Yunus: Nabi yang Tidak Taat

An Indonesian translation of Jonah: The Prodigal Prophet
Series ID: 
197
/assets/foreign/jonah-in.zip

1. Gambaran Umum yang Hancur (Yunus 1)

Pendahuluan

Beberapa tahun lalu, saya dan istri saya mendapat kesempatan yang sangat jarang diundang kerumah seorang pemimpin Kristen yang disegani. Kami sangat senang mendapat kesempatan mengenal mereka dan melihat seperti apa mereka itu. Saya sudah memiliki gambaran istrinya seperti apa. Saya membayangkan istrinya sebagai seorang yang diam, pasif, seorang yang lembut, yang sangat mengaggumi suaminya dan sangat dikagumi karena pengetahuannya serta perawakannya dalam lingkungan Kristen.

Topik pembicaraan kami bukan tentang kerohanian – kami membicarakan koboi dallas – tapi itu tidak mengubah harapan saya. Suaminya berkomentar tentang koboi, suatu komentar yang saya perkirakan akan disetujui istrinya. Sebaliknya istrinya berkata, “tunggu sebentar, bung…” saya hampir jatuh dari kursi. Bayangan saya tentang istri pemimpin Kristen langsung hancur.

Kita semua punya gambaran umum, dan kebanyakan tidak sesuai dengan hal itu. Yunus adalah seorang nabi yang tidak sesuai dengan pemikiran kita dan gambaran umum tentang seorang nabi Tuhan. Dia sangat berbeda dengan nabi yang lain yang ada diAlkitab.1 Kitab Yunus ditulis untuk menghancurkan gambaran umum kita terhadap nabi, terutama nabi Yunus.

Yunus berbeda dalam beberapa hal. Pertama, Yunus adalah seorang nabi yang dilihat lebih kepada siapa dia dan apa yang dia lakukan daripada apa yang dia katakan. Jika melihat isi Alkitab tentang perkataan Yunus, kita mendapat kesulitan mengerti pesan kenabiannya. (Keluhan Yunus bisa dimengerti, tapi itu bukan perkataan kenabian secara langsung. Itu semua lebih menyedihkan daripada perkataan kenabian.) Yunus adalah orang yang jarang berbicara, tapi perbuatan, tindakan, sangat kenabian.

Kitab Hosea menggambarkan Gomer sebagai bangsa Israel, dan Hosea, suaminya, menggambarkan Tuhan. Yoel menggunakan tulah belalang untuk menubuatkan kedatangan tentara musuh Israel, yang akan memenuhi tempat mereka dalam penghakiman. Demikian juga dengan Yunus merupakan gambaran yang mewakili bangsa Israel. Seperti Yunus yang dengan jelas menerima perintah Tuhan dan tidak taat, demikian juga bangsa Israel dikenal dengan ketidaktaatannya pada perintah Tuhan melalui Musa.

Nubuat lebih daripada pernyataan verbal; itu sering suatu dramatisasi. Kitab Yunus mendramatisasi keadaan kerohanian Israel, suatu kondisi yang dinyatakan dalam ketidaktaatannya pada perintah Tuhan dan pada panggilan ilahinya, suatu kondisi yang membutuhkan disiplin ilahi.

Kedua, Yunus merupakan satu-satunya nabi yang ditulis melarikan diri dari Allah. Yunus tidak dikenal karena ketaatannya, tapi karena ketidaktaatannya. Yunus, dalam pemberontakan dan ketidaktaatannya, dalam kekerasan hatinya, merupakan seorang yang mewakili pemberontakan bangsa Israel. Seperti perkataan Tuhan pada Musa, beberapa abad sebelumnya, “Telah Kulihat bangsa ini dan sesungguhnya mereka adalah suatu bangsa yang tegar tengkuk ” (Kel. 32:9).

Ketiga, Yunus adalah seorang nabi yang berbeda tidak hanya karena keras kepalanya, tapi juga karena kitab ini tidak menulis apakah dia bertobat dan dipulihkan “sukacita keselamatannya” Kita melihat kegagalan orang-orang dalam PL, tapi biasanya orang-orang ini kembali bertobat dan dipulihkan. Daud berdosa sangat besar, tapi dia bertobat. Abraham, Yakub, dan Elijah, semua memiliki saat gagal, tapi mereka bertumbuh dalam kedewasaan, iman dan ketaatan. Hal itu tidak terjadi pada Yunus. Selain kemungkinan Yunus adalah penulis kitab ini, kita hanya memiliki sedikit dasar untuk mengatakan bahwa Yunus akhirnya bertobat.

Pada saat ini saya memberitahukan anda bahwa saya tidak melihat adanya pertobatan dalam Yunus dikitab ini. Kecenderungan kita terhadap hal “selalu baik,” yaitu kecenderungan untuk mengatakan kalau nabi PL pasti melakukan hal baik untuk alasan yang baik – suatu kepercayaan yang sangat salah – terbukti dalam kitab Yunus. Sebagian besar buku tafsiran ingin melihat Yunus bertobat dalam kitab ini, beberapa ingin secepatnya melihat hal itu. Sejujurnya, saya tidak melihat adanya pertobatan, yang menurut saya merupakan salah satu pelajaran penting dalam kitab ini. Hati-hati mencari alasan untuk Yunus. Kitab ini bertujuan agar pembaca merasa lebih empati terhadap orang non-kristen (para pelaut dalam pasal 1, orang Niniwe pasal 3 dan 4 daripada nabi yang tidak taat ini.)

Saya percaya kalau Yunus, dalam kitab ini mewakili kekerasan hati dan roh tidak mau bertobat dari bangsa Israel. Kitab ini tidak ditulis agar kita merasa hangat, kabur, enak, tapi agar kita tidak nyaman, karena kitab Yunus ditutup tanpa solusi dari dosa Yunus, jadi PL menutupnya dengan tidak adanya solusi bagi dosa bangsa Israel. Hanya kedatangan Kristus memberikan kita rasa puas, pertobatan, dan pemulihan yang Tuhan ingin kita alami.

Tentang Nabi Yunus

Sangat sedikit yang bisa dikatakan tentang nabi Yunus diluar kitab Yunus sendiri. Dalam 2 Raj 14:25, Yunus diceritakan mendapat penglihatan bahwa kerajaan Israel utara akan memperlebar perbatasannya selama pemerintahan Yeroboam, seorang raja yang jahat. Maka dari itu kelihatannya aman untuk menyimpulkan kalau “Yunus” ini salam dengan orang dalam kitab Yunus, terutama keduanya dikatakan sebagai “anak Amittai”2 (cp. 2 Raj 14:25; Yunus 1:1). Nubuat Yunus kepada Jeroboam menyediakan latar belakang penting untuk memperluas pengertian kita terhadap kitab ini. Kita diberitahu,

Dalam tahun kelima belas zaman Amazia bin Yoas, raja Yehuda, Yerobeam, anak Yoas, raja Israel, menjadi raja di Samaria. Ia memerintah empat puluh satu tahun lamanya. Ia melakukan apa yang jahat di mata TUHAN. Ia tidak menjauh dari segala dosa Yerobeam bin Nebat, yang mengakibatkan orang Israel berdosa pula. Ia mengembalikan daerah Israel, dari jalan masuk ke Hamat sampai ke Laut Araba sesuai dengan firman TUHAN, Allah Israel, yang telah diucapkan-Nya dengan perantaraan hamba-Nya, nabi Yunus bin Amitai dari Gat-Hefer. Sebab TUHAN telah melihat betapa pahitnya kesengsaraan orang Israel itu: sudah habis lenyap baik yang tinggi maupun yang rendah kedudukannya, dan tidak ada penolong bagi orang Israel. Tetapi TUHAN tidak mengatakan bahwa Ia akan menghapuskan nama Israel dari kolong langit; jadi Ia menolong mereka dengan perantaraan Yerobeam bin Yoas. (2 Raj 14:23-27, penekanannya dari saya).

Yunus merupakan seorang nabi kerajaan Israel selatan, yang pendahulunya adalah Elia dan Elisa. Hosea and Amos sepertinya sezaman dengan Yunus. Assyria, ibukotanya Nineveh, sudah mulai menunjukan dominasinya ditimur, tapi kekuasaannya mulai berkurang, membuat bangsa Israel dibawa kepemimpinan Yeroboam mengembangkan perbatasannya. Dalam kutipan ayat diatas, dinyatakan dengan jelas kalau kemakmuran Israel selama periode ini hanya karena anugrah Tuhan dan belaskasihanNya terhadap umatNya, yang sangat menderita. Bukan ketaatan sebagian bangsa, atau kepemimpinannya yang dilihat menjadi dasar berkat Tuhan. Dengan demikian, seperti pelayanan Yunus di Niniwe menghasilkan anugrah Tuhan, juga pelayanannya diIsrael menghasilkan anugrah Tuhan – dengan pengecualian, yaitu; Israel tidak bertobat dari kejahatannya, tapi Tuhan tetap memberkatinya, sementara orang Niniwe dengan sungguh-sungguh bertobat dari dosanya. Dalam hal ini anugrah Tuhan lebih besar terhadap bangsa Israel daripada Niniwe. Kerena Tuhan sudah berjanji untuk mengampuni mereka yang bertobat (cf. Jer. 18:7-8).

Kemakmuran Israel tidak berlangsung lama. Amos, sezaman dengan Yunus, memperingatkan hari datangnya penghakiman Tuhan atas Israel. Dia menghukum Israel karena penindasannya terhadap orang miskin dan ketidakadilannya (5:11-13). Sementara itu, orang Israel terus melakukan penyembahan, tapi Tuhan berkata,

"Aku membenci, Aku menghinakan perayaanmu dan Aku tidak senang kepada perkumpulan rayamu. Sungguh, apabila kamu mempersembahkan kepada-Ku korban-korban bakaran dan korban-korban sajianmu, Aku tidak suka, dan korban keselamatanmu berupa ternak yang tambun, Aku tidak mau pandang. Jauhkanlah dari pada-Ku keramaian nyanyian-nyanyianmu, lagu gambusmu tidak mau Aku dengar. Tetapi biarlah keadilan bergulung-gulung seperti air dan kebenaran seperti sungai yang selalu mengalir." (Amos 5:21-24).

Karena dosanya, Tuhan berjanji akan menghukum:

dan Aku akan membawa kamu ke dalam pembuangan jauh ke seberang Damsyik," firman TUHAN, yang nama-Nya Allah semesta alam (Amos 5:27).

Sementara peringatan Amos sifatnya umum, hanya berbicara pembuangan Israel dimasa depan, , Hosea secara spesifik menujukan penawan Israel adalah Assyria:

Mereka harus kembali ke tanah Mesir, dan Asyur akan menjadi raja mereka, sebab mereka menolak untuk bertobat. Pedang akan mengamuk di kota-kota mereka, akan memusnahkan palang-palang pintu mereka, dan akan memakan mereka di benteng-benteng mereka. Umat-Ku betah dalam membelakangi Aku; mereka memanggil kepada Baal dan berhenti meninggikan nama-Ku. (Hosea 11:5-7).

Beberapa sarjana merasa sulit “menelan” mujizat dalam kitab ini seperti ikan menelan nabi. Saya tidak akan menghabiskan waktu membuktikan tentang mujizat, karena hal ini hanya iman semata. Tuhan pencipta alam semesta tidak menemukan kesulitan membuat mujizat yang digambarkan dalam kitab ini. Dari pelajaran kitab ini, kita menemukan bahwa mujizat paling sulit adalah melembutkan hati yang keras dari nabi ini. Hal yang paling penting untuk diperhatikan adalah Tuhan menjelaskan kitab ini secara literal (Matt. 12:39-41), maka dari itu kita hanya perlu mengikuti langkahNya dan meneladani hal itu.

Overview Kitab Yunus

Kitab Yunus dibagi 4 pasal dalam terjemahan Inggris. Pasal-pasal itu bisa dibagi sebagai berikut:

Pasal 1 Yunus dan Para Pelaut
Pasal 2 Yunus dan Mazmurnya
Pasal 3 Yunus dan Kota Niniwe
Pasal 4 Yunus dan Tempat Berteduh

Yunus Melarikan Diri
(1:1-3)

1 Datanglah firman TUHAN kepada Yunus bin Amitai, demikian: 2 "Bangunlah, pergilah ke Niniwe, kota yang besar itu, berserulah terhadap mereka, karena kejahatannya telah sampai kepada-Ku." 3 Tetapi Yunus bersiap untuk melarikan diri ke Tarsis, jauh dari hadapan TUHAN; ia pergi ke Yafo dan mendapat di sana sebuah kapal, yang akan berangkat ke Tarsis. Ia membayar biaya perjalanannya, lalu naik kapal itu untuk berlayar bersama-sama dengan mereka ke Tarsis, jauh dari hadapan TUHAN.

Yunus, nabi Tuhan diberikan perintah ilahi: “Bangunlah, pergilah ke Niniwe, kota yang besar itu, berserulah terhadap mereka, karena kejahatannya telah sampai kepada-Ku.” Peintah Tuhan jelas. Yunus harus keNiniwe yang didirikan oleh Nimrod (Gen. 10:11). Nineveh disebut “kota besar” yang menunjukan ukuran dan pengaruhnya. Kita yang tinggal di Dallas, Texas bisa diidentifikasikan dengan kata “besar” Dosanya juga “besar”.3 Yunus diperintahkan untuk menyatakan dosa mereka, karena sudah sangat besar dan telah sampai pada Tuhan, dan waktu penghukuman sudah dekat.

Sebaliknya, Yunus kabur, menaiki kapal yang berbeda arah:

Tetapi Yunus bersiap untuk melarikan diri ke Tarsis, jauh dari hadapan TUHAN; ia pergi ke Yafo dan mendapat di sana sebuah kapal, yang akan berangkat ke Tarsis. Ia membayar biaya perjalanannya, lalu naik kapal itu untuk berlayar bersama-sama dengan mereka ke Tarsis, jauh dari hadapan TUHAN. (vs. 3).

Nineveh terdapat disungai Tigris, sekitar 500 mil keutara Israel, tapi Yunus pergi ketimur. Tujuannya adalah Tarshish, sepertinya terletak disebelah barat pantai Spanyol.4 Kita mengetahui kalau Yunus melarikan diri “dari hadapan TUHAN,” pernyataan itu diulangi 2 kali dalam ayat 3. Saya tidak melihat hal ini berarti Yunus mengira bisa lari dari Tuhan, tapi itu merupakan pernyataan teknis, maksudnya adalah dia berusaha “mengundurkan diri” sebagai nabi.5 Dia mengembalikan selubungnya. Tidak lagi pelayanan kenabian! Sementara Tuhan yang maha hadir ada diNiniwe sedangkan Yunus tidak, maka dari itu dia akan sulit menjalankan tugasnya dari lokasi ini.

Kapal, Para Pelaut, Badai, dan Orang Berdosa
(1:4-9)

4 Tetapi TUHAN menurunkan angin ribut ke laut, lalu terjadilah badai besar, sehingga kapal itu hampir-hampir terpukul hancur. 5 Awak kapal menjadi takut, masing-masing berteriak-teriak kepada allahnya, dan mereka membuang ke dalam laut segala muatan kapal itu untuk meringankannya. Tetapi Yunus telah turun ke dalam ruang kapal yang paling bawah dan berbaring di situ, lalu tertidur dengan nyenyak. 6 Datanglah nakhoda mendapatkannya sambil berkata: "Bagaimana mungkin engkau tidur begitu nyenyak? Bangunlah, berserulah kepada Allahmu, barangkali Allah itu akan mengindahkan kita, sehingga kita tidak binasa." 7 Lalu berkatalah mereka satu sama lain: "Marilah kita buang undi, supaya kita mengetahui, karena siapa kita ditimpa oleh malapetaka ini." Mereka membuang undi dan Yunuslah yang kena undi. 8 Berkatalah mereka kepadanya: "Beritahukan kepada kami, karena siapa kita ditimpa oleh malapetaka ini. Apa pekerjaanmu dan dari mana engkau datang, apa negerimu dan dari bangsa manakah engkau?" 9 Sahutnya kepada mereka: "Aku seorang Ibrani; aku takut akan TUHAN, Allah yang empunya langit, yang telah menjadikan lautan dan daratan."

Tuhan menurunkan badai dijalan Yunus, badai yang sangat hebat sehingga menakutkan pelaut senior (secara literal “berpengalaman”) dan akan menghancurkan kapal. Para pelaut mulai membuang muatan, agar kapal dan hidup mereka selamat. Pada saat yang sama, setiap pelaut berdoa pada tuhan mereka masing-masing supaya selamat. Pasti para pelaut ini berdoa pada tuhan yang menurut mereka memiliki kuasa atas laut.

Muatan harus dibuang untuk menyelamatkan kapal masih kurang. Sementara para pelaut bekerja dan berdoa dengan bingung, Yunus ada dibawah kapal tertidur lelap.6 Kapten kapal yang tidak percaya Tuhan tentu jengkel menemukan Yunus tertidur, sementara awak kapal lain berseru pada tuhan mereka. Yunus tidak diminta untuk membuang muatan, tapi diperintahkan untuk berdoa.7 Bayangkan ini. Seorang kapten kapal yang tidak mengenal Tuhan memerintahkan seorang nabi Tuhan untuk berdoa. Perhatikan, kita tidak pernah diberitahu apakah Yunus melakukannya. Tidak heran, jika anda jadi Yunus dan keras kepala menolak bertobat, apa yang bisa anda katakana pada Tuhan?

Pelaut itu melihat badai sebagai hal yang berkaitan dengan rohani. Hal pertama yang dilakukan adalah berdoa pada Allah mereka. Ketika semua itu tidak terjadi, mereka meminta Yunus dan Tuhannya. Kemudian, saat doa mereka tidak dijawab karena dosa yang tidak disadari, yang menyinggung salah satu tuhan: “setiap orang berkata pada pasangannya, ‘marilah kita membuang undi agar kita mengetahui siapa yang bertanggung jawab atas badai ini.’ Jadi mereka membuang undid an jatuh pada Yunus” (vs. 7).

Hal yang mengagumkan adalah para pelaut tidak membuang Yunus kedalam laut saat undian jatuh padanya. Ingat, kapal sedang dalam proses kehancuran dan badai makin kuat. Mengabaikan bahaya yang didepan mata, para pelaut menginterogasi Yunus: “kemudian mereka bertanya padanya,”katakan pada kami! Siapa penyebab badai ini? Apa pekerjaanmu? Dan darimana engkau berada? Apa kotamu? Dari bangsa mana? (vs. 8).

Saya cenderung melihat semua pelaut berdiri disekitar Yunus, masing-masing mengajukan pertanyaan pada saat bersamaan. Yunus dibanjiri pertanyaan. Perhatikan, ceritanya dipaparkan dalam pasal 1, para pelautlah yang berbicara paling banyak dan Yunus hanya sedikit berbicara. Ia sedikit sekali berespon. Dia sulit berbicara. Dia seperti anak kecil yang tertangkap basah oleh orangtuanya, dibanjiri pertanyaan dan hanya memberikan respon tersembunyi. Sebagian orang berbicara banyak ketika bersalah, tapi banyak yang seperti Yunus, berbicara seminim mungkin, terutama jika mereka ingin mempertahankan kejahatan mereka.

Respon tegas Yunus (setidaknya seperti yang tertulis) adalah, “Aku seorang Ibrani; aku takut akan TUHAN, Allah yang empunya langit, yang telah menjadikan lautan dan daratan” (Yunus 1:9).

Dengan pernyataan ini, semuanya menjadi jelas bagi para pelaut: Yunus seorang nabi Yahudi yang melarikan diri dari Tuhan. Yunuslah yang menyebabkan badai. Dosa Yunus telah mendatangkan bahaya buat seluruh awak kapal.

Yunus Keluar Kapal
(1:10-15)

10 Orang-orang itu menjadi sangat takut, lalu berkata kepadanya: "Apa yang telah kauperbuat?" --sebab orang-orang itu mengetahui, bahwa ia melarikan diri, jauh dari hadapan TUHAN. Hal itu telah diberitahukannya kepada mereka. 11 Bertanyalah mereka: "Akan kami apakan engkau, supaya laut menjadi reda dan tidak menyerang kami lagi, sebab laut semakin bergelora." 12 Sahutnya kepada mereka: "Angkatlah aku, campakkanlah aku ke dalam laut, maka laut akan menjadi reda dan tidak menyerang kamu lagi. Sebab aku tahu, bahwa karena akulah badai besar ini menyerang kamu." 13 Lalu berdayunglah orang-orang itu dengan sekuat tenaga untuk membawa kapal itu kembali ke darat, tetapi mereka tidak sanggup, sebab laut semakin bergelora menyerang mereka. 14 Lalu berserulah mereka kepada TUHAN, katanya: "Ya TUHAN, janganlah kiranya Engkau biarkan kami binasa karena nyawa orang ini dan janganlah Engkau tanggungkan kepada kami darah orang yang tidak bersalah, sebab Engkau, TUHAN, telah berbuat seperti yang Kaukehendaki." 15 Kemudian mereka mengangkat Yunus, lalu mencampakkannya ke dalam laut, dan laut berhenti mengamuk.

Respon dari pelaut sangat luar biasa. Mereka tidak percaya terhadap keberania Yunus untuk tidak taat pada Tuhan. Respon mereka, “Apa yang telah kau perbuat?” hal ini mengingatkan teguran Abimelech kepada Abraham, ketika dia mengatakan Sarah adalah saudara perempuannya (Gen. 20:9). Disini ada seorang nabi yang sangat keras kepala bahkan orang yang tidak mengenal Tuhanpun terkejut (cf. 1 Cor. 5:1). Cerita Yunus ini tidak hanya cerita saja,8 tapi apa yang diketahui para pelaut cukup membuat mereka terkejut. Ingat, badai masih mengamuk dan kapal masih terancam hancur (cf. vs. 4).

Laut makin menjadi-jadi. Waktunya makin sempit. Seperti Abimelech yang membutuhkan doa Abraham, seorang nabi yang tidak taat (Gen. 20:7), para pelaut bertanya pada Yunus apa yang harus dilakukan untuk meredakan kemarahan Tuhannya. Bagaimanapun, dia seorang nabi. “jadi kata mereka kepadanya, ‘apa yang harus kita lakukan agar laut menjadi tenang kembali?’” (Yunus 1:11).

Yunus menyuruh para pelaut untuk mengangkat dan membuang dia keluar kapal, kedalam laut, dan kemudian laut akan menjadi tenang. (vs. 12). Kenapa Yunus tidak langsung lompat kelaut? Sepertinya para pelaut harus bertindak taat pada Tuhan melalui Yunus. Membuangnya kelaut berarti kematian bagi Yunus. Seperti orang Israel harus menjadi alat kematian pendosa melawan Tuhan (cf. Lev. 24:10-16), demikian juga para pelaut harus memberikan tangan pada Yunus dan membuangnya keluar. Dengan cara ini, mereka melepaskan diri mereka dari pemberontakan dan dosa dia.

Beberapa tafsiran ingin menunjukan pertobatan Yunus disini. Mereka melihat,

Dia akhirnya menjawab pertanyaan pelaut. Ya, dia mengakui bertanggung jawab atas badai. Ketaatan pelaut menghancurkan ketidakpeduliannya dan menyentuh kesadarannya. Sekarang dia menyadari betapa menakutkan dosa sehingga menyebabkan badai ini. Satu-satunya cara meredakan murka Tuhan adalah membuang dirinya kelaut seperti padang gurun dosanya. Kemauannya untuk mati merupakan indikasi kalau dia menyadari kesalahannya dihadapan Tuhan.

Yunus menunjukan kalau pertobatannya sungguh-sungguh. Orang ini tidak lagi menderita karena ketidaktaatannya. Dia menawarkan dirinya sebagai korban untuk dikorbankan agar mereka bisa selamat (vs. 12).

Dia tidak lagi lari dari Tuhan! Dia menyerahkan dirinya, tubuh dan jiwa, kepada Tuhannya. Disini dia menunjukan kepahlawanan iman! Dia tetap anak Tuhan, walaupun dia sudah berdosa..9

Saya sama sekali tidak melihat ada pertobatan disini.10 Saya tidak melihat ada pertobatan dalam seluruh kitab ini, dan pasti tidak dalam pasal 2. Kenapa harus kita lihat hal itu disini? Bagaimanapun, kita tahu Yunus ingin mati. Jika dia tidak bisa melawan perintah Tuhan dengan melarikan diri, maka pasti dia bisa melakukannya dengan kematian. Lebih jauh, para pelaut menunjukan ketakutan menumpahkan “darah orang tidak bersalah” (vs. 14). Jika Yunus benar-benar mengakui dosanya dan bertobat, bagaimana mereka bisa berpikir dia tidak bersalah. Pertobatan mengakui kesalahan, tapi para pelaut takut membunuh orang yang tidak bersalah. Tidak, tidak ada pengakuan disini. “prasangka tidak bersalah” muncul kembali disini.

Seseorang mungkin berpikir bahwa dalam situasi seperti itu, ketika badai makin besar dan bahaya makin mendekat, para pelaut harus secepatnya melakukan perintah Yunus. Sebaliknya, mereka melakukan usaha terakhir untuk menyelamatkan nyawa Yunus. Mereka berusaha mengayuh ketepi pantai, dimana mereka bisa meletakan dia (vs. 13). Ini suatu usaha yang sangat beresiko, karena batu karang dipinggir pantai, merupakan tempat terburuk ditengah badai. Tempat paling aman dari badai adalah menjauh dari pantai.11

Melakukan usaha terbaik untuk menyelamatkan Yunus, para pelaut menyimpulkan solusi Yunus merupakan satu-satunya pilihan. Sebelum membuangnya kelaut, para pelaut berdoa – sekali lagi: “Ya TUHAN, janganlah kiranya Engkau biarkan kami binasa karena nyawa orang ini dan janganlah Engkau tanggungkan kepada kami darah orang yang tidak bersalah, sebab Engkau, TUHAN, telah berbuat seperti yang Kaukehendaki” (Yunus 1:14).

Orang tidak mengenal Tuhan ini sudah sangat jauh terlibat. Mereka sudah melupakan tuhan mereka untuk Tuhan yang benar. Mereka berdoa pada Tuhan sebelum melakukan langkah terakhir bagi Yunus. Dan mereka mengakui kekuasaanNya atas segala sesuatu. Setelah berdoa, mereka mengangkatnya dan membuangnya kelaut.

Laut Jadi Tenang, Tapi Para Pelaut Tidak12
(1:15-16)

15 Kemudian mereka mengangkat Yunus, lalu mencampakkannya ke dalam laut, dan laut berhenti mengamuk. 16 Orang-orang itu menjadi sangat takut kepada TUHAN, lalu mempersembahkan korban sembelihan bagi TUHAN serta mengikrarkan nazar.

Sewaktu para pelaut melihat Yunus tenggelam dibawah gelombang, mereka merasakan angina dan laut menjadi tenang. Mereka langsung mengerti bahwa semua yang mereka duga adalah benar. Tuhannya Yunus adalah satu-satunya Tuhan yang benar. Dia membuat badai karena Yunus melarikan diri. Dan, seperti dikatakan Yunus, membuangnya kelaut akan meredakan badai. Maka dari itu, pasal ini menyimpulkan dengan suatu laporan ibadah para pelaut. “Orang-orang itu menjadi sangat takut kepada TUHAN, lalu mempersembahkan korban sembelihan bagi TUHAN serta mengikrarkan nazar” (Yunus 1:16). Orang tidak mengenal Tuhan telah menjadi orang percaya, sementara nabi tetap tidak taat. Dalam rangka menghindar dari tugas memberitahu orang Niniwe, Yunus telah mengabarkan pada para pelaut, dan mereka percaya pada Tuhan.

Kesimpulan

Ada banyak pelajaran penting yang bisa dipelajari dalam pasal 1 kitab Yunus. Mari saya tegaskan beberapa pelajaran dan memberikan aplikasinya bagi kehidupan kita.

Gambaran umum kita tentang nabi dan orang tidak mengenal Tuhan tidak sesuai dengan Yunus. Salah satu tafsiran mengatakan seperti ini:

Sebagian aturan umum ideology agama Yahudi telah dibuang keluar dengan Yunus. Pendengar telah dibujuk untuk sama sekali melawan nabi Israel dan melihat anjing non-Yahudi dengan hormat dan kagum. Perilaku ini disebarkan oleh penulis akan dipanen kemudian.13

Mari hadapi ini, apakah anda melihat tulisan ini telah membalikan pahlawan menjadi penjahat? Membaca pasal ini, kita mengharapkan Yunus menjadi pahlawan, sementara para pelaut yang tidak mengenal Tuhan pasti menjadi penjahat. Ini merupakan cara pandang Yunus, dan orang Israel yang dijadikan contoh. Tapi dalam tulisan ini para pelaut yang berdoa, sementara Yunus tidak. Para pelaut berhadapan dengan dosa diatas kapal, tidak dengan Yunus. Para pelaut akhirnya menyembah Tuhan, tidak dengan Yunus. Para pelaut berbelas kasihan terhadap Yunus, sementara dia terlihat sedikit perhatian terhadap bahaya yang disebabkannya. Jelas pasal ini membalikan harapan kita.

Respon emosional saya terhadap pasal ini mirip dengan yang saya alami dalam kitab kejadian, tentang Yakub dan Esau. Esau seorang yang tidak mengenal Tuhan, tapi saya lebih menyukai dia daripada Yakub, seorang penipu dan pemalsu. Jika saya harus memilih tetangga sebelah saya antara Yakub atau Esau, saya pasti selalu memilih Esau. Demikian juga dengan pelaut dan Yunus. Saya lebih memilih orang-orang ini sebagai tetangga saya daripada Yunus. Hanya dalam kasus ini, para pelaut ini percaya Tuhan tidak seperti Esau.

Perhatikan perbedaan antara Yunus dan Para pelaut dalam pasal 1:

Para Pelaut

Yunus

Berdoa

Tidak terlihat berdoa

Aktif menyelamatkan kapal, diri sendiri

Tertidur lelap

Belas kasihan pada Yunus

Tidak peduli pada para pelaut, keadaan

Mencoba menyelamatkan Yunus

Tidak ada usaha menyelamatkan pelaut

Ingin Hidup

Ingin mati

Ingin menemukan “dosa”

Berkeras dalam dosa

Taat pada apa yang mereka tahu

Tidak taat walau tahu banyak

Memuji Tuhan

Tidak memuji

Gentar atas dosa Yunus

Kelihatan tidak tersentuh atas dosanya

Makin takut Tuhan

Tidak terlihat takut

Terlihat hanya ada satu hal yang disetujui keduanya, dan keduanya salah. Keduanya terlihat berpikir secara terpisah dan umum. Keduanya berpikir secara sectarian. Pertanyaan yang diberikan para pelaut menunjukan proses berpikir mereka. Pertanyaan mereka, seperti dalam ayat 8, menyangkutYunus: (1) pekerjaan (“apa pekerjaan anda?”); dan (2) asal ras dan etnis (“dan darimana anda datang? Apa kota anda? Dari bangsa mana anda berasal?”).

Tidak benar kalau Israel menjadi terlalu bangga akan pendahulu mereka (“kami keturunan Abraham”) dan status seperti pendeta mereka sebagai suatu bangsa sehingga mereka merasa lebih saleh dari orang lain ? dan bukankan kebangsaan dan pekerjaan Yunus dibanggakannya?

Pasal ini memberitahukan pada kita bahwa hal itu bukan masalah terpenting. Ada 2 masalah prinsip bagi Tuhan. Pertama adalah “mengasihi Tuhan,” kedua, “mengasihi manusia.” Yunus bisa menunjukan kasihnya pada Tuhan dengan ketaatan. Yunus tidak taat, dan menunjukan dirinya kurang kasih pada Tuhan yang diharuskan oleh hukum. Kedua, Yunus tidak mengasihi manusia, yang ditunjukan dengan kurang belaskasihan bagi para pelaut.

Dalam PB, Tuhan kita menegaskan kembali 2 prioritas ini – mengasihi Tuhan dan manusia – sebagai inti hukum PL, dan PB (cf. Matt. 22:34-40). Yesus mengajarkan pada muridNya bahwa jika mereka mengasihi Dia, mereka harus melaksanakan perintahNya dan mereka harus mengasihi satu sama lain (cf. Yoh 13:34; 14:15; 15:9-13).

Seharusnya mengejutkan kita bahwa dalam Alkitab pemimpin rohani Israel seperti nabi Yunus merupakan seorang yang “tidak baik” daripada “orang baik” Yunus melambangkan kejahatan pemimpin Israel dimasa Tuhan kita. Sementara kita berharap mereka menyambut Yesus, mereka malah menolak Dia, dan ingin membunuhNya. Mereka yang “menghancurkan rumah janda,” menjadi objek kemarahanNya paling keras (cf. Matt. 23).

Yunus 1 mengingatkan kita bahwa Tuhan tidak peduli ras kita, asal kita, atau pekerjaan kita, tapi apa yang kita lakukan dengan perintahNya pada kita. Seperti Paulus katakana pada kita, Tuhan tidak tertarik apakah kita memiliki hukum (seperti orang Yahudi) tapi apakah kita melakukannya atau tidak.

11 Sebab Allah tidak memandang bulu. 12 Sebab semua orang yang berdosa tanpa hukum Taurat akan binasa tanpa hukum Taurat; dan semua orang yang berdosa di bawah hukum Taurat akan dihakimi oleh hukum Taurat. 13 Karena bukanlah orang yang mendengar hukum Taurat yang benar di hadapan Allah, tetapi orang yang melakukan hukum Tauratlah yang akan dibenarkan. 14 Apabila bangsa-bangsa lain yang tidak memiliki hukum Taurat oleh dorongan diri sendiri melakukan apa yang dituntut hukum Taurat, maka, walaupun mereka tidak memiliki hukum Taurat, mereka menjadi hukum Taurat bagi diri mereka sendiri. 15 Sebab dengan itu mereka menunjukkan, bahwa isi hukum Taurat ada tertulis di dalam hati mereka dan suara hati mereka turut bersaksi dan pikiran mereka saling menuduh atau saling membela. 16 Hal itu akan nampak pada hari, bilamana Allah, sesuai dengan Injil yang kuberitakan, akan menghakimi segala sesuatu yang tersembunyi dalam hati manusia, oleh Kristus Yesus.

17 Tetapi, jika kamu menyebut dirimu orang Yahudi dan bersandar kepada hukum Taurat, bermegah dalam Allah, 18 dan tahu akan kehendak-Nya, dan oleh karena diajar dalam hukum Taurat, dapat tahu mana yang baik dan mana yang tidak, 19 dan yakin, bahwa engkau adalah penuntun orang buta dan terang bagi mereka yang di dalam kegelapan, 20 pendidik orang bodoh, dan pengajar orang yang belum dewasa, karena dalam hukum Taurat engkau memiliki kegenapan segala kepandaian dan kebenaran. 21 Jadi, bagaimanakah engkau yang mengajar orang lain, tidakkah engkau mengajar dirimu sendiri? Engkau yang mengajar: "Jangan mencuri," mengapa engkau sendiri mencuri? (Rom 2:11-21)

Maksud Paulus adalah memiliki hukum dan mengajarkannya, seperti yang dilakukan orang Yahudi, tidak cukup. Manusia harus mentaati hukum. Yunus, seperti orang Israel sekarang membanggakan diri memiliki hukum, tapi tidak melakukannya. Maka dari itu, para pelaut menjadi pahlawan dalam cerita kita karena mereka melakukan semua yang mereka ketahui sebagai kehendak Tuhan, sementara Yunus tidak taat pada perintah Tuhan.

Para pelaut selamat (menurut saya, baik fisik dan rohani) karena mereka taat pada kehendak Tuhan, dan menjadi “injil” bagi mereka. Mereka belajar kalau tuhan mereka bukan Tuhan, yang bisa menjawab doa mereka atau mengatur laut. Mereka mengetahui kalau dosa mendatangkan penghukuman. Mereka belajar bahwa Tuhan Israel adalah pencipta langit dan bumi. Dan mereka diberitahu kalau mereka akan selamat dari “kematian” oleh Yunus orang Yahudi.

Injil bagi pria dan wanita sekarang tetap sama, dalam hal prinsip, tapi lebih spesifik. Yesus Kristus adalah Tuhan, pencipta dan penopang semua ciptaan (cf. Col. 1:16-17). Melalui iman dalam Kristus, dalam kematianNya, penguburan, dan kebangkitan, kita diselamatkan. Kita seperti para pelaut dikapal, ada dalam bahaya penghukuman ilahi. Kita seperti mereka, diselamatkan oleh kematian yang lain, seorang Yahudi. Yesus Kristus dilahirkan untuk menanggung murka Tuhan agar kita selamat. Yunus seperti Yesus mati agar yang lain selamat. Tidak seperti Yunus, Yesus tidak berdosa, dan dia sukarela memberikan hidupnya diatas kayu salib di Kalvari untuk menyelamatkan semua yang percaya padaNya.

Biarlah iman para pelaut ini menjadi pelajaran bagi kita bahwa kemunafikan bukan alasan bagi orang tidakpercaya. Yunus seorang munafik, dan saya percaya para pelaut melihat itu. Tapi, kemunafikan Yunus tidak menghalangi mereka percaya dan taat padaNya. Kegagalan Yunus melakukan perintah tidak menghalangi para pelaut untuk melakukan itu. Jangan coba menjadikan ketidaktaatan anda sebagai alasan dengan menunjuk orang lain. Kita semua layak hanya dengan taat pada perintah Tuhan.

Dosa membahayakan yang lain jadi harus disingkirkan. Yunus mengancam hidup para pelaut. Dosanya menyebabkan murka Tuhan mengancam semua orang diatas kapal. Hanya dengan membuang Yunus para pelaut selamat.

Ilustrasi disiplin gereja yang indah dalam cerita ini. Seperti Yunus membahayakan seluruh kapal, juga dosa orang percaya membahayakan dan menghancurkan seluruh gereja. Seperti kata Paulus, “sedikit ragi merusak seluruhnya” (1 Cor. 5:6). Maka itu, kegagalan gereja menghadapi dosa seorang anggota membahayakan seluruh gereja. Seperti Yunus dibuang keluar, demikian juga orang percaya yang keras kepala dan melarikan diri haru “dibuang keluar” (cf. 1 Cor. 5:5, 9-13).

Bukan posisi atau profesi kita, tapi tindakan kita yang membuktikan kita anak Tuhan. Mereka yang duduk diposisi tertinggi sering tidak taat pada panggilan mereka. Banyak diberi banyak tanggung jawab. Janganlah kita seperti Yunus, tidak taat pada yang dia tahu, tapi seperti para pelaut, taat pada semua kehendak Tuhan.

“mendapat kedamaian”tidak selalu bukti ada dalam kehendak Tuhan. Yunus tertidur lelap dikapal, tapi tidak taat pada Tuhan. Sementara “mendapat damai” bisa jadi bukti ada dalam kehendak Tuhan, tapi tidak selalu.Ketenangan Yunus hasil dari kekerasan hati dan kebekuan kesadaran. Mereka yang ada dalam keadaa itu merasa aman disaat bahaya terbesar

Dosa yang kita bicarakan memiliki gejala, yang harus diperhatikan semua orang percaya. Berikut adalah gejala dosa Yunus yang harus diberi perhatian:

1. Kurang berdoa

2. Tidak ada sukacita dan pujian

3. Kurang penghargaan pada hidup / kematian terlihat baik

4. Kurang merasakan dosa dalam hidup seseorang

5. Kurang merasakan akibat dosa terhadap orang lain

6. Kurang belaskasihan pada orang lain

7. Tidak taat pada perintah Tuhan yang sudah jelas

Biarlah gejala ini tidak muncul dalam hidup kita, dan jika ada, biarlah kita menghadapinya dengan serius.


1 “Umumnya cerita nubuat dalam PL memuliakan seseorang pilihan Tuhan bahwa dia dinyatakan sebagai seorang yang menyatakan kuasa dan kemuliaan Tuhan. Tapi Yunus bukan pahlawan: dia digambarkan sangat menyedihkan. Perhatian sebagian cerita nabi PL adalah menelusuri proses dimana perjanjian ilahi dipenuhi. Kitab ini, sebaliknya, menghancurkan pola itu dengan menunjukan bagaimana dan kenapa janji ilahi, berkaitan dengan penghancuran Niniwe tidak terjadi.” Leslie C. Allen, The Books of Joel, Obadiah, Yunus and Micah (Grand Rapids: William B. Eerdmans Publishing Company, 1976), p. 175.

2 Nama “Yunus” berarti “merpati,” walaupun kita cenderung melihat nabi ini seperti “elang.” “Amittai” berarti “[My] yang benar.”

3 “Kejahatan Niniwe meliputi, selain pemujaan berhala, kesombongannya (cp. Is. 10:5-19; 36:18-20), dan penindasan kejam terhadap bangsa yang ditaklukan dengan mengusir penduduk didaerah yang jauh (2 Raj 15:29; 17:6; Is. 36:16, 17), perang yang tidak manusiawi.” Theodore Laetsch, The Minor Prophets (St. Louis: Concordia Publishing House, 1956), p. 221.

4 “keinginannya untuk lari ke Tarshish, suatu koloni Phoenician kuno utara Spanyol, kota terbarat saat itu, ‘keluar dunia.’” Ibid., p. 221.

5 “Dia lari ‘dari hadapan Tuhan.’ Berdiri dihadapan seseorang sering digunakan seperti seorang pejabat. (Cp. Gen. 41:46; Ul. 1:38; 10:8; 1 Sam. 16:21f.; 1 Raj 17:1; 18:15; 2 Raj 3:14, etc.) lari dari hadapanNya = menolak melayani dia dalam jabatannya.” Ibid., p. 222.

6 “‘tidur lelap,’ hanya digunakan dalam Niphal, menunjukan terlelap (Yunus 1:5, 6; Ps. 76:7, A.V., 6), ‘dead sleep’ (Judg. 4:21; Dan. 8:18; 10:9); kata ini muncul dalam Gen. 2:21; 15:12; Prov. 19:15, etc.” Ibid., p. 223.

7 “Bangun dan panggil … —Yunus pikir dia sedang mimpi buruk: kata ini sama dengan yang Tuhan gunakan yang mengganggu hidupnya beberapa hari lalu.” Allen, pp. 207-208.

8 Ibid., pp. 210-211. Allen kelihatan mengubah footnotenya, tidak membuat Yunus sebagai pahlawan, karena dia penjahat, tapi saya melihat Yunus hanya ingin keluar dari tanggung jawab dengan kematian. Permohonan bunuh diri dalam pasal 4 menguatkan kemungkinan ini.

9 Laetsch, p. 227.

10 Untuk contoh pertobatan yang sungguh-sungguh, cf. 2 Sam. 24:17; 1 Taw. 21:17.

11 Kenapa Tuhan tidak menyelamatkan Yunus melalui usaha pelatu? Allen (p. 211) dengan benar, berkata karena Dia ingin Yunus tahu Dia menyelamatkannya melalui tindakan mujizat yang murni anugrah. Yunus butuh “keselamatan” paralel dengan yang akan diterima orang Niniwe. Yunus senang diselamatkan tapi tidak terhadap orang Niniwe.

12 Saya tersenyum melihat judul yang diberikan Allen (p. 205) diatas vv. 4-16, “Yunus’s Punishment: Heathen Homage.”

13 Allen, p. 212.

Biblical Topics: 
Passage: 
Taxonomy upgrade extras: 

2. Mazmur Nabi yang Tidak Taat (Yunus 2:1-10)

1 Berdoalah Yunus kepada TUHAN, Allahnya, dari dalam perut ikan itu, 2 katanya: "Dalam kesusahanku aku berseru kepada TUHAN, dan Ia menjawab aku, dari tengah-tengah dunia orang mati aku berteriak, dan Kaudengarkan suaraku. 3 Telah Kaulemparkan aku ke tempat yang dalam, ke pusat lautan, lalu aku terangkum oleh arus air; segala gelora dan gelombang-Mu melingkupi aku. 4 Dan aku berkata: telah terusir aku dari hadapan mata-Mu. Mungkinkah aku memandang lagi bait-Mu yang kudus? 5 Segala air telah mengepung aku, mengancam nyawaku; samudera raya merangkum aku; lumut lautan membelit kepalaku 6 di dasar gunung-gunung. Aku tenggelam ke dasar bumi; pintunya terpalang di belakangku untuk selama-lamanya. Ketika itulah Engkau naikkan nyawaku dari dalam liang kubur, ya TUHAN, Allahku. 7 Ketika jiwaku letih lesu di dalam aku, teringatlah aku kepada TUHAN, dan sampailah doaku kepada-Mu, ke dalam bait-Mu yang kudus. 8 Mereka yang berpegang teguh pada berhala kesia-siaan, merekalah yang meninggalkan Dia, yang mengasihi mereka dengan setia. 9 Tetapi aku, dengan ucapan syukur akan kupersembahkan korban kepada-Mu; apa yang kunazarkan akan kubayar. Keselamatan adalah dari TUHAN!"

10 Lalu berfirmanlah TUHAN kepada ikan itu, dan ikan itupun memuntahkan Yunus ke darat.

Pendahuluan

Beberapa tahun lalu, seorang teman saya memberikan gambaran yang sangat tepat mengenai situasi ini: “Bob, saya melihat ini seperti tumpukan salju dipembuangan. Itu terlihat indah kalau anda mulai membentuknya.”

Inilah perasaan saya terhadap mazmur Yunus, dalam Yunus 2. Sekilas, terlihat sangat taat, tapi setelah merenungkannya terlihat penipuan rohani. Tidak semua orang yang belajar Alkitab setuju dengan saya dalam hal ini. Sebenarnya saya tidak tahu ada orang yang memegang hal yang sama tentang hal ini. Sebagai contoh, judul dalam salah satu babTheodore Laetsch “Tuhan Menyelamatkan NabiNya yang Bertobat.”14 Saya tidak melihat ada bukti yang mendukung kesimpulan bahwa Yunus bertobat.

Konteks dari kitab tidak memberikan kita bukti menunjukan hal itu. Kita melihat dari Yunus 1 nabi ini dengan sadar tidak mematuhi perintah Tuhan untuk berseru dikota Niniwe. Sebaliknya melakukan perjalanan 500 mil berlawanan dari kota Niniwe, naik kapal dari Yopa, keTarsis. Ketidaktaatan Yunus mendatangkan badai, yang mengancam kapal dan para pelaut. Hanya melalui desakan pertanyaan mereka bisa tahu alasan ada badai, dan hanya melalui usaha keras yang tidak berhasil menyelamatkan Yunus baru mereka membuangnya keluar kapal. Para pelaut tidak seperti Yunus taat pada hal yang mereka lihat, dan kemudian memuji Tuhan. Pasal 2 menunjukan peristiwa dibawah laut, menggambarkan doa dan permohonan Yunus secara puisi. Dalam pasal 3, Yunus diperintahkan untuk kedua kalinya erseru pada Niniwe untuk bertobat, dan “merubah pikiran Tuhan.” Pasal 4 menunjukan perilaku Yunus tidak berubah. Disana, dia menjelaskan ketidaktaatannya dalam kata-kata yang tidak terpuji, menjelaskan kenap dia tidak mau berseru untuk orang Assyrians.

Selain bukti yang berlimpah yang berlawanan dengan konteks keseluruhan Yunus, sebagian orang mencari pertobatannya dalam pasal 2. Itu tidak bisa ditemukan. Kita mungkin tertipu dengan pengungkapan yang digunakan Yunus, yang sebagian besar diambil dari mazmur. Tapi ketika kita membandingkan teologi mazmur Yunus dengan Mazmur, kedangkalan dan rendahnya pujian Yunus sangat nyata.

Penekanan dan Pendekatan

Setelah mengkhotbahkan kitab Yunus 10 tahun lalu, saya menemukan pendekatan dan penekanan saya telah berubah. Sebelumnya, saya menghabiskan waktu mencoba melihat dokumen orang yang tertelan ikan yang bisa hidup untuk menjelaskannya. Secara singkat melihat tulisan itu memberitahukan kita bahwa hanya terdapat sedikit penekanan pada ikan besar disini, karena ikan taat pada perintah, sementara Yunus tidak. Sementara terobosan kitab ini ingin menunjukan ketidaktaatan Yunus dan bangsa Israel, ikan hanya diberi sedikit tempat dalam berita. Kita mungkin cenderung membahas tentang ikan untuk menolong membuktikan mujizat itu bisa terjadi. Kita mengesampingkan tujuan kita kalau kita melakukan itu. Jika ada dokumen mencontohkan manusia ditelan ikan bisa selamat, maka yang dijelaskan disini sulit dikatakan mujizat. Itu hanya salah satu peristiwa aneh yang muncul dari waktu ke waktu, tapi tidak ditempatkan dalam lingkungan supernatural.

Tidak juga dengan masalah apakah Yunus mati atau tidak menjadi focus mazmur ini. Benar bahwa permohonan Yunus merupakan bentuk dasar kematian, penguburan, dan kebangkitan Kristus, tapi apakah dia mati atau tidak bukan masalah utama disini. Secara pribadi, saya kira dia tidak mati. Saya percaya dia “seperti mati” sampai “diselamatkan” oleh ikan. Intinya, Yunus berkata, “saya seorang pelarian, tapi Tuhan mendengar doaku.”

Pendekatan saya dalam pelajaran ini adalah untuk menunjukan bahwa mazmur Yunus jauh dari Mazmur PL, dan menunjukan beberapa alasan kita cenderung melihat mazmur Yunus lebih rohani dari yang sebenarnya. Untuk itu kita akan memusatkan perhatian kita pada Mazmur PL untuk menunjukan perbedaannya. Kemudian kita mencoba mengaplikasikan pelajaran yang kita dapat dari mazmur Yunus itu ke Yunus sendiri dan Israel dan terakhir pada diri kita sendiri.

Struktur Yunus 2

Structure tulisan kita sebagai berikut:

1:17, 2:1

Pendahuluan: Penyelamatan Yunus dan bentuk mazmurnya

2:2-9

Mazmur Yunus

2:10

Konklusi: Yunus Keluar

Setting Mazmur

17 Maka atas penentuan TUHAN datanglah seekor ikan besar yang menelan Yunus; dan Yunus tinggal di dalam perut ikan itu tiga hari tiga malam lamanya.

1 Berdoalah Yunus kepada TUHAN, Allahnya, dari dalam perut ikan itu,

mazmur Yunus adalah gambaran secara puisi keselamatanya dari tenggelam. Seekor ikan besar tidak hanya disuruh secara ilahi untuk keselamatan (1:17), tapi juga tempat dimana mazmur itu dibuat (2:1). Seseorang hanya bisa membayangkan pikiran Yunus saat hal itu terjadi. Saat dia tenggelam kebawa permukaan air, Yunus tahu dia akan tenggelam (2:2-7). Dalam saat terakhir kesadarannya, dia berteriak minta pertolongan Tuhan. Tiba-tiba, semuanya jadi hitam. Mungkin kegelapan karena ikan yang mendekat merasakan nabi itu. Kemudian ada perasaan terbawa sesuatu. Mungkin juga terasa seperti pengalaman mendekat kelahiran sewaktu melewati mulut ikan keperutnya, mungkin melalui pembukaan yang sangat kecil. Tidakan menyerap air dari paru-parunya, seperti pernafasan buatan.

Saat Yunus sadar kembali, bayangkan ketakutannya: merasa didalam perut ikan menekan dia; iritasi karena cairan perut mulai memutihkan kulitnya; bau yang tidak enak; melewati diet ikan; kegelapan tempat itu. Saat itu, Yunus menyadari bahwa ikan itu tidak dimaksud menghancurkannya tapi untuk menyelamatkannya. Doa minta tolongnya telah didengar Tuhan. Dia tetap hidup. Mazmurnya, ditulis dalam ayats 2-9, dibuat diperut ikan dan kemudian dituliskan bagi kita. Sekarang kita beralih keisi “masmur nabi yang tidak taat ini” untuk melihat apa yang kita bisa pelajari tentang Yunus, Israel, dan diri kita.

Mazmur Yunus dan Mazmur

Cara terbaik untuk mengerti mazmur Yunus adalah dengan menemukan karakteristik yang unik dan membandingkan hal itu dengan karakteristik Kitab Mazmur. Maksud perbandingan ini untuk menunjukan rendahnya mazmur Yunus. Perhatikan karakteristik mazmur Yunus:

(1) Mazmur Yunus menggunakan bentuk puisi kitab Mazmur, demikian juga dengan terminology yang digunakan.

Dalam Yunus 2:9 kita membaca, “Keselamatan dari Tuhan.”

Seperti dalam Mazmur Mazmur 3:8 kita membacar, “Keselamatan berasal dari Tuhan.”

Perhatikan juga kemiripan terminology antara Mazmur 18 dan Yunus 2:

Tali-tali maut telah meliliti aku, dan banjir-banjir jahanam telah menimpa aku, tali-tali dunia orang mati telah membelit aku, perangkap-perangkap maut terpasang di depanku. Ketika aku dalam kesesakan, aku berseru kepada TUHAN, kepada Allahku aku berteriak minta tolong. Ia mendengar suaraku dari bait-Nya, teriakku minta tolong kepada-Nya sampai ke telinga-Nya. (Mazmur 18:4-6).

“Dalam kesusahanku aku berseru kepada TUHAN, dan Ia menjawab aku, dari tengah-tengah dunia orang mati aku berteriak, dan Kaudengarkan suaraku. . . . Ketika jiwaku letih lesu di dalam aku, teringatlah aku kepada TUHAN, dan sampailah doaku kepada-Mu, ke dalam bait-Mu yang kudus” (Yunus 2:2, 7).

Dalam Mazmur 42, pemazmur juga menggunakan gambaran “air” yang mirip dengan apa yang kit abaca dalam mazmur Yunus:

Mengapa engkau tertekan, hai jiwaku, dan gelisah di dalam diriku? Berharaplah kepada Allah! Sebab aku akan bersyukur lagi kepada-Nya, penolongku dan Allahku! Jiwaku tertekan dalam diriku, sebab itu aku teringat kepada-Mu dari tanah sungai Yordan dan pegunungan Hermon, dari gunung Mizar. Samudera raya berpanggil-panggilan dengan deru air terjun-Mu; segala gelora dan gelombang-Mu bergulung melingkupi aku. TUHAN memerintahkan kasih setia-Nya pada siang hari, dan pada malam hari aku menyanyikan nyanyian, suatu doa kepada Allah kehidupanku. (Mazmur 42:5-8, emphasis mine).15

(2) Mazmur Yunus berfokus pada keselamatan fisik dari kematian karena tenggelam. Semua gambaran puisi yang ditemukan dalam mazmur Yunus berkaitan dengan pengalaman hampir matinya didalam laut. Dia dilingkupi oleh ombak besar (vv. 3, 5), dan lumut membalut dia (vs. 5). Yunus hampir mati ketika dia berseru pada Tuhan untuk diselamatkan (vv. 2, 4, 7). Permohonan ini mungkin mirip dengan Petrus ketika berjalan diatas air kearah Tuhan, tiba-tiba mulai tenggelam (cf. Matt. 14:22-33). Hanya ada sedikit waktu untuk berteriak minta tolong. Ikan besar diperintahkan Tuhan untuk menelan Yunus, sementara Yunus tidak menyebut ikannya, kita tahu itu menyediakan dia air dari surga selama 3 hari dan malam (1:17). Maka dari dalam perut ikan itulah mazmur ini dibuat oleh nabi ini (2:1). Seperti Saulus yang menjadi Paulus, tidak bisa melihat selama 3 hari untuk merenungkan injil (Kis 9:9), Yunus mendapat 3 hari untuk merenungkan keselamatan ilahinya. Itu belum selesai, karena ada masalah kecil untuk bisa keluar dari penjara bawah airnya.

(3) Mazmur Yunus berpusat pada diri sendiri. Yunus menggambarkan masalahnya, bahaya yang dialaminya, pertolongan yang dialaminya, dan kebahagiaannya. Dalam kitab Mazmur pemazmur juga menggambarkan pembebasan mereka, walaupun sebagian kecil sering tertinggal, atau hanya sedikit disebut, sering dalam pendahuluan Mazmur (cf. Mazmurs 3, 18). Sangat cepat pemazmur PL beralih dari pengalaman pribadi mereka kekarakter Tuhan, yang ditunjukan dalam menyelamatkan mereka. Singkatnya, mazmur ini berpusat pada Tuhan, sementara mazmur Yunus berpusat pada dirinya.

Perhatikan betapa terselubungnya gambaran pemazmur akan masalah dirinya, dan cepatnya perubahan focus kepada karakter Tuhannya:

Tali-tali maut telah meliliti aku, dan kegentaran terhadap dunia orang mati menimpa aku, aku mengalami kesesakan dan kedukaan. Tetapi aku menyerukan nama TUHAN: "Ya TUHAN, luputkanlah kiranya aku!" TUHAN adalah pengasih dan adil, Allah kita penyayang. (Mazmur 116:3-5, emphasis mine).

Hal itu tidak ada dalam Yunus. Pasal 2 berisi detil masalah Yunus, sementara karakter Tuhan sangat sedikit disebut. Tidak sampai pasal 4 Yunus menyebut karakter Tuhan secara khusus anugrah, kasih saying, panjang sabar, dan belas kasih:

Dan berdoalah ia kepada TUHAN, katanya: "Ya TUHAN, bukankah telah kukatakan itu, ketika aku masih di negeriku? Itulah sebabnya, maka aku dahulu melarikan diri ke Tarsis, sebab aku tahu, bahwa Engkaulah Allah yang pengasih dan penyayang, yang panjang sabar dan berlimpah kasih setia serta yang menyesal karena malapetaka yang hendak didatangkan-Nya. Jadi sekarang, ya TUHAN, cabutlah kiranya nyawaku, karena lebih baik aku mati dari pada hidup." (Yunus 4:2-3, emphasis mine).

Sementara pemazmur dalam Alkitab menunjukan karakter Tuhan sebagai dasar pujian, penyembahan, dan ketaatan mereka, Yunus menunjukan karakter Tuhan menjadi dalih ketidaktaatannya dan protesnya.

Hanya ada satu ayat dalam mazmur Yunus yang menunjukan atribut Tuhan. Yunus memang menunjukan doktrin kekuasaan Allah. Atribut ini disalah gunakan. Daripada menunjukan bahaya pemberontakannya, Yunus menggambarkan Tuhan sebagai sebab bahaya yang menimpanya:

“Telah Kaulemparkan aku ke tempat yang dalam, ke pusat lautan, lalu aku terangkum oleh arus air; segala gelora dan gelombang-Mu melingkupi aku.” (Yunus 2:3).

Hal itu mirip dengan penjelasan Adam atas ketidaktaatannya:

"Perempuan yang Kautempatkan di sisiku, dialah yang memberi dari buah pohon itu kepadaku, maka kumakan." (Gen. 3:12).

(4) Mazmur Yunus menunjukan pandangannya yang merendahkan non-Yahudi dan kesombongan diri sebagai orang Israel. Kita sudah mengetahui iman pelaut yang nonYahudi di pasal 1, dan ketaatan mereka. Dalam mazmur pujian Yunus, kita tidak menemukan pelaut disebutkan, keselamatan mereka dari kematian, atau iman yang baru dalam Allah Israel. Kita bisa dengan aman berasumsi bahwa Yunus tidak melihat itu sebagai sumber sukacita atau sebab untuk memuji Tuhan. Kita bisa lebih jauh menyimpulkan bahwa Yunus benar-benar membenci non Yahudi dan menginginkan kematian mereka daripada diselamatkan.

Ini mungkin hanya tebakan, yang ditunjukan dalam pasal 4, kecuali nada perkataan Yunus dalam ayats 8 dan 9: “Mereka yang berpegang teguh pada berhala kesia-siaan, merekalah yang meninggalkan Dia, yang mengasihi mereka dengan setia. Tetapi aku, dengan ucapan syukur akan kupersembahkan korban kepada-Mu; “(Yunus 2:8-9a). Yunus memiliki pandangan yang rendah terhadap orang nonYahudi, yang memuja berhala. Saat yang sama, dia menganggap dirinya khusus, yang menyembah Tuhan yang benar dalam pengertian korban yang Tuhan tunjukan. Yunus sebagai orang Israel lebih tinggi dari orang non Yahudi yang menyembah berhala.

Perkataan Yunus tidak sesuai dengan yang kita lihat dalam pasal 1. Penyembah berhala berdoa; Yunus tidak. Penyembah berhala ingin membuka dosa; Yunus tidak. Penyembah berhala mempraktekan agamanya; Yunus tidak. Penyembah berhala berbelas kasihan terhadap Yunus, tapi Yunus tidak sama sekali. Dengan standar apapun pelaut yang nonYahudi lebih tinggi dari Yunus dalam pasal 1, dan kemudian Yunus tanpa malu berkata pada Tuhan kalau dia lebih tinggi dari mereka

Pemazmur PL tahu lebih baik. Dalam mazmur mereka, mereka membicarakan pertobatan dan pujian nonYahudi:

Aku akan memasyhurkan nama-Mu kepada saudara-saudaraku dan memuji-muji Engkau di tengah-tengah jemaah: kamu yang takut akan TUHAN, pujilah Dia, hai segenap anak cucu Yakub, muliakanlah Dia, dan gentarlah terhadap Dia, hai segenap anak cucu Israel! Sebab Ia tidak memandang hina ataupun merasa jijik kesengsaraan orang yang tertindas, dan Ia tidak menyembunyikan wajah-Nya kepada orang itu, dan Ia mendengar ketika orang itu berteriak minta tolong kepada-Nya.

Karena Engkau aku memuji-muji dalam jemaah yang besar; nazarku akan kubayar di depan mereka yang takut akan Dia. Orang yang rendah hati akan makan dan kenyang, orang yang mencari TUHAN akan memuji-muji Dia; biarlah hatimu hidup untuk selamanya! Segala ujung bumi akan mengingatnya dan berbalik kepada TUHAN; dan segala kaum dari bangsa-bangsa akan sujud menyembah di hadapan-Nya. Sebab Tuhanlah yang empunya kerajaan, Dialah yang memerintah atas bangsa-bangsa. (Ps. 22:22-28, emphasis mine).

Dalam Mazmur 67, pemazmur lebih jauh lagi menyatakan janji Tuhan pada Abraham, yaitu berkatnya akah memberkati seluruh dunia:

Untuk pemimpin biduan. Dengan permainan kecapi. Mazmur. Nyanyian. Kiranya Allah mengasihani kita dan memberkati kita, kiranya Ia menyinari kita dengan wajah-Nya, Sela supaya jalan-Mu dikenal di bumi, dan keselamatan-Mu di antara segala bangsa. Kiranya bangsa-bangsa bersyukur kepada-Mu, ya Allah; kiranya bangsa-bangsa semuanya bersyukur kepada-Mu. Kiranya suku-suku bangsa bersukacita dan bersorak-sorai, sebab Engkau memerintah bangsa-bangsa dengan adil, dan menuntun suku-suku bangsa di atas bumi. Sela Kiranya bangsa-bangsa bersyukur kepada-Mu, ya Allah, kiranya bangsa-bangsa semuanya bersyukur kepada-Mu. Tanah telah memberi hasilnya; Allah, Allah kita, memberkati kita. Allah memberkati kita; kiranya segala ujung bumi takut akan Dia! (Mazmur 67).

Yunus tidak ingin Tuhan memberkati nonYahudi seperti Yahudi. Yunus tidak ingin Tuhan memberkati nonYahudi melalui orang Yahudi. Maka dari itu ketika Tuhan memerintahkan Yunus, seorang Yahudi, untuk berseru diNiniwe, kota nonYahudi, Yunus kabur. Tidak mengherankan kalau kita tidak menemukan pujian karena nonYahudi bertobat, melainkan pernyataan pada Tuhan tentang superioritas Yahudi dati nonYahudi.

(5) Satu-satunya janji yang dibuat Yunus adalah membuat korban bakaran dibait Tuhan. Waktu yang lalu, saya membaca berkali-kali perkataan Yunus dalam ayat 9: “Tetapi aku, dengan ucapan syukur akan kupersembahkan korban kepada-Mu; apa yang kunazarkan akan kubayar. Keselamatan adalah dari TUHAN!" Saya merasakan perkataannya dalam ayat ini menunjukan kedaulatan Tuhan, dimana Dia bebas memerdekakan siapapun yang Dia pilih, dan Yunus berjanji taat pada perintah Tuhan keNiniwe.

Sekarang saya mengerti perkataan itu secara berbeda. Jika Yunus berjanji pergi keNiniwe, kenapa Tuhan perlu mengulang perintahNya untuk melakukan itu dalam ayat 1 pasal 3? Ketika Yunus berkata, “Keselamatan berasal dari Tuhan,” saya percaya dia hanya memuji Tuhan karena keselamatannya secara fisik. Dia sebenarnya berkata, “keselamatan yang telah saya gambarkan dalam mazmur tentang Tuhan.” Inti janji yang dimaksud Yunus dinyatakan dalam bagian pertama ayat 9. Yunus ingin pergi keYerusalem, dimana dia ingin membakar korban bakaran kepada Tuhan. Membuat korban bakaran umumnya dilakukan dalam janji (cf. Ps. 66:13-15), dan saya percaya itulah yang dimaksud Yunus disini, seperti yang dinyatakan dalam ayat 9 mazmur ini. Betapa senangnya Yunus meninggalkan perut ikan ketempat kering ditanah perjanjian, dimana dia bisa mengorbankan korban bakaran sebagai pujian dan terima kasih pada Tuhan.

(6) Mazmur Yunus tidak berisi pertobatan dan pengakuan dosa, walaupun dalam pasal 1 hal itu sangat diperlukan. Yunus harus mengakui itu, tapi dia tidak mengakuinya dalam mazmurnya. Bahkan ketika mengambarkan sebab bahaya yang menimpanya dalam ayat 3, dia tidak mengkaitkan dirinya dibuang kelaut karena dosanya, tapi karena Tuhan yang berkuasa! Berlawanan dengan mazmur Yunus, perhatikan pengakuan dosa dalam Kitab Mazmur:

Dosaku kuberitahukan kepada-Mu dan kesalahanku tidaklah kusembunyikan; aku berkata: "Aku akan mengaku kepada TUHAN pelanggaran-pelanggaranku," dan Engkau mengampuni kesalahan karena dosaku. Sela (Mazmur 32:5).

Untuk pemimpin biduan. Mazmur dari Daud, ketika nabi Natan datang kepadanya setelah ia menghampiri Batsyeba. Kasihanilah aku, ya Allah, menurut kasih setia-Mu, hapuskanlah pelanggaranku menurut rahmat-Mu yang besar! Bersihkanlah aku seluruhnya dari kesalahanku, dan tahirkanlah aku dari dosaku! Sebab aku sendiri sadar akan pelanggaranku, aku senantiasa bergumul dengan dosaku. Terhadap Engkau, terhadap Engkau sajalah aku telah berdosa dan melakukan apa yang Kauanggap jahat, supaya ternyata Engkau adil dalam putusan-Mu, bersih dalam penghukuman-Mu. (Mazmur 51:1-4).

Untuk pemimpin biduan. Menurut lagu: Bunga bakung. Dari Daud. Selamatkanlah aku, ya Allah, sebab air telah naik sampai ke leherku! Aku tenggelam ke dalam rawa yang dalam, tidak ada tempat bertumpu; aku telah terperosok ke air yang dalam, gelombang pasang menghanyutkan aku..…Ya Allah, Engkau mengetahui kebodohanku, kesalahan-kesalahanku tidak tersembunyi bagi-Mu. Janganlah mendapat malu oleh karena aku orang-orang yang menantikan Engkau, ya Tuhan, ALLAH semesta alam! Janganlah kena noda oleh karena aku orang-orang yang mencari Engkau, ya Allah Israel!, … Tetapi aku, aku berdoa kepada-Mu, ya TUHAN, pada waktu Engkau berkenan, ya Allah; demi kasih setia-Mu yang besar jawablah aku dengan pertolongan-Mu yang setia! Lepaskanlah aku dari dalam lumpur, supaya jangan aku tenggelam, biarlah aku dilepaskan dari orang-orang yang membenci aku, dan dari air yang dalam! Janganlah gelombang air menghanyutkan aku, atau tubir menelan aku, atau sumur menutup mulutnya di atasku. (Mazmur 69:1-2, 5-6, 13-15).

Sementara Yunus dengan cepat mengutuk penyembahan berhala nonYahudi (Yunus 2:8), Yunus gagal mengenali kalau ketidaktaatannya dihadapan Tuhan sama dengan penyembahan berhala nonYahudi. Yunus akan berlaku benar jika memperhatikan peringatan mazmur ini:

Daging lembu jantankah Aku makan, atau darah kambing jantankah Aku minum? Persembahkanlah syukur sebagai korban kepada Allah dan bayarlah nazarmu kepada Yang Mahatinggi! Berserulah kepada-Ku pada waktu kesesakan, Aku akan meluputkan engkau, dan engkau akan memuliakan Aku." Sela Tetapi kepada orang fasik Allah berfirman: "Apakah urusanmu menyelidiki ketetapan-Ku, dan menyebut-nyebut perjanjian-Ku dengan mulutmu, padahal engkaulah yang membenci teguran, dan mengesampingkan firman-Ku? (Mazmur 50:13-17).

Disini, Tuhan menunjukan bahwa bentuk agama dan ritual (seperti mazmur Yunus) hanya bernilai jika seseorang mentaati perintahNya. Perkataan dalam mazmur ini, Yunus telah “mengesampingkan Firman Tuhan.” Yunus telah tidak taat pada perintah Tuhan keNiniwe. Kenapa, kemudian mazmur ini atau janji korban bisa bernilai bagi Tuhan?

Yunus seharusnya mengingat perkataan Samuel pada Raja Saul, yang tidak taat pada perintah Tuhan:

Tetapi jawab Samuel: "Apakah TUHAN itu berkenan kepada korban bakaran dan korban sembelihan sama seperti kepada mendengarkan suara TUHAN? Sesungguhnya, mendengarkan lebih baik dari pada korban sembelihan, memperhatikan lebih baik dari pada lemak domba-domba jantan. Sebab pendurhakaan adalah sama seperti dosa bertenung dan kedegilan adalah sama seperti menyembah berhala dan terafim. Karena engkau telah menolak firman TUHAN, maka Ia telah menolak engkau sebagai raja." (1 Samuel 15:22-23, emphasis mine).

Kita telah sampai kemasalah dasar. Mazmur Yunus tidak menunjukan perubahan hati, atau pertobatan nabi itu. Hanya pengungkapan dosa pembenaran diri. Itu hanya rasa terima kasih diselamatkan dari kematian secara fisik.

KEMUDIAN, KENAPA, TUHAN MENYELAMATKAN YUNUS DARI KEMATIAN MELALUI “IKAN BESAR” JIKA PERILAKU YUNUS TERHADAP TUHAN TIDAK BERUBAH? Menurut saya ada beberapa alasan:

(1) Tuhan menunjukan anugrah bagi Yunus, seperti yang ditunjukanNya pada para pelaut, dan orang diNiniwe.

(2) Tuhan mencoba memerintahkan Yunus, untuk mengubah perilakunya dengan menunjukan anugrahNya. Suatu pengalaman pribadi akan anugrah Tuhan mungkin bisa menyebabkan Yunus memuji Tuhan karena memberikan juga pada yang lain termasuk Assyrians.

(3) Tuhan membiarkan Yunus hidup agar dia bisa dan mau pergi keNiniwe berseru atas dosa kota itu. Tuhan menjamin Yunus akan mentaati perintahNya.

KENAPA KITA SANGAT CEPAT BERASUMSI YUNUS TELAH BERTOBAT, DALAM MAZMUR INI?

(1) Menurut saya kita terlalu cepat mengambil kesimpulan hanya berdasar atas tampak luarnya saja. Yunus seorang Israel, nabi, tidak lebih. Pasti seorang nabi adalah seorang yang punya kerohanian. Perkataan ini mirip dengan mazmur PL, jadi kerohanian mereka seharusnya mendalam. Kita harus mengenal lebih baik daripada hanya melihat luarnya saja

(2) Kita sangat ingin melihat Yunus bertobat. Kita tidak bisa melihat seorang nabi sekeras kepala, pendosa yang memberontak, yang berpusat pada diri serta tidak bertobat. Kita tidak bisa memikirkan seorang nabi berdosa. Kita ingin cerita berakhir menyenangkan, dan memberikan kita perasaan enak. Kitab ini tidak ditulis untuk menghibur, tapi untuk menghakimi. Ini tidak ditulis untuk membuat kita merasa baik, tapi membuat kita tidak nyaman dan risau. Kitab ini ditulis untuk mengajarkan kita kebenaran yang tidak menyenangkan tentang bangsa Israel, dan diri kita.

Pelajaran dari Pasal Ini

Selain kenyataan yang tidak menyenangkan dari pemberontakan Yunus dalam pasal ini – karena ada pelajaran penting yang bisa didapat dari pasal ini. Sebelum ditutup, mari kita memperhatikan pelajaran bagi Israel, dan bagi gereja.

Pelajaran bagi Israel

Seperti yang telah kita lihat, Yunus tidak hanya seorang nabi yang dilihat dari pernyataannya, tapi juga perbuatannya, terutama ketidaktaatannya. Yunus menggambarkan keras kepala dan pemberontakan umat Tuhan, Israel. Seperti Yunus tidak taat perintah Tuhan, demikian juga dengan bangsa Israel. Seperti Yunus menolak menjalankan tugasnya berseru kepada nonYahudi demikian juga dengan Israel. Seperti Yunus dipanggil untuk keselamatan, tapi tanpa pertobatan yang murni, demikian juga Israel. Seperti Yunus kelihatannya benar, bentuk dan pengertiannya benar, tapi kurang kebenaran yang sungguh-sungguh, demikian juga Israel.

Guru dan Farisi masa Yesus menunjukan kekerasan dan pemberontakan yang sama. Ketika Dia datang, menyapu selubung keyahudian. Yesus membuka selubung dan mengutuk kesombongan diri dan kemunafikan pemimpin Israel, seperti yang dilakuakn Kitab Yunus dengan nabi yang nakal ini.

Guru dan Farisi sangat teliti terhadap bentuk agama dan ibadah (hal kecil yang mereka tekankan), tapi mereka melupakan inti kerohanian yang benar—ketaatan (“unta” mereka telan). Seperti Yunus mempermainkan pemikiran pertobatan dan pengampunan terhadap Assyrians, demikian juga dengan Farisi yang merasa benar sendiri seperti yang dinyatakan oleh kakak (Luke 15:11-32). Mereka protes melihat Yesus bersama dengan “orang berdosa” dan tidak dengan mereka (cf. Mark 2:16). Demikian juga dengan kesombongan Yunus melihat dirinya benar, sementara nonYahudi berdosa (Yunus 2:8-9), sama dengan Farisi yang memandang rendah kerohanian yang lain:

Orang Farisi itu berdiri dan berdoa dalam hatinya begini: Ya Allah, aku mengucap syukur kepada-Mu, karena aku tidak sama seperti semua orang lain, bukan perampok, bukan orang lalim, bukan pezinah dan bukan juga seperti pemungut cukai ini; aku berpuasa dua kali seminggu, aku memberikan sepersepuluh dari segala penghasilanku. Tetapi pemungut cukai itu berdiri jauh-jauh, bahkan ia tidak berani menengadah ke langit, melainkan ia memukul diri dan berkata: Ya Allah, kasihanilah aku orang berdosa ini. Aku berkata kepadamu: Orang ini pulang ke rumahnya sebagai orang yang dibenarkan Allah dan orang lain itu tidak. Sebab barangsiapa meninggikan diri, ia akan direndahkan dan barangsiapa merendahkan diri, ia akan ditinggikan." (Luke 18:11-14).

Penolakan Kristus dan injil oleh orang Yahudi membuktikan alasan keselamatan nonYahudi, seperti ketidaktaatan Yunus membawa keselamatan bagi para pelaut dan Assyrians:

Maka aku bertanya: Adakah mereka tersandung dan harus jatuh? Sekali-kali tidak! Tetapi oleh pelanggaran mereka, keselamatan telah sampai kepada bangsa-bangsa lain, supaya membuat mereka cemburu. Sebab jika pelanggaran mereka berarti kekayaan bagi dunia, dan kekurangan mereka kekayaan bagi bangsa-bangsa lain, terlebih-lebih lagi kesempurnaan mereka. (Rom. 11:11-12).

Jika bukan karena ketaatan mereka, Tuhan memenuhi janjinya memberkati semua bangsa melalui Israel.

Pelajaran bagi Orang Kristen Sekarang

Sebelum menunjukan kesamaan dosa Yunus dengan orang percaya sekarang, biarkan saya menunjukan perbedaan penting antara pemikiran Yunus dengan kita sekarang. Yunus berpikir dalam cara pandang orang Yahudi PL, didasarkan atas pemilihan Israel, gagal melihat hubungannya dengan Tuhan semata anugrah, tapi melihat ada nilai didalamnya, atas dasar ras dan panggilannya sebagai nabi. Sekarang kita cenderung menyalahgunakan anugrah Tuhan, Kita menggunakan anugrah Tuhan sebagai alasan ketidaktaatan kita. Yunus tidak melihat dirinya berdosa lebih daripada orang nonYahudi; kita sebaliknya melihat diri kita jahat, dan mengakuinya sebagai bagian dari kondisi manusia, tapi kita melihat Tuhan bertanggung jawab mengampuni. Hal umum, sekarang dan kemudian, adalah melihat Tuhan bertanggung jawab memberkatai, “umatNya” walaupun mereka berontak, dan melihat dosa “nonYahudi” lebih buruk dihadapan Tuhan daripada “dosa suci” seperti ketidaktaatan.

Mazmur Yunus memperingatkan kita bahaya kerohanian yang dangkal. Kenyataan bahwa mazmur Yunus diambil secara serius oleh para sarjana dan orang awam memperingatkan kita bahwa kita tidak sensitive terhadap kerohanian yang dangkal. Gereja di Sardis, dalam Wahyu, memiliki kerohanian yang dangkal: “Aku tahu segala pekerjaanmu: engkau dikatakan hidup, padahal engkau mati! ” (Rev. 3:1b).

Kerohanian yang dangkal sangat ahli mengikuti bentuk keagamaan dan dalam menggunakan kesalehan. Karena itu, terlihat suci dan baik. Tapi sedikit penyelidikan bisa mengungkapkan karakternya sebenarnya. Menurut saya sedikit penindasan atau penderitaan akan bisa menunjukan kenyataan kerohanian seseorang.

Saya kuatir dengan kerohanian yang dangkal di Amerika, Saya takut itu ada dalam hidup saya dan gereja kita. Biarlah Tuhan memberikan kita anugrah untuk melihat hal itu dan bagaimana menghadapinya.

Kerohanian yang dangkal memiliki gejala tertentu. Salah satunya, bergantung pada hal yang salah. Bergantung pada latar belakang seseorang, keturunan, warisan, posisi (sebagai tua-tua gereja,dll) atau pengetahuan seseorang. Tidak ada satupun dari hal itu menambah kerohanian. Sebagian besar menggunakannya untuk memalsukannya.

Kerohanian yang dangkal sangat bergantung pada bentuk. Meminjam banyak dari yang lain; meniru daripada melakukannya. Kerohanian yang dangkal hanya berdoa pada saat yang paling buruk; dimotivasi oleh krisis, dan ditunjukan dengan doa yang terlihat. Berorientasi pada diri, daripada Tuhan atau orang lain. Terlihat peka terhadap dosa pribadi, sebenarnya melihat dosa itu dalam diri orang lain. Kedalaman hubungan dengan Tuhan yang kurang dan semangat penginjilan yang kecil. Memiliki sedikit kepedulian, dan umumnya fokusnya sangat sempit (seperti, Tuhan berkati pelayanan kami) Cenderung menyalahgunakan doktrin dan menyetujui atau membuat alasan untuk dosa yang diperbuat (seperti Yunus menggunakan kekuasaan Tuhan untuk menyelubungi dosanya).

Penyelamatan Yunus mengingatkan kita bahwa cara Tuhan menyelamatkan kita bukan pilihan kita. Tuhan tidak menyelamatkan kita atas suatu hal yang disukai, tapi menurut syarat Tuhan. Ikan besar bukan pilihan Yunus sebagai akomodasi, tapi walaupun tidak enak ada sesuatu diperutnya, dia tetap melakukan tugasnya. Yunus lebih suka adanya suatu pencarian yang dramatis melibatkan penjaga pantai, helicopter, dan penyelam. Dia mungkin lebih memilih dinaikan keatas kapal dan diberikan pernafasan mulut oleh pelaut wanita yang cantik. Tuhan tidak memuji Yunus dengan menyelamatkannya karena kesombongan merupakan salah satu masalah prinsip nabiNya.

Demikian juga Tuhan tidak menyelamatkan manusia untuk menyanjung. Menghabiskan 400 tahun sebagai budak di Mesir bukan sanjungan bagi orang Israel, juga menyebrangi laut merah atau sungai Yordan, atau membunuh binatang dan menumpahkan darahnya diatas altar Tuhan, tapi ini terjadi atas penyediaan Tuhan. Melihat ular tembaga agar sembuh dari gigitan ular tidak membanggakan, tapi itulah cara Tuhan. Percaya pada kematian, penguburan, dan kebangkitan raja yang ditolak, Tuhan Yesus Kristus, bukan cara yang dipilih manusia dalam mendapatkan pengampunan dosa dan hidup kekal. Tapi ini juga cara Tuhan memberikan hidup kekal pada manusia. Hanya cara ini. Jika anda belum mengalami keselamatanNya, anda akan dibawa kebawah, sangat rendah seperti Yunus, sehingga keselamatan dengan senang diterima.

Biarlah Tuhan menjaga kita dari kerohanian tiruan dan dangkal seperti mazmur Yunus, dan membawa kita kepada kerohanian yang murni dalam Kitab Mazmur.


14 Theodore Laetsch, The Minor Prophets (St. Louis: Concordia Publishing House, 1956), p. 228.

15 Juga bandingkan dengan Mazmur 88:6-7, 17, dimana pemazmur menggunakan istilah “banjir”, tapi disini kesulitan pemazmur dibawa kehadapan Tuhan bukan manusia.

Biblical Topics: 
Passage: 
Taxonomy upgrade extras: 

3. Pertobatan Niniwe dan Kemarahan Yunus (Yunus 3 & 4)

Tidak ada lagi “Mr. Nice Guy”

Pendahuluan

Dulu kami memiliki kucing siam yang sangat berani. Pemilik tanah kami memiliki seekor burro bernama HeHaw padang rumput disebelah rumah kami. HeHaw sedang hamil, yang membuat dia lebih cepat marah dari sebelumnya. Suatu hari ketika ketika kita melewati kandang untuk melihat HeHaw, kucing kami ikut. Payahnya, kucing itu mulai mendekati burro itu. Burro melihat menakuti kucing itu, tapi baik Jeannette atau saya tidak berniat mengambil kucing kami, jadi kita tetap berharap hal itu tidak apa-apa daripada memusuhi binatang itu. Hal yang tidak diinginkan terjadi, kucing itu melewati batasan yang ditentukan oleh burro. Dengan satu tendangan cepat, kucing itu terbang diudara dan mendarat dalam jarak yang jauh. Dia bangun menggoyang kepalanya, telah belajar kalau burros itu tida tertarik dengan kucing, sekuat apapun dan seberani apapun dia.

Saat saya membaca pasal 3 dan 4 kitab Yunus, saya mendapat perasaan yang sama ketika kucing kami menggoda HeHaw. Yunus, seperti kucing kami, dengan keras kepala menyerang Tuhan dalam pasal 4. Dia sangat serius melanggar batasan. Saat kita membaca pasal ini kita mengetahui bahwa Yunus akan mendapatkan perkataan yang terkenal dari Tuhan. Dan kita tidak bisa memberikan banyak simpati baginya jika hal ini terjadi.

Cukup aneh, Yunus tidak dihajar, walaupun dia layak untuk itu. Kitab berakhir dengan teguran yang menggantung, membuat pembaca merasa tidak nyaman. Kitab ini tidak membuat kita menjadi nyaman, seperti kita inginkan. Kitab ini tidak dimulai dengan “suatu saat…” juga tidak dengan akhir yang bahagia “hidup bahagia selamanya.”

Ketidaknyamanan kita akan akhir kitab ini direncanakan. Tuhan tidak menghendaki kita nyaman, karena pertobatan dan perubahan sering hasil dari kenyamanan kita. Pertanyaannya, “apa yang membuat kita nyaman?” pasal dan 4 menunjukan dosa yang sangat serius dari Yunus, yang sering terjadi sekarang ini. Mari kita memperhatikan dengan seksama portes Yunus dan penyelidikan Tuhan sebagai penutup pelajaran kita akan Kitab Yunus.

Structure dan Setting Tulisan

Structure tulisan bisa diringkas sbb:

3:1-10

Kothbah Yunus dan Pertobatan Nineveh

3:10-4:11

Tuhan “menjadi lembut” dan Kemarahan Yunus

3:10-4:4

Doa Protes Yunus dan Respon God

4:5-9

Dari Sukacita ke Penderitaan: Tanaman, Ulat, dan sang nabi

4:10-11

Perkataan Tuhan yang Terakhir

Tahapan peristiwa dalam 2 pasal terakhir telah diatur dalam 2 pasal awal kitab ini. Dalam pasal 1 Yunus diperintahkan Tuhan pergi keNiniwe, disitu dia harus menangis karena besarnya dosa kota itu. Sebaliknya Yunus pergi kepelabuhan diYopa untuk keTarsis, dipantai Spanyol. Yunus pergi kearah yang berlawanan!

Ketidaktaatan Yunus menghasilkan badai, yang hampir menghancurkan kapal, dan menakutkan seluruh pelaut sampai mereka memanggil tuhan mereka untuk menyelamatkan mereka. Saat yang sama, mereka membuang semua barang. Menemukan Yunus tidur terlelap dibawah kapal, kapten kapal menyuruh dia berdoa (yang tidak dilakukannya). Atas inisiatif pelaut, undi dilakukan untuk menentukan siapa yang menyebabkan hal ini. Melalui desakan dan interogasi, Yunus mengatakan kesalahannya dan untuk menyelamatkan mereka – dia harus dibuang keluar. Hanya setelah Tuhan menggagalkan usaha mereka untuk membawa Yunus kepantai baru melakukan hal itu. Mereka memulai tindakan ini dengan doa yang menunjukan perhatian mereka dalam membunuh orang tidak bersalah. Saat Yunus dibuang, laut menjadi tenang dan pelaut memuji Tuhan Israel dengan korban dan sumpah. Jika pasal ini ingin menunjukan sesuatu maka yang ditunjukan adalah perbedaan yang dramatis antara pelaut dan Yunus. Dia tidak taat pada perintah Tuhan; mereka taat pada apa yang Tuhan suruh melalui Yunus. Mereka terus berdoa dengan sungguh-sungguh, Yunus tidak. Mereka memiliki belas kasih terhadap Yunus; sedangkan Yunus seperti tidak memiliki sama sekali hal itu.

Pasal 2 menuliskan mazmur Yunus. Bentuk puisi dan terminology dalam mazmur Yunus sangat mirip dengan Kitab Mazmur. Dalam teologi dan penekanannya, mazmur Yunus jauh dari pola Alkitab dan idealnya. Mazmur Yunus berpusat pada diri, berfokus pada masalah diri, bahaya dan keselamatannya, daripada Tuhan yang mengijinkan dia hidup. Hal yang paling mengecewakan adalah tidak ada pertobatan dari pihak Yunus. Dalam mazmur ini ada bukti pandangan rendah terhadap nonYahudi dan tanda merasa benar sendiri dalam “pujian” Yunus. Maka dari itu, ketika Yunus memuliakan Tuhan atas keselamatan fisiknya, Tuhan memerintahkan ikan besar itu memuntahkannya kepantai.

Dalam pasal 3 dan 4, kesalehan tidak terlihat lagi dalam diri sang nabi. Inilah alasan judul saya diatas: “No More Mr. Nice Guy.” Dalam pasal 1&2, dosa Yunus terlihat, tapi masih terlihat tersembunyi dan pasif. Semua perubahan ini ada dalam pasal 3&4, karena saat Yunus berseru dan berkotbah Mimiwe bertobat sehingga Yunus marah dan keberdosaannya terlihat. Dalam pasal 1, Yunus hanya melarikan diri dari pelayanan terhadap Tuhan, tapi dalam pasal 4 Yunus menyerang Tuhan, berkeras kalau dia benar untuk marah kepada Tuhan. Dalam pasal 2, Yunus berdoa agar Tuhan menyelamatkan hidupnya, tapi dalam pasal 4, Yunus berdoa agar Tuhan mengambil nyawanya. Hal itu sangat berbeda.

Pada titik kritis inilah cerita kita dimulai. Perkataan pertama kepada Yunus sebenarnya pengulangan dari perintah yang diberikanNya sebelum badai dan pemenjaraan dalam ikan. Kita melihat kotbah Yunus di Niniwe, dan pertobatan dramatis seluruh kota, bersama dengan melembutnya Tuhan dari murkanya melalui Yunus.

Dalam pasal 4 Yunus menyatakan alasan pemberontakannya melawan perintah Tuhan untuk berkotbah diNiniwe. Peristiwa dalam pasal ini ditujukan untuk menunjukan dosa Yunus. Sementara dosa nabi yang tidak taat ini menjadi nyata pada pembaca, semua itu kelihatannya tidak berdampak pada Yunus, dan cerita ini berakhir dalam keadaan menggantung, melalui perkataan teguran terakhir Tuhan menggantung diudara, dan Yunus tetap marah pada Tuhannya.

Kotbah Yunus dan Pertobatan Nineveh
(3:1-9)

1 Datanglah firman TUHAN kepada Yunus untuk kedua kalinya, demikian: 2 Bangunlah, pergilah ke Niniwe, kota yang besar itu, dan sampaikanlah kepadanya seruan yang Kufirmankan kepadamu.3 Bersiaplah Yunus, lalu pergi ke Niniwe, sesuai dengan firman Allah. Niniwe adalah sebuah kota yang mengagumkan besarnya, tiga hari perjalanan luasnya. 4 Mulailah Yunus masuk ke dalam kota itu sehari perjalanan jauhnya, lalu berseru: Empat puluh hari lagi, maka Niniwe akan ditunggangbalikkan.

5 Orang Niniwe percaya kepada Allah, lalu mereka mengumumkan puasa dan mereka, baik orang dewasa maupun anak-anak, mengenakan kain kabung. 6 Setelah sampai kabar itu kepada raja kota Niniwe, turunlah ia dari singgasananya, ditanggalkannya jubahnya, diselubungkannya kain kabung, lalu duduklah ia di abu. 7 Lalu atas perintah raja dan para pembesarnya orang memaklumkan dan mengatakan di Niniwe demikian: Manusia dan ternak, lembu sapi dan kambing domba tidak boleh makan apa-apa, tidak boleh makan rumput dan tidak boleh minum air. 8 Haruslah semuanya, manusia dan ternak, berselubung kain kabung dan berseru dengan keras kepada Allah serta haruslah masing-masing berbalik dari tingkah lakunya yang jahat dan dari kekerasan yang dilakukannya. 9 Siapa tahu, mungkin Allah akan berbalik dan menyesal serta berpaling dari murka-Nya yang bernyala-nyala itu, sehingga kita tidak binasa.

Untuk kedua kalinya “Firman Tuhan” datang kepada Yunus: “Bangunlah, pergilah ke Niniwe, kota yang besar itu, dan sampaikanlah kepadanya seruan yang Kufirmankan kepadamu. (vs. 2). Itu bukan perintah baru yang diberikan pada Yunus, tapi pengulangan perintah dalam pasal 1. Kali ini Yunus taat, tidak dengan sukacita atau perilaku yang layak, tapi setidaknya Yunus pergi keNiniwe.

Populasi Niniwe, sangat besar (cf. 1:2; 3:2; 4:11). Kita juga tahu kalau kota itu ukurannya sangat besar. Kota itu digambarkan dikelilingi “dalam 3 hari perjalanan” (3:3). Sejarah secular memiliki latar belakang lebih mengenai kota Niniwe, ibukota Assyria.

Pesan Yunus sederhana, langsung, dan menakutkan: Empat puluh hari lagi, maka Niniwe akan ditunggangbalikkan. (3:4).16

Seperti pelaut dalam pasal 1, orang Niniwe menganggap serius perkataan ini sebagai penghakiman ilahi. Kita melihat “mereka percaya pada Tuhan” (3:5), yang menfokuskan pada iman nonYahudi pada Tuhan orang Yahudi, tidak hanya pada ketakutan mereka akan penghukuman. Bagi saya ada kebangkitan yang dihasilkan oleh proklamasi Yunus. Kebangkitan ini dimulai dari bawah keatas daripada atas kebawah. Orang-orang percaya Tuhan. Mereka berpuasa dan memakai pakaian berkabung (3:5). Responnya serentak, dari bawah keatas.

Saat perkataan ini sampai pada raja, pertobatan kota sudah berjalan, tapi karena peringatan Yunus dipercayai raja, dia memerintahkan hal yang sama untuk seluruh kota untuk bertobat. Dia secara pribadi bertobat (3:6). Raja membuat proklamasi agar semua orang Niniwe berpuasa dan tidak minum air (3:7). Baik manusia dan binatang memakai pakaian berkabung, dan semua orang berseru pada Tuhan bertobat dari perbuatan mereka yang salah (3:8).

Secara khusus menarik untuk diperhatikan adalah tidak perlu diberitahu kesalahan mereka. Tentu saja, Yunus sudah menjelaskan pada orang-orang, tapi kelihatannya tidak perlu adanya klarifikasi kembali. Masalahnya bukan pada kurangnya pengetahuan akan apa yang Tuhan tidak suka atau dosa, tapi kurangnya keinginan untuk tidak melakukannya. Masalahnya bukan informasi, tapi motivasi. Saya percaya jika bangsa kita menerima perkataan penghukuman Tuhan, kita tidak mendapat kesulitan menentukan apa yang kita lakukan itu dosa atau tidak.

Jika orang Niniwe hanya memiliki 40 hari, kenapa mereka berhenti berdosa? Seseorang mungkin mengira bahwa mereka melakukan itu karena perkataan, “makan, minum, bergembira, karena besok (atau 40 hari) kita akan mati.” Motivasi orang Niniwe meninggalkan kejahatan mereka digambarkan dalam ayat 9: “Siapa tahu, mungkin Allah akan berbalik dan menyesal serta berpaling dari murka-Nya yang bernyala-nyala itu, sehingga kita tidak binasa” (3:9).

Sebagian orang merasa terganggu dengan Tuhan menyesal, yaitu mengubah pikiranNya menghancurkan Niniwe. Saya tekankan sekali lagi Yunus juga menginginkan itu (4:2), dan orang Niniwe berharap seperti itu (3:9). Jika Tuhan bermaksud menghancurkan Niniwe, kenapa Dia mengumumkannya kepada mereka ? Pengumuman atas Niniwe melalui Yunus bukan janji suatu akan terjadi tapi suatu peringatan. Orang Niniwe dengan tepat mengerti perkataan Yunus, saat mereka bertobat. Hal ini sesuai dengan perkataan Tuhan dalam Kitab Yeremia:

Kemudian datanglah firman TUHAN kepadaku, bunyinya:

Masakan Aku tidak dapat bertindak kepada kamu seperti tukang periuk ini, hai kaum Israel!, demikianlah firman TUHAN. Sungguh, seperti tanah liat di tangan tukang periuk, demikianlah kamu di tangan-Ku, hai kaum Israel! Ada kalanya Aku berkata tentang suatu bangsa dan tentang suatu kerajaan bahwa Aku akan mencabut, merobohkan dan membinasakannya. Tetapi apabila bangsa yang terhadap siapa Aku berkata demikian telah bertobat dari kejahatannya, maka menyesallah Aku, bahwa Aku hendak menjatuhkan malapetaka yang Kurancangkan itu terhadap mereka. Ada kalanya Aku berkata tentang suatu bangsa dan tentang suatu kerajaan bahwa Aku akan membangun dan menanam mereka. Tetapi apabila mereka melakukan apa yang jahat di depan mata-Ku dan tidak mendengarkan suara-Ku, maka menyesallah Aku, bahwa Aku hendak mendatangkan keberuntungan yang Kujanjikan itu kepada mereka. Sebab itu, katakanlah kepada orang Yehuda dan kepada penduduk Yerusalem: Beginilah firman TUHAN: Sesungguhnya, Aku ini sedang menyiapkan malapetaka terhadap kamu dan merancangkan rencana terhadap kamu. Baiklah kamu masing-masing bertobat dari tingkah langkahmu yang jahat, dan perbaikilah tingkah langkahmu dan perbuatanmu! (Jeremiah 18:5-11, emphasis mine).

Janji berkat Tuhan bergantung pada ketaatan manusia, dan penghukuman Tuhan dielakan dengan pertobatan. Orang Niniwe berharap dan juga Yunus agar Tuhan memalingkan hal itu atas prinsip diatas.

Pertobatan Nineveh, Penyesalan Tuhan, dan Kemarahan Yunus
(3:10–4:11)

10 Ketika Allah melihat perbuatan mereka itu, yakni bagaimana mereka berbalik dari tingkah lakunya yang jahat, maka menyesallah Allah karena malapetaka yang telah dirancangkan-Nya terhadap mereka, dan Iapun tidak jadi melakukannya.

1 Tetapi hal itu sangat mengesalkan hati Yunus, lalu marahlah ia. 2 Dan berdoalah ia kepada TUHAN, katanya: Ya TUHAN, bukankah telah kukatakan itu, ketika aku masih di negeriku? Itulah sebabnya, maka aku dahulu melarikan diri ke Tarsis, sebab aku tahu, bahwa Engkaulah Allah yang pengasih dan penyayang, yang panjang sabar dan berlimpah kasih setia serta yang menyesal karena malapetaka yang hendak didatangkan-Nya. 3 Jadi sekarang, ya TUHAN, cabutlah kiranya nyawaku, karena lebih baik aku mati dari pada hidup. 4 Tetapi firman TUHAN: Layakkah engkau marah?

5 Yunus telah keluar meninggalkan kota itu dan tinggal di sebelah timurnya. Ia mendirikan di situ sebuah pondok dan ia duduk di bawah naungannya menantikan apa yang akan terjadi atas kota itu. 6 Lalu atas penentuan TUHAN Allah tumbuhlah sebatang pohon jarak melampaui kepala Yunus untuk menaunginya, agar ia terhibur dari pada kekesalan hatinya. Yunus sangat bersukacita karena pohon jarak itu. 7 Tetapi keesokan harinya, ketika fajar menyingsing, atas penentuan Allah datanglah seekor ulat, yang menggerek pohon jarak itu, sehingga layu. 8 Segera sesudah matahari terbit, maka atas penentuan Allah bertiuplah angin timur yang panas terik, sehingga sinar matahari menyakiti kepala Yunus, lalu rebahlah ia lesu dan berharap supaya mati, katanya: Lebih baiklah aku mati dari pada hidup.

9 Tetapi berfirmanlah Allah kepada Yunus: Layakkah engkau marah karena pohon jarak itu? Jawabnya: Selayaknyalah aku marah sampai mati. 10 Lalu Allah berfirman: Engkau sayang kepada pohon jarak itu, yang untuknya sedikitpun engkau tidak berjerih payah dan yang tidak engkau tumbuhkan, yang tumbuh dalam satu malam dan binasa dalam satu malam pula. 11 Bagaimana tidak Aku akan sayang kepada Niniwe, kota yang besar itu, yang berpenduduk lebih dari seratus dua puluh ribu orang, yang semuanya tak tahu membedakan tangan kanan dari tangan kiri, dengan ternaknya yang banyak?

Tuhan memperhatikan pertobatan Niniwe, yang lebih daripada kata-kata atau bukti sikap. Ayat 10 tidak mengatakan pada kita Tuhan mengindahkan perkataan Niniwe atau menghargai pakaian berkabung dan debu mereka, tapi Dia memperhatikan kemauan dan perbuatan mereka sudah berubah, mereka “berbalik dari perbuatan mereka yang jahat.” Itulah pertobatan yang sungguh-sungguh. Tidak hanya perkataan penyesalan yang sudah biasa, “saya minta maaf” tapi perubahan perilaku menunjukan perubahan hati yang murni. Niniwe benar-benar bertobat dari perbuatannya yang jahat dan Tuhan memalingkan kehancuran yang direncanakanNya.

Penting untuk diingat bahwa kita tidak diberikan penjelasan tentang pertobatan orang Niniwe yang cepat, menyeluruh dan sungguh-sungguh. Mungkin para pelaut sudah mendahului Yunus, dan memberikan laporan mujizat yang terjadi. Kehadiran Yunus, membuktikan tanda yang besar bagi orang Niniwe. Mungkin ada peristiwa lain yang mempersiapkan orang Niniwe bagi pertobatan mereka,17 tapi tidak banyak disebut. Tentu saja tidak adanya laporan itu untuk mendramatisir pertobatan diibukita Assyrian.

Petunjuk Tuhan terhadap pertobatan orang Niniwe bersifat informative, dan meneguhkan penyelidikan kita:

Pada waktu itu berkatalah beberapa ahli Taurat dan orang Farisi kepada Yesus: Guru, kami ingin melihat suatu tanda dari pada-Mu. Tetapi jawab-Nya kepada mereka: Angkatan yang jahat dan tidak setia ini menuntut suatu tanda. Tetapi kepada mereka tidak akan diberikan tanda selain tanda nabi Yunus. Sebab seperti YUNUS TINGGAL DI DALAM PERUT IKAN TIGA HARI TIGA MALAM, DEMIKIAN JUGA ANAK MANUSIA AKAN TINGGAL DI DALAM RAHIM BUMI TIGA HARI TIGA MALAM. Pada waktu penghakiman, orang-orang Niniwe akan bangkit bersama angkatan ini dan menghukumnya juga. Sebab orang-orang Niniwe itu bertobat setelah mendengar pemberitaan Yunus, dan sesungguhnya yang ada di sini lebih dari pada Yunus! (Matthew 12:38-41).

Permintaan orang Farisi untuk tanda dari Tuhan kita, membuat Tuhan membuka kita Yunus, dimana 2 pelajaran bisa diambil. Hal pertama, Yesus menjanjikan satu tanda akhir yang mirip dengan nabi Yunus. Seperti Yunus ada diperut ikan 3 hari dan 3 malam, Yesus ada diperut bumi dalam periode yang sama. Kebangkitan Yesus akan menjadi tanda bagi Israel, seperti Yunus keluar dari perut ikan adalah suatu tanda (mungkin untuk Israel). Tanda terakhir ini, “tanda nabi Yunus” kematian Yesus, penguburan, dan kebangkitan akan menjadi bukti kuat bahwa Dia adalah Mesias.

Ada pelajaran kedua dalam kitab Yunus untuk Israel masa Yesus. Orang Niniwe langsung bertobat saat Yunus berkotbah, walaupun lebih sedikit bukti dibanding dengan orang Israel saat Yesus saksikan. Dan dibandingkan dengan Yesus, Yunus tidak sepenting atau hebat dalam berkotbah. Jika orang Niniwe bisa bertobat dengan bukti yang sedikit, maka pastilah masalah pemimpin Yahudi, Farisi bukan kurangnya bukti. Masalahnya sama sekali bukan pada tanda atau bukti, yang bisa diselesaikan dengan mengadakan tanda. Masalah orang Farisi dan ahli Taurat sama dengan Yunus, dan tidak ada tanda yang bisa mengubah penolakan mereka.

Saya menolak pandangan atas dasar pengajaran Yunus dan Tuhan kita, melihat “tanda nabi Yunus” bersisi dua. Tanda 3 hari Yunus ada diperut ikan dan kemudian dikeluarkan dalam keadaan hidup. Juga tanda kekerasan hati Yunus terhadap ajaran Tuhan, walaupun pesannya sangat jelas, dimana pesan itu juga diterima dan ditaati oleh non Yahudi.

Yesus menggunakan pertobatan orang Niniwe dalam Matthew pasal 12 menerima dan meneguhkan kesan yang kita dapatkan. Dia meneguhkan kenyataan bahwa orang Niniwe percaya Tuhan walaupun sedikit bukti. Hati yang terbuka pada firman dan kehendak Tuhan sangat cepat mengenali dan taat. Hati yang kurang terbuka – seperti kasus hati Yunus – tidak menerima pesan itu, walaupun sangat jelas.

Kemarahan Yunus pada Tuhan

Kalau Yunus seperti nabi dalam sejarah Israel, maka dia pasti bersukacita dengan hasil pelayanannya, pertobatan kota besar Niniwe. Dalam seluruh sejarah Israel, para nabi gagal menobatkan bangsa kepada Tuhan, dan dittolak bahkan dibunuh oleh bangsanya. Seperti Stefanus, “nabi mana yang tidak kamu aniaya?” (Kis 7:52a).

Selain sukacita pertobatan dan keselamatan orang banyak, dimana nabi seperti dia akan bersukacita, Yunus malah marah kepada Tuhan: “Tetapi hal itu sangat mengesalkan hati Yunus, lalu marahlah ia” (4:1). Kenapa Yunus sangat marah pada Tuhan ? Yunus tidak malu menjelaskannya, dan dia mendoakan protesnya:

Dan berdoalah ia kepada TUHAN, katanya: Ya TUHAN, bukankah telah kukatakan itu, ketika aku masih di negeriku? Itulah sebabnya, maka aku dahulu melarikan diri ke Tarsis, sebab aku tahu, bahwa Engkaulah Allah yang pengasih dan penyayang, yang panjang sabar dan berlimpah kasih setia serta yang menyesal karena malapetaka yang hendak didatangkan-Nya. Jadi sekarang, ya TUHAN, cabutlah kiranya nyawaku, karena lebih baik aku mati dari pada hidup. (Jon. 4:2-3).

Kemarahan Yunus sangat luar biasa. Perhatikan kenapa dia marah.

(1) Yunus marah pada Tuhan. Pada akhirnya Yunus tidak marah pada dirinya, atau manusia, tapi pada Tuhan yang kudus, benar, dan sempurna. Kemarahan Yunus sangat kuat sehingga dia lebih baik mati daripada hidup. Waktu pasal 2 dia ingin hidup sekarang dia ingin mati (4:3).

(2) Yunus marah pada Tuhan karena Dia bertindak sesuai dengan karakterNya, dan sesuai dengan harapan Yunus.

(3) Yunus marah pada Tuhan, memprotes atribut Tuhan dimana pemazmur memuji Dia. Pemazmur memuji Dia untuk kasih setia, anugrah, berkat, dan belas kasihan (cf. Ps. 86:5, 15), tapi untuk Yunua hal ini menjadI dasar protesnya daripada pujian.

(4) Yunus marah pada Tuhan karena Dia menunjukan anugrah terhadap orang Niniwe. Pertanyaan Tuhan pada Yunus seharunya menegur nabi tidak taat ini. Itu seharusnya mendapat perhatian Yunus akan keberdosaannya marah pada Tuhan. Siapa yang tahan kemarahan kudus Tuhan yang kudus dan sempurna? Lebih jauh, teguran lembut Tuhan seharusnya mengingatkan Yunus kalau Dia tidak hanya murah hati pada Niniwe tapi juga pada Yunus. Tentu saja, orang Niniwe bertobat, Yunus tidak. Yunus berkeras dalam pemberontakannya.

Tumbuhan dan sang nabi

Karena kekerasan Yunus dalam kemarahannya pada Tuhan, Tuhan membuat suatu pengalaman yang bisa menunjukan akar masalah nabi yang nakal ini. Ini dilakukan dengan memberikan dan mengambil suatu tumbuhan, yang memberikan kenyamanan bagi Yunus.

Sepertinya 40 hari sudah lewat, tapi penghukuman Tuhan tidak dijatuhkan atas kota Niniwe. Ini tidak mengejutkan bagi pembaca, tapi merupakan kekecawaan besar bagi Yunus. Yunus keluar dari kota, kesuatu tempat dimana dia bisa melihat kehancuran Niniwe, mungkin badai api atau hujan batu seperti yang menimpa Sodom dan Gomora. Disitulah Yunus sebagai pengamat terjadinya kehancuran, ingin melihatnya seperti orang Romawi berkumpul di Coliseum melihat orang Kristen dimakan singa.

Tuhan menumbuhkan tanaman, memberikan perteduhan yang memberikan Yunus rasa nyaman (4:6). Untuk pertama kali, Yunus dikatakan gembira, sangat gembira, akan kehadiran tanaman ini. Kegembiraannya sangat singkat, karena hari berikutnya Tuhan memerintahkan ulat melakukan tugasnya, yang mengakibatkan kehancuran tanaman. Ketika anda berhenti memikirkannya, Yunus seharusnya lebih mudah diidentifikasikan seperti ulat daripada tanaman. Dia seperti ulat, terlihat puas dengan kehancuran ciptaan Tuhan daripada mendatangkan kesenangan, seperti tanaman membawa keteduhan dan kesenangan bagi Yunus.

Bersama dengan ulat, yang menghancurkan tanaman, Tuhan mengirim angin panas, yang membuat Yunus merasa sangat tidak nyaman. Sementara Yunus ingin Niniwe “dibakar” dia sendiri “dibakar” oleh panasnya angin (4:8). Yunus tidak perlu ada disitu, dan tidak perlu menderita, tapi dia berkeras tinggal. Sekali lagi dia memohon kematiannya pada Tuhan.

Yunus sekali lagi marah pada Tuhan, sekarang karena tanaman dan ulat. Untuk kedua kali Tuhan menantang Yunus mempertimbangkan kemarahannya: Layakkah engkau marah karena pohon jarak itu? (4:9). Dengan maksud yang tidak jelas, Yunus mengutarakan kembali haknya untuk marah pada Tuhan: Selayaknyalah aku marah sampai mati. (4:9).

Tuhan berkata terakhir kali dalam Kitab Yunus. PerkataanNya yang terakhir merupakan inti hal ini:

Lalu Allah berfirman: Engkau sayang kepada pohon jarak itu, yang untuknya sedikitpun engkau tidak berjerih payah dan yang tidak engkau tumbuhkan, yang tumbuh dalam satu malam dan binasa dalam satu malam pula. Bagaimana tidak Aku akan sayang kepada Niniwe, kota yang besar itu, yang berpenduduk lebih dari seratus dua puluh ribu orang, yang semuanya tak tahu membedakan tangan kanan dari tangan kiri, dengan ternaknya yang banyak? (4:10-11).

Berdasarkan adanya tanaman setidaknya terdapat dasar yang sama antara Tuhan dan Yunus. Yunus memiliki rasa sayang pada tanaman itu; Tuhan memiliki rasa sayang pada manusia. Rasa sayang Yunus seperti mazmurnya sangat rendah. Tuhan sekarang menunjukan maksudNya, untuk menunjukan sifat berpusat diri sendiri dari rasa sayang Yunus, terutama dibandingkan dengan rasa sayangNya pada orang Niniwe. Pertimbangkan beberapa perbedaan antara rasa sayang Yunus terhadap tanaman dan rasa sayang Tuhan pada manusia.

(1) Yunus iba pada tanaman; Tuhan iba pada manusia. Yunus ingin seluruh kota hancur, walaupun ada korban yang tidak bersalah, didalamnya 120.000 orang dan banyak ternak. Ternak dan manusia menderita. Tidak ada bukti tanaman seperti itu. Yunus iba pada tanaman tidak pada manusia atau ternak mereka.

(2) Yunus iba pada tanaman, yang tidak dia tanam; Tuhan iba pada manusia yang Dia ciptakan, dan Dia persiapkan dan janjikan berkat. Yunus tidak memiliki hubungan nyata dengan tanaman. Dia tidak menciptakannya, juga tidak menumbuhkannya. Tuhan menciptakan manusia, dan Dia pencipta semua mahluk. Tuhan peduli terhadap ciptaanNya, sehingga Dia ingin memberkatinya melalui keturunan Abraham, sehingga Dia mengirim AnakNya yang tunggal untuk mati bagi manusia. Yunus iba pada sesuatu yang tidak dikerjakannya.

(3) Yunus iba karena tanaman mati; Tuhan iba karena manusia akan mati selamanya. Yunus iba pada tanaman yang hanya ada satu hari. Tarulah tanaman itu bisa hidup satu tahun, atau lebih lama. Tapi penghukuman manusia itu kekal. Matinya tanaman tidak memiliki arti nyata; kematian orang Niniwe merupakan curahan murka Ilahi. Penghukuman kekal dan kehancuran manusia lebih penting dari tanaman mati.

(4) Tuhan iba pada yang tidak bersalah; Yunus tidak. Dia senang melihat orang tidak bersalah hancur bersama yang bersalah. (ingat, keturunan Niniwe yang menawan Israel) Satu hal orang jahat menderita karena dosa mereka, tapi hal berbeda dengan orang tidak bersalah menderita bersama dengan yang jahat.

(5) Yunus iba pada diri sendiri; Tuhan iba pada orang lain. Iba Yunus tidak hanya pada tanaman, tapi pada apa yang dilakukan tanaman bagi dirinya. Tanaman itu membuat dirinya nyaman. Kalau tanaman tidak membuatnya nyaman, dia tidak iba sama sekali. Iba Yunus sangat berpusat pada diri sendiri. Dia hanya peduli pada diri sendiri tidak pada yang lain. Sebaliknya Tuhan peduli pada manusia, orang berdosa dan yang menyerang Dia.

Tanaman dan Maksud

Untuk waktu lama, saya pikir akar masalah Yunus adalah egois, yaitu dia ingin anugrah Tuhan bagi dirinya dan Israel tapi tidak bagi yang lain terutama Niniwe. Saya sekarang berpendapat keegoisan Yunus hanya gejala. Kesedihan utama Yunus dengan Tuhan adalah anugrahNya. Natur dari anugrah menjijikan Yunus. Mari kita perhatikan karakteristik anugrah Tuhan yang membuat nabi tidak taat.

(1) Natur dan Asal Mula Anugrah. Natur atau inti anugrah adalah ketidaklayakan – berkat bagi yang tidak layak. Asal atau sumber anugrah adalah Tuhan. Yunus tidak suka anugrah karena itu sesuatu yang tidak layak bagi siapapun. Seorangpun tidak bisa merasa layak karena itu diberikan tanpa alasan apapun. Sederhananya, Yunus tidak suka anugrah karena itu pemberian Cuma-cuma.

(2) Penerima Anugrah. Penerima Anugrah, adalah yang tidak layak menerimanya. Yunus tidak ingin melihat dirinya tidak layak. Intinya, Yunus menderita kesombongan ras. Dia merasa sebagai orang Israel, Tuhan bertanggung jawab memberkati umatNya. Orang Niniwe, tidak layak, itulah kenapa Yunus protes kenapa anugrah diberikan pada mereka.

(3) Pembagian Anugrah. Anugrah, karena tidak ada yang layak menerimanya tapi diberikan, maka tidak ada yang bisa mengklaim hal itu. Maka tidak ada orang yang merasa layak menerima itu, bisa memaksa Tuhan memberikan anugrah. Karena anugrah tidak diberikan atas dasar kelayakan, maka dengan kedaulatan itu diberikan sesuai kehendakNya. Seperti kata Tuhan, “Aku akan memberi kasih karunia kepada siapa yang Kuberi kasih karunia dan mengasihani siapa yang Kukasihani.” (Exod. 33:19).

(4) Tujuan Anugrah. Tujuan dari anugrah, adalah kekudusan bukan kesenangan. Tanaman yang Tuhan berikan pada Yunus membuat dia “sangat gembira” dalam (4:6), tapi itu tidak membuat dia menjadi kudus. Maka dari itu Tuhan mengambil tanaman itu. Anugrah tidak diberikan untuk menggembirakan kita, membuat kita merasa enak, menyenangkan kita, tapi membawa kita pada persekutuan denganNya.

(5) Cara Anugrah. Jika tujuan anugrah untuk membuat kita kudus, maka cara anugerah tidak hanya yang menyenangkan tapi juga penderitaan sehingga kita berbalik dari dosa kita kepada Dia. Jika kita jujur pada diri kita dan dengan Tuhan, dan jika kita membaca Alkitab kita dengan sungguh-sungguh, kita menemukan pertumbuhan rohani kita lebih tinggi saat kita dalam penderitaan daripada senang.

Pikirakan tentang Yunus sebagai contoh. Tuhan menjawab doa Yunus sehingga Dia menyelamatkannya dari tenggelam, tapi tidak dengan cara yang menyenangkan. Tuhan menyelamatkan Yunus melalui ikan dan Yunus ada dalam perut ikan selama 3 hari 3 malam. Dimuntahkan keluar bukan hal yang membanggakan, tapi itu yang terbaik baginya. Demikian juga dengan perteduhan tanaman. Tuhan tidak berjanji terhadap kesenangan kita tapi kesungguhan kita. Maka dari itu Dia menggunakan pengalaman pahit untuk menguduskan kita. Penderitaan ini, seperti yang menyenangkan, merupakan pemberian anugrah Tuhan. Anugrah sering dialami saat yang paling tidak menyenangkan.

Ini menjelaskan semua yang dilakukan Tuhan, demikian juga kenapa Yunus tidak menyukainnya. Tuhan memberikan anugrah keselamatan kepada orang Niniwe yang tidak layak karena anugrah diberikan kepada yang tidak layak. Seperti, karena anugrah diberikan berdasarkan kedaulatan Tuhan, Tuhan bisa menyediakan tanaman bagi Yunus dan kemudian mengambilnya kembali.

Karena 2 karekteristik anugrah, Yunus tidak ingin menjadi bagian dari itu, dan kemudian menjadi bagian dari hidup. ANUGRAH BAGI YUNUS, TIDAK DISUKAI DAN MENYINGGUNG DIA. Sangat mudah melihat kenapa Yunus menolak kenyataan Tuhan memberi anugrah pada orang Niniwe, tapi bagaimana bisa dikatakan Yunus merendahkan anugrah walaupun sudah ditunjukan pada dirinya? KARENA ANUGRAH DIBERKAN PADA YANG TIDAK LAYAK, DAN YUNUS TIDAK MAU MENGAKUI DIA TIDAK LAYAK MENERIMA ANUGRAH TUHAN.

Bagaimana nabi memprotes anugrah pengampunan orang Niniwe? Hanya percara berkat Tuhan bagi yang layak. Bagaimana bisa seorang nabi protes saat Tuhan mengambil tanaman yang diberikanNya? Hanya dengan menganggap dia layak menerima tanaman itu, berpikir kalau Tuhan berhutang padanya memberikan tanaman itu.

Disini kunci seluruh kitab Yunus, dan dosa bangsa Israel, yang menyebabkan umat Tuhan beranggapan Tuhan harus memberikan berkat pada mereka dan menghukum musuh mereka. Yunus menolak prinsip anugrah, menukarnya dengan doktrin usaha. AKAR MASALAH NABI INI ADALAH MERASA DIRI BENAR. Orang yang merendahkan anugrah adalah orang yang menganggap diri benar. Untuk merasa diri benar, anugrah itu Cuma-Cuma, yang merendahkan penerima.

Hal yang dilupakan Yunus adalah pemilihan Tuhan atas Israel dan berkatNya pada Israel ats dasar anugrah semata, bukan karena Israel layak.

6 Sebab engkaulah umat yang kudus bagi TUHAN, Allahmu; engkaulah yang dipilih oleh TUHAN, Allahmu, dari segala bangsa di atas muka bumi untuk menjadi umat kesayangan-Nya. 7 Bukan karena lebih banyak jumlahmu dari bangsa manapun juga, maka hati TUHAN terpikat olehmu dan memilih kamu--bukankah kamu ini yang paling kecil dari segala bangsa? -- 8 tetapi karena TUHAN mengasihi kamu dan memegang sumpah-Nya yang telah diikrarkan-Nya kepada nenek moyangmu, maka TUHAN telah membawa kamu keluar dengan tangan yang kuat dan menebus engkau dari rumah perbudakan, dari tangan Firaun, raja Mesir. 9 Sebab itu haruslah kauketahui, bahwa TUHAN, Allahmu, Dialah Allah, Allah yang setia, yang memegang perjanjian dan kasih setia-Nya terhadap orang yang kasih kepada-Nya dan berpegang pada perintah-Nya, sampai kepada beribu-ribu keturunan, 10 tetapi terhadap diri setiap orang dari mereka yang membenci Dia, Ia melakukan pembalasan dengan membinasakan orang itu. Ia tidak bertangguh terhadap orang yang membenci Dia. Ia langsung mengadakan pembalasan terhadap orang itu. (Ul 7:6-10, emphasis mine).

Perhatikan kata “kasih setia” yang ada di ayat 9 diatas, karena inilah dasar kebaikan Tuhan pada Israel, juga pada orang Niniwe (Jon. 4:2).

Tuhan memperingatkan orang Israel bahwa ketika mereka masuk tanah Kanaan dan mengalami berkatNya, berkat anugrahNya, mereka cenderung menyombongkan kemakmuran mereka:

11 Hati-hatilah, supaya jangan engkau melupakan TUHAN, Allahmu, dengan tidak berpegang pada perintah, peraturan dan ketetapan-Nya, yang kusampaikan kepadamu pada hari ini; 12 dan supaya, apabila engkau sudah makan dan kenyang, mendirikan rumah-rumah yang baik serta mendiaminya, 13 dan apabila lembu sapimu dan kambing dombamu bertambah banyak dan emas serta perakmu bertambah banyak, dan segala yang ada padamu bertambah banyak, 14 jangan engkau tinggi hati, sehingga engkau melupakan TUHAN, Allahmu, yang membawa engkau keluar dari tanah Mesir, dari rumah perbudakan, … 17 Maka janganlah kaukatakan dalam hatimu: Kekuasaanku dan kekuatan tangankulah yang membuat aku memperoleh kekayaan ini. 18 Tetapi haruslah engkau ingat kepada TUHAN, Allahmu, sebab Dialah yang memberikan kepadamu kekuatan untuk memperoleh kekayaan, dengan maksud meneguhkan perjanjian yang diikrarkan-Nya dengan sumpah kepada nenek moyangmu, seperti sekarang ini. (Uleronomy 8:11-14, 17-18, emphasis mine).

Jika ini tidak cukup memperingatkan Tuhan melanjutkan peringatan terhadap Israel karena kesombongan kesuksesan mereka, yang diberikanNya atas anugrahNya:

Janganlah engkau berkata dalam hatimu, apabila TUHAN, Allahmu, telah mengusir mereka dari hadapanmu: Karena jasa-jasakulah TUHAN membawa aku masuk menduduki negeri ini; padahal karena kefasikan bangsa-bangsa itulah TUHAN menghalau mereka dari hadapanmu. Bukan karena jasa-jasamu atau karena kebenaran hatimu engkau masuk menduduki negeri mereka, tetapi karena kefasikan bangsa-bangsa itulah, TUHAN, Allahmu, menghalau mereka dari hadapanmu, dan supaya TUHAN menepati janji yang diikrarkan-Nya dengan sumpah kepada nenek moyangmu, yakni Abraham, Ishak dan Yakub. Jadi ketahuilah, bahwa bukan karena jasa-jasamu TUHAN, Allahmu, memberikan kepadamu negeri yang baik itu untuk diduduki. Sesungguhnya engkau bangsa yang tegar tengkuk! (Ul. 9:4-6, emphasis mine).

Yunus, dan orang Israel, lupa bahwa berkat Tuhan adalah anugrah semata, bukan karena kelayakan Israel atau lebih tinggi dari nonYahudi. Mereka juga melupakan kalau Tuhan berjanji memberkati bangsa lain melalui Israel: “dan dalam engkau semua keluarga dibumi akan diberkati” (Gen. 12:3b).

Nubuat Yunus pada bangsa Israel yang ditulis dalam 2 Raj, adalah janji kemakmuran, disamping dosa bangsa itu. Tuhan berjanji memakmurkan Israel, tidak karena kesalehan mereka, selain dari dosa mereka. Mari lihat kembali nubuat ini.

Dalam tahun kelima belas zaman Amazia bin Yoas, raja Yehuda, Yerobeam, anak Yoas, raja Israel, menjadi raja di Samaria. Ia memerintah empat puluh satu tahun lamanya. Ia melakukan apa yang jahat di mata TUHAN. Ia tidak menjauh dari segala dosa Yerobeam bin Nebat, yang mengakibatkan orang Israel berdosa pula. Ia mengembalikan daerah Israel, dari jalan masuk ke Hamat sampai ke Laut Araba sesuai dengan firman TUHAN, Allah Israel, yang telah diucapkan-Nya dengan perantaraan hamba-Nya, nabi Yunus bin Amitai dari Gat-Hefer. Sebab TUHAN telah melihat betapa pahitnya kesengsaraan orang Israel itu: sudah habis lenyap baik yang tinggi maupun yang rendah kedudukannya, dan tidak ada penolong bagi orang Israel. Tetapi TUHAN tidak mengatakan bahwa Ia akan menghapuskan nama Israel dari kolong langit; jadi Ia menolong mereka dengan perantaraan Yerobeam bin Yoas. (2 Raj 14:23-27, emphasis mine).

Raja Israel jahat demikian juga dengan orangnya. Kemakmuran yang dikatakan Yunus tidak berkaitan dengan kerohanian, tapi karena dosa mereka. Berkat yang dijanjikan atas dasar anugrah.

Yunus juga penerima anugrah Tuhan, dan anugrah semata Yunus bisa protes pada Tuhan, bahkan sampai dia memilih mati. Yunus diselamatkan melalui ikan besar, dan keluarnya dari ikan semata anugrah. Demikian juga dengan pemberian tanaman, yang memberikan dia keteduhan dan kenyamanan. Mungkin anugrah terbesar Tuhan bagi Yunus adalah cara Tuhan berespon terhadap pemberontakannya. Betapa mudah kita membayangkan Tuhan membakar Yunus sampai renyah melalui kilat yang tiba-tiba!

Yunus mewakili Israel dimana dia tidak lagi melihat berkat Tuhan sebagai wujud anugrah Tuhan bagi orang yang tidak layak, tapi Dia seharusnya memberkati orang benar. Tidak heran Yunus merendahkan anugrah Tuhan. Dia tahu kalau anugrah diberikan dalam ketidaklayakan, dan dia serta Israel tidak memerlukan pertolongan Ilahi. Kesombongan dan rasa layak Yunus dan Israel terlihat jelas. Alasan penawanan Israel oleh Asiria sekarang jelas.

Kitab Yunus tidak berakhir dengan baik dan rapi, dengan perasaan “hidup bahagia selamanya” Jauh dari itu. Kita ditinggalkan dengan perkataan terakhir Tuhan pada Yunus, kata teguran. Kita tidak pernah diberitahu apakah Yunus bertobat. Menurut saya alasannya sederhana. Karena tidak ada solusi akhir dari dosa merasa diri benar dan keras kepala bangsa Israel disamping perjanjian baru dan kedatangan Mesias, Yesus Kristus. Kesimpulan Kitab Yunus tepat, karena itu menggambarkan jalan buntu antara Israel dan Tuhan mereka yang tetap ada saat Kristus ada dan sampai sekarang. Kitab terakhir dari PL, Maleaki, menuliskan perlawanan Israel terhadap perkataan Tuhan menegur dosa mereka:

Ucapan ilahi. Firman TUHAN kepada Israel dengan perantaraan Maleakhi. Aku mengasihi kamu, firman TUHAN. Tetapi kamu berkata: Dengan cara bagaimanakah Engkau mengasihi kami? Bukankah Esau itu kakak Yakub? demikianlah firman TUHAN. Namun Aku mengasihi Yakub, (Mal. 1:1-2, emphasis mine).

Pada akhirnya, kekerasan hati akan ada sampai Pergolakan Besar dan kedatangan Mesias keduakali menghancurkan kekerasan hati, kesombongan umat pilihanNya, yang akhirnya diselamatkan bukan karena kelayakan mereka tapi karena anugrahNya.

Pembenaran Diri Yunus dan Orang Israel Masa Yesus

Yunus tidak hanya mewakili keadaan rohani bangsa Israel saat itu, dia juga menggambarkan pembenaran diri sebagian besar orang Israel, terutama pemimpin rohani, saat kedatangan Yesus pertama kali. Ketika Tuhan kita lahir, bukan orang punya jabatan kerohanian yang diberitahu, tapi yang rendah dan hina (cf. Luke 2). Ini dilihat dalam diri Maria (Luke 1:46-55). Kedatangan Kristus untuk nonYahudi (Luke 2:31-32), juga untuk Yahudi, dan juga orang majus tahu kelahiranNya dan memuji Dia (Matt. 2:1ff.). Pendahuluan pelayanan Tuhan kita dalam Luke pasal 4 (esp. vv. 16-21) menunjukan penekanan kedatangan Kristus untuk yang miskin dan tertindas. Kotbah diBukit memberikan bukti yang mirip tentang anugrah Tuhan.

Ketika Yesus memulai pelayananNya, sebagian besar waktu dan tenagaNya diberikan pada orang berdosa, yang menimbulkan reaksi pemuka agama Israel, ahli taurat dan Farisi:

Pada waktu ahli-ahli Taurat dari golongan Farisi melihat, bahwa Ia makan dengan pemungut cukai dan orang berdosa itu, berkatalah mereka kepada murid-murid-Nya: Mengapa Ia makan bersama-sama dengan pemungut cukai dan orang berdosa? (Mark 2:16).

Kenapa ahli Taurat dan Farisi tersinggung dengan kenyataan Yesus menghabiskan lebih banyak waktu denan orang berdosa daripada mereka? Alasan yang sama dengan kemarahan Yunus pada Tuhan. Pemimpin agama merasa mereka layak mendapatkan waktu dan kehadiran Yesus, dan orang berdosa tidak bernilai dan layak mendapat murka Tuhan (cp. Yoh 8:2-11). Mereka merendahkan nonYahudi bahkan kebanyakan orang Israel (cf. Yoh 7:49).

Kenapa ahli taurat dan Farisi bereaksi sangat kuat terhadap pengajaran Yesus ? Karena Dia menunjuk mereka sebagai orang berdosa, dan mereka tidak ingin mengakui itu. Mereka membenarkan diri. Maka dari itu mereka menolak Mesias dan merencanakan membunuhNya diatas salib Romawi.

Bahkan murid Tuhan, seperti Yunus, ingin melihat orang berdosa mati ditangan Tuhan:

52 ….. Mereka itu pergi, lalu masuk ke suatu desa orang Samaria untuk mempersiapkan segala sesuatu bagi-Nya. 53 Tetapi orang-orang Samaria itu tidak mau menerima Dia, karena perjalanan-Nya menuju Yerusalem. 54 Ketika dua murid-Nya, yaitu Yakobus dan Yohanes, melihat hal itu, mereka berkata: Tuhan, apakah Engkau mau, supaya kami menyuruh api turun dari langit untuk membinasakan mereka? (Luke 9:52b-54).

Setelah kematian, penguburan, kebangkitan dan kenaikan Tuhan kita, orang Yahudilah yang menentang penyebaran injil (cf. Kis 22:19-23). Bahkan orang Kristen Yahudi sulit memberitakan injil pada nonYahudi (cf. Kis 10-11, esp. 11:19). Karena beberapa orang Kristen Yahudi merasa lebih baik dari orang percaya yang nonYahudi, mereka memisahkan diri mereka atau mereka memaksa nonYahudi mengikuti aturan mereka (e.g. Kis 15:1; Gal. 2:11ff.). Sebenarnya pembenaran diri Yunus mewakili kecenderungan diantara orang Israel yang terus berlanjut selama berabad-abad.

Kesimpulan

Kitab Yunus banyak berbicara pada orang Kristen abad 20, juga kepada bangsa Israel segala zaman. Biarlah saya menyimpulkannya dengan menunjukan beberapa aplikasi untuk masa kini.

(1) Perbuatan Tuhan pada manusia selalu atas dasat anugrahNya, bukan usaha manusia. Dispensationalists (salah satunya saya) harus hati-hati agar tidak terlalu menekankan perlakuan Tuhan masa sekarang karena anugrah dan terhadap orang diPL dengan cara yang lain. Perbedaan masa sekarang sebagai masa anugrah cenderung menunjukan Tuhan memperlakukan manusia lain dengan PL. Yunus salah karena dia melupakan atau mengesampingkan prinsip anugrah. Tuhan selalu memperlakukan manusia atas prinsip anugrah. PL dan perjanjian yang beru hanya membuat Tuhan lebih leluasa memberikan anugrahNya. Kita jangan melihat perbuatan Tuhan dimasa lalu kurang beranugrah.

(2) Menolak anugrah Tuhan sehebat dan juga dosa umum seperti masa Yunus. Orang Kristen menjadi marah pada Tuhan sekarang ini, dengan alasan yang sama salahnya dengan Yunus. Kita tidak hanya seterbuka dan sejujur Yunus dalam mengakuinya. Kapan orang Kristen marah pada Tuhan?

  • Saat kita pikir kita patut mendapat sesuatu dari Tuhan dan kita menganggap Dia bersalah kalau tidak membarikan itu.
  • Saat kita pikir seseorang tidak layak, dan kita marah pada Tuhan karena memberkati mereka..
  • Saat Tuhan mengambil berkat kita, dimana kita pikir Dia tidak punya hak mengambilnya.
  • Saat kita membenarkan diri kita.

Saya percaya pembenaran diri telah masuk kedalam komunitas orang Kristen diAmerika. Orang Amerika cenderung menyombongkan kemakmuran mereka. Kita percaya bahwa kita diberkati karena kepintaran kita, kecerdikan kita, kerja keras kita, dan ketaatan kita pada Tuhan. Sebaliknya kita memberi alasan saat membagi kekayaan dengan yang lain dengan meyakinkan diri kita bahwa bangsa lain menderita karena ketidakbenaran mereka. Maka dari itu bangsa India banyak kemiskinan dan kelaparan, kami meyakinkan diri kita bahwa kemiskinan mereka adalah hasil dari pemujaan sapi. Sederhana kan? Tapi akhirnya itu semua adalah pembenaran diri.

Beberapa orang Kristen saat ini melihat kesembuhan Ilahi sebagai hasil kebenaran mereka daripada anugrah Tuhan. Saya tidak ingin berargumentasi apakah ada karunia menyembuhkan sekarang ini, saya memastikan Tuhan memang menyembuhkan. Apa yang sangat saya tolak adalah pendapat bahwa Tuhan harus menyembuhkan, kalau kita memiliki iman untuk itu. Apakah kesembuhan ilahi merupakan berkat anugrah Tuhan? Jika ia, maka hal itu bukan karena kelayakan bahkan dengan iman sekalipun. Apakah kesembuhan adalah anugrah ? Maka Tuhan bebas memberikannya pada siapa yang Dia pilih, bagi yang percaya maupun yang tidak, dan Dia bebas mengambilnya tanpa minta ijin. Kita tidak bisa menuntut anugrah, atau protes ketika kita tidak menerimanya (ingat tanaman Yunus).

Mari kita ingat, bahwa anugrah Tuhan tidak selalu datang dalam bentuk yang kita inginkan. Tuhan sangat murah hati pada Yunus, menyelamatkan dia melalui ikan besar. Apakah Yunus bisa memilih bentuk anugrah yang akan diberikan Tuhan, untuk tidak dalam bentuk perut ikan. Tuhan murah hati pada anakNya memurnikan mereka, mendatangkan penderitaan dan kesulitan kedalam hidup mereka, seperti yang dilakukannya dalam sejarah Israel. Kesulitan merupakan anugrah demikian juga dengan kemakmuran. Ingat kata-kata bahagia diKothbah diBukit!

Ayub mengerti bahwa Tuhan baik dan murah hati, apakah Dia memberikan kemakmuran atau mengambilnya, apakah Dia memberikan kesenangan atau kesakitan. Maka dari itu, ketika dia menerima berita kehilangan keluarga dia menjawab, “Tuhan yang memberi, Tuhan yang mengambil. Terpujilah nama Tuhan” (Job 1:21).

Kegagalan, penderitaan, dan kesulitan sering hasil dari anugrah Tuhan karena saat hal ini masuk kedalam hidup orang Kristen mereka bertujuan menunjukan anugrah Tuhan bagi kita, orang lain, dan bahkan seluruh penghuni surga.

Prinsip anugrah, dimana kita diselamatkan, merupakan aturan perbuatan Tuhan dalam hidup kita, baik dia menunjukannya dalam kemakmuran atau saat penderitaan, dengan menopang kita dan mendekatkan kita pada hunungan yang lebih dekat dan dalam denganNya.

Prinsip anugrah juga mengatur hubungan kita dengan yang lain. Seperti Tuhan murah hati pada kita, kita juga harus murah hati pada yang lain, terutama yang tidak layak: orang yang jahat dan musuh kita, yang menindas dan yang memanfaatkan kita. Hanya dengan menunjukan anugrah kepada yang lain kita menunjukan anugrah Tuhan abgi kita.

(3) Kitab Yunus memberitahu kita tentang penginjilan dan kebangkitan rohani, yang sangat kita butuhkan. Saya percaya kitab Yunus memberitahu kita bahwa elemen berikut dibutuhkan untuk kebangkitan rohani. Ini bukan hanya untuk kebangkitan rohani namun penting untu semua:

Kebangkita membutuhkan orang-orang yang mau pergi dan memperingatkan yang terhilang akan murka Tuhan atas orang berdosa. Pengakuan dosa dan motivasi ingin diselamatkan harus berakar dari pernyataan fakta manusia berdosa, menghadapi murka Tuhan.

Kebangkitan membutuhkan pertobatan murni. Terjadi kebangkitan dikota Niniwe karena manusia berbalik dari perbuatannya yang jahat, tidak melakukannya lagi. Kebangkitan membutuhkan pertobatan, dan pertobatan membutuhkan perubahan.

Lebih jauh, kitab Yunus memperhadapkan kita dengan musuh utama penginjilan dan kebangkitan rohani – kesombongan diri, merasa diri benar yang membenci anugrah Tuhan, menginginkan anugrah bagi kita tapi tidak bagi orang lain. Kesombongan diri Israel, dan egoisme yang menghalangi mereka membagikan berkat Tuhan kepada nonYahudi. Sama seperti itulah, kesombongan diri, dan egoisme kita yang menghalangi kita memberitakan keselamatan Tuhan bagi orang lain yang ingin bertobat dan percaya pada AnakNya.

Bayangkan, sebagai contoh, Tuhan memanggil anda untuk mengabdikan diri anda menemukan obat untuk AIDS, atau memberikan hidup anda melayani korban AIDS.’ Tapi mereka pantas mati’ protes anda. Faktanya banyak penderita AIDS tertular bukan karena kehendak mereka – pasangan yang immoral, transfuse darah yang sudah terkontaminasi, bayi yang orangtuanya sudah terkena AIDS….

Sebagian besar dari kita seperti Yunus. Kita ingin mengutuk semua orang yang menderita AIDS, walaupun banyak yang menjadi korban. Yunus ingin, bahkan sangat ingin, melihat seluruh kota Niniwe binasa, walaupun disana ada 120.000 anak kecil bersama dengan orang jahat. (bagi Yunus, dosa mereka yang sebenarnya adalah menjadi nonYahudi. Dan dengan standar dia, semua orang Niniwe harus binasa) Kenyataan bahwa orang jahat bertobat atas dosa mereka saat nabi ini menyatakan firman Tuhan di kota itu. Tuhan tidak hanya ingin menyelamatkan yang tidak bersalah, tapi menyelamatkan yang bersalah. Tidak dengan Yunus.

Semua orang berdosa harus mati (upah dosa adalah maut), termasuk kita semua. Tidakkah menakjubkan dosa seksual (setidaknya) sudah dikutuk orang Kristen, tapi kesombongan dan pembenaran diri sering ditoleransi dan seringkali dipuji (sebagai citra diri yang baik). Kita harus ingat bahwa Tuhan datang mencari dan menyelamatkan yang hilang – mereka yang merasa diri benar seperti pemimpin rohani direndahkan dan dibiarkan. Selain anugrah keselamatan ini, kita semua orang berdosa, yang pantas dimurkai Tuhan dan harus dienyahkan dari hadapan Tuhan yang kudus dan benar. Seharusnya mereka yang menerima anugrah Tuhan mencari dan menunjukan anugrah itu pada yang lain.

(4) Anugrah Tuhan menjadi manusia dalam diri Yesus Kristus. Anugrah Tuhan telah dinyatakan pada manusia dalam pribadi Yesus Kristus, yang menjanjikan semua yang percaya akan menerima anugrah hidup kekal. Apa yang harus anda lakukan hanya mengakui anda memerlukannya, bahwa anda orang berdosa yang tidak layak menerima berkat Tuhan, dan menerima anugrah dalam Kristus. Melalui iman dalam Yesus Kristus dosa kita diampuni dan kita dinyatakan benar dihadapan Tuhan. Melalui iman dalam Kristus kita menerima anugrah hidup kekal.

Tidak ada kata yang lebih baik untuk meringkas kebaikan Tuhan daripada kata anugrah. Yesus Kristus merupakan anugrah Tuhan yang menjadi manusia, diberikan pada manusia (cf. Yoh 1:14, 17; 2 Tim. 1:9; 2:1; Titus 2:11). Keselamatan adalah anugrah Tuhan bagi manusia berdosa, pengampunan dosa dan pemberian hidup kekal (cf. Kis 14:13; 20:24, 32; Romans 1:5; 3:24; Ephesians 2:8; Colossians 1:6; Titus 3:7; 1 Peter 5:12). Kita bertumbuh dalam dan oleh anugrah Tuhan (2 Peter 3:18; Hebrews 13:9). Kita dalam kekekalan aman dalam anugrah Tuhan (Romans 5:12). Saat kita berdoa kita menghadap “tahta anugrah” (Heb. 4:16). Saat kita melayani, kita melayani dengan anugrah (Eph. 4:7ff.; 1 Peter 4:10), dan kita hidup oleh standar anugrah (Ephesians 4:29; Colossians 4:6).

Biarlah anugrah Tuhan bernilai bagi anda, dasar bagi pujian anda kepada Tuhan, bukan protes seperti Yunus.


16 Kata “dihancurkan” memiliki konotasi kuat bagi Yunus/ Istilah itu digunakan berkaitan dengan kehancuran Sodom dan Gomora (Gen. 19:21, 25, 29). Itu juga digunakan dalam gambaran puisi penghancuran Mesir di Keluaran (Ex. 15:7). Itu juga digunakan dalam Uleronomy 29:23 berkaitan dengan peringatan Tuhan akan penghukuman umatNya Israel, jika mereka membuang hukumNya. Cf. also 2 Sam. 10:3; 1 Taw. 19:3.

17 “Sebelum Yunus sampai dikota ini, 2 bencana terjadi disini (di 765 dan 759 B.C.) dan gerhana matahari total muncul di June 15, 763. Ini dilihat sebagai tanda kemarahan ilahi dan menjelaskan kenapa orang Niniwe berespon dengan cepat terhadap pesan Yunus sekitar 759.” Yoh Hannah, The Bible Knowledge Commentary (Wheaton: Victor Books, 1985), Vol. 1, Old Testament, p. 1462.

Biblical Topics: 
Passage: 
Taxonomy upgrade extras: