi atau Kristen (petunjuk: perhatikan tanggal kerja anda)? Bagaimana dengan karya Yahudi lain, seperti Targum? Saat anda mengumpulkan data, anda bisa melihat sejumlah penjabaran, tapi seluruh versi ini kelihatannya memiliki sebuah kata kerja, sedangkan MT kata benda.

3. Sekarang kembali ke bentuk dan perhatikan dengan seksama. Apakah fakta bahwa kata bendanya berakhir dengan sebuah yod membantu anda melihat seberapa dekat bentuk itu terhadap kata kerja yang diakhiri dengan waw (untuk shureq untuk ??they??). Seberapa mirip yod dan waw ditulis dalam manuskrip? Jadi, apakah ini merupakan perubahan tidak disengaja?

4. Atau, karena perubahan itu bukan terjadi diawal penjabaran Yahudi tapi sesudahnya, apakah ini menunjukan sebuah perubahan disengaja atas teks pada baris yang secara teologis signifikan? Ini sangat sulit dibuktikan, tapi ada beberapa petunjuk kearah ini dari J. ben Chayyim, salah satu sarjana yang pertama kali menerbitkan manuskrip Ibrani dengan catatan pinggir. Untuk menjelaskan perkembangan aneh dan argumennya, baca pembahasannya dalam C. D. Ginsburg, Introduction to the Massoretico-Critical Edition of the Hebrew Bible (KTAV Publishing House Inc.), pages 968 (atau mulai dengan 964) - 972. Seluruh pembahasan berkaitan dengan daftar kata juru tulis yang muncul dua kali dalam Alkitab dengan perbedaan arti disetiap tempat, jadi jika sebuah kata muncul didaftar disalah satu bagian, pasangannya pasti memiliki arti berbeda. Itu sebuah kesaksian terhadap ide juru tulis mengenai maksud kata itu dalam bagian tersebut. Mungkin detilnya membingungkan anda, karena anda mulai membaca dihalaman 968. Tapi pokok pembahasan seharusnya bisa dimengerti, dan memberikan sebuah jendela bagaimana teologi terkadang mempengaruhi pekerjaan tekstual.

5. Sekarang coba tarik kesimpulan mengenai ayat ini. Jelaskan bagaimana pendapat anda jika ana membela kedua pandangan.

Tugas 9
Kritik Tekstual dari Mazmur 2:9

Pada tugas yang lalu sebagai seorang eksegetor Kristen anda mungkin memilih pembacaan ??they pierced?? (seperti para sarjana Yahudi melihat sisi lain). Sulit menahan bias sampai datanya telah dikumpulkan dan dipelajari. Mazmur 2:9 sesulit itu, karena merupakan sebuah aya yang dikutip dalam Perjanjian Baru. Tugas ini akan memberi kita kesempatan berhadapan dengan bentuk masalah itu.

Beberapa sarjana Kristen hanya menganggap ayat ini dikutip dalam Perjanjian Baru dari Perjanjian Lama Yunani, yaitu persetujuan Roh Kudus dari teks Yunani terhadap Ibraninya disaat itu. Andaikan sesederhana itu. Masalahnya adalah dikedua kasus dimana sebuah ayat dikutip dalam Perjanjian Baru dan berbeda dari Ibraninya (beberapa 175 kali), dan melihat Yunaninya sebagai pembacaan asli akan merendahkan seluruh prosedur kritik tekstual. Lebih baik awalnya berurusan dengan masalah tekstual Perjanjian Lama, dan kemudian masalah teologis kutipan antar perjanjian dari versi itu.

1. Analisa ayat itu dari teks Ibrani: ??You will smash them with a rod of iron, you will dash them to pieces like pottery.?? (Pada tahap ini jangan bergantung pada Alkitab Inggris anda (seperti NIV), tapi pastikan apa yang ditulis oleh teks Ibraninya.

2. Kata kerja yang dipertanyakan harus diuraikan. Apa uraian dari tero??em? Hal terpenting, apa akar verbalnya? (Review uraian: suffix telah menyebabkan pengurangan prefix vowel dari qamets ke shewa; sebuah qamets prefix vowel menjadi imperfect akan membatasi anda pada dua tipe irregular verbs). Apa akarnya?

3. Sekarang anda perlu melihat apparatus dan melihat variasi bacaannya. Dalam kasus ini mereka memberi anda bantuan besar (nikmatilah). Mereka memberi anda bentuk Yunani poimaneis, dan merekonstruksi Ibrani tir??em. Biasanya mereka memberi anda Yunaninya, dan anda harus merekonstruksi kata Ibrani apa yang sebenarnya dicari penerjemah tersebut. Jadi anda bisa menguraikan dan menerjemahkan baik Yunani atau Ibraninya. Perhatikan dalam Ibrani prefix vowelnya adalah sebuah hireq. Ini memberitahu banyak mengenai pilihan bagi akarnya. Apa yang akarnya menurut penerjemah tersebut?

4. Ingat manuskrip Ibrani tidak memiliki huruf hidup. Jadi penerjemah Yunani melihat manuskrip dengan empat karakter Ibrani: T - R - ?? - M. Menurut anda apa yang membuat dia menganggap kata kerja itu dari satu akar dan bukan yang lainnya?

5. Sekarang coba kemukakan kasusnya. Ingat bahwa anda harus mengemukakannya dari kedua sisi. Jika bentuknya adalah apa yang dimiliki MT, mengapa juru tulis Yunani memilih yang lain? Atau, jika bentuknya memang sesuai anggapan terjemahan Yunaninya, apa yang membuat juru tulis Ibrani memiliki kata kerja lain? Singkatnya, anda diminta menunjukan pembacaan mana yang lebih sulit, dan pembacaan mana yang paling baik menjelaskan asal mula yang lain. Ingat bahwa juru tulis dalam tradisi Masoretic Text memiliki tradisi oral yang kuat dan lebih mengenal Ibrani daripada juru tulis Yahudi yang tinggal di Alexandria. Itu tidak berarti pembacaan MT selalu benar, tapi pada bentuk yang jarang dan sulit selalu menjadi pertimbangan. Dalam membahas ayat ini anda harus melihat parallelism ayat.

6. Sekarang anda bisa melihat penggunaan ayat itu dalam Perjanjian Baru. Tradisi mana yang digunakan Perjanjian Baru? Apakah tidak umum? Sekarang pikir secara teologis: Apa yang dibutuhkan doktrin inspirasi bagi penggunaan sumber atau versi dalam penulisan teks Perjanjian Baru? Bisakah kutipan betul-betul tepat walau dari bahasa berbeda? Dan apa tujuan utama penulis dalam mengutip Perjanjian Lama? Ingat, prinsip yang anda ambil disini harus diterapkan bagi seluruh kutipan. Pada saat ini jangan menghabiskan banyak waktu dengan hal ini, tapi mulai memikirkan masalahnya atau inspirasi dan teks.

7. Kedua pembacaan sesuai dengan konteks, dan teologi mazmur tersebut, dan keduanya sejalan dengan kebenaran Alkitab (juru tulis cenderung melakukan itu). Apa yang menjadi perbedaan utama antara kedua bacaan tersebut.

Tugas 10
Sintaks Kata Benda dalam Yunus 1

Kita sekarang berfokus pada sintaks (walaupun masalah tekstual jelas membutuhkan pengetahuan mengenai sintaks dan prosedur penelitian kata). Anda akan memperhatikan bagian berbeda dari tata bahasa untuk melihat ragam cara penerjemahannya. Ahli tata bahasa memperlihatkan daftar kemungkinan penggunaannya dari Alkitab, menamakan atau mengelompokannya, dan menjelaskan perbedaannya. Mereka mengusahakan agar daftarnya tetap singkat, dan bisa mengklasifikasi penggunaannya dengan opsi sebisanya. Terkadang penggunaan tidak sesuai dengan kategori, sehingga penggunaan yang ??jarang?? ditambahkan kedalam daftar. Jika disebut ??jarang??, artinya hanya muncul beberapa kali, dan bukan pilihan pertama dalam klasifikasi tersebut. Selalu bekerja dengan penggunaan umum.

Jadi, bagi tugas ini, mulai dengan sebuah terjemahan klausa secara literal, kemudian klasifikasi maksud tata bahasa atau sintaks, dan jelaskan apa artinya dan bagaimana hal itu mempengaruhi arti baris tersebut. Membuat pengkalimatan sendiri bisa membantu anda menunjukan arti yang tepat. Jangan hanya bergantung pada terjemahan Inggris yang dipermulus (walau anda pasti akan membacanya), karena mereka memuluskan teks terlalu banyak, atau membuat sebuah terjemahan yang terlalu literal, dan anda tidak boleh melihatnya sebagai hasilnya.

Klasifikasi ini bisa membantu, karena saat anda mengajar atau berkotbah dari sebuah bagian, anda ingin menjelaskan dengan baik dan singkat arti dari teks tersebut. Sebagai contoh, ??prince of peace?? dalam Yesaya 9 ditinggalkan tanpa penafsiran. Anda bisa menyebut ??peace?? sebuah objective genitive dan mengatakan judulnya berarti pangeran itu akan menegakan kedamaian. Singkat, langsung kemasalah, jelas. Jadi anda lihat jawabannya tidak membutuhkan pembahasan yang panjang, hanya beberapa kalimat yang jelas.

Untuk kerja sintaks anda cepat atau lambat perlu akses kesumber yang baik. Salah satu yang paling mudah digunakan, dan merupakan dasar dari catatan tulisan ini, adalah Ronald J. Williams, Hebrew Syntax (Toronto). Karya ini pada dasarnya sebuah garis besar dengan satu atau dua contoh bagi setiap poin, tapi memiliki penjelasan yang cukup mendetil. Selain itu anda bisa melihat karya yang lebih menyeluruh mengenai subjek ini, Biblical Hebrew Syntax, by Bruce K. Waltke and M. O??Connor (Winona Lake: Eisenbrauns, 1990). Ini akan memberi sebuah pembahasan mendetil mengenai setiap subjek dalam sintaks Ibrani. Untuk klasifikasi cepat dalam persiapan rutin hal itu lebih dari cukup; tapi saat ada kebutuhan untuk mengerti sintaks secara spesifik, inilah sumber yang harus dimiliki.

1. ??The word of Yahweh came to Jonah?? in verse 1.

2. ??Because their iniquity has ascended before me?? in verse 2 (jangan batasi diri anda pada ??possession??).

3. ??Tarshish?? in verse 3 (kata ini muncul tiga kali, semua dengan klasifikasi yang sama; spelling dua diantaranya bisa membantu anda dalam memutuskan).

4. ??Now Jonah had gone down into the lower part of the ship?? in verse 5.

5. ??And the captain of the crew drew near?? in verse 6.

6. ??And they said, a man to his neighbor?? in verse 7.

7. ??I am a Hebrew, and I fear Yahweh, the God of heaven?? in verse 9 (kelompokan dan jelaskan ketiga kata tersebut).

8. ??And the sea ceased from its raging?? in verse 15 (lakukan lebih dari ??possession??).

9. ??And the men feared Yahweh with a great fear?? in verse 16 (kelompokan keduanya).

10. ??And they sacrificed a sacrifice in verse 16 (jelaskan dengan tepat maksud konstruksi ini).

Tugas 11
Sintaks Kata Kerja dalam Mazmur 3

Kitab Mazmur adalah salah satu bagian Alkitab dimana pengertian tepat dari kata kerja Ibrani merupakan hal yang sangat penting. Halangannya adalah kita telah terlalu biasa dengan versi tertentu dari mazmur sehingga sulit memeriksa sampai kita tahu tafsiran yang tepat. Tugas ini memberi kita kesempatan bekerja dengan tenses dalam sebuah mazmur ratapan. Selain itu, kita juga akan mereview satu dua kiasan.

Sebuah mazmur ratapan, yang telah kita lihat sebelumnya, biasanya dimulai dengan tangisan kepada TUHAN dan ratapan seseorang (musuh, penderitaan, dll). Diikuti dengan bagian tentang keyakinan, diikuti oleh doa (bagian petisi). Mazmur ini biasanya ditutup dengan kalimat pujian, yaitu pujian sumpah, dimana pemazmur menyatakan apa yang akan dilakukannya jika doa itu terjawab. Didalam Mazmur 3 bagiannya terbagi sebagai berikut: Tangisan dan Ratapan (1,2), Kepercayaan (3-6), Permohonan (7,8), Pujian (8). Ini membantu kita bekerja dengan kata kerja.

Bagi setiap kata dibawa, kelompokan nuansa kata kerjanya, atau tipe kiasannya, dan berikan terjemahan yang jelas atau penjelasan.

1. ??You are the one who lifts my head?? in verse 3 (hanya kiasannya).

2. ??To the LORD I cry (??eqra??) aloud?? in verse 4 (ini adalah terjemahan NIV, untuk kenyamanan; anda bisa tidak setuju).

3. ??And he answers me (wayya??aneni) in verse 4 (sekali lagi, NIV, tapi uraikan bentuknya, dan tentukan apakah itu mempengaruhi cara anda melihat kata kerjanya sebelum ini).

4. ??I lie down and sleep?? (shakabti and wa??ishanah) in verse 4 (sekali lagi, ini terjemahan NIV; uraikan kata kerja Ibraninya dan kelompokan mereka dalam konteks).

5. ??I wake up because the LORD sustains me (heqitsoti and yismekeni) in verse 5 (sekali lagi terjemahan NIV; uraikan dan kelompokan kedua kata kerjanya. Anda mulai melihat bahwa pilihannya adalah sesuatu dalam present time bagi seluruh kata kerja yang membuat pernyataan umum tentang Tuhan, atau petunjuk past time dimana pemazmur melaporkan apa yang terjadi. Saya tidak peduli pandangan mana yang anda ambil, hanya apakah anda tahu bagaimana mengelompokan kata kerja ini dalam kedua kasus).

6. ??Arise, O LORD?? in verse 7 (hanya bahasa kiasan).

7. ??For you have struck (hikkita) all my enemies on the jaw?? in verse 7 (Sekali lagi NIV, Uraikan dan kelompokan bentuk kata kerjanya).

8. Sekarang berurusan dengan bahasa kiasan dalam ayat 7b. Pemazmur berkata Tuhan akan memukul musuhnya dirahang, dan menghancurkan gigi mereka. Jelaskan kata kerjanya. Apakah Tuhan akan melakukannya? Kiasan apa yang kita miliki disini? Kemudian bahas kata ??rahang?? dan ??gigi.?? Hanya rahang dan gigi? Atau artinya lebih dari itu? Kelompokan kiasannya. Sekarang kemukakan dengan kalimat anda sendiri maksud dari klausa ini.

Tugas 12
Sintaks Volitives dalam Kejadian 12:1-3

Tugas ini memberi kita kesempatan bekerja dengan volitional mood disalah satu bagian penting, Panggilan Abraham. Disini kita harus tepat dalam menguraikannya sebelum mengelompokan bentuk kata kerjanya. Fokus utama ada pada imperative, jussive dan cohortative; tapi kita akan bekerja dengan kata kerja lain juga untuk melihat perbedaannya.

1. ??And the LORD said (wayyo??mer) in verse 1. Alkitab mengatakan Abram menerima panggilan di Ur (Gen. 15) sebelum dia pergi ke Haran. Bagaimana gambaran penerjemah dalam terjemahannya terhadap kata kerja ini?

2. ??Get you out (lek)?? in verse 1. Urai bentuknya, dan jelaskan tekanan dibaris ini.

3. ??And I will make you (we??e??eska) ? and I will bless you (wa??abarekeka) ? and I will make great (wa??agaddelah) your name?? in verse 2. Uraikan ketiga bentuk ini. Hati-hati, dua bentuk pertama memiliki suffix, sehingga memiliki dua kemungkinan; yang ketiga tidak, karena itu sangat tepat. Apakah mereka seharusnya memiliki uraian yang sama? Sekarang, jelaskan bagaimana mereka digunakan melihat fakta bahwa semuanya dimulai dengan sebuah waw dan mengikuti imperative sesudahnya.

4. Apa arti dasar dari barak, ??to bless.?? Lihat sebentar penggunaan bentuk itu dan beberapa materi yang tersedia sehingga anda bisa menjelaskan artinya ??to bless.??

5. Uraikan wehyeh dalam ayat 2 (biasanya diterjemahkan ??and you shall be a blessing??). Dengan uraian itu serta waw, bagaimana tafsirannya mengikuti volitives sebelumnya?

6. Uraikan dan kelompokan ??and I will bless?? (wa??abarakah) dipermulaan ayat 3.

7. Uraikan bentuk u-meqallelka diayat yang sama. Ada masalah tekstual pada kata ini. Apa yang dikatakan apparatus mengenai variasnya. Anda tidak perlu menyelesaikan masalahnya, hanya kemukakan dengan jelas apa itu, dan bagaimana hal itu berbeda dari yang ada dalam teks.

8. Sekarang uraikan ??I will curse?? (??a??or) dalam ayat 3. Apakah ini juga sebuah cohortative? Jika tidak, mengapa ada perubahan, dan apa klasifikasi terbaik dan tafsirannya?

9. Mengapa ada perubahan kosa katanya? Apa perbedaan antara ??arar dan qalal? Keduanya diterjemahkan ??curse?? dibaris itu. Mana kata yang lebih kuat?

10. Uraikan wenibreku, biasannya diterjemahkan ??and will be blessed?? (in verse 3). Apa stem verbal (system-- qal, niphal, piel, etc) yang kita miliki disini? Cara-cara bentuk ini bisa diterjemahkan? Dukungan apa yang ada bagi masing-masing?

Tugas 13
Sintaks Bentuk Verbal dalam Mazmur 126

Tiga ayat terakhir Mazmur 126 menggunakan bentuk verbal dan bahasa kiasan yang dikenal baik oleh pembaca Alkitab tapi tidak dimengerti dengan jelas. Anda bisa mengingat ide umum mazmur ini, latar belakang dan perhatian utamanya, sebelum menjawab pertanyaan ini.

1. Ayat 4 adalah sebuah permohonan kepada TUHAN untuk memperbaharui yang tertawan ke Zion. Ini menggunakan bahasa kiasan seperti, ??like streams in the desert.?? Kelompokan kiasan ini dan jelaskan dalam konteks mazmur ini (anda perlu tahu mengenai streams in the desert).

2. Ayat 5 memberi kita ringkasan, dan ayat 6 mengelaborasi lebih detil. Pertama, uraikan dan kelompokan hazzore??im (biasanya diterjemahkan ??those who sow??).

3. Analisa kiasan dibaris ini. Pertama, menabur dan menuai. Apakah ini literal, atau memiliki arti lain melalui perbandingan? Kedua, tears and ringing cries. Apakah mereka menangis sepanjang waktu menabur, atau kata-kata ini mewakili hal yang lain. Sekarang jelaskan pengaturan ayat ini, paralelnya dan urutan kata terbalik dalam dua setengahnya.

4. Dalam ayat 6a kita melihat ??he may indeed go forth while weeping?? (versi berbeda menerjemahkannya secara berbeda). Uraikan ketiga bentuk kata kerjanya: yelek, halok, dan u-bakoh. Apa klasifikasi dari kata kerja utamanya? Bagaimana dua bentuk lainnya bekerja dengan kata kerja utama ini??klasifikasikan dan jelaskan.

5. Uraikan nose?? (??carrying??) diayat yang sama. Bagaimana bentuk ini berfungsi sesuai dengan sintaks? Dan, menurut anda apa maksud penulis dengan sekantung benih, atau dia sedang membandingkannya dengan hal lain? Jika demikian, kelompokan kiasan itu dan jelaskan maksud penulis (dan bagaimana anda tahu).

6. Sekarang kita melihat ??he will surely return,?? atau versi lainnya, ??doubtless he will return?? dalam ayat 6b. Uraikan dan klasifikasikan bo?? diawalnya.

7. Apa arti dasar dari rinnah (dari akar kata ranan) dalam Mazmur, terutama dalam ayat ini?

8. Sekarang pendapat tentang struktur ayat 6 secara keseluruhan. Perhatikan parallelism antar keduanya dengan nose?? dimulai dibagian akhir masing-masing. Tapi komentari kontras antar kedua bagian.

9. Sekarang, setelah memiliki arti dari ??seed,?? apa arti dari ??sheaves???

10. Apa pengaruh gambaran ini terhadap bagian Perjanjian Barunya? Apa maksud benih dalam bagian tersebut?

Tugas 14
Sintaks 2 Samuel 11:1-5

Baca keseluruhan bagian diberbagai Alkitab Inggris untuk mengerti apa yang sedang terjadi dalam cerita Daud dan Bethseba. Sekarang analisa beberapa poin mengenai tata bahasa dan arti beberapa kata, menggunakan pertanyaan ini.

1. Pertanyaan cultural: Saat apa hal itu terjadi dan mengapa saat menjadi saat raja pergi perang?

2. Diakhir ayat 1 kita melihat ??and David stayed in Jerusalem.?? Klasifikasi waw (??and??) pada ??David.?? Bagaimana anda tahu ini tipe waw? Dan apa penggunaannya dalam ayat tersebut?

3. Pertanyaan Geografis: Siapa yang berada disotoh istana? Dimana Daud dan dimana Bethseba saat Daud melihatnya? Apa yang anda ketahui tentang situasi kota Daud?

4. Diakhir ayat 3 kita mendapat laporan, ??and the woman was very beautiful of appearance??. Klasifikasi waw (??and??) terhadap ??the woman.?? Apa penggunaan tipe waw ini sekarang?

5. Pertanyaan Konkordansi: Dimana lagi Alkitab memiliki gambaran wanita seperti ini? Apa perkataan mengenai Daud dalam konteks ini?

6. Didalam ayat 4 kita melihat ??and she washed herself from her impurity.?? Klausa ini juga dimulai dengan sebuah waw pada sebuah non-verb. Bentuk waw apa yang kita miliki? Apa fungsi klausa ini jika tidak dalam urutan? Jika dalam urutan (i.e., pembersihan datang setelah dosa), bagaimana klausa itu akan ditulis? S. R. Driver on Notes on Samuel sangat membantu jika anda terbentur.

7. Dalam klausa yang sama kita memiliki kata pembersihan mitqaddeshet. Uraikan bentuk itu. Apa akarnya, dan apa artinya? Apa kata kerja bagi ??washing?? dalam ayat 2? Ada laporan mengenai apa yang Daud lihat; disini penulis memberitahu apa yang pada kenyataannya dilakukan perempuan itu. Apa perbedaannya? Jadi, apakah Betsheba ??mempertontonkan daging?? bagi yang diatas, seperti yang banyak dikotbahkan?

8. ??Dan dia mengirim?? berita kepada Daud (verse 5). Kata kerja ??send?? kelihatannya sebuah kata kerja yang menghubungkan seluruh bagian ini. Lacak dimana penggunaannya dalam pasal 11 dan 12.

Tugas 15
Teologi Alkitab dan Keluaran 6:2

Tugas pertama mengenai Teologi Alkitab akan membawa kita pada salah satu bagian penting Alkitab bagi teologi??pernyataan Diri Allah kepada Musa. Anda harus membaca seluruh Keluaran 1-6 untuk merasakan bagian ini. Anda bebas membaca buku tafsiran jika itu mau anda, tapi tidak selalu memberi anda detil bagi bentuk analisa ini. Anda bisa membaca beberapa karya Yahudi: Segal, The Pentateuch, Cassuto, Exodus, and Benno Jacobs, Exodus.

1. Pertama, kita perlu melihat wahyu awal TUHAN dalam Keluaran 3:14. Dari konteks dan latar belakang sejarah, mengapa Musa meminta Tuhan menunjukan diriNya melalui nama? Dan, apakah Tuhan memang melakukannya (mengapa dia tidak menjawab dengan ??Yahweh??)? Analisa Ibraninya ??I am that I am.?? Kemukakan beberapa kemungkinan penjelasan bagi kata kerja ini dan maksud yang sebenarnya? Jika bentuk ini berarti ??I am,?? apa maksud nama Yahweh sebenarnya?

2. Bagaimana LXX Yunani menerjemahkan nama itu, dan penjelasan yang diberikan kepada Musa? Apakah ini terjemahan yang benar, apakah ini mencerminkan mentalitas Yunani, apakah ini sejalan dengan eksposisi Alkitab sesudahnya mengenai nama ini?

3. Sekarang kita melihat Kejadian 6:2, 3. Sekilas terdengar sepertinya teks ini berkata bahwa para leluhur tidak mengetahui nama Yahweh. Apakah data dalam Kejadian mendukung ide ini (anda perlu melihat bagian dalam Kejadian 4:26, atau 12:8, atau 22:14)? Jika ini nama yang benar-benar baru yang diberikan kepada Musa, bagaimana tua-tua mengetahui dialah yang dikirim oleh Allah mereka?

4. Didalam ayat 3 Tuhan berkata dia menyatakan diri sebagai El Shadday. Uraikan kata kerja wa??era?? dan klasifikasi preposisi El Shadday (jarang digunakan). Dimana Tuhan menggunakan nama El Shadday dalam Kejadian, dan menurut anda arti nama itu bagi mereka (bukti). Apakah El Shadday sebuah nama, atau deskripsi?

5. Teknya menulis, ??But my name Yahweh I was not known to them.?? Disini kontrasnya membawa nuansa preposisi dari El Shadday, jadi itu bisa ??but as Yahweh.?? Uraikan kata kerja noda??ti. Apa arti dasar dari akarnya, dan apa ada perbedaan tingkatan mengetahui? (Perhatikan ayat 7, ??Then you will know that I am Yahweh??). Jadi, dalam arti apa para leluhur telah mengenal nama itu, tapi tidak mengetahuinya? Untuk situasi yang mirip, lihat Yesaya 52:6, disana umat Israel akan diselamatkan dari penawanan.

6. Jadi sekarang kita perlu melihat kembali nama kudus Yahweh. Bagaimana anda menggambarkan pentingnya nama ini dalam Perjanjian Lama? Dengan kata lain, jika teksnya menggunakan ??God,?? atau ??El Shadday,?? atau ??Yahweh,?? apa perbedaannya?

7. Sekarang katakana beberapa hal mengenai perkembangan program perjanjian Tuhan dalam Keluaran (yang adalah inti teologi Perjanjian Lama). Perhatikan dalam Keluaran 6:4 saat Tuhan berkata dia tidak mengijinkan dirinya dikenal sebagai El Shadday, dia juga berkata akan menegakan sebuah perjanjian dengan mereka. Bagaimana hal itu sekarang berkembang?

Tugas 16
Teologi Mazmur 33

Sekarang kita ingin memperhatikan sepenggal puisi untuk melihat bahwa disana juga terdapat pesan teologis. Mazmur 33 adalah sebuah mazmur pujian. Didalam tipe mazmur ini biasanya ada panggilan singkat untuk memuji (1-3), kemudian sebab pujian (4-19), baru sebuah kesimpulan (ayat-ayat terkahir). Kita akan berfokus pada sebab, atau alasan, panggilan memuji.

1. Ayat 4 dan 5 memulai bagian ini. Bagi gaya Ibrani memang benar mereka membentuk ringkasan seluruh bagian: ayat 4 berfokus pada kata dan karya Tuhan, dan ayat 5 berbicara mengenai kebenaran dan kasih setia. Bagian ini akan membantu anda menjabarkannya, karena awalnya dia berurusan dengan perkataan TUHAN (4-9) dan karyaNya (10-12), kemudian dia membahas kebenaranNya (13-15) dan kasih setiaNya (16-19). Dan pada kasih setia TUHAN pemazmur selesai dengan doa penutupnya.

2. Hal pertama yang harus anda lakukan agar bisa melihat gambaran mazmur ini adalah membuat bagan teologi dari bagian ini. Pada sehelai kertas, buat tiga bagian: Tuhan, Ciptaan, dan Perjanjian. Diatas bagian Tuhan, buat tiga kolom: nama, atribut, dan karya. Sekarang baca mazmur itu satu dua kali dan beri catatan singkat dibawa setiap bagian (dan ayat) dari mazmur tersebut. Kemudian pada bagian Ciptaan, anda letakan kolom alam, dan manusia, bagaimana mereka digambarkan, dan apa yang mereka lakukan, dll. Kategori ini sesuai dengan apa yang terdapat dalam bagian ini. Anda bisa membagi manusia antara yang jahat dan benar, jika mereka dikontraskan dalam bagian ini. Kemudian anda baca mazmur ini sekali lagi dan catat beberapa ide disetiap kolom untuk mendapat sebuah survey. Ingat, anda hanya membuat catatan singkat, bukan menulis paragraph. Ini adalah bagan satu halaman. Pada bagian ketiga anda berurusan dengan Perjanjian. Disini kategori anda seperti bagian Tuhan atau penegakan perjanjian, atau perlindungan Tuhan atas perjanjian, apapun yang dimiliki bagian ini, dan satu bagian mengenai respon umat manusia atau persyaratannya, seperti iman, atau ketaatan, atau jika itu dosa atau pemberontakan, menjadi kolom terpisah. Maksud dari bagan ini adalah mengeluarkan ide teologis utama dalam sebuah bagian Alkitab, karena itu membantu anda mengartikulasi teologinya.

3. Ingat, anda harus mendefinisikan kata teologisnya secara tepat, dan jelaskan bahasa kiasannya.

4. Sekarang anda perlu mengembangkan ide teologis dari mazmur. Tujuan anda adalah menulis satu pernyataan proposisional yang jelas, sebuah prinsip teologi. Kalimatnya bisa rumit, atau tersusun, tapi hanya satu kalimat saja. Ini memaksa anda untuk tepat. Singkatnya, jika anda hanya bisa memiliki satu kalimat mengenai perkataan Tuhan dalam Mazmur 33, inilah kalimatnya. (Hal ini membantu anda berpikir jernih dalam pengembangan eksposisi selanjutnya).

5. Setelah itu anda harus mempelajari penemuan anda pada bagan dan melihat dimana penekanan dari mazmur ini. Disini penekanannya pada pribadi dan karya Tuhan. Itu akan menjadi pernyataan dasar. Tapi, pernyataan itu harus mempertimbangkan dampak kebenaran ini pada orang lain. Langkah ini panjang dalam pemikiran dan pendek pada tulisan.

6. Sekarang berikan beberapa ide bagaimana panggilan awal untuk memuji dan kesimpulannya membantu komunikasi teologi ini. Anda mungkin perlu berkomentar mengenai maksud pemazmur dengan ??sing a new song,?? atau, ??wait on the LORD.??

7. Terakhir, apa ada bagian Perjanjian Baru yang teringat dimana kebenaran yang sama dikemukakan bersama? Jangan daftarkan sejumlah bagian disetiap detilnya; temukan satu, dua atau paling banyak tiga bagian dimana tema utama mazmur ini ditegaskan dan diajarkan oleh Perjanjian Baru.

Tugas 17
Teologi Kejadian 22:1-19 dan Romans 8:32

Hal yang ingin kita lakukan pada tugas ini adalah menemukan bagaimana Perjanjian Baru membawa teologi sebuah bagian sampai kepada kegenapannya. Dengan kata lain, para penulis Perjanjian Baru tidak hanya ??proof texting?? dari Perjanjian Lama, tapi melihat bagaimana yang Lama telah digenapi, atau menemukan arti lengkapnya dalam yang Baru.

1. Pertama, kita mau menentukan teologi Kejadian 22:1-19. Disini anda akan mengikuti langkah yang sama seperti Mazmur 33. Beri bagan ide-ide teologi dari bagian ini, dan ringkas poin teologisnya. Ada dua kesulitan baru dalam bagian ini. Pertama, apapun keseluruhan ajaran teologisnya, kejadiannya adalah sebuah ujian. Jadi anda akan memiliki sebuah tindakan Tuhan menguji iman manusia, dan pesan teologis utama lainnya dari bagian ini. Kedua, kita memiliki penamaan komemoratif dan sebuah perumpamaan diakhir cerita. Hal ini menangkap dan menyimpan pesan utama teks ini, dan sangat berpengaruh dalam artikulasi ide teologis.

2. Sekarang kita perlu melihat Roma 8:32. Apa pesan dari konteks ayat ini? Dan bagaimana sang rasul terikat dalam Kejadian 22? Dan apa maksud utama Paulus melalui analogi yang dibuatnya? Bagaimana pemeliharaan Tuhan di Roma menggenapi pemeliharaan yang dicatat dalam Kejadian?

3. Apa yang dikatakan analogi ini mengenai detil lain dalam cerita ini? Seberapa jauh kita bisa menekan paralelnya? Siapa yang diwakili Abraham dalam tipologinya? Siapa yang diwakili Ishak? Dimana Moriah menurut Tawarik? Apa aturan yang anda berikan untuk menjaga paralel yang dibuat tetap didalam ikatan?

Tugas 18
Penggunaan Keluaran 34:29-35 dalam 2 Corinthians 3:12-18

Tujuan dari tugas ini adalah meneruskan langkah yang lalu lebih jauh lagi, yaitu, melihat bagaimana para penulis Perjanjian Baru membawa Perjanjian Lama kepada kegenapannya, atau menggunakannya untuk kotbah rohani.

1. Langkah pertama adalah mempelajari dua bagian secara menyeluruh. Buat sebuah daftar tema paralel dalam kedua bagian, dan masing-masing dijelaskan kesamaan atau perbedaan artinya.

2. Langkah kedua, mengartikulasikan bagaimana Paulus menggunakan Perjanjian Lama. Jika dia tidak menganggap materi Keluaran sebagai nubuat, atau tipe, bagaimana dia menggunakannya? Apakah Paulus sering melakukannya dalam Perjanjian Baru? Apakah anda bisa menemukan contoh dimana Yesus menggunakan Perjanjian Lama dengan cara yang sama?

3. Didalam pasal ini Paulus berkata orang Yahudi yang tidak percaya tidak mengerti Kitab Suci. Dia menggunakan metode orang Yahudi dalam menggunakan Kitab Suci. Apakah metode pembacaan Alkitab yang menjadi masalah? Atau ada sesuatu yang lebih rohani dari itu? Dengan kata lain, apakah Paulus berpikir cara membaca Taurat merupakan alternatif sah bagi Kekristenan?

4. Apakah anda bisa menuliskan beberapa aturan bagi penggunaannya dalam Kitab Suci yang bisa berguna saat anda menjabarkan Perjanjian Lama dimasa yang akan datang? Apa yang menghalangi kita membuat hubungan tidak sah antar Perjanjian (atau, bagaimana kita tahu kalau penerapan teologis kita dari Perjanjian Lama sejalan dengan yang dimaksudkan Tuhan)?

Tugas 19
Pelajaran dari Maleakhi 1:6-14

Fokus kita dalam tugas ini adalah membentuk penerapan yang sah. Disatu sisi tugas ini cukup sulit saat anda tidak melakukan persiapan eksegetikal yang menyeluruh; tapi disisi lain saya telah memilih sebuah kotbah nubuat, yang membuat tugas ini agak mudah daripada menarik penerapan, Taurat, atau sebuah garis keturunan.

1. Pertama, cari fakta. Siapa target pendengar Maleakhi? Siapa yang dipengaruhi mereka? Apa alasan kotbah ini (apakah mereka berbuat salah? Bagaimana hal itu melanggar Hukum Allah?

2. Kepada siapa dan apa hubungan semua ini dengan masa sekarang? Coba temukan situasi yang sama dimasa kini, dan partisipan yang berhubungan.

3. Bagaimana tindakan berdosa yang dikatakan nabi dengan ??despise His name??? Disini anda perlu melihat arti dari ??nama?? TUHAN. Apakah pendengar Maleakhi berpikir kalau mereka menghina nama itu?

4. Apa yang disuruh nabi untuk mereka lakukan, secara spesifik?

5. Apakah nabi itu ingin bait ditutup sehingga tidak seorangpun bisa beribadah, atau apakah ekspresi dalam ayat 10 ini bersifat retorika?

6. Apa yang Tuhan katakana akan dilakukanNya (vv. 11 and 14). Mengapa hal ini penting dalam sebuah bagian yang menegur para pemimpin Israel?

7. Bisakah anda mendapatkan paralel ayat 14 dalam Perjanjian Baru?

8. Jika para pelayan menemukan pekerjaan itu bukan yang terbaik bagi Tuhan, bagaimana perubahan yang mereka lakukan? Disini anda harus berpikir serius diluar teks, karena itu hanya menunjukan apa yang mereka mungkin lakukan. Langkah praktis apa yang anda sarankan bagi orang lain untuk mendapatkan kembali komitmen mereka? Pastikan bagaimana usulan anda ada dalam bagian tersebut, dan bagaimana semua itu didukung oleh bagian lain dalam Kitab Suci.

Tugas 20
Tulisan Narasi: Kejadian 4:1-16

Sekarang kita berkesempatan bekerja melalui sebuah tulisan narasi yang luar biasa. Anda akan menemukan kalau narasi Ibrani sangat berbeda dari, Yunani. Hal ini tidak memberikan banyak detil, tapi cukup detil untuk bisa mengerti ceritanya. Unit dari sebuah narasi melalui sebuah ketegangan: ada sedikit latar belakang atau deskripsi untuk memulai, kemudian ada perkembangan krisis dan jawabannya, baru akhirnya. Didalam kasus ini jawabannya meletakan fondasi bagi masalah lain??itu bukan jawaban yang tepat.

1. Pertama baca seluruh cerita dan tandai atau tunjukan klausa-klausa yang memajukan cerita, bedakan dari yang tidak. Kelompokan klausa-klausa yang tidak memajukan cerita, apakah penggunaan (seperti purpose clause) atau alam (seperti kutipan langsung). Putuskan siapa aktor utama dalam bagian tersebut (siapa subjek dari sebagian besar klausa).

2. Bagaimana cerita ini membandingkan Kain dan Habel (salah satu cara adalah melalui pengaturan klausa, dan lainnya melalui pengulangan istilah)?

3. Apa yang benar dari korbannya Habel dan apa yang salah dengan korbannya Kain??atau apakah hanya korbannya yang menjadi masalah? Apakah itu minkhah? Bisakah itu binatang atau sayuran? Apa yang dikatakan kitab Ibrani mengenai perbedaannya? Bagaimana deskripsi korban mereka membantu anda melihat hal ini?

4. Sekarang analisan perkataan TUHAN kepada Kain dalam ayat 7. Apakah perkataan Tuhan dalam ayat ini literal, atau ada elemen retorik didalamnya? NIV menulis ??If you do what is right you will be accepted.?? Apa arti literal dari klausa itu? Menurut anda apa yang Tuhan katakana? Sedekat apa klausa terakhir ayat 7 dengan bagian akhir 3:16? Mengapa ini?

5. Pada percakapan kedua, kita mulai dengan pertanyaan ilahi (ayat 9); apakah ini retorika? Jelaskan apa yang dimaksud oleh hal itu.
Dan respon Kain sudah diketahui umum: Am I my brother??s keeper? Apa jawaban terhadap pertanyaan Kain? Mengapa?
Perkataan TUHAN dalam ayat 10-12 cukup maju mengenai kutuk di Kejadian 3. Perhatikan beberapa perkembangan atau intensifikasi yang muncul disini.
Analisa respon Kain terhadap hal ini dalam ayat 13 dan 14. ??My punishment (NIV) is too great to bear.?? Apa arti kata ??punishment?? disini. Apa kategori artinya? Jika itu berarti ??punishment??, bahasa kiasan apa yang membawa anda kearti ini? Jadi sebenarnya apa yang dikatakan Kain?
Kemudian kita memiliki respon Tuhan dalam ayat 15. Bagaimana ayat ini dihubungkan dengan masalah pembalasan darah? Didalam Taurat, apa ??tanda?? pada Kain?

6. Mengapa itu disebut tanah Nod?

7. Sekarang, putuskan ini cerita mengenai apa. Ini akan membuat anda mempertimbangkan baris cerita dan bagaimana deskripsi narrator dan kutipan yang menafsirkan apa yang terjadi. Anda harus bisa melihat adanya pembukaan bertahap ketidakpercayaan Kain, langkah demi langkah, sehingga pada akhirnya jelas dia tidak beriman. Tapi cobalah menyatakannya dalam satu dua kalimat pendapat anda apa tema cerita dan seluruh perkembangannya. Untuk membantu anda melakukan hal ini, tanyakan bagaimana cerita ini sesuai dengan konteks Kejadian 2-4.

8. Pertama kali buat penerapan kontekstualnya, apa perintah Tuhan bagi Kain? Apa artinya ??berbuat baik???

9. Perjanjian Baru merujuk Kain dibeberapa bagiannya, tapi Yohanes dalam suratnya membalik ceritanya untuk membuat penerapan positif. Apa itu? Bagaimana itu bisa berasal dari bagian tersebut? Bisakah mengerti ??berbuat baik???

10. Secara teologis, apa yang dikatakan cerita ini mengenai pribadi dan karya TUHAN? Apa yang dikatakan mengenai nature manusia? Apakah memberi gambaran apa yang harus dicari orang benar dalam dunia saat berusaha beribadah kepada TUHAN?

Tugas 21
Tulisan Hukum: Imamat 19

Sekarang kita melihat tulisan hukum. Disini Imamat 19 memberi kesempatan bekerja dengan beberapa hukum tertentu untuk melihat bagaimana mereka digunakan dalam eksposisi dimasa kini.

1. Gambarkan secara singkat nature dan tujuan dari Hukum Israel. Singkat, langsung, dan jelas.

2. Sekarang letakan aturan yang ingin anda berikan keorang lain dalam menerapkan Hukum kedalam kehidupan Kristen. Prosedur apa yang akan anda ikuti jika sebuah hukum diikuti secara literal dimasa kini, disyaratkan atau dilakukan didalam Kristus?

3. Sekarang kita memiliki beberapa hukum dipasal ini dimana kita bisa menguji ide ini.

4. Bagi setiap hukum yang dipilih, kemukakan hukumnya, jelaskan apa artinya dan mengapa ada disitu, dan kemukakan bagaimana itu diterapkan oleh orang Kristen, mengapa, dan bagian Perjanjian Baru mana yang bisa mendukung maksud anda.

A.

Ayat 3

Hormati ayah dan ibu

B.

Ayat 3

Hormati hari sabat

C.

Ayat 5

Makan Korban Keselamatan dengan tepat

D.

Ayat 9, 10

Sisakan sebagian

E.

Ayat 15

Berbuat tidak adil

F.

Ayat 19

Mencampur binatang, benih, dan pakaian

G.

Ayat 20

Seks dengan budak wanita

H.

Ayat 23-25

Buah-buahan dari pohon

I.

Ayat 28

Memotong dan menato tubuh

J.

Ayat 31

Perantara roh

5. Terakhir, apa tema pasal ini, bagian yang terus diulang? Bentuk teks apa membuka diri diasosiasikan dalam Perjanjian Lama? Apa yang dikatakan mengenai perintah dalam pasal ini?

Tugas 22
Tulisan Hikmat: Amsal 31:10-31

Tugas ini akan membantu kita memikirkan bagaimana kita menggunakan tulisan hikmat dalam eksposisi eksegetis. Amsal 31 yang terkenal ini akan menjadi bagian kita dalam tugas ini.

1. Pertama, kita perlu meletakan deskripsi syarat dari tulisan hikmat. Apa bentuk-bentuk dari tulisan hikmat? Apa bentuk utama dari tulisan hikmat? Apa tujuan dari tulisan hikmat (pertanyaan apa yang dibahasnya)?

2. Tulisan hikmat dikarakteristikan dengan kosa kata tertentu, setidaknya menggunakan kata tertentu lebih ekstensif daripada bagian Alkitab lainnya. Pada inti kosa kata adalah kata ??hikmat.?? Definisikan secara singkat arti dari dua kata utama yang digunakan bagi kata ??hikmat.?? Kemudian lakukan hal yang sama bagi kata ??bodoh.?? Letakan deskripsi anda dalam istilah praktis.

3. Bagaimana kitab Amsal menggunakan personafikasi? Perhatikan beberapa pasal dimana hal ini muncul, dan deskripsikan masing-masing secara singkat.

4. Terakhir, apa struktur dari kitab ini? Gambarkan secara singkat garis besar dari kitab ini (jangan menulis 375 point untuk amsal ini sendiri). Karena pasal 1-9 biasanya dilihat sebagai bentuk lain dari amsal yang sebenarnya, anda perlu menjelaskan apa itu sebuah amsal.

5. Sekarang anda bisa menyatukan bagian kita. Pertama, anda perlu membuat beberapa observasi teks. Jelaskan pengaturan alfabetiknya, penggunaan istilah kasar atau militer, dan paralel strukturnya dengan himne. Bagaimana anda melakukannya?

6. Sekarang buat garis besar bagian ini untuk melacak bentuk-bentuk berbeda, dan bagi setiap entri kemukakan prinsip yang diajarkan oleh tulisan hikmat.

7. Apa yang terlewatkan dari bagian ini? Mengapa demikian?

Tugas 23
Tulisan Himne: Mazmur 30

Sekarang kita bekerja dengan sebuah mazmur, sebuah mazmur pendek tapi rumit jika anda tidak tahu caranya berurusan dengan tulisan mazmur. Mazmur ini memiliki tema atau pesan utama, dan tidak bisa dilihat terpisah-pisah. Tugas kita adalah menentukan pesan mazmur ini dan bagaimana penerapannya dimasa kini.

1. Mazmur ini memiliki superskripsi histories. Apa maksudnya? Anda mungkin ingin kembali untuk menyelesaikan pertanyaan ini kemudian, tapi isi dari mazmur ini cukup mengganggu, dan kelihatannya tidak sesuai dengan superskripsinya. Apa urutan peristiwa dalam kehidupan Daud yang mengatarnya sampai ke dedikasi?

2. Ini diklasifikasikan sebagai mazmur deklarasi pujian. Apa bagian dari tipe mazmur ini? Buat garis besar singkat (tapi gunakan kalimat lengkap, bukan topik); dalam garis besar anda, ayat 1-3 jelas bersamaan, dan ayat 4 dan 5 dimasukan dengan antusias, panggilan untuk memuji dan memberikan dasar bagi hal itu. Ayat 6-10 bersamaan sebagai laporan dilemma dan keselamatan??penting untuk mengerti dengan baik hal ini karena dia sekarang memuji, sudah tidak berdoa lagi. Kemudian ayat 11 dan 12 memiliki pujian sebenarnya.

3. Pada bagian pertama Daud berkata dia diangkat dari kedalaman, disembuhkan, dan diselamatkan dari lobang. Apakah ini literal atau kiasan. Jelaskan. Anda kemungkinan akan kembali dan menyesuaikan jawaban anda setelah maju lebih jauh lagi, jadi jangan terlalu lama dengan hal ini.

4. Didalam ayat 5 kita memiliki beberapa bahasa kiasan. Kita memiliki ??anger?? dan ??favor?? dan ??moment?? dan ??lifetime.?? Kemudian kita punya ??weeping?? dan ??rejoicing?? diikuti oleh ??night?? dan ??morning.?? Kita memiliki campuran kiasan pengganti dan perbandingan. Jadi kelompokan, dan jelaskan semuanya.

5. Sekarang dalam ayat 6 kita menemukan laporan dilemma. Daud jelas bertindak salah, dan Tuhan murka, tapi sekarang Tuhan telah memulihkan dia. Ayat 6 adalah deskrips puitisnya. Apa yang dirujuknya?

6. Ada beberapa cara menerjemahkan ayat 7. Bandingkan NIV dan terjemahan lainnya. Apakah ??mountain?? digunakan dalam pengertian baik atau jahat? Apa bahasa kiasannya? Dan apa maksudnya Tuhan menyembunyikan wajahNya (kiasan apa dan artinya)?

7. Ayat 9 dan 10 memberitahu kita apa yang didoakannya saat dalam kesulitan. Apa maksudnya ketika dia meminta jika debu dapat memuji Tuhan? Bahasa kiasan apa ini, dan mengapa dia menggunakannya?

8. Sekarang kita sampai kepujian itu sendiri. Disini kita memiliki banyak kiasan. Kita punya ??wailing?? berubah menjadi ??dancing.?? Apa maksudnya dengan hal ini? Dan kiasan apa ini? Dia berkata kain kabungku telah Kaubuka, pinggangku Kauikat dengan sukacita. Sebenarnya apa yang Tuhan lakukan? Jadi kiasan apa ini?

9. Mengapa anda ingin menulis sebuah mazmur pujian tentang pengampunan dosa dan dipulihkan kesehatannya dan sukacita sebagai mazmur yang didedikasikan bagi bait suci?

10. Apa motif teologis utama dalam bagian ini (apa yang anda pelajari mengenai nature dan tindakan Tuhan dalam hubungannya dengan dosa) dan bagaimana semua itu diekspresikan dalam Perjanjian Baru?

Tugas 24
Tulisan Nubuat: Yesaya 11:1-9

Tulisan nubuat terdapat dibanyak tempat dalam Perjanjian Lama, sehingga harus dimengerti. Tapi untuk terbiasa dengan tubuh tulisan ini dibutuhkan lebih dari satu tugas. Bagaimanapun, kita harus memulainya, jadi sebuah bagian mengenai Mesias dalam Yesaya adalah tempat yang baik untuk memulainya.

1. Bagaimana cara anda mendeskripsikan perbedaan bentuk dari tulisan nubuat? Anda juga harus mengatakan satu dua hal mengenai nature para nabi di Israel.

2. Apa latar belakang Yesaya 11? Anda tidak harus masuk kedalam kritik tinggi kitab Yesaya untuk menjawabnya, karena ini adalah bagian pertama dari kitab ini. Tapi apa yang sedang terjadi diwaktu itu dan dampak dari kitab yang disebut ??Book of Immanuel?? ini? Dan, bagaimana pasal ini sesuai dalam urutannya: beri bagan apa yang dikatakan pasal 7,8,9, dan 10 sampai ke poin ini (singkat saja).

3. Bagian ini memiliki tiga bagian, nature dari Mesias (1-3a), nature dari pemerintahan Mesias (3b-5), dan nature dari kerajaan Mesias (6-9). Pada bagian pertama kita memiliki deskripsi mengenai asal mulanya yang rendah hati. Apa gambaran mengenai suatu ??shoot?? dan mengapa itu berasal dari Jesse bukan Daud? Apakah deskripsi ??shoot?? dan ??branch?? ditemukan ditempat lain dalam Yesaya, atau nabi lainnya? Dan apakah ini berbicara pada penggenapannya dalam Perjanjian Baru (petunjuk: dalam Matius)?

4. Didalam ayat 2 kita memiliki serangkaian deskripsi. Sebagian besar Alkitab Inggris tidak menafsirkan dan menerjemahkan hubungan genitive secara mulus. Jadi anda harus melakukannya. ??The Spirit of the LORD?? adalah ekspresi umumnya. Tapi bentuk genitive apa yang kita miliki? Kemudian sisanya, e.g., ??the Spirit of wisdom,?? bentuk genitive apa yang kita miliki? Berikan terjemahan yang dimuluskan untuk menunjukannya.

5. Sekarang kita perlu mendefinisikan dan menjelaskan kata. Apakah ??spirit?? digunakan satu arah atau dua arah dalam bagian ini ? Dengan kata lain, apakah ??spirit of wisdom?? tetap merujuk pada Roh Kudus?

6. Sekarang kita memiliki tiga couplets: wisdom and understanding, counsel and power, knowledge and fear. Mengapa semua dipasangkan demikian (definisikan kata-kata tersebut dan jelaskan bagaimana pengertiannya)?

7. Sebelum kita melanjutkan, apa penggenapan ayat 2 dalam Perjanjian Baru?

8. Sekarang dibagian kedua kita memiliki pemerintahan Mesias. Pertama, kita perlu mengerti apa yang kita maksudkan dengan ??righteousness?? dan ??justice.?? Berikan definisi spesifik bagi masing-masing kata dan tunjukan bagaimana mereka berbeda.
Apakah anda bisa meningkatkan ini ??he will judge the needy???

9. Ayat 4 berbicara mengenai menghajar bumi dengan perkataannya seperti dengan tongkat; bahasa kiasan apa itu ??rod??? Sebenarnya apa yang terjadi? Kapan ini terjadi?
Dan ayat 5 berbicara mengenai kebenaran dan kesetiaan adalah ikat pinggangnya; bahasa kiasan apa itu ??belt??? Apa maksudnya?

10. Sekarang kita sampai pada pemerintahan Mesias. Apakah kata ??wolf?? dan ??lion?? dan ??calf?? dan ??goat?? dan istilah lainnya literal? Apakah mereka mewakili hal lain? Jika demikian, kiasan apa yang kita miliki. Atau, apakah mereka tidak merujuk binatang sama sekali? Jika demikian, kiasan apa yang kita miliki?
Jika kata-kata ini merujuk pada jenis binatang, apa maksud bagian ini mengenai penglihatan Yesaya bahwa kedamaian akan datang kebumi? Apakah ada bagian lain yang teringat yang sesuai dengan penglihatan ini?

11. Apa arti gunung kudus dalam ayat 9? Dan apa maksudnya bumi akan dipenuhi dengan pengetahuan akan TUHAN? Jelaskan ini secara tepat tapi ringkas.

Contoh Prosedur Eksegetikal

Tambahan ilustrasi dan contoh pelajaran pada halaman ini dimaksudkan untuk berurusan dengan tugas dalam mengeksegesis. Ini bukan kunci jawaban tugas diatas, tapi pelajaran paralel yang akan menunjukan jenis isi dan format yang bisa digunakan dalam menggunakan prosedur ini. Tugas diatas tidak harus mengikuti contoh ini secara rinci, karena hanya memberi aturan umum jenis kerja apa yang bisa dilakukan.

Untuk Tugas 1

Sebuah contoh Menjabarkan Kategori Arti bagi Penelitian Kata
Yakakh, ??Timbang, Debat, Selesaikan Perdebatan??

Kata kerja yakakh muncul dalam Yesaya 1:18 dan secara tradisi dijabarkan ??come now, let us reason together says the LORD.?? Kata kerja ini banyak digunakan untuk setiap bentuk tindakan dalam perdebatan (hukum). Kategori arti berikut ini (atau nuansa) berasal dari penggunaan yang ada didaftar leksikal standar. Sebuah survey penggunaannya memampukan kita memutuskan apa arti yang tepat dalam Yesaya 1:18.

I. ??Permulaan Perdebatan??

Kata ini digunakan untuk starting a (legal) dispute dalam Micah 6:2: ??Arise, plead your case ? for Yahweh ? is lodging a charge?? (yitwakkakh [hithpael]).

II. Ragam Aspek ??Perdebatan??

A. Complaining (formal): ??Abraham complained (wehokiakh [hiphil]) to Abimelech?? (Gen. 21:25).

B. Arguing (sebuah kasus): ??I ? argue (wehokeakh [hiphil]) my case?? (Job 13:3.

C. Reasoning: ??You must reason (hokeakh tokiakh [hiphils]) with your neighbor lest you bear sin?? (Lev. 19:17).

D. Reproving (umum digunakan): ??How forceful are honest words, but what good is reproof (yokiakh hokeakh [hiphils]) from you??? (Job 6:25).

E. Defending (satu kasus): ??I have no hope, yet I will defend (??okiakh [hiphil]) my ways to his face?? (Job 13:15).

F. Confuting (permusuhan): ??there was none that confuted (mokiakh [hiphil]) or answered his words among you?? (Job 32:12).

G. Maintaining Justice: ??my eyes pour out tears to God that he would maintain the right (weyokakh [hiphil]) of a man with God?? (Job 16:21).

III. ??Puncak Perdebatan??

A. Memutuskan sebuah Kasus: ??He shall not judge by what his eyes see, or decide (yokiakh [ hiphil]) by what his ears hear?? (Isa. 11:3).

B. Mengajarkan atau Menjalankan suatu Keputusan: ??I will chasten him (wehokakhtiw [hiphil]) with the rod of men?? (2 Sam. 7:14).

Jadi sebutan yang umum bagi seluruh nuansa dalam konteks legal atau quasi-legal adalah ??to argue, dispute, contend.?? Tepatnya, kata kerjanya berfokus pada permulaan perdebatan, atau perkembangan perdebatan, atau puncak perdebatan. Hiphil stem digunakan dihampir seluruh bagiannya, kecuali dalam Mikha 6:2 disana hithpael digunakan, dan dalam Kejadian 16:20, Ayub 23:7, dan Yesaya 1:18 disana niphal digunakan, mengekspresikan ide pasif atau reflektif.

Arti ??reason together?? bukan penggunaan umum kata itu; tidak sesuai dalam bagian Imamat. Lisowsky bahkan tidak mendaftarnya sebagai sebuah arti. Gemser menyimpulkan Yesaya 1:18, ??Ni. niwwakakh dalam Jes. 1:18, muncul diakhir rib20 dari ayat 2-20, artinya ??let us come to an arrangement, a decision??.?? Ide ??reason together?? terlalu enteng bagi perdebatan legal seperti itu, dan menyesatkan saat hanya ada satu pihak yang bersalah dalam kasus itu. Kata itu dalam Yesaya 1:18 kategori permulaan perdebatan atau perkembangan perdebatan tidak cocok. Jadi kita menyimpulkan (1) kata kerjanya adalah sebuah istilah legal, dan (2) berfokus pada penyelesaian perdebatan. Terjemahannya: ??Come now, let us settle this dispute; though your sins be as scarlet ? .?? Tuhan kemudian meletakan syarat untuk mengakhiri perdebatan: mereka harus bertobat dan melakukan kebenaran dan keadilan atau mereka akan dihancurkan, tapi jika mereka bertobat dia akan memutihkan mereka lebih dari salju.

Untuk Tugas 2

Sebuah contoh Mempelajari Etimologi Kata yang Jarang digunakan

Perjanjian Lama dipenuhi dengan kata-kata yang jarang digunakan dan problematic, masing-masing memberi masalah tersendiri untuk diselesaikan dalam pelajaran ini. Maksudnya adalah melacak etimologi salah satunya seperti melakukan pekerjaan detektif??anda harus mengejar setiap kemungkinan yang membawa anda kepada bukti yang tersedia, dan evaluasi apa yang anda dapatkan apakah hal itu memberitahu arti kata itu dalam bagian tersebut.

Sullam (Kejadian 28:12 dan 13a)

Ini kisah umum mengenai tangga Yakub. Yakub lari dari rumah menunju rumah pamannya, dan dan dalam perjalanan mendapat sebuah mimpi. Didalam mimpi itu dia melihat sebuah sullam. Alkitab Inggris menerjemahkannya ??ladder?? atau kata yang mirip, karena itulah yang diindikasikan konteksnya. Tapi kata itu adalah sebuah ??hapax?? (Yunaninya ??once??) artinya inilah satu-satunya tempat dimana kata ini muncul. Kita tahu kata itu merujuk pada sesuatu dalam jangkauan semantic a ladder atau staircase, tapi apa tepatnya?

Kamus Ibraninya (BDB, p. 700) meletakannya dibawah akar verbal salal, ??to lift up, cast up.?? Sebagian besar pelajar Ibrani mengetahui kalau kamus ini diatur seperti itu, sehingga segala sesuatu diidentifikasi dengan sebuah akar. Terkadang kamus itu menerka hubungannya. Disini, fakta bahwa kata benda sullam memiliki lamed ganda membuat mereka meletakannya dibawah akar geminate salal. Tapi tetap tidak menjelaskan the final -m. Didalam pelajaran etimologi, anda ingin mengandalkan setiap bagian kata, bukan hanya beberapa huruf. Ada cara the final -m bisa dijelaskan, seperti an adverbial ending (tapi ini adalah sebuah kata benda), atau an enclitic mem (yang biasanya sebuah penjelasan mudah bagi unexpected m diakhir sebuah kata).

Kata kerja salal kelihatannya akar bagi dua kata benda lainnya: solelah adalah sebuah ??mound,?? dan mesillah adalah suatu ??highway.?? Dikedua kasus kata bendanya feminine, dihitung bagi the final -ah. Dan kata benda kedua mengikuti pola kata benda yang dimulai dengan sebuah prefixed mem (lihat tata bahasa): maqom, ??place,?? dari qum, midbar, ??wilderness,?? dari dabar (bukan ??word?? tapi ??back??), mapteack, ??key,?? dari patack, ??to open.??

Tapi kita belum menjawab mengenai sullam. Ragam versi tidak memberi banyak bantuan. Yunaninya menggunakan klimax, ??ladder?? atau ??staircase,?? dan Latinnya scala.

Untuk membahas lebih lanjut anda harus memeriksa (1) buku-buku mengenai kata, (2) buku tafsiran, atau (3) kamus-kamus bahasa Semitik lain jika anda punya akses. Jika sumber-sumber yang anda lihat baik, i.e., mereka memberi anda jenis materi yang anda butuhkan tapi tidak punya akses, maka anda seharusnya menemui beberapa usulan dari bahasa serumpun??bahasa-bahasa Semitik lainnya.

Didalam kasus ini adalah sebuah kata Akkadian simmiltu, ??stairway,?? kelihatannya serumpun. Pertama anda harus memastikan hurufnya atau bentuk hubungan. Akhiran -tu bisa anda kesampingkan, karena akhiran -u adalah kasus akhiran, dan t hanyalah akhiran feminine (seperti sering digunakan dalam Ibrani). Ini meninggalkan simmil- sebagai kata kita. Itu memiliki struktur yang mirip dengan penggandaan dipertengahan huruf, kecuali huruf-hurufnya tidak dalam urutan yang sama, simmil bukannya sullam. Kata itu kelihatan dekat dan memiliki arti yang sama, tapi bagaimana kita mempertanggung jawabkan perubahan ini?

Anda ingat dari permulaan Ibraninya dimana metathesis muncul dalam bahasa-bahasa ini. Anda menggunakannya dengan hithpael of verbs yang dimulai dengan s. Jadi ada prinsip huruf berubah tempat, tapi seberapa menyebar hal ini? Anda bisa melihat Moscati??s Comparative Grammar of the Semitic Languages untuk memastikannya, tapi mengetahui hal ini memang terjadi sudah cukup untuk mengatakan kata ini masih digunakan.

Kemudian anda ingin mengetahui apa maksud kata ini (selain ??stairway??) dalam teks Akkadian ??apa maksud sebenarnya. Jika tulisan yang anda temukan tidak mengatakannya, maka anda lihat kamus Akkadian untuk mensurvey penggunaannya. Tapi anda mungkin diberitahu tentang kata itu seperti dalam pendahuluan buku tafsiran yang anda baca. Kata itu digunakan untuk menggambarkan ??stairway of heaven?? berasal dari sorga ke bumi, dengan para malaikat dan pembawa pesan naik turun diatasnya. Hubungan lain mengenai tangga sorgawi ini bisa ditemukan dalam teks Piramid Mesir. Dengan kata lain, ini bukan tangga biasa, tapi jalan antara sorga dan bumi dalam teks religius kuno. Ide tangga kuil, ziggurat, dengan tangga panjang didepannya, menjadi gambarannya. Saat Yakub tertidur, lereng gunung diubah menjadi sebuah tangga sorgawi, karena inilah tempat dimana sorga dan bumi bertemu. Penggunaan tepat dari sullam cocok bagi cerita ini.

Etimologi memberi gambaran lebih menyeluruh akan arti (terutama konotasinya) kata tersebut. Ini adalah wahyu khusus bagi Yakub, dengan jenis jalan khusus atau tangga.

Didalam beberapa tulisan anda akan menemukan bibliografi, seperti buku-buku atau artikel yang bisa memberi anda survey lengkap akan data dari teks kuno. Ini menghemat waktu. Anda hanya perlu mengevaluasi kemungkinan hubungannya untuk memastikan itulah yang terbaik. Disini anda diarahkan kesebuah buku karangan Harold R. Cohen, Biblical Hapax Legomena in the Light of Akkadian and Ugaritic (Missoula, Montana: Scholars Press, 1978), dan Alan Millard, ??The Celestial Ladder and the Gate of Heaven (Gen. 28:12, 17),?? Expository Times 78 (1966):86-87.

Untuk Tugas 3

Sebuah contoh Penggunaan Yunani Kuno dalam Penelitian Kata

Anda sedang menyiapkan pesan dari 1 Samuel 3, berusaha menjelaskan Eli disingkirkan dari keimaman karena tidak bisa mengatur keluarganya. Anda melihat tema ini untuk eksposisi praktis mengenai tanggung jawab keluarga para pelayan. Dan anda sampai ke 1 Samuel 3:13, inti dari bagian tersebut, yang mengatakan Eli akan disingkirkan dari jabatan itu karena dia tidak menegur anak-anaknya. Anda melihat Kamus Ibrani (BDB, p. 462) dan menemukan kalau kata kerjanya, kahah, hanya muncul sekali ini disini dalam Alkitab, dan jarang sekali dalam bahasa Syriac dan Aramaic. Ada akar lain untuk kahah, ??to be or grow dim, faint.?? Tapi itu jelas sebuah homonym, dan bisa ditempatkan sebagai akar terpisah. Anda tahu kata itu seharusnya berkaitan dengan menegur atau menahan anak-anak. Tapi kesulitannya adalah dia menegur mereka (lihat 2:23). Kata itu pasti memiliki arti lebih dari ??menegur.??

Anda hanya memiliki beberapa sumber penelitian: Alkitab Ibrani (Jewish Mishnah, Midrash, dan Talmud) dan versi-versi kuno. Kamus Ibrani dan Aramik dari tulisan rabinis oleh Jastrow tidak banyak membantu; disana kata itu dihubungkan dengan ??grow dim,?? dengan penjelasan ??to make the heart dim?? adalah ??to reproach.??

Jadi kita melihat Perjanjian Lama Yunani. Anda bisa mendekatinya dengan beberapa cara. Konkordansi oleh Hatch and Redpath untuk Septuagint bisa memberi anda kata yang digunakan. Atau, jika anda memiliki sebuah Perjanjian Lama Yunani-Inggris (yang bernilai untuk dimiliki),21 maka anda hanya melihat bagian itu (ingat, dari Pendahuluan Perjanjian Lama bahwa dalam Alkitab Yunani 1 Samuel disebut 1 Raja-raja??disana ada 2nd, 3rd, dan 4th Raja-raja). Jadi 1 Raja-raja 3:13 (LXX) yang dimaksud. Disana ayat itu menggunakan enouthetai, dari kata kerja noutheteo, ??to admonish, to place in the mind.??

Sekarang anda harus mengujinya. Ujian dasar akan menentukan apakah ini adalah terjemahan yang baik atau bukan. Pertama, anda harus mengetahui sesuatu mengenai kitab mana yang diterjemahkan dengan baik dalam bahasa Yunani. Anda beruntung --Samuel diterjemahkan dengan baik. Kemudian anda harus memastikan apakah terjemahan dari konteks itu dilakukan dengan baik atau cukup literal. Anda bisa melakukannya secara singkat dengan membaca sebuah ayat dari Alkitab kolom dan ayat yang sama dari Alkitab seperti NASV, dan mengerjakan pasal tersebut seperti itu. Anda akan melihat apakah itu pasal yang diterjemahkan dengan baik atau bukan. Ini sudah cukup, tapi anda bisa melihat Hatch and Redpath kata Ibrani lain noutheteo diterjemahkan dalam Samuel, atau dalam sebagian besar Perjanjian Lama.

Kesimpulan dari hal ini adalah kemungkinan teks Yunaninya memiliki terjemahan yang cukup baik dari kata Ibrani yang jarang digunakan. Anda tidak bisa 100% memastikan kalau itulah nuansa yang tepat dari kata Ibrani kahah??lagi pula terjemahannya licin, dan tidak berkorespon secara tepat. Tapi kata itu cocok dengan konteks dan khususnya maksud dari ayat itu, dan tidak bertentangan dengan fakta bahwa dia memang menegur anak-anaknya. Tapi itu merupakan kata yang lebih positif: Eli tidak melakukan tugasnya mendidik anak-anaknya, mengajarkan jalan yang benar dalam pikiran mereka, atau, menasihati mereka. Karena dia tidak mendidik mereka dengan benar, mereka jadi rusak. Sebagai hasilnya, mereka semua diakhiri peran keimamannya.

Untuk Tugas 4, 5, dan 6

Sebuah contoh Analisa Bahasa Kiasan

Untuk contoh ini saya akan membahas sebuah bagian Alkitab yang memiliki beragam kiasan, walaupun tugasnya membagi kiasan kedalam beragam bentuk berbeda. Tapi ini memberi contoh prosedur yang harus diikuti bagi seluruh tugas: mengidentifikasi kiasan, menamainya dan menjelaskannya, dan memberi pengkalimatan sendiri terhadap ide tersebut. Saya akan memilih beberapa baris dari Mazmur 2.

1. Ayat 1: ??Why do the nations rage??? (pertanyaan).

Pemazmur tahu mengapa mereka dalam pergolakan, karena seluruh mazmur menjelaskan hal itu. Pertanyaannya bersifat retoris, yaitu, dibuat untuk menjelaskan maksudnya. Kiasannya adalah erotesis. Bullinger menulis 19 penggunaan dari pertanyaan retoris. Disini bisa untuk mengekspresikan ketakjuban, atau kemarahan. Pemazmur takjub mengapa bangsa-bangsa harus memberontak.

2. Ayat 1: ??and the peoples imagine a vain thing??

Para musuh tidak berkumpul bersama merencanakan sesuatu yang sia-sia??mereka yakin menang. Jadi pemazmur memasukan pendapatnya mengenai rencana mereka. Kiasannya adalah metonymy akibat atau adjunct. Para musuh berkumpul untuk merencanakan serangan mereka, yang diketahui pemazmur sebagai kesia-siaan. Jadi dia hanya berkata kalau rencana mereka adalah hal sia-sia.

3. Ayat 3: ??Let us break their chains??

Ini yang dikatakan para musuh. Sekarang, jika mereka secara literal dirantai dan dibelenggu, mereka tidak bisa bersiap untuk suatu serangan, mungkin tidak bisa berencana. Kiasannya menunjukan perbandingan, sebuah hypocatastasis. Mereka dibawah kekuasaan raja Israel seperti dirantai atau terbelenggu (seperti kita berkata, ??I am tied down tonight??). Mereka ingin bebas dari kontrol dan pemerintahan raja yang diurapi TUHAN.

4. Ayat 4: ??He who sits in the heavens laughs; the Lord ridicules them??

Seluruh ekspresi ini merupakan deskripsi manusia dari respon Tuhan terhadap kebodohan pemberontak. Kita mengklasifikasinya sebagai anthropomorphisms. Menggambarkan Tuhan duduk berarti dia memerintah sebagai raja. Mengatakan dia tertawa dan mengejek sama dengan Dia menganggap rencana mereka bodoh dan menggelikan??seperti kita manusia mengejek sesuatu. Bullinger menggunakan kiasan yang lebih tepat, chleuasmos, mocking. Tapi anda perlu anthropomorphism untuk mengatakan deskripsi manusia yang diterapkan pada Tuhan.

5. Ayat 6: ??I have installed my king on Zion, my holy hill??

Rujukannya ada pada penobatan raja bertahta ditempat yang disebut Gunung Zion. Kiasannya adalah metonymy subjek, meletakan tempat dalam teks tapi artinya ada pada apa yang terjadi ditempat itu.

6. Ayat 7: ??You are my Son??

Karena Tuhan tidak dicipta, tujuan dari kata raja adalah anaknya pastilah sebuah metaphor. Disini raja dibandingkan dengan seorang anak, maksud perbandingan melibatkan hak istimewa seseorang dalam hubungan yang dekat. Didalam konteks ini raja akan mewarisi realitas ini??anak mewarisinya. Tapi bahasanya berasal dari perjanjian Daud dalam 2 Samuel 7, dimana Tuhan berkata Dia adalah Bapa, dan raja adalah anakNya.

Catatan: Sekarang, anda harus berhati-hati jangan melompat pada penggunaan bagian ini dalam Perjanjian Baru terlalu cepat, i.e., ke Anak Allah. Istilah ini berasal dari Perjanjian Daud, jadi setiap raja di Judah bisa disebut Anaknya Allah. Inilah alasan Petrus begitu mudah mengatakan Yesus adalah Mesias (raja yang diurapi) anak Allah (Matt. 16); Petrus kemudian menyadari bahwa dia mengatakan lebih dari yang dimengertinya. Mazmur 2 menggunakan kata anak bagi raja-raja dari keturunan Daud. Bagian Perjanjian Baru lainnya akan menggunakan kata anak secara berbeda, untuk mengekspresikan keilahian Yesus.

7. Ayat 7: ??today I have begotten you??

Sekali lagi, Tuhan tidak dicipta/ayah dari raja. Itu adalah pikiran kafir dan asing bagi Perjanjian Lama. Kata itu ??dimasa kini?? merujuk pada penobatan raja: orang yang akan dimahkotai menjadi raja dikatakan telah lahir dimasa kini. Ekspresinya dibangun atas metafor baru diperkenalkan, jadi sebuah perbandingan juga dibuat disini, tapi diimplikasikan. Itu tidak mengatakan ??my making you king is like begetting you.?? Jadi kita menyebutnya hypocatastasis.

Catatan: Ijinkan saya mengulangi peringatan ini. Didalam Perjanjian Baru Yesus akan disebut the first begotten, the begotten, and the only begotten. Konteks menentukan arti. Mazmur 2 dikutip dalam Perjanjian Baru menyangkut pemahkotaan Yesus setelah kebangkitan --??this day have I begotten you.?? Hen John berkata Yesus adalah the ??only-begotten?? of God, artinya berbeda??artinya Yesus berbagi nature ilahinya Bapa (tapi tidak memiliki awal). Mazmur 2 bisa dikatakan oleh setiap raja di Yerusalem saat dia dimahkotai.

8. Ayat 8: ??the ends of the earth as your possession.??

Bagian ini menuliskan tentang keinginan Tuhan untuk memberi kerajaan kepada raja keturunan Daud. Jika ini dilihat secara literal, merujuk pada peninsulas, tempat yang jauh, terutama bumi. Itu juga bisa disebut sebuah synecdoche, bagian jauh dari bumi artinya seluruh bumi. Tapi baris ini paralel dengan ??nations,?? sehingga oranglah yang dimaksud, bukan tanah saja. Maka dari itu, ??ends of the earth?? adalah sebuah metonymy subjek berarti bangsa-bangsa atau suku bangsa yang hidup dibagian terjauh tersebut.

9. Ayat 9: ??you will dash them to pieces like pottery??

Ayat ini memberitahu betapa mudahnya raja itu akan menegakan kedaulatannya atas bangsa-bangsa yang memberontak. Dia akan mengalahkan pemberontak semudah orang mengambil besi dan menghantamnya kepot bunga. Kiasanya adalah sebuah perbandingan, dan juga simile. Mungkin juga sebuah rujukan pada kebiasaan Mesir disana Firaun akan ke kuil dan menghantam pot kecil yang mewakili kota yang memberontak. Melalui cara ini, dia bisa dengan mudah menghancurkan mereka karena dia telah menghancurkan mereka dihadapan allahnya.

10. Ayat 12: ??Kiss the Son??

Pemazmur memanggil para pemberontak untuk bijaksana dan melayani Yahweh dan raja yang diurapinya sebelum mereka dihancurkan. Jadi dia meminta mereka untuk tunduk pada raja tersebut, tapi dia menggunakan idiom, ??Kiss the Son.?? Tindakan mencium, seringkali sebuah tindakan nyata, menunjukan tunduk dan ketaatan. Jadi kita bisa menyebutnya sebuah metonymy of adjunct, itu suatu tindakan yang menyertai (=adjunct) sikap tunduk. Ciuman itu sendiri tidak berarti apa-apa (cf. Judas) jika bukan tanda tunduk pada raja tersebut. Jika tidak ada tindakan taat yang nyata terlibat (seperti mencium), maka anda bisa menyebutnya sebuah implied comparison, hypocatastasis, artinya tunduk pada raja seperti menciumnya dalam ketaatan.

Untuk Tugas 7, 8, dan 9

Contoh Kritik Tekstual
Contoh Pertama: Mazmur 125:1, 2

Masalah tekstual ini akan memberi kesempatan pada anda untuk bekerja dengan beragam versi dan juga materi dari Qumran, the Dead Sea Scrolls. Anda memerlukan Alkitab Ibrani dengan kritik apparatus dibawahnya, teks Yunani Mazmur (menggunakan Alkitab berkolom jika anda tidak tahu Yunani PL), dan sebuah salinan halaman dari Sanders mengenai Discoveries in the Judean Desert (Qumran).

1. Hal pertama yang harus dilakukan adalah membuat sebuah terjemahan yang sangat literal dari teks Ibraninya. Jangan bergantung pada versi Inggrisnya, karena mereka seringkali memuluskan masalahnya. Anda bisa menggunakan teks Inggris disamping Ibrani untuk menghemat waktu, tapi gunakan yang cukup literal seperti NASV.

Mazmur 125:1 dan 2 sebagai berikut:

1 Those who trust (plural participle) in Yahweh [are] like Mount Zion;
it cannot be moved (3msg imperfect); forever it remains (3msg imperfect). 2 Jerusalem--as the mountains are] around it,
so Yahweh [is] around his people, from now and forever.

Hal sulit disini adalah penggunaan ??Jerusalem?? dalam ayat 2. Itu adalah sebuah independent nominative absolute, berdiri sendiri, dan memperkenalkan subjeknya secara dramatis. Kemudian kalimat itu dimulai, dan memasukan sebuah petunjuk (pronoun ??it??) ke Yerusalem.

2. Hal berikutnya adalah menemukan kesulitan tekstual dan bisa menjelaskan variasi bacaannya. Jadi anda harus melihat apparatus dibawah halaman, setelah ??Ps 125, 1.?? Masalah pertama adalah, variasi bacaan ??in?? Mount Zion bukannya ??like?? Mount Zion. Tidak banyak dukungan, sehingga kita tidak akan berhenti untuk membahasnya. Tapi setelah baris paralelnya kita memiliki masalah tekstual berikutnya, dan inilah yang ingin kita bahas.

Para editor memberitahu kita bahwa Yunaninya ??ho katoikon (= Hebrew yo-) Ierousalem.?? Jadi kita akan mengambil sebuah terjemahan untuk mengetahui apa yang berbeda. Anda bisa menerjemahkannya, atau anda bisa melihat dalam Alkitab berkolom dalam Perjanjian Lama Yunani disana seseorang telah menerjemahkannya (dan biasanya cukup akurat). Teks Yunaninya melibatkan pembacaan berbeda dari kata kerjanya ??dwells?? dan gabungan dari baris itu: ??the dweller/inhabitant of Jerusalem.?? Itu memiliki sebuah singular participle (katoikon) sebelum ??Jerusalem.??

Inilah alasan para editor meletakannya dalam kurung huruf Ibrani yod dengan huruf hidup holem. Masoretic Text memiliki imperfect ??it dwells?? (Ibraninya ye-sheb), tapi Yunaninya memiliki sebuah participle sehingga mereka pikir kata itu adalah yo-sheb, ??the inhabitant of.?? Para editor hanya merekonstruksi bagian kata Ibraninya yang terlihat berbeda dalam variannya (menurut mereka maksud dari penerjemahnya), sehingga yo yang diberikan pada anda bukannya ye dari MT. Baik Ibraninya imperfect dan the participle memiliki sere sebagai huruf hidup berikutnya, jadi mereka tidak pusing dengan kata lengkapnya (the accent-type slash menunjukan sebuah singkatan).

Jadi terjemahan Yunaninya berkata ??the inhabitant of Jerusalem will never be moved,?? dimana teks Ibraninya berkata ??it [mount Zion] cannot be moved, it remains [dwells] forever. Jerusalem--.??

3. Sekarang kita perlu memeriksa Dead Sea Scroll. Kita tidak selalu bisa melakukan ini karena kita tidak memiliki manuskrip seluruh Alkitab. Tapi disini kita bisa. Jika anda melihat tipe salinan dari gulungan bukannya foto yang bisa anda lihat melalui baris huruf demi huruf. Anda akan memperhatikan bagian baris yang hilang karena kerusakan gulungan??anda bekerja dengan apa yang anda miliki (walaupun terkadang mengukur ruang bisa membantu menyelesaikan masalah, untuk melihat berapa banyak huruf yang seharusnya disana). Anda juga akan memperhatikan kalau juru tulis menggunakan bentuk lama dari alfabet Ibrani untuk nama kudus. Dan anda juga memperhatikan bahwa tidak ada huruf hidup, sehingga anda bekerja dengan huruf-huruf yang ada yang mewakilinya. DSS biasanya menulis plene, artinya jika itu merupakan suatu huruf hidup panjang yang histories akan ada huruf hidup disana, sebuah waw atau yod, sebagai contoh. Jadi, saat anda melihat baris pada Mazmur 125, anda memeriksa speling dari kata kerjanya; tapi anda akan perhatikan kalau kata yang dipertanyakan, ??yesheb?? atau menurut LXX, ??yosheb,?? tidak ada. Disayangkan gulungan itu rusak disana, karena jika itu sebuah participle seperti yang disimpulkan terjemahan Yunaninya, sebuah waw pasti ditulis untuk menunjukan holem-waw dari participle.

Tapi kita memiliki petunjuk lain disini: perhatikan kalau prefixed dari negative lo?? adalah huruf shin (sh). Anda mungkin berpikir juru tulis di Qumran berbuat kesalahan; tapi ini terlalu aneh untuk kesalahan tidak disengaja. Ini terlihat disengaja. Jadi anda harus mengeluarkan BDB dan melihat huruf shin (atau sebuah tata bahasa Ibrani yang baik). Anda akan menemukan bahwa selain penulisan relative pronoun ??asher, ??which,?? juru tulis seringkali menggunakan bentuk yang disingkat, huruf shin, dan mem-prefixed kan itu pada kata pertama dari klausa. Apa artinya dalam baris ini adalah juru tulis Qumran membaca baris itu sejalan dengan Babylonian Text (disimpan dalam Masoretic Text kita), menambahkan relative pronoun untuk lebih jelasnya: ??Those who trust in Yahweh are like Mount Zion which cannot be moved it remains ? .?? Kelihatannya juru tulis menyadari masalah dibaris ini, mungkin sadar akan pembacaannya dalam terjemahan Yunani, dan ingin menjelaskan bagaimana ini harus ditafsirkan. Dia tahu Mount Zion yang tetap ada selamanya ??bukan penghuni Yerusalem.

Selain itu, ini contoh yang baik mengapa Dead Sea Scrolls merupakan sebuah gebrakan. Mereka menyimpan bacaan yang sejalan dengan Babylonian Text Type. Alkitab Ibrani kita, Masoretic Text, didasarkan pada manuskrip yang penanggalannya sekitar 900 A.D., menyimpan Babylonian Text Type, tapi Gulungan itu membawa kita kembali keratusan tahun lalu (100 B.C. to 100 A. D.) dan menunjukan suatu bacaan yang harmonis.

4. Sekarang kita siap menyelesaikan masalahnya. Ini melibatkan evaluasi bukti eksternal dan internal. Kita memiliki bukti eksternal. Babylonian Text Type (Masoretic Text kita atau Alkitab Ibrani) dan Palestinian Text Type (the Qumran scroll) merujuk pada bacaan bahwa Mount Zion tetap selamanya. Teks Alexandrian atau Egyptian Text Type meletakan penghuni Yerusalem sebagai subjek ??cannot be moved.?? Tapi menyelesaikan sebuah masalah tekstual bukan hanya menambah manuskrip, walaupun dua tradisi sejalan itu sangat berarti.

Kita harus selalu melihat bukti internal, kecenderungan juru tulis dan apa yang membuat juru tulis melakukan itu. Disini kita pergi kebelakang teks dan mempertimbangkan satu persatu. Pembacaan yang paling menjelaskan asal mula yang lain adalah yang dipilih??dan biasanya teks yang lebih sulit (tapi hati-hati, sebuah teks yang seluruhnya rusak terlalu sulit).

Jadi, jika pembacaan yang ditemukan dalam terjemahan Yunani adalah yang asli, apa yang menyebabkan juru tulis Masoretic dan Qumran mengubahnya (tidak disengaja atau disengaja). Karena masalahnya melibatkan permulaan ayat kedua, hal ini bukan hanya masalah juru tulis secara tidak sengaja menggunakan sebuah ??e?? bukannya ??o?? dalam kata kerja. Jika itu memang ??o?? dan dibaca ??the inhabitant of Jerusalem,?? sebuah ekspresi yang sangat umum dalam Alkitab, mengapa seorang juru tulis memutuskan baris itu dan menulis ??he dwells/remains; Jerusalem -- as the ? .?? Para juru tulis tidak biasanya membuat kesulitan tata bahasa kedalam teks; mereka cenderung memuluskannya.

Jadi coba cara lain. Jika aslinya seperti yang dimiliki Masoretic Hebrew Text, mengapa versi Yunaninya muncul dengan usulannya. Ini lebih mudah dijelaskan. Pertama, terjemahan Yunani dibuat dari manuskrip Ibrani tanpa huruf hidup. Dengan tidak adanya huruf hidup bagi kata kerjanya, dan tidak ada aksen atau pembagian ayat untuk menunjukan dimana berhentinya, mereka menyangka bentuk itu masuk dengan ??Jerusalem?? sebagai ekspresi umum. Hal itu menyelesaikan masalah mereka dari kesulitan mengetahui apa yang harus dilakukan dengan kata ??Jerusalem.?? Mereka berusaha menyelesaikan sebuah konstruksi tata bahasa yang sulit, dan memuluskan bacaannya.

Maka dari itu, pembacaan dalam Masoretic Text, ditegaskan oleh Qumran, menyimpan bacaan yang lebih sulit dan itu menjelaskan bagaimana terjemahan Yunani mengembangkan bacaannya.

Langkah lanjutannya adalah mempelajari dua masalah tekstual utama dalam mazmur ini untuk melihat apakah kita memiliki pola disini. Dan sepertinya kita mempunyainya. Ayat 3 dalam mazmur berkata ??For the rod of wickedness will not rest on ? .?? Versi Yunaninya menjadikan kata kerjanya sebuah hiphil, seperti Yahweh adalah subjeknya: ??For [Yahweh] will not cause to rest.?? Dan sekarang dengan causative verb ??rod?? menjadi objeknya, bukan subjek. Juga, kata ??wickedness?? adalah kata yang jarang, diucapkan dengan huruf hidup berbeda daripada ??the wicked,?? yang mungkin memiliki huruf-huruf yang sama. Terjemahan Yunaninya, tanpa huruf hidup, dan lebih tahu kesamaan katanya, menuliskan ??the rod of the wicked.?? Anda harus mengerjakan masalah tekstual ini untuk mengerti sepenuhnya; tapi ini cukup dengan mengatakan bahwa versi Yunani dari mazmur ini memiliki masalah dengan kata-kata sulit dan tata bahasa yang sulit, dan cenderung memuluskannya agar sejalan dengan ide dari mazmur itu.

Ayat pertama, berkata bahwa mereka yang percaya pada TUHAN adalah seperti Gunung Zion, [yang] ada selamanya. Yunaninya terbatas pada keamanan spiritual orang-orang yang tinggal di Yerusalem, yang memperkenalkan sebuah ide teologis yang tidak bisa dipertahankan.

Contoh Kedua: Yesaya 29:13

Bagian dalam Yesaya ini berkata: ??Wherefore the LORD says, ??Forasmuch as this people draw near to me with their mouth, and with their lips do honor me, but have removed their heart far from me, and their fear toward me is taught by the precept of men.??

Klausa terakhir inilah yang menjadi focus dalam contoh masalah tekstual kita (ayat ini juga memiliki beberapa masalah). Urutan dalam Bahasa Ibraninya adalah: ??and it was [wattehi] their fear [yir??atam] me [??oti] by the precept of men [mitswat ??anashim] taught [melummedim].?? Jelas sekali kata kerjanya, 3fsg preterite dengan waw consecutive, ??and it was,?? disatukan dengan pual plural participle dikhir baris; dan subjek kalimatnya adalah ??their fear of me??: ??their fear of me was taught ? .??

Perjanjian Lama Yunani menuliskannya sebagai berikut: ??in vain do they worship me, teaching the commandments and doctrines of men.?? Bagaimana perubahan ini dijelaskan?

1. Kata ??their fear?? (yir??atam) bisa ditafsirkan sebagai ??their worship,?? karena takut akan Tuhan adalah cara normal mengekspresikan ibadah. Jika ini masalahnya maka mereka tidak mencari kata lain atau membingungkannya dengan kata yang berbeda, tapi menafsirkan apa maksud kata ??fear?? disini.

2. Sebuah pual participle diakhir ayat diterjemahkan sebagai sebuah piel oleh versi Yunaninya. Konsonannya semua sama, tentu saja, tapi huruf hidupnya yang berbeda. Mereka menafsirkan baris itu mengatakan bahwa orang yang beribadah dalam kesia-siaan sedang mengajarkan perintah manusia. Pada kedua kasus tersebut ajaran sesat datang dari ajaran manusia bukan ilahi.

3. Baik terjemahan Yunani yang menggandakan kembali terjemahan participle tersebut atau menerjemahkannya dengan arti ??teaching doctrine?? memiliki dua objek --??teaching doctrines and commandments.??

Inilah perbedaannya. Inilah beberapa penjelasan apa yang bisa terjadi jika MT adalah yang asli dan Yunaninya berusaha menerjemahkannya. Jika terjemahan Yunaninya yang asli, akan lebih sulit menjelaskan seluruh perubahan yang ada dalam teks Ibrani dalam mencapai konstruksi dan artinya. Selain itu, teks Yunani adalah satu-satunya versi yang berbeda seperti hal ini dari Ibraninya.

Saya menyimpulkan teks Ibrani mewakili yang asli dari Yesaya 29:13, dan versi Yunaninya, walau menangkap tekanan ayat ini, memiliki beberapa pengkalimatan yang sangat berbeda. Teks Ibrani berkata orang yang takut akan Tuhan diajarkan oleh ajaran manusia (bukan Tuhan)??jadi itu bukan kesetiaan sejati. Dan teks Yunani berkata orang yang beribadah pada Tuhan dalam kesia-siaan, mengajar dari ajaran manusia (dan bukan Tuhan). Artinya tidak jauh berbeda, tapi jelas tidak sama.

Sekarang, kesulitan tambahan adalah dalam Matius 15:8, 9 menulis perkataan Yesus: ??Hypocrites! Well did Isaiah prophesy about you, saying, ??These people draw near to me with their mouth, and honor me with their lips, but their heart is far from me; and in vain they worship me, teaching as doctrines the commandments of men.???? Dengan kata lain, bagian Perjanjian Baru ini menggunakan pembacaan versi Yunani dari Yesaya dan bukan Ibraninya. Jadi kita bertanya, yang mana yang benar? Yang mana yang diinspirasi?

Sebelum membahas ini kita akan melihat bahwa ada beberapa pertanyaan yang belum terjawab dalam Matius. Apakah Yesus sendiri mengatakan perkataan ini berasal dari Yesaya 29? Atau Matius mengingat apa yang pada esesnsinya dikatakan Yesus dan memasukan bagian dari Yesaya untuk mendapatkan pengkalimatan yang tepat? Apakah Yesus mengatakan hal ini dalam bahasa Ibrani, atau dalam bahasa Yunani??dan jika dia berkata dalam bahasa Ibrani, apakah Matius hanya menyalinnya dari terjemahan Yunani kedalam manuskripnya? Jadi, kita tidak bisa memastikan bagaimana hal ini dikerjakan. Tapi kita bisa katakana bahwa saat Yesus mengatakan hal diatas bagi orang dimasanya dia mengutip perkataan Yesaya dan menerapkannya kepada orang yang ditujunya.

Mari kita anggap bagi argumen itu sendiri bahwa Yesus menyatakannya dan mengatakan pengkalimatan ini seperti yang kita temukan dalam Perjanjian Lama Yunani pada umumnya: ??in vain they worship me, teaching as doctrines the commandments of men.?? Kembali kepertanyaan awal kita, yang mana yang merupakan teks terinspirasi? Secara teksnis, keduanya. Didalam Perjanjian Lama buktinya menunjukan MT adalah yang asli, tulisan dimana Roh Kudus menginspirasikan Yesaya untuk menulisnya. Didalam Perjanjian Baru saat Yesus atau para murid menggunakan Alkitab, mereka bebas mengutip dari setiap versi yang tersedia, seperti yang kita lakukan dimasa kini??dan versi-versi tersebut bukan tulisan asli atau diinspirasi. Tapi semuanya merupakan terjemahan teks yang bisa digunakan, biasanya sangat tepat.

Doktrin inspirasi diterapkan kepada apa yang dituliskan dalam tulisan asli Matius, tanpa melihat versi atau sumbernya. Itulah yang dimaksud Yesus??dia menggunakan pengkalimatan itu untuk menegur orang munafik; dan itulah yang dimaksud Roh Kudus dimasa kini, dan ditulis dalam Perjanjian Baru ditempat ini. Yesus mungkin telah menggunakan versi berbeda dari bagian tersebut; tapi versi berbeda itu menjadi bagian dari teks Perjanjian Baru yang diinspirasi. Itu adalah sebuah terjemahan dari Yesaya 29:13 walaupun memiliki masalah tetap masih menangkap maksud dari konteksnya.

Tugas (Ps. 2:9) dan contoh ini (Isa. 29:13) memperkenalkan anda kesulitan dari kutipan antar perjanjian yang melibatkan beberapa perubahan dalam bacaannya (dan ada sekitar 200-an). Untuk membahas seluruhnya butuh pelajaran tersendiri agar bisa merasakan bagaimana versi-versi Alkitab digunakan dalam Perjanjian Baru, dan bagaimana kutipan-kutipan dan pengkalimatan kembali telah menjadi bagian dari teks Perjanjian Baru yang diinspirasi. Tapi ini baru permulaannya.

Untuk Tugas 10

Contoh Sintaks Kata Benda

Tugas sepuluh membutuhkan klasifikasi kata benda tertentu dalam pasal pertama kitab Yunus. Contoh ini akan membahas bentuk lain kata benda dalam Yunus 1 sehingga pemikiran anda mengenai bagian ini dibatasi pada satu konteks.

Yunus 1:1

??The word of the LORD came to Jonah, the son of Amittai, saying??

Kata ??word?? adalah subjek kalimat, dan dalam nominative case.

??Jonah?? adalah sebuah genitive karena ada setelah preposisi: ??unto Jonah.?? Tapi kita mengklasifikasikannya sebagai objek dari preposisi, dan signifikansinya berasal dari arti dari preposisi tersebut (jika ada) dan bukan hanya klasifikasi dari sebuah ??objek preposisi?? semata

Kata ??son?? ada setelah ??Jonah,?? dan dikatakan ada dalam ??apposition??. Ini artinya memiliki case yang sama (genitive) seperti kata sebelumnya, dan berfungsi sama secara tata bahasa; tapi juga dalam konstruksi, sehingga kata ??Amittai?? juga sama. ??Amittai?? bisa disebut gentile of family relationship.

Tugas anda menyuruh anda mengklasifikasikan kata ??LORD?? setelah ??word of.??

Yunus 1:2

??Arise, go to Nineveh, the great city, and cry out against it, for their wickedness has come up before me.??

Sebuah noun cases juga cukup sederhana dalam ayat 2. ??Nineveh?? hanya objek lain dari preposisi (jadi genitive). Dan ??the city?? yang langsung mengikutinya ada dalam apposition, sehingga memiliki case dan penggunaan yang sama. Kita bisa mengatakan ??go to Nineveh?? atau, ??Go to the city.?? Suatu pronoun ber-suffix ??it?? dan ??me?? adalah genitives, objek dari preposisi. Tidak ada masukan utama ditemukan disini.

Tugas anda meminta ??their wickedness.??

Yunus 1:3

??And Jonah arose to flee to Tarshish from the presence of the LORD; so he went down to Joppa and found a boat going to Tarshish; he paid its price and went down into it to go with them to Tarshish from before the LORD.??

??Jonah?? adalah subjek kalimat dan juga nominative case. ??Joppa?? ada setelah kata kerja ??he went down,?? tapi bukan objek langsung (??to go down?? tidak dilihat sebagai objek langsung). Itu bisa sebuah adverbial accusative of termination, yang mengatakan kemana Yunus pergi, dan kita memberi sebuah preposisi ??to?? bagi Joppa. Kemudian, ??boat?? adalah accusative, objek langsung dari kata kerja ??found.?? Dan terakhir, ??LORD?? adalah genitive, objek dari preposisi ??from before/presence of.??

Tugas anda adalah mengklasifikasi ??Tarshish?? dalam ayat ini.

Yunus 1:4

??Now the LORD hurled a great wind into the sea, and there was a great storm in the sea; and the ship was about to be broken (lit.: thought it was to be broken). Kata ??LORD?? adalah subjek kata kerja, dan juga nominative case. Kata ??wind?? adalah objek langsung kata kerja, dan juga accusative. Kata ??sea?? ada setelah sebuah preposisi, dan juga sebuah genitive, objek dari preposisi. Ini semua cukup langsung dan secara eksegetis tidak signifikan selain menjelaskan kalimat tersebut. Kata ??storm?? sedikit berbeda: kata itu mengikuti kata kerja ??to be?? oleh sebab itu merupakan sebuah predicate noun, bukan objek langsung. Kata itu sebut predicate nominative.

Yunus 1:5

??And the mariners were afraid, and they cried each man to his god(s); and they hurled the cargo which was in the boat into the sea to lighten [it] from them. Now Jonah had gone down into the lower deck of the ship, and lay down, and was fast asleep.??

Kata benda dalam ayat ini cukup langsung. Tapi kata ??man?? menarik perhatian. Kata kerjanya jamak, ??they cried??; dan subjek setelahnya adalah ??a man to his god(s).?? Kata bendanya adalah sebuah nominative karena subjek dari kata kerja; tapi memiliki suatu distributive sense, ??each man.?? Suatu ??cargo?? memiliki tanda accusative sebelumnya, dan disini merupakan objek langsung. Saya juga merujuk kata kerja karena cepat atau lambat kita akan membahas kata kerjanya. Ini adalah sebuah perfect tense, yarad. Tapi Yunus naik kapal lebih awal dari badai dan kegiatan mereka membuang muatan. Melihat urutan waktu, kita harus menggunakan sebuah past perfect untuk perfect tense--??Jonah had gone down.??

Tugas anda meminta klasifikasi ??ship?? dalam ekspresi ??the lower deck of the ship.??

Yunus 1:6

??And the captain of the crew drew near to him, and said to him, ??What to you, O sleeper? [What is with you, or, why are you sleeping]. Get up, call upon your God. Perhaps God will have compassion on us so that we do not perish.??

Kata ??captain?? adalah subjek kalimat, dan juga nominative case. Kata ??sleeper?? adalah sebuah niphal participle; Karena ini sebuah rujukan langsung, participle-nya akan digunakan sebagai sebuah substantive, menggantikan kata benda, dan oleh sebab itu menjadi nominative case (sebagai sebuah vocative). Pronominal suffix bagi ??God?? adalah sebuah genitive, dan kita hanya mengklasifikasikannya sebagai genitive of possession. Diakhir ayat kita memiliki imperfect tense, ??we perish.?? Ini kita klasifikasikan sebagai sebuah final imperfect (bukan karena diakhir kalimat tapi) karena menunjukan tujuan atau hasil dari keinginan: ??in order that we not perish.??

Tugas anda meminta kata selain kapten, ??crew,?? untuk diklasifikasi dan dijelaskan.

Yunus 1:7

??And each man said to his companion, ??Come, let??s cast lots so that we may know on whose cause this storm [is] upon us.?? So they cast lots. And the lot fell on Jonah.??

Didalam kata-kata dan tindakan para pelaut dua kali kita memiliki kata ??lots?? sebagai objek langsung dari kata kerja ??cast??; keduanya adalah accusatives, objek langsung. Tapi dalam klausa akhir ayat ini ??lots?? adalah subjek kata kerja ??fell,?? sehinga merupakan sebuah nominative case. Saya menambahkan pengamatan terhadap kata kerja ??know,?? yang merupakan sebuah qal cohortative. Ada setelah cohortative ??let??s cast?? ini merupakan sebuah indirect volitive, untuk menunjukan tujuan dari hasil, sehingga kita menerjemahkannya ??in order that we may know?? (bukannya ??and let??s know??)

Yunus 1:8

??So they said to him, ??Tell us, [you] on whose account this storm [has come] upon us, what is your mission, and from where do you come; what is your land, and from what people are you???

Bahasa Inggris membuat kata ??us?? terlihat seperti sebuah objek dari kata kerja, setidaknya sebuah objek tidak langsung dalam bahasa kita. Didalam bahasa Ibrani kata itu merupakan objek dari preposisi, ??tell to us,?? sehingga merupakan sebuah genitive. Pronominal suffix pada ??mission?? bisa merupakan simple genitive of possession; tapi juga bisa sebuah subjective genitive, jika kata itu dilihat lebih dari sebuah tindakan bukan semata pekerjaan??misi yang sedang anda lakukan.

Yunus 1:9

??And he said to them, ??I am a Hebrew, and I fear Yahweh the God of heaven, who made the sea and the dry land.??

Kata ??Yahweh?? memiliki tanda accusative; disini kata itu merupakan objek langsung dari kata kerja ??fear?? (diletakan pertama dalam klausa untuk penekanan). Kata ??sea?? dan ??dry land?? keduanya accusatives, memiliki tandap accusative; mereka adalah objek langsung dari kata kerja ??made.??

Tugas anda meminta anda melihat tiga kata ini: ??Hebrew,?? ??God?? dan ??heaven.??

Yunus 1:10

??And the men were greatly afraid [lit.: feared a great fear], and said to him, ??What in the world have you done [lit.: what is this you have done]??? For they knew that he was fleeing from the presence of the LORD, because he had told them.??

Didalam ayat ini kita memiliki contoh sebuah accusative serumpun: objek langsung accusative dari kata kerja ??fear?? berasal dari akar verbal yang sama ??fear.?? Itu menekankan tindakan verbal, jadi kita menjabarkannya ??they were terrified?? atau yang seperti itu. Kemudian, setelah itu kita memiliki seluruh klausa diawali dengan particle ??that?? (Hebrew ki) yang berfungsi sebagai objek langsung dari kata kerja ??they knew.?? Seperti yang akan kita lihat, ini disebut, sebuah noun clause, karena klausanya berfungsi sebagai sebuah kata benda yang menjawab pertanyaan yang diketahuinya.

Untuk Tugas 11

Sintaks Kata Kerja

Contoh ini akan melihat beberapa kata kerja utama dalam puisi Yunus pada Yunus 2; ini akan menjadi contoh bagi tugas dalam sebuah mazmur, Mazmur 3. Selain kata kerja, beberapa klausa kata benda juga akan diperhatikan sambil lalu.

Yunus 2:3

??And he said:

I cried our of my distress to the LORD and he answered me;

from the belly of Sheol I cried for help. You heard my voice.

Pasal ini merupakan sebuah declarative praise psalm dalam bentuknya; mengetahui hal tersebut, bisa sangat membantu kita melihat urutan ide. Dimulai dengan laporan tangisan kesulitan. Sehingga kata kerja pertama ??I cried?? (seperti juga perfect tense verb lain dalam ayat ini) merupakan simple definite past. Konstruksi kata kerja ??and he answered me?? adalah preterite dengan waw consecutive (sebagian melihat itu sebagai imperfect dengan sebuah waw consecutive); kata itu jelas sebuah preterite (definite past tense) dalam ayat ini.

Pada paruh kedua kita memiliki ??from the belly of Sheol.?? Kata ??belly?? adalah sebuah genitive karena ada setelah sebuah preposisi; tapi kata ??Sheol?? adalah sebuah genitive setelah konstruksinya. Itu merupakan sebuah partitive genitive, seluruhnya menjadi Sheol dan sebagian adalah belly atau wilayah sentral. Ayat ini berakhir dengan ??my voice??; ??voice?? adalah accusative dari objek langsung, dan suffix ??my?? merupakan possessive genitive.

Yunus 2:4

??And you cast me out [into the] depths, into the heart of the seas;

and the current surrounded me.

All your breakers and your rollers passed over me.??

Ayat ini dimulai dengan hiphil preterite dengan waw consecutive, sehingga ini jelas past tense, melaporkan apa yang Tuhan lakukan --??you cast me out.?? Suffix-nya adalah accusative dari objek langsung (suffix pada kata benda adalah genitives). Kata ??depths?? adalah sebuah kata benda, memberitahu arah atau akhir dari being cast out, sehingga itu merupakan sebuah adverbial accusative (itu bukan sebuah genitive atau nominative).

Kata kerja diakhir baris pertama terlihat seperti sebuah imperfect tense; tapi diayat lainnya seluruh kata kerjanya merujuk pada past time, sehingga harus dijelaskan sebagai sebuah preterite tanpa waw consecutive (yang terjadi dipuisi), atau sebuah preterite menggunakan imperfect tense.

??All your breakers?? secara teknis adalah kata ??all?? diikuti oleh genitive of specification (semua dari apa? Semua breakers) dengan sebuah possessive genitive suffix. Kata ??all?? bisa nominative, membentuk subjek dari kata kerja ??passed.

Yunus 2:5

??And I said [thought], ??I was cast out from before your sight;

I shall look again to your holy temple.

Baris pertama menggunakan dua perfect tenses untuk past time, sehingga tidak menimbulkan kesulitan. Tapi baris kedua kita memiliki sebuah verbal hendiadys??dua bentuk kata kerja mengekspresikan satu pikiran, sehingga salah satu bentuk menjadi adverbial. Secara literal: ??I will add to look?? adalah hiphil imperfect diikuti oleh hiphil infinitive construct. Kata kerja ??to add?? menjadi pengubah, dan merupakan infinitive dari kata kerja utama. Nuansa dari imperfect menjadi kepastian dimasa yang akan datang: ??I shall look again.??

Frase terakhir sekilas kelihatannya ingin mengatakan ??to the temple of your holiness?? atau ??to your holy temple.?? Kata ??temple?? dalam konstruksi sebuah kata benda dengan suffix, karena yang kedua adalah definite (karena suffix) kata benda sebelumnya juga definite. Kata ??holy?? adalah genitive of attribute, pengubah temple. Suffix diakhir merujuk pada konstruksi lengkap: ??your holy-temple?? (sehinggan bukan, ??temple of your holiness??).

Yunus 2:6

??Waters engulfed me to [my] life;

the deep surrounded me;

seaweed (reeds) [were] wrapped around my head.??

Kata kerja pertama adalah perfect tense, karena masing melaporkan dilemma, itu sebuah definite past. Memiliki sebuah objek dengan suffix, merupakan suatu accusative direct object. Colon kedua sekali lagi memiliki bentuk kata kerja ini, preterite dari sabab tanpa waw consecutive. Terlihat seperti sebuah normal imperfect, tapi merujuk pada masa lampau.

Yunus 2:7

??To the ends of the mountains I descended;

the earth, its bars [closed] behind me forever;

but you brought my life up from the pit/destruction O Yahweh my God.??

Laporan terus memberitahu bahwa dia masuk ke-kedalaman laut, to the ends of the mountains. Kata ??Ends?? ada dalam konstruksi, jadi ??the mountains?? adalah sebuah genitive, mungkin sekali lagi sebuah partitive genitive. Dia melihat gunung-gunung dari pantai sampai kekedalaman laut; dan dia pergi kebagian gunung-gunung tersebut.

Colon kedua menggunakan ??the earth?? seperti dalam sebuah independent nominative absolute. Kata itu keluar didepan, dan subjek formal ??bars?? (sand bars, atau prison bars) meneruskan kalimatnya. Anda bisa menerjemahkannya ??the earth with its bars [were] behind me forever,?? tapi ??bars?? bisa juga menjadi apposition terhadap ??earth?? untuk menjelaskan bagian apa dari bumi dekat dibelakangnya.

Colon terakhir menggunakan hiphil (karena memiliki sebuah objek) preterite dengan waw consecutive untuk menandai titik balik. Dia turun, tapi Tuhan mengangkatnya. Kata ??my life?? memiliki ??life?? sebagai accusative, objek langsung, dan suffix-nya sebagai sebuah genitive of possession.

??Yahweh?? adalah vocative, dan juga nominative case. ??God?? ada dalam apposition sehingga memiliki case dan penggunaan yang sama. SuffiX-nya adalah sebuah genitive, seperti possession.

Yunus 2:8

??When my life fainted within me, I remembered the LORD,

and my prayer came in to you, into your holy temple.??

Bentuk verbal pertama dalam ayat ini adalah hithpael infinitive construct (kita akan melihat verbal dalam tugas lainnya). Memiliki preposisi sehingga itu merupakan suatu penggunaan temporal atau adverbial: ??when ? .?? Kata ??life?? adalah sebuah subjective genitive karena ada setelah infinitive construct: ??In the fainting [within myself] of my life.??

Kata kerja ??I remembered?? adalah sebuah definite past. Kata ??prayer?? adalah nominative case, subjek dari kata kerja ??came in??; suffix-nya bisa merupakan possession atau authorship.

Yunus 2:9

??Those who meticulously observe [keep] vanities of falsehood

forsake their loyal love.??

Ayat ini dimulai dengan piel participle, ??those observing.?? Objeknya ??vanities,?? tapi dengan ??falsehood.?? Ini merupakan sebuah attributive genitive: ??false vanities.?? Tapi kata ??vanities?? adalah sebuah kiasan, sebuah metonymy akibat menunjukan ilah-ilah palsu itu tidak bernilai.

Kata kerja ??forsake?? diberi sebuah terjemahan present tense karena sesuai dengan kejadian yang sedang berlangsung dari participle-nya. Itu merupakan sebuah habitual imperfect. Objeknya (dan juga accusative) adalah ??loyal love.?? Suffix pada akhir kata bisa merupakan objective atau subjective genitive. Jika objective, maka mereka melupakan kasih yang telah seseorang (Tuhan) berikan pada mereka; jika subjective, maka mereka melupakan atau menghancurkan kasih yang sedang mereka tunjukan atau ingin tunjukan pada orang lain. Pertama lebih baik, karena artinya penyembahan berhala mereka menghalangi kasih Tuhan bagi mereka. Bentuk kedua berkata penyembahan berhala mereka meniadakan kebaikan yang mungkin mereka lakukan.

Yunus 2:10

??But I with the voice of thanksgiving I will sacrifice to you;

that which I have vowed I will repay.

Salvation [is] of the LORD.??

Ini berlawanan dengan penyembahan berhala kafir. Kata ??thanksgiving?? (todah) adalah sebuah genitive setelah ??voice?? (yang juga sebuah genitive karena preposisinya). Itu bisa sebuah genitive atau spesifikasi (thankful voice) atau objective genitive (voice producing thanksgiving).

Kata kerja ??I will sacrifice?? dan ??I will repay?? keduanya cohortative, dan juga mengekspresikan ketetapan hati Yunus. Perfect tense-nya bisa merupakan sebuah definite past (??I vowed??) atau present perfect (??I have vowed??); dia bersumpah untuk memuji Tuhan saat sedang berdoa untuk keselamatannya.

Untuk Tugas 12

Contoh Volitive dalam Mazmur 132

Bentuk volitional dalam Ibrani adalah imperative (untuk orang kedua), jussive (untuk orang ketiga, atau jika dinegasikan sebagai perintah negatif, untuk orang kedua), dan cohortative (untuk orang pertama). Pelajaran mengenai cohortative harus melihat bagaimana bentuk-bentuk ini bekerja sama dengan waw (??and??) dan bagaimana mereka bekerja dengan kata kerja lain saat dalam urutan.

Mazmur 132:1

??Remember, O Yahweh, for David??s sake, all his afflictions.??

Kata kerjanya adalah zekor, qal imperative, msg, dari zakar. Karena ini ditujukan pada Tuhan, kekuatan dari imperative adalah sebuah petisi, permintaan atau doa. Tapi esensi dari imperative??respon langsung??didapatkan. (Kemudian anda harus melakukan penelitian kata untuk melihat kalau kata ??remember?? memiliki pengertian tindakan yang diingat tersebut).

Mazmur 132:6, 7

??Look, we heard of it in Ephratah; we found it in the fields of Jaer!
??Let us go to his resting place; let us worship at his foot stool.??

Ayat ini kelihatannya diingat dari penemuan Daud atas tabut dan memindahkannya ke Yerusalem, dan mungkin sebuah pengulangannya. Kata ??Behold?? atau ??look?? yang memulai ayat enam menunjukan ide seketika, sehingga kedua perfect tense (baik qal perfects, 1cpl, dengan object suffixes) bisa menjadi past tenses--??we found it??--atau very recent past--??we just found it??--atau present perfects--??we have found it.??

Didalam ayat 7 kita memiliki cohortative, pertama qal dari bo?? (??to come, go, enter??) dan kedua hishtaphel dari khawah (??worship). Keduanya adalah plural cohortatives dan didalam bagian ini memiliki nuansa hortatory murni--??let??s do such and such.?? Orang saling menyerukan untuk pergi kebait untuk beribadah didepan tabut perjanjian (the foot stool).

Kata ??foot stool?? menggambarkan tabut, kotak, yang masuk kedalam Ruang Maha Kudus. Bahasanya adalah anthropomorphic, merujuk kesuatu tempat dimana Tuhan meletakan kakiNya. Tuhan bertahta diatas kerubim (dipahat diatas kotak) dalam shekainah glory, suatu awan penyingkapan kehadirannya; dan tabut itu merupakan tempat kakinya. Darah dipercikan dikaki itu. Secara tradisi atas kotak disebut tempat duduk belas kasih; tapi mazmur ini dan lainnya menjelaskan idenya.

Mazmur 132:8

??Arise, O Yahwe to your resting place, You and the ark of your strength.??

Ayat ini dimulai dengan qumah, bentuk alternatif dari masculine singular imperative (dari qum, ??arise??). Ini, sekali lagi sebuah doa atau petisi, mungkin seruan pada Tuhan (dibuat saat diam dengan tabut) dan tabutnya untuk pergi kebait.

Kata ??strength?? adalah sebuah genitive; disini merupakan sebuah attributive genitive karena penggubah kata ??ark??: ??and your mighty ark?? (??your?? adalah sebuah possessive genitive).

Mazmur 132:9

??Let your priests be clothed with righteousness;

and let your saints give a ringing cry.??

Kata kerja dalam colon pertama adalah yilbeshu, dari labash, ??to be clothed.?? Bentuk itu bisa diuraikan sebagai sebuah qal imperfect, atau sebuah qal jussive. Karena bagian ini adalah sebuah doa, bentuknya (dan juga kata kerja colon kedua) adalah jussives. Disini juga suatu petisi atau doa.

Bahasa kiasan bisa hypocatastasis, karena kita tidak bisa diselimuti dengan righteousness. Ini menunjukan sebuah perbandingan antara being completely righteous, covered with righteousness, dan putting on clothes. Clothe seringkali mewakili hal ini.

Mazmur 132:10

??For the sake of David your servant,

do not turn away the face of your anointed??

Disini kata kerjanya memiliki negatif dari ??al bukannya lo??. Negatif ini biasanya ada bersama dengan jussives; sehingga kita menemukan kata kerja tasheb adalah sebuah jussive (imperfect sepertinya tashib, dengan huruf hidup panjang hireq-yod). ??al ditambah jussive, 2msg, membentuk sebuah negative imperative (imperative sebenarnya tidak pernah muncul dengan sebuah negatif): ??do not turn away.?? Tapi itu tetap diwilayah doa.

Doa-doa ini akan diambil lagi diakhir mazmur saat TUHAN berkata kalau dalam Zionlah dia bersemayam dan menyelimuti para imam dengan kebenaran dan keadilan dan membuat raja itu berkembang.

Untuk Tugas 13

Contoh Bentuk Verbal dalam Kejadian
Kejadian 2:16-18

??And Yahweh God commanded the man, saying, From every tree of the garden you may freely eat; but from the tree of the knowledge of good and evil you shall not eat from it, for when you eat from it you shall surely die. And Yahweh said, Man??s being by himself is not good. I will make for him a complementary help??.

Ekspresi ??you may freely eat?? dibuat dari qal infinitive absolute (??akol) diikuti oleh qal imperfect, 2msg. Pertama, anda kelompokan kata kerjanya. Disini imperfect tense-nya merupakan sebuah permission imperfect (modal nuance): ??you may eat.?? Kemudian, infinitive absolute menekankan kedua arti dari kata kerjanya dan (lebih penting) nuansa ijinnya: ??you may eat to your heart??s content.??

Ekspresi yang telah dikenal luas ??the knowledge of good and evil?? harus ditafsirkan juga. Kata ??knowledge?? setelah genitive ??tree,?? dan disini sebagai sebuah objective genitive. Hal ini dikarenakan kedua pohon kelihatannya menghasilkan apa yang dikatakan genitive-nya. Jika mereka makan dari pohon kehidupan, mereka akan hidup selamanya; jadi jika mereka makan dari pohon pengetahuan, mereka akan tahu baik dan jahat. Maka, ??good and evil?? (sebuah merism melalui cara tersebut by the way) merupakan genitives of specification, memberitahu jenis pengetahuan apa.

??You shall not eat?? adalah negatif dengan qal imperfect, menekankan larangan ??anda jangan makan darinya, kapanpun.

??When you eat?? secara literalnya ??in the day of your eating.?? ??In the day of?? adalah idiomatic bagi ??when.?? Tapi ??eating?? adalah qal infinitive construct, secara teknis objek dari prepositional idiom ??when.?? Ini adalah suatu penggunaan adverbial dari infinitive bagi sebuah klausa temporal. Suffix-nya merupakan sebuah subjective genitive, karena ??you?? akan melakukan ??eating.??

??You shall surely die?? adalah qal infinitive absolute menekankan qal imperfect dari mut. Kata kerjanya adalah specific future; sehingga infinitive menekankan kepastiannya.

Didalam ayat 18 kata ??being?? (heyot) adalah qal infinitive construct dari hayah, ??to be.?? Didalam kalimat ini berfungsi sebagai kata benda, dan karena itu sebagai subjek kalimat: the being [or man alone] is not good.

??I will make?? mungkin dilihat sebagai qal cohortative dari ??asah, ??to make.?? Biasanya dengan kata kerja III He anda tidak bisa membedakan sebuah imperfect dari sebuah cohortative (the -ah dari cohortative tidak ada). Disini MT menunjukan itu adalah sebuah cohortative, sehingga penggunaannya menjadi ??resolve.?? ??I will make?? lebih kuat daripada simple future ??I shall make.??

Kejadian 14:19

??And he blessed him, and said, Blessed [be] Abram by El Elyon,

creator of heaven and earth.

Kata ??blessed?? adalah baruk, qal passive participle dari barak. Didalam berkat dari imam besar seperti ini kita akan memberi bentuk jussive dari kata kerja: ??may Abram be blessed.?? Participle berfungsi sebagai sebuah predicate adjective. Dan ??Abram?? menjadi nominative, subjeknya.

Kata ??creator?? adalah qal active participle, qoneh. Itu sebuah penggunaan kata benda dari participle, apposition dengan ??El Elyon,?? yang merupakan sebuah genitive setelah preposisi ??by.?? Sehingga kata ini bisa juga merupakan sebuah genitive dengan apposition Tapi didalam konstruksi (kata benda, dan participle yang berakhir dengan segol he?? diubah menjadi sere he?? dalam konstruksi), dan juga ??heaven and earth?? memiliki genitives sesudahnya, dan jelas merupakan objective genitive karena mereka yang diciptakan. Dan keduanya membentuk sebuah merism, artinya seluruh alam semesta.


20 Kata Ibrani rib [diucapkan reev] adalah istilah paralelnya; itu merujuk pada perdebatan legal atau pendakwaan. Sebuah bagian yang memiliki tuduhan legal atau komplain, membutuhkan saksi, dan menuntut keadilan, seringkali diklasifikasikan sebagai sebuah ??pola rib.??

21 It will have to be remembered that this column Bible is only one manuscript of the Old Testament in Greek, albeit the best--Codex B or Vaticanus. The copy of the Septuagint by Rahlfs is a critical edition. On a really important matter you would want to see that what B has is in fact the best or only reading.

Taxonomy upgrade extras: