Pertobatan Dan Keselamatan

Translated by Stevy from English.

Series ID: 
200
/assets/foreign/wilkin-in.zip

1. Doktrin Pertobatan dalam Sejarah Gereja

Hanya ada beberapa masalah penting yang menarik perhatian mereka yang percaya surga neraka daripada pertanyaan apa yang harus dilakukan seseorang untuk bisa masuk kedalam sorga. Jawaban dari pertanyaan ini hampir selalu mengacu pada pertobatan. Didalam keseluruhan sejarah gereja hampir setiap teolog mengajarkan bahwa pertobatan sangat penting bagi keselamatan dari neraka.1 Bagaimanapun, beberapa pengertian yang berbeda tentang pertobatan banyak dibela. Tulisan ini akan melukiskan pengertian itu.2

I. Pandangan Pre-Reformation

Dari para rasul sampai para reformer, intinya ada satu pandangan yang dipakai. Disayangkan pandangan ini sangat sedikit melihat atau tidak adanya anugrah. Suatu system keselamatan yang muncul dimasa gereja permulaan. Herannya, generasi pertama setelah para rasul telah membengkokan kabar baik yang telah dipercayakan para rasul pada mereka.3 Tentang teologi para rasul Torrance menulis:

Keselamatan didapat, menurut mereka, oleh pengampunan ilahi tapi atas dasar pertobatan [perubahan diri dihadapan Tuhan],4 bukan atas dasar kematian Kristus semata. Jelas gereja permulaan ingin untuk menjadi martir, merasa bahwa dengan cara itu orang keselamatan orang Kristesn sesuau dengan salib, daripada iman … tidak melihat bahwa seluruh keselamatan berpusat pada pribadi dan kematian Kristus .... Gagal mengerti arti salib dan membuatnya sebagai pasal tertentu dari iman merupakan indikasi paling jelas bahwa pengajaran anugrah sama sekali tidak ada.5

Tiga aspek utama dari pandangan pre-Reformation tentang pertobatan menyelamatkan.

    Pengampunan Awal, Dosa Pre-Baptismal Saja

Bapa gereja dan penerus mereka percaya bahwa keselamatan dimulai pada saat seseorang dibaptis. Saat dibaptis dosa yang telah dilakukan sampai saat itu [ditambah dosa mula-mula dari Adam] diampuni.6 Bapa gereja percaya bahwa seseorang akan memulai kehidupan Kristen dengan keadaan yang sama sekali baru. Tentu saja, tidak akan terus bersih untuk waktu yang lama. Karean setiap orang terus dijangkiti dosa setelah baptisan (1 John 1:8, 10), gereja harus mengembangkan suatu rencana dimana dosa post-baptismal bisa ditebus.

    Pengampunan Dosa Post-Baptismal Sins oleh Pertobatan/Penebusan Dosa

Dengan pandangan baptisan dan pengampunan dosa seperti ini, tidak heran orang mulai melalaikan baptisan sampai mereka hampir mati. Dengan cara itu mereka bisa yakin akan pengampunan total. Bapa gereja dan penerusnya berurusan dengan masalah ini dengan menganjurkan pertobatan (atau penebusan dosa) sebagai obat bagi dosa setelah dibaptis. Awalnya para bapa gereja berdebat apakah dosa utama setelah baptisan bisa diampuni sama sekali. Secara umum disetujui bahwa bahkan dosa “fana” bisa diampuni; bagaimanapun, ada beberapa silang pendapat tentang berapa banyak seseorang bisa bertobat dan diampuni.7 Beberapa pemimpin, seperti Hermas, berpegang bahwa hanya bisa ada satu kesempatan untuk pertobatan setelah baptisan.8 Pandangan itu tidak terus terpakai. Pandangan yang dipakai oleh bapa gereja adalah seseorang bisa bertobat dan diampuni untuk beberapa kali.9 Awalnya, mereka tidak menentukan secara spesifik berapa kali seseorang bisa bertobat karena takut memberikan orang digereja ijin untuk berdosa. Hal ini, jelas membawa beberapa orang menunda pertobatan sampai mendekati kematian. Abat kelima, sebaliknya, tidak takut memberikan orang ijin untuk berdosa, gereja secara keseluruhan menentukan bahwa seseorang bisa bertobat dan diampuni tanpa batas atau berkali-kali.10

    Pertobatan Didefinisikan sebagai Penyesalan, Pengakuan,
    dan Pelatihan Menunjukan Tindakan Penebusan Dosa

Bapa gereja mengajarkan bahwa untuk mendapatkan keselamatan dari penghukuman kekal seseorang harus merasa bersalah untuk dan mengakui dosa setelah baptisan kepada pendeta dan kemudian melakukan tindakan penebusan dosa yang ditunjukan oleh pendeta.11 Bapa gereja latin menerjemahkan atau salah menerjemahkan, kata dalam PB metanoeo„ dan metanoia untuk merefleksikan prasangka teologis mereka. Mereka menerjemahkan istilah itu sebagai poenitenitam agite dan poenitentia, melakukan tindakan penebusan dosa dan tindakan penebusan dosa.”.12 Kesalahan terjemahan itu sayangnya menjadi bagian dari PL latin dan kemudian versi Vulgata Latin dari Alkitab. Sampai reformasi terjemahan itu mendapat tantangan serius.

    Ringkasan

Bayangkan anda seorang anggota gereja dalam abad 5 dibawah system seperti itu. Orangtua anda berpegang pada hal ini. Anda dibaptis saat masih bayi. Saat kecil anda diajar pentingnya penebusan dosa dan pengakuan kepada pendeta baik oleh orangtua dan pendeta. Seiring waktu anda menjadi seorang remaja dan anda yakin bahwa keselamatan hanya ada dalam gereja dan anda berjuang keras melawan dosa jika anda ingin masuk sorga. Oh, betapa ingin anda untuk masuk kedalamnya! Anda berharap, anda cukup baik hari ini dan tetap begitu untuk keesokan hari. Anda berharap tidak mati saat melakukan dosa seperti perzinahan, pemujaan berhala, atau menolak iman saat disiksa.

Anda bertanya dosa mana yang merupakan dosa fana dimata Tuhan. Bagaimana jika anda mati setelah iri atau membenci dan itu ternyata dosa yang cukup besar untuk bisa memasukan anda keneraka? Kadang anda takut kalau pendeta tidak cukup keras kepada anda saat memberi hukuman untuk penebusan dosa. Bagaimanapun, tidak ada ukuran hukuman bagi dosa. Bagaimana jika pendeta anda membuat kesalahan? Bagaimana jika anda tidak cukup untuk ditebus atas dosa anda? Anda sangat takut akan neraka dan tanpa kepastian apapun untuk bisa lolos dari apinya.

Robert Williams sangat baik meringkas pandangan gereja permulaan untuk pertobatan yang menyelamatkan dalam tulisannya:

Sedikit dan besar, jauh lebih mudah untuk masuk ke gereja daripada memasukinya lagi, sekali tujuan akhir tidak mau diakui oleh penganutnya. Permulaannya, melalui baptisan, telah diberi suatu keadaan yang baru. Apapun kejahatan yang menodai kehidupan seseorang, telah diampuni dan dilupakan dan perjalanan baru dengan Kristus dimulai. Saat gereja harus berurusan dengan mereka yang telah mengotori keadaan awallah masalah muncul. Kesalahan kecil diberikan sedikit bentuk sensor, seperti dikeluarkan sementara dari Perjamuan Kudus atau tindakan penebusan dosa lainnya. Berkaitan dengan dosa seperti perzinahan, pembunuhan dan pemujaan berhala, belum lagi kemurtadan, pemimpin gereja memiliki perbedaan bentuk hukuman.13

Pasti tetap ada orang yang mengerti dan mengetahui anugrah Tuhan dalam Kristus, bahkan dalam masa antara Para rasul dan Reformasi. Bagaimanapun, sebagian besar tidak mengetahui apapun tentang anugrah. Mereka hanya tahu legalism dan farisi. Ada kebutuhan serius untuk reformasi menyeluruh bagi gereja. Lama baru ada. Jelas lebih dari ribuan kegelapan menutupi gereja sampai adanya reformasi.

II. Pandangan Reformasi

Para reformer menantang ketiga pilar pandangan gereja atas pertobatan yang menyelamatkan.

    Pengampunan Awal atas Seluruh Dosa, Pre- and Post-Baptismal

Calvin,14 dan sedikit Luther15 mengajarkan bahwa semua dosa seseorang, baik pre- and post-baptismal, telah diampuni saat seseorang menjadi Kristen. Pengajaran seperti itu dengan jelas menandai perpecahan dari Roma. Bagaimana dengan pengakuan dosa pada pendeta dan melakukan tindakan penebusan dosa? Secara logis, itu akan dihilangkan dalam gereja yang mengadopsi pemikiran reformasi tentang pengampunan dosa. Seperti kita ketahui, itulah yang terjadi.

    Tindakan Penebusan Dosa tidak diperlukan untuk Pengampunan Dosa Setelah Baptisan

Calvin menolak pemikiran bahwa seseorang harus melakukan tindakan penebusan dosa untuk menebus dosa setelah baptisan agar keselamatannya tetap ada.16 Dia mengajarkan bahwa kematian Kristus, sekali didapat, menebus seluruh dosa yang sudah dan akan dilakukan.

Luther, dalam terang pengertian tentang pertobatan,17 berpegang bahwa walau tindakan penebusan dosa itu sendiri tidak diperlukan, seseorang yang mengabaikan imannya dalam Kristus dan jatuh dalam dosa akan binasa kecuali dia kembali kepada Kristus untuk memperbaharui iman. Mengomentari pandangan Jeroma, posisi gereja, bahwa tindakan penebusan dosa merupakan “papan kedua setelah kapal karam, Luther menulis:

Anda akan melihat betapa jahat, betapa salahnya untuk mengumpamakan tindakan penebusan dosa merupakan “papan kedua setelah kapal karam, dan betapa merusaknya untuk percaya bahwa kuasa baptisan telah hancur, dan kapal jadi berkeping-keping, karena dosa. Kapal tetap baik (kuat dan tidak terkalahkan) itu tidak bisa hancur jadi “papan” Didalamnya kita membawa semua mereka yang masuk kepada keselamatan, karena kebenaran Tuhan memberikan kita janji dalam sakramen. Jelas, sering terjadi banyak orang terjatuh kelaut dan binasa; ini adalah mereka yang meletakan iman dalam janji dan terjun kedalam dosa. Tapi kapal itu sendiri tetap utuh dan jalurnya tetap. Jika ada orang yang oleh anugrah kembali kekapal, itu bukan karena papan apapun, tapi kapal itu sendiri sehingga dia tetap hidup. Orang itu adalah orang yang kembali melalui iman kepada janji yang kekal dari Tuhan.18

Luther secara formal menolak tindakan penebusan dosa. Dia merasa tindakan itu “menyiksa batin sampai mati.19 Bagaimanapun, secara praktek dia tetap memegang pentingnya hal seperti itu. Untuk diselamatkan dalam penghakiman, menurut Luther, seseorang harus berusaha dalam iman, baik secara moral dan doktrin.20

    Pertobatan (Metanoia) Didefinisikan sebagai Perubahan Pikiran

Berbeda dengan definisi gereja akan metanoia yang meliputi penyesalan, pengakuan dan tindakan penebusan dosa, Calvin dan Luther menyimpulkan bahwa itu membantu suatu perubahan pikiran.21 Pertobatan keselamatan menurut Calvin dan Luther merupakan perubahan pikiran diamana seseorang mengetahui dosanya dan perlu pengampunan dan kemudian berbalik dalam iman kepada Tuhan untuk disediakan pengampunan dalam Kristus.22 Intinya, Luther dan Calvin melihat pertobatan keselamatan sebagai bagian penting dari iman keselamatan.

    Ringkasan

Reformasi mengenalkan pandangan baru akan pertobatan keselamatan. Calvin mengajarkan bahwa semua dosa diampuni saat pertobatan, bahwa tindakan penebusan dosa tidak diperlukan karena pengampunan dosa setelah dibaptis, dan bahwa istilah PB metanoia menunjuk pada perubahan pikiran dimana seseorang mengetahui dosanya dan memerlukan pengampunan dalam Kristus. Luther setuju dengan pandangan terakhir dan sedikit dengan yang 2 pertama. Mereka yang terbeban bagi kemurnian Injil anugrah menemukan itu mengecewakan bahwa Luther memegang pandangan keselamatan linear dan kemungkinan keluar dari iman.

Kekuasaan tunggal Gereja Roma telah hancur. Tidak lama lagi akan diusulkan anugrah dibatasi untuk beberapa Elijah masa kini saja. Para Reformator melihat kepada Kristus dan para rasul daripada bapa gereja dalam pandangan pertobatan dan Injil. Apakah pengikut mereka bisa memiliki pandangan yang tinggi terhadap anugrah? Atau mereka, seperti para bapa gereja, kehilangan pengertian yang tepat akan anugrah dan keluar kedalam “Injil” manusi dan legalistik?

III. Pandangan Post-Reformation

Periode post-Reformation merupakan kelanjutan pandangan sebelumnya dan memunculkan yang baru.

    Penyesalan, Pengakuan, dan Tindakan Penebusan Dosa

Pandangan pertobatan keselamatan Roma terus ada dari Reformasi sampai sekarang. Pandangan Calvin dan Luther juga terus ada. Bagaimanapun, pandangan mereka dalam beberapa kasus dimodifikasi sehingga sekarang ada 3 pandangan protestan akan pertobatan keselamatan.23

    Memalingkan Diri dari Dosa

Mereka yang memegang pandangan ini menganggap pertobatan keselamatan merupakan suatu perpalingan aktual dari dosa dan tidak hanya kemauan atau keinginan melakukannya.24 Mereka akan menjadikan seorang alkoholik sebagai contoh, bahwa untuk menjadi Kristen dia harus berhenti mabuk.

    Suatu Kerelaan atau Keputusan untuk Berhenti Berbuat Dosa

Orang lain berpendapat bahwa seseorang perlu untuk rela berpaling dari dosanya.25 Mereka akan mengatakan pada seorang alkoholik bahwa untuk menjadi Kristen dia pertama kali harus rela berhenti mabuk. Mereka akan berhenti sebentar untuk mengatakan bahwa dia harus berhenti minum sebelum bisa diselamatkan.

Orang yang memegang kedua pandangan pertama ini akan menekankan pada tingkatan kebutuhan untuk sedih akan dosa seseorang dan mengkomitmenkan diri pada ketuhanan Yesus Kristus.

    Suatu Perubahan Pikiran

Sebagian Protestan berpendapat bahwa pertobatan keselamatan tidak meliputi berbalik dari dosa seseorang atau bahkan keinginan untuk melakukannya. Tapi, menurut mereka, pertobatan keselamatan merupakan perubahan pikiran dimana seseorang mengenali keberdosaannya dan memerlukan keselamatan dan melihat Yesus Kristus sebagai Pengganti yang tidak berdosa yang telah mati diatas salib untuk dosanya.26 Mereka mengerti istilah PB metanoia dalam pengertian klasiknya.

Mereka akan mengatakan pada seorang alkoholik bahwa dia harus mengenali keberdosaannya dan perlunya akan keselamatan dan menempatkan imannya hanya pada Yesus Kristus agar bisa diselamatkan dari penghukuman. Mereka akan menghindari memberikan kesan bahwa individu harus mengubah gaya hidupnya atau mau melakukannya agar mendapat keselamatan dari penghukuman kekal.

    Variasi dari Tiga Pandangan Protestan

Harus diperhatikan bahwa beberapa orang yang memegang ketiga pandangan protestan tentang pertobatan keselamatan tidak harus percaya bahwa keselamatan sekali didapat itu aman dan tidak bisa diganggu. Sebagian protestan berpendapat bahwa keselamatan bisa hilang karena tidak setia atas pertobatannya sendiri. Pengajaran seperti itu tidak sesuai dengan pandangan reformator tentang depravity dan kematian Jesus' yang sekali untuk mengganti kematian. Sebagian protestan memegang pandangan katolik roma akan pertobatan keselamatan –sekalipun pengakuan yang sebelumnya kepada pendeta sekarang langsung kepada Tuhan. Bagaimanapun, kita menyebut variasi itu sebagai pandangan “protestan” karena mereka yang memegangnya adalah anggota gereja protestan bukan katolik. Kenyataannya, ada enam pandangan protestan tentang pertobatan keselamatan: 1) berbalik dari dosa dan terus begitu untuk menjaga keselamatan yang bisa hilang.27 2) berbalik dari dosa untuk mendapat keselamatan kekal yang tidak bisa hilang, 3) kerelaan untuk berbalik dari dosa dan kemudian, setelah bertobat, berbalik dari dosa dalam cara hidup untuk menjaga keselamatannya, 4) kerelaan untuk berbalik dari dosa agar mendapat keselamatan kekal. 5) mengubah pikiran anda tentang diri sendiri dan Kristus untuk mendapat keselamatan dan berbalik dari dosa dalam cara hidup untuk menjaga keselamatan itu, dan 6) ubah pikiranmu tentang diri dan Kristus dan mendapat keselamatan yang tidak bisa hilang.

IV. Kesimpulan

Dari awal abad kedua sampai Reformasi satu pandangan pertobatan keselamatan dijalankan, yaitu posisi Roma.28 Mereka berpegang bahwa saat seseorang dibaptis hanya dosa sebelumnya yang diampuni dan dosa sesudahnya hanya bisa diampuni dengan mengakui dosa kepada pendeta dan dengan seksama menjalankan tindakan penebusan dosa yang dianjurkan.

Reformasi memperkenalkan 2 pandangan baru. Calvin berpegang bahwa saat pertobatan semua dosa seseorang, sebelum dan sesudah dibaptis, telah diampuni dan pengakuan dosa kepada pendeta dan tindakan penebusan dosa tidak diperlukan. Luther memegang posisi diantara Calvin dan Gereja Katolik Roma. Dia percaya bahwa pengakuan pada pendeta dan melakukan tindakan penebusan dosa tidak diperlukan untuk menjaga keselamatan seseorang. Bagaimanapun, walau dia menolaknya secara formal, dia terus memegang bahwa seseorang bisa gagal mendapat keselamatan akhir karena memilih untuk hidup dalam dosa.

Sejak pandangan Reformasi dan Roma terus berlajut dan keenam pandangan protestan muncul. Kita harus hati-hati untuk tidak mendasarkan teologi kita pada mayoritas. Mayoritas bisa salah –dan dalam dunia yang telah jatuh ini hal itu sering terjadi.

Kemudian, kenapa kita harus mempelajari sejarah interpretasi? Karena dengan melakukan ini kita lebih mampu untuk datang dan menjaga kesimpulan kita sendiri dan berinteraksi dengan yang lain, baik orang percaya maupun belum. Jika, sebagai contoh, saya mengerti posisi Roma akan pertobatan keselamatan, kesaksian saya pada Katolik juga dikuatkan.

Pandangan mana yang benar dalam hal ini? Tulisan berikutnya29 akan menunjukan bahwa perubahan pikiran dan keselamatan yang tidak bisa hilang merupakan yang sesuai dengan Alkitab. Jika seseorang harus menyerahkan sesuatu atau mau melakukan itu untuk mendapat keselamatan, maka itu bukan cuma-cuma. Jika seseorang harus hidup taat untuk menjaga keselamatan, maka iman ditambah usaha, menghilangkan anugrah. Pandangan lain tentang hal ini gagal menangkap gawatnya keberdosaan kita ditangan Tuhan yang Suci. Tidak ada yang bisa kita lakukan untuk membersihkan hidup kita sehingga berkesan bagi Tuhan. Hanya darah Yesus Kristus yang bisa menebus dosa kita. Dan, satu-satunya cara untuk itu adalah melalui iman dalam Kristus semata. Satu-satunya hal yang harus kita serahkan adalah sikap membenarkan diri. Kita harus berhenti melihat diri kita cukup baik untuk mendapat keselamatan dan menempatkan kepercayaan kita atas apa yang Yesus Kristus lakukan disalib bagi kita sebagai pengganti.

Tidak ada yang bisa pergi kepada Tuhan dengan usaha sendiri. Tapi banyak yang mencoba. Satu-satunya cara yang perlu dilakukan seseorang adalah mengenali ketidakberdayaan mereka dan perlu seorang Juruselamat dan meletakan iman dalam Yesus Kristus dan Dia semata untuk menyelamatkan mereka dari dosa. Suatu perubahan pikiran dibutuhkan. Sekali orang percaya dalam Yesus Kristus, dia bisa yakin, atas dasar janji Alkitab, kalau dia selalu menjadi bagian dari keluarga Tuhan yang kekal. Tuhan telah melakukan segalanya bagi kita kecuali kita harus menerima pemberian cuma-cuma itu. Itu bagian kita.

Injil menyediakan obat bagi dosa dan akibatnya, neraka. Pesan Injil sangat berkuasa selama tidak dibengkokan. Air hidup yang murni akan selalu memuaskan dahaga jiwa yang kering.


1 Melalui tulisan ini ekspresi pertobatan keselamatan akan digunakan untuk menunjuk pada pertobatan yang diperlukan untuk lepas dari penghukuman kekal.

2 Tulisan ini berasal dari disertasi doktoral saya. Cf. Robert N. Wilkin, Repentance as a Condition for Salvation in the New Testament (Th. D. dissertation, Dallas Theological seminary, 1985).

3 Lihat Thomas F. Torrance, The Doctrine of Grace in the Apostolic Fathers (Grand Rapids: Eerdmans, 1959).

4 Ibid., 135.

5 Ibid., 138.

6 Untuk contoh, lihat, Hermas, Mandate, 4. 3. 1, 6; Polycarp, Letter to the Philippians 2, 5; Justin Martyr, The First Apology, 15-16; Origen, Homilies on the Psalms, On Psalm 37 (38): 2, 6; Ambrose, Concerning Repentance, 2.11; Augustine, On Christian Doctrine, 1.17-18; Anselm, De Concordia III: Grace and Free Choice, 8; and Aquinas, Summa Contra Gentiles, IV: 71-72.

7 Sebagai contoh, karya dua volume Ambrose, Concerning Repentance, merupakan pembelaannya terhadap klaim Novatianists' bahwa gereja tidak bisa mengampuni dosa seperti kemurtadan. Ambrose memegang posisi gereja bahwa mereka memiliki kuasa mengampuni dosa setelah dibaptis dalam tingkatan apapun.

8 Lihat Hermas, Mandate, 4. 3. 6. Lihat juga Ambrose, Concerning Repentance, 2.10, dimana dia mengajarkan bahwa dosa yang lebih sedikit bisa bertobat sehari-hari tapi tidak yang fana. Ambrose berpegang bahwa hanya ada satu tindakan penebusan dosa bagi dosa fana.

9 Sebagai contoh, lihat, Clement of Rome, First Epistle to the Corinthians, 7-9, 50-51; 56-57; Polycarp, Philippians, 2, 5; and Cyprian, Epistle 52 (56 Oxford Edition), Treatise on the Lapsed, and The Seventh Council of Carthage.

10 Sebagai contoh, lihat, Jerome, Letter 122: To Rusticus, 3; and Augustine, On the Creed, 15- 16.

11 Lihat Hermas, Mandate, 4. 3. 6; Clement of Rome, First Epistle, 8-9; and Polycarp, Philippians, 2.

12 Lihat William Douglas Chamberlain, The Meaning of Repentance (Grand Rapids: Eerdmans, 1943), 27-28; Edgar R. Smothers, The New Testament Concept of Metanoia,. Classical Bulletin 10 (1933): 7-8; Aloys Herman Dirksen, The New Testament Concept of Metanoia (Washington, DC: The Catholic University of America, 1932), 66-67; and John Cecil Anderson, Repentance in the Greek New Testament (Th.D. dissertation, Dallas Theological Seminary, 1959), 14ff.

13 Robert Williams, A Guide to the Teaching of the Early Church Fathers (Grand Rapids: Eerdmans, 1960), 142.

14 See Calvin Institutes of the Christian Religion, 4. 15. 3.

15 Luther berpegang pada pertobatan linear. Dia percaya bahwa keselamatan seseoragn tidak selesai sampai dia mati. Dia mengajarkan bahwa seseorang bisa kehilangan keselamatannya –atau, gagal menyadari hal itu sampai akhir –jika dia menolak percaya pada Yesus Kristus dan terlibat dalam kehidupan dosa. Dia melihat kematian Kristus sudah meliputi seluruh dosa, baik sebelum dan sesudah baptisan, selama orang itu tetap berjuang dalam iman. Jelas, pernyataannya bertentangan dengan kematian Kristus sudah mencukupi dan menghilangkan kemungkinan kepastian. See Luther's Works, vol. 36, The Babylonian Captivity of the Church, 1520, 60-61, Marilyn Jean Harran, The Concept of Conversio in the Early Exegetical and Reform Writings of Martin Luther (Ph.D. dissertation, Stanford University, 1978), and Fred J. Prudek, Luther's Linear Concept of Conversion (Th.M. thesis, Dallas Theological Seminary, 1979).

16 See Calvin, Institutes, 3. 24. 6, 4. 19. 14-17

17 See footnote 15 above.

18 Luther's Works, vol. 36, The Babylonian Captivity, 61

19 Ibid., 89.

20 Ibid., 59-61, 89, 123-24. Perlu juga diperhatikan penyelidikan oleh sarjana Lutheran Lowell Green (How Melanchthon Helped Luther Discover the Gospel: The Doctrine of Justification in the Reformation [Fallbrook, CA: Verdict Publications, 1980]) menunjukan bahwa Luther berpendapat orang percaya harus berusaha terus berjalan dalam iman untuk bisa menerima keselamatan akhir (lihat, e.g., 260).

21 Lihat Luther, Luther's Works, Vol. 48, Letters (May 30, 1518 Letter to John von Staupitz), 65-70; Calvin, Institutes' 3. 3. 1-16; and Dirksen, Metanoia, 79-80 and Metanoeite, The Bible Today 19 (1965):1262, 1266.

22 Lihat Calvin, Institutes, 3. 3. 5, 18; 3. 4. 1-39; and Luther, Luther's Works, vol. 48, Letters, 66-67.

23 Bagaimanapun, setiap pandangan ini memiliki 2 bentuk. Maka itu, seperti yang akan kita lihat, dalam praktek ada 6 pandangan protestan tentang pertobatan keselamatan. Harus diperhatikan bahwa semua pandangan ini mengajarkan bahwa pertobatan keselamatan harus digabungkan dengan iman dalam Yesus Kristus untuk mendapat keselamatan.

24 Untuk contoh, lihat, James Montgomery Boice, Christ's Call to Discipleship (Chicago: Moody Press, 1986), 105-lU; James Graham, Repentance, Evangelical Quarterly 25 (1953): 233; George Peters, The Meaning of Conversion, Bibliotheca Sacra 120 (1963): 236, 239; Rudolph Schnackenburg, The Moral Teaching of the New Testament (Freiburg: Herder and Herder, 1965), 25-33; Charles Scobie, John the Baptist (Philadelphia: Fortress Press, 1964), 80, 112, 148; A. H. Strong, Systematic Theology (Philadelphia: Judson Press, 1912), 832-35; and Eugene La Verdiere, The Need for Salvation: A New Testament Perspective, Chicago Studies 21 (1982): 234.

25 Untuk contoh, lihat, William Barclay, Great Themes of the New Testament (Philadelphia: Westminster Press, 1979), 72-73; Lewis Bookwalter, Repentance (Dayton, OH: United Brethren Publishing House, 1902), 30, 43, 53-55; William Douglas Chamberlain, The Meaning of Repentance (Grand Rapids: Eerdmans, 1943), 47, 143-44, 216, 222-23; Daniel Fuller, Gospel and Law: Contrast or Continuum? (Grand Rapids: Eerdmans, 1980), 151-52; Kenneth Gentry, The Great Option: A Study of the Lordship Controversy, Baptist Reformation Review 5 (1976): 57-62, 77; Billy Graham, The Meaning of Repentance (Minneapolis: The Billy Graham Evangelistic Association, 1967), 5-11; George Ladd, The Gospel of the Kingdom (Grand Rapids: Eerdmans, 1959), 95-106; 1. Howard Marshall, Kept by the Power of God (London: Epworth Press, 1969), 37-38; J. 1. Packer, Evangelism and the Sovereignty of God (Downers Grove, IL: InterVarsity Press, 1961), 70-73; Kazimierz Romanink, Repentez-vous, car le Royaume des Cieux est tout proche (Matt. iv. 17 par.), New Testament Studies 12 (1966): 264; Robert Shank, Life in the Son (Springfield, MO: Wescott Publishers, 1960), 324; Bob Stokes, Repentance, Revival, and the Holy Spirit (Chicago: Moody Press, 1975), 10-16, 24, John R. W. Stott, Basic Christianity (London: InterVarsity Fellowship, 1958), 111-32, and Must Christ be Lord to be Savior?, Eternity 10 (1959): 15, 17; Lehman Strauss, Repentance (Findley, OH: Dunham Publishing Co., 1959), 13-19; and Effie Freeman Thompson, METANOEO and METAMELEI in Greek Literature Until 100 A. D., Including a Discussion of Their Cognates and of Their Hebrew Equivalents (Chicago: University of Chicago Press, 1908), 24-25.

26 Untuk contoh, lihat, Lewis Sperry Chafer, Systematic Theology, 8 vols. (Dallas, TX: Dallas Seminary Press, 1947-48), 3: 372-78; G. Michael Cocoris, Lordship Salvation--Is It Biblical? (Dallas, TX: Redencion Viva, 1983), 11-12; Milton Crum, Preaching and Worship: Dynamics of Metanoia, n in Preaching and Worship (N. R: Academy of Homiletics, n.d.), 88-89; H. A. Ironside, Except Ye Repent (New York: American Tract Society, 1937), 34, 53, 171-76; Charles Caldwell Ryrie, Biblical Theology of the New Testament (Chicago: Moody Press, 1959), 116-17; Richard A. Seymour, All About Repentance (Fayetteville, GA: Clarity Publications, 1974), 33, 46, 62; and Treadwell Walden, The Great Meaning of Metanoia (New York: Thomas Whittaker, 1896), 4-9, 79-81,125,151.

27 Beberapa tahun lalu saya melihat bagian ini dimarquee gereja yang mengajarkan pandangan ini: “Jalan ke surga adalah belok kanan dan tetap lurus.'

28 Walau posisi Gereja Timur terhadap pertobatan tidak serupa dengan posisi Roma, tapi detil utama pada intinya sama. Gereja Timur mengajarkan bahwa tindakan penebusan dosa adalah sakramen yang dibuat untuk menyediakan pengampunan bagi dosa setelah baptisan dan tindakan itu meliputi penyesalan dan pengakuan kepada pendeta. Untuk informasi lebih lanjut tentang pandangan Gereja Timur Orthodox tentang hal ini lihat Frank Gavin, Some Aspects of Contemporary Greek Orthodox Thought (Milwaukee: Morehouse Publishing Co., 1923), 358-70, and Sergius Bulgakov, The Orthodox Church (London: Centenary Press, 1935), 133-34.

29 Tulisan berikutnya: Doktrin Pertobatan dalam Perjanjian Lama dan Doktrin Pertobatan dalam Perjanjian Baru, dan Bagaimana Mengkomunikasikan Doktrin Pertobatan dengan Jelas.

Taxonomy upgrade extras: 

2. Doktrin Pertobatan Dalam Perjanjian Lama

I. Pendahuluan

Dalam Ezek 18 :21-22 Tuhan bicara pada Israel perkataan ini:

Tetapi jikalau orang fasik bertobat dari segala dosa yang dilakukannya dan berpegang pada segala ketetapan-Ku serta melakukan keadilan dan kebenaran, ia pasti hidup, ia tidak akan mati. Segala durhaka yang dibuatnya tidak akan diingat-ingat lagi terhadap dia; ia akan hidup karena kebenaran yang dilakukannya.

Apakah itu injilnya ? Apakah PL mengajarkan bahwa seseorang yang telah berbalik dari dosa untuk mendapat keselamatan?

Kata Ibrani yang berkaitan dengan keselamatan biasanya umum dan tidak spesifik. Sehingga, kita harus melihat pada konteks untuk menentukan tipe keselamatan apa yang sedang dibahas. Ini juga berlaku untuk istilah keselamatan dalam bahasa Inggris. Sebagai contoh, seruan “Aku telah selamat!” bisa banyak artinya tergantung pada konteks yang dibicarakan atau ditulis. Seseorang yang diselamatkan dari sungai yang dingin bisa berkata, “Aku telah diselamatkan dari kuburan air. Lee Iacocca, the Chief Executive Officer dari Chrysler Corporation, saat menerima pinjaman sebesar $1.5 billion dari pemerintah U.S. bisa berkata, Chrysler telah diselamatkan dari kebangkutan. Suatu hukuman mati yang kemudian diampuni oleh Presiden bisa berkata, Hidupku telah diselamatkan. Hanya dalam konteks tujuan kekal pandangan ini bisa berarti Aku telah diselamatkan dari hukuman kekal. Ini kelihatan hal yang jelas tapi sangat kurang disadari dalam pembahasan mengenai hal ini. Sebenarnya, hal ini sangat berkaitan dengan pembahasan dan sangat tidak jelas bagi mereka yang menulis dan berkotbah tentang doktrin keselamatan PL.

Ada 15 kata Ibrani yang berbeda untuk keselamatan yang biasa digunakan dalam PL. Sebagian besar rujukan keselamatan menunjuk pada keselamatan sementara: dari musuh, dari kematian fisik, dan berbagai macam masalah.30

Sebagai contoh, lima kata PL yang paling umum dan paling penting untuk keselamatan adalah ya„sha‘, pa„da, ga„‘al, ma„lat, and na„tzal. dari 812 penggunaan istilah ini dalam PL, hanya 58 (7.1%) menunjuk pada keselamatan kekal.31 Istilah yang menunjuk pada keselamatan yang akan datang bagi bangsa Israel oleh Tuhan –juga suatu tema dalam PB (Rom 11:26). Dalam beberapa kasus Mesias diindikasi sebagai Juruselamat (Mic 5 :2, 6; Zech 9 :9-10). Sangat menarik untuk diperhatikan bahwa ayat ini berurusan dengan fakta kerajaan yang akan datang, bukan kondisi atau masuk kedalamnya.

Sebagai tambahan, ada beberapa bagian Alkitab dalam PL yang menunjuk pada keselamatan kekal, tapi tanpa menggunakan istilah keselamatan: Gen 3: 15; 15:6; Ps 22:27; Isa 6:10; 10:21; 19:22; 52:1-53:12; Jer 24:7; 31:31-34; and Hab 2:4.

Pertimbangan akan diberikan pada istilah PL yang berkaitan dengan pertobatan. Pembaca harus mengingat bahwa tujuan kita bukan hanya menemukan pengajaran PL tentang peran pertobatan dalam keselamatan kekal. Tapi, tujuan kita adalah menemukan pengajaran PL tentang peran pertobatan dalam semua tipe keselamatan.

II. Tidak Ada Istilah Teknis
dalam PL untuk Pertobatan

Para sarjana setuju bahwa tidak ada kata PL yang digunakan untuk merujuk pada pertobatan.32 Bagaimanapun, 2 kata sering dikutip untuk arti itu. Kata-kata ini adalah shu‚b dan na„ham.

III. Shu‚b

Istilah ini merupakan kata paling umum ke12 dalam PL.33 Memiliki arti dasar berbalik, kembali kebelakang, kembali, atau memberikan kembali.34 Pada umumnya penggunaannya menunjuk pada perubahan arah. Sebagai contoh, Musa setelah dari tabernakel, kembali ke tenda (Exod 33:11). Kata ini digunakan 1,056 dalam PL hanya 203 muncul dalam konteks agama.35 Dari semua hanya satu bagian dari penggunaan agama yang menunjuk pada pertobatan Israel pada Tuhan.36

    A. Berbaliknya Tuhan

Ada empat katagori berbalik pada Tuhan dalam PL. keempatnya dari syarat berkat/kutuk dalam Perjanjian Musa (cf. Leviticus 26; Deuteronomy 28) dimana Tuhan menjanjikan kalau Dia akan memberkati ketaatan dan mengutuk ketidaktaatan.

Natur shu‚b yang non-teknikal menunjukan fakta bahwa itu sering digunakan untuk menunjuk pada berbalik ke Tuhan. Jelas, jika itu merupakan istilah teknis yang selalu menunjuk pada berbalik dari jalan seseorang yang berdosa, itu tidak akan pernah digunakan untuk Tuhan.

1. Empat Kategori dari Berbali pada Tuhan.

Pertama, Tuhan mengembalikan kejahatan atas Israel. Dia menarik berkatNya dan mengirim penghukuman sementar saat bangsa itu berbalik dari ketaatan mereka padaNya.37

Kedua, Tuhan berbalik (atau secara negative, tidak berbalik) dari kemarahanNya kepada Israel. Dia menarik penghukuman sementara dan mengirimkan berkat saat bangsa berbalik dari perbuatan dosanya dan kembali taat kepadaNya.38

Ketiga, Tuhan mengembalikan Israel kepada berkat sebelumnya. Kapanpun Israel berbalik pada Tuhan dari jalannya yang berdosa, Dia mengembalikan berkat bangsa itu.39 Dalam beberapa teks berkat spesifik yang telah Tuhan janjikan dan sediakan adalah mengembalikan bangsa itu ketanah perjanjian.

Keempat, Tuhan kembali kebangsa itu.40 Dalam ketiga tipe Tuhan kembali yang sudah kita bahas, selalu ada spesifik objek yang ditunjukan dalam konteks (i.e., Dia membalikan kejahatan; Dia menarik murkaNya, Dia mengembalikan berkatNya). Walau begitu, dalam bagian yang memuat tipe keempat berbalik ini, tidak ada spesifik objek yang disebutkan. Ekspresi ini umumnya menunjuk pada Tuhan menyingkirkan penghukuman sementara dan mengirimkan berkat sementara.

2. Sementara, tidak kekal, berkat dan kutuk. Dengan pengecualian Jer 32:40 (yang menunjuk pada berkat millennial atau kekal yang Tuhan janjikan kepada Israel sebagai bagian dari Perjanjian Baru), berbaliknya Tuhan atau menjauh dari bangsa dengan berkat atau kutuk selalu menunjuk pada pengalaman sementara. Kemarahan Tuhan dalam PL tidak berkaitan dengan keselamatan kekal atau penghukuman kekal.

3. Israel menuai apa yang ditabur. Saat bangsa itu taat, Tuhan mengirim berkat. Saat dia tidak taat, Dia mengirim kutuk. Kasih Tuhan bagi bangsa itu menggerakkanNya untuk mendisiplin dan memberi hadiah bagi umat pilihanNya agar mereka bisa belajar untuk mentaatiNya.

    B. Berbaliknya Israel

1. Konsep Alkitab. Seperti ditunjukan dalam bagian sebelumnya, catatan PL menunjukan bahwa bangsa Israel terus menerus menjauh dari Tuhan. Dalam setiap kesempatan bangsa itu mengalami penghakiman sementara (menuai kutuk Perjanjian Musa) yang mengharuskan mereka untuk berbalik kepada Tuhan. Ada 3 kategori berbaliknya Israel, secara teologis ditemukan dalam PL.

Pertama, Israel menjauh dari Tuhan karena ketidaktaatan. Israel menjauh dari Tuhan karena menyembah berhala41 dan bentuk lain dari ketidaktaatan.42

Bagian Alkitab berikut menggambarkan hal ini.

sebab orang Amalek dan orang Kanaan ada di sana di depanmu dan kamu akan tewas oleh pedang; dari sebab kamu berbalik membelakangi TUHAN, maka TUHAN tidak akan menyertai kamu. (Num 14:43, italics mine).

Tetapi apabila hakim itu mati, kembalilah mereka berlaku jahat, lebih jahat dari nenek moyang mereka, dengan mengikuti allah lain, beribadah kepadanya dan sujud menyembah kepadanya; dalam hal apapun mereka tidak berhenti dengan perbuatan dan kelakuan mereka yang tegar itu. Apabila murka TUHAN bangkit terhadap orang Israel,. . . Lalu berserulah orang Israel kepada TUHAN, maka TUHAN membangkitkan seorang penyelamat bagi orang Israel, yakni Otniel, anak Kenas adik Kaleb . . . Lalu amanlah negeri itu empat puluh tahun lamanya. Kemudian matilah Otniel anak Kenas. Tetapi orang Israel melakukan pula apa yang jahat di mata TUHAN; lalu Eglon, raja Moab, diberi TUHAN kuasa atas orang Israel, oleh sebab mereka telah melakukan apa yang jahat di mata TUHAN.... Lalu orang Israel berseru kepada TUHAN, maka TUHAN membangkitkan bagi mereka seorang penyelamat yakni Ehud, anak Gera . . . Setelah Ehud mati, orang Israel melakukan pula apa yang jahat di mata TUHAN. Lalu TUHAN menyerahkan mereka ke dalam tangan Yabin, raja Kanaan . . . (Judg 2:19-20; 3:9, 11-12, 15; 4:1-2, italics mine).

Natur non-teknis dari shu‚b lebih jauh dilihat dalam hal saat itu menunjuk pada Israel sering berkaitan dengan menjauh dari Tuhan kepada jalan yang berdosa.

Kedua, bangsa berbalik pada Tuhan dalam ketaatan. Israel kembali kepada Tuhan dengan menjauh dari penyembahan berhala43 dan dari bentuk lain dari ketidaktaatan.44 Ketaatan merupakan kondisi bagi keselamatan sementara dari kutuk Perjanjian Musa (cf. Leviticus 26; Deuteronomy 28). Menjauh dari praktek berdosa tidak pernah dinyatakan dalam PL sebagai syarat lolos dari murka kekal.45

Satu pasal dalam PL kelihatannya bertentangan dengan point yang baru dibuat. Ezekiel 18 menghubungkan hidup dengan berbalik dari praktek berdosa seseorang dan kematian karena gagal hidup benar. Ayat berikut mewakili hal itu:

hidup menurut ketetapan-Ku dan tetap mengikuti peraturan-Ku dengan berlaku setia--ialah orang benar, dan ia pasti hidup, demikianlah firman Tuhan ALLAH (Ezek 18 :9).

Orang yang berbuat dosa, itu yang harus mati . (Ezek 18:20).

Tetapi jikalau orang fasik bertobat dari segala dosa yang dilakukannya dan berpegang pada segala ketetapan-Ku serta melakukan keadilan dan kebenaran, ia pasti hidup, ia tidak akan mati (Ezek 18:21).

Kalau orang benar berbalik dari kebenarannya dan melakukan kecurangan sehingga ia mati, ia harus mati karena kecurangan yang dilakukannya (Ezek 18:26).

Sebab Aku tidak berkenan kepada kematian seseorang yang harus ditanggungnya, demikianlah firman Tuhan ALLAH. Oleh sebab itu, bertobatlah, supaya kamu hidup! (Ezek 18:32).

Sebagian menafsirkan ayat diatas dalam arti bahwa keselamatan kekal mensyaratkan atas berbaliknya seseorang dari dosanya.46 Tafsiran itu tidak berdasar.

Tidak ada referensi dalam Ezekiel 18 dengan Lautan Api, kematian kekal, kehidupan kekal, masuk kedalam kerajaan Allah, dipisahkan dari kerajaan, pembenaran, atau apapun yang secara tidak langsung dihubungkan dengan penghukuman kekal. Pasal itu tidak pernah dikutip dalam PB berkaitan dengan hal diatas. Apa yang menjadi masalah dalam Ezekiel 18 adalah hidup dan mati –kehidupan fisik dan kematian fisik. Istilah Ibrani bagi kehidupan dan kematian umumnya digunakan dengan cara ini diseluruh PL.47

Dyer berkomentar:

Tuhan tidak mengatakan kalau Israel yang diselamatkan akan kehilangan keselamatan kekalnya jika dia jatuh kedalam dosa. Baik berkat dan hukuman disini bersifat sementara, bukan kekal. Penghukumannya berupa kematian fisik (cf. vv 4, 20, 26), bukan penghukuman kekal.48

Mirip dengan itu, dalam pendahuluan pembahasannya tentang Ezekiel 18, Charles Feinberg menulis, Subjek pembenaran melalui iman jangan ditekankan dalam pasal ini; itu tidak dibahas.49 Sebelumnya, berkomentar atas ayat 9 (yang menunjuk pada hidup yang disyaratkan atas ketaatan pada Hukum Musa) dia menulis, Pernyataan ini, harus kita perhatikan sekali lagi, tidak membahas tentang kehidupan kekal, tapi hidup didunia. Kehidupan kekal tidak didapat atas dasar yang disebutkan dalam bagian Alkitab ini.50

Motif berkat/kutuk merupakan tema penting PL. Syarat Perjanjian Musa dinyatakan dalam Leviticus 26 dan Deuteronomy 28. Ketaatan akan diberikan berkat sementara. Tidak taat akan mendatangkan kutuk sementara yang akan semakin intensif sampai bangsa itu kembali kepada Tuhan. Walau keselamatan merupakan pembahasan Ezekiel 18, tapi sama sekali tidak membahas tentang keselamatan kekal. Seperti tulisan Ross, Diseluruh PL keselamatan atau penyelamatan Israel berkaitan dengan janji dari perjanjian yang berhubungan dengan hidup dalam dunia ini sebagai umat Tuhan (italics dari saya).51

Ada banyak contoh PL tentang berkat dan kutuk, baik berkaitan dengan bangsa dan individu didalamnya. Seseorang mungkin langsung melihat, Abraham (Gen 24:1; Heb 11:8-19), Moses (Exod 14:30-31; Num 20:12; Heb 11:23-29), peristiwa lembu emas (Exod 32:34-35), Joshua and Caleb (Num 14:30-45), pemberontakan Korah (Num 16), Nadab and Abihu (Lev 10:1-3), Achan (Josh 7:1-26), Gideon (Judg 6:11-28), David (2 Sam 1-10, dibawa berkat; 12-22, dibawa kutuk), Solomon (I Kgs 3:5-15; 4:20-34; 11:1-13), dan kejatuhan kerajaan utara (2 Kgs 17:5-18) dan Selatan (2 Kgs 24:1-25:21). Ini tidak berarti bahwa seluruh berkat dan hukuman dalam PL merupakan hasil langsung dari ketaatan atau ketidaktaatan (cf. Job; Luke 16:19-31; John 9:2-3). Kadang Tuhan mengijinkan orang benar untuk menderita dan orang jahat berkelimpahan. Walau begitu, artinya adalah ketaatan membawa berkat sementara dan ketidaktaatan membawa hukuman sementara.

Ezekiel 18 hanyalah salah satu contoh motif berkat/kutuk dalam PL.

Ketiga, suatu hari bangsa itu akan kembali kepada Tuhan dalam iman. Sejumlah kecil tulisan PL menggunakan istilah shu‚b untuk menunjuk pada berbaliknya Israel dimasa depan (dan Mesir dan kesudahan dunia) kepadan Tuhan. Dalam konteks ini (cf. Ps 22:27; Isa 6:10; 10:21; 19:22; Jer 24:7) berbalik pada Tuhan digunakan dengan berbelit-belit bagi iman.

Isaiah 6:10 menggambarkan bagaimana kesimpulan ini ditarik. Ayat itu bicara tentang berbalik pada Tuhan dan disembuhkan. Kristus menafsirkan bagian ini bagi para murid. Setelah menceritakan Perumpamaan Penabur, sebagai pengantar pada penjelasan artinya, Yesus mengutip bagian ini. Dia mengutip referensi Yesaya akan Tuhan dengan menerima Firman dan percaya pada Injil (cf. Matt 13:3-23; Luke 8:5-15, esp. w 12-13). Dia juga mengidentifikasi kesembuhan yang dibicarakan sebagai keselamatan kekal (Luke 8:12).

2. Konsep Extra-Biblical. Bagaimana Rabi Yahudi mengerti pengajaran keselamatan dalam PL?

Konsep rabbinic akan teshu‚bah. Selama dua abad sejak kelahiran Kristus, rabi dan penulis Yahudi lainnya banyak menulis. Tulisan mereka mencerminkan pengertian yang berbeda dari yang saya katakan mengenai penggunaan shu‚b dalam PL. (Teshu‚bah adalah bentuk kata benda dari shu‚b.)

Para Rabbi merupakan pengajar Hukum Musa. Mereka mengajar di sinagoge dan beberapa pengajaran mereka ditulis dalam Mishnah dan Talmud.

Mengenai keselamatan kekal, para rabi mengajarkan bahwa kondisi untuk mendapatkan bagian dalam dunia yang akan datang adalah taat pada Hukum (cf. Aboth 2:7). Tapi, mereka juga percaya pada anugrah. Mereka mengajarkan bahwa Tuhan akan mengampuni ketidaktaatan jika seseorang dengan sungguh berbalik dari dosanya dan membuat pendamaian yang diperlukan.

Mengutip pengajaran rabinis mengenai kondisi dari keselamatan kekal Herford menulis, Tidak cukup hanya sekedar mengetahui kehendak Allah atau percaya akan hal itu, atau dalam Tuhan yang menghendakinya. Diatas semua itu kita harus melakukannya. 52

Sama dengan itu Moore menulis:

Untuk dosa …. Hanya satu obat, anugrah pengampunan Allah, dan conditio sine qua non dari pengampunan adalah pertobatan, yaitu penyesalan, perbaikan sakit terhadap orang lain, dan perubahan tindakan dilakukan dan terus dipertahankan dengan tujuan yang tulus diluar motif agama.53

Para rabi percaya bahwa orang benar pasti mendapat tempat didunia yang akan datang dan orang jahat tidak. Mengenai pandangan mereka mengenai nasib mereka yang tidak sepenuhnya benar atau tidak sepenuhnya jahat Moore berkomentar:

Sekolah Shammai berpendapat bahwa mereka yang jahat dan baik, berbicara equilibrium, akan keneraka, dan terjun dan keatas, dan bangkit dan disembuhkan . . . bagi mereka api Gehenna bersifat purgatorial; mereka dimurnikan seperti perak dan ditapis seperti emas. Sekolah Hillel berpendapat bahwa Tuhan didalam belas kasihnya yang melimpah …. Cenderung untuk berpihak pada belas kasihan, dan tidak mengirim mereka ke Gehenna sama sekali.54

Kedua sekolah rabi ini setuju kalau semua kecuali yang sangat jahat akan mendapat tempat didunia yang akan datang. Tanda kecenderungan para rabi adalah membatasi, dalam cara yang memungkinkan, jumlah orang Israel yang tidak mendapat bagian didunia yang akan datang. Bagi mereka yang tidak bertobat adalah suatu penghalang kepada kebahagiaan mutlak.55

Selain tulisan rabinis didalam Mishnah dan Talmud, ada juga banyak buku yang ditulis oleh penulis Yahudi dipertengahan akhir periode intertestamental. Tulisan ini dikenal sebagai PL Apokrifa (atau Pseudepigrapha). Mereka non-canonical, tulisan yang tidak diinspirasi.

PL Apokrifa berbicara mengenai Tuhan menimbang perbuatan baik dan jahat untuk menentukan tujuan kekal mereka (Testament of Abraham 13:1-2, 9-14; 1 Enoch 41:1-2; 61:8). Syarat keselamatan kekal adalah ketaatan pada Hukum Tuhan (2 Baruch 51:3,7; 4 Ezra 7:19-22, 33-39; 9:3~37).

Orang Farisi dimasa Yesus adalah gambaran yang baik akan tipe legalistic, pemikiran yang membenarkan diri sendiri (cf. Luke 18:9-14).

Pengajaran Katolik Roma mengenai purgatory setidaknya berasal dari PL Apokrifa (2 Maccabees 12:39-45).

Menilai konsep rabinis tentang teshu‚bah. PL tidak mendukung pengertian rabinis. PL mengajarkan bahwa keselamatan kekal adalah melalui anugrah Allah dan itu diterima melalui respon iman manusia, bukan melalui tindakan kebaikan atau dengan berbalik dari setiap dosanya (cf. Gen 15:6; Hab 2:4). Tidak ada bukti dalam PL mengenai purgatory atau mengenai sebagian besar orang pasti masuk kedalam kerajaan Allah. Walau ada beberapa bagian PL yang merujuk pada keselamatan kekal (e.g., Gen 3:15;22:1-l9; Isa 12:23; 45:22; 49:6ff; 52:13-53:12; Jer 31:7; 46:27; Zech 8:7; 9:9, 16), hanya ada beberapa yang berurusan dengan kondisi manusia dari keselamatan kekal, yaitu iman (Gen 15:6; Hab 2:4).56

Bagian yang paling utama sebagai cara pandang pengajaran PL mengenai keselamatan adalah Gen 15:6: Lalu percayalah Abram kepada TUHAN, maka TUHAN memperhitungkan hal itu kepadanya sebagai kebenaran. Genesis 15:6 adalah John 3:16 nya PL. Hanya satu syarat yang diberikan: percaya pada Tuhan.

Apa yang dipercaya Abraham tentang Allah? Dia percaya bahwa Allah akan mengampuni dosanya dan memberikan dia tempat dalam kerajaanNya yang akan datang. Tentu, pada saat itu pengertian Abraham mengenai Mesias dan pekerjaanNya belum sepenuhnya dikembangkan.57 Pengertiannya mungkin bertumbuh sebagai hasil dari permintaan Tuhan untuk mengorbankan anaknya dan pada saat terakhir menyediakan gantinya (Genesis 22).58 Tapi, jelas dari penggunaan Paulus akan teks ini bahwa itu bersifat keselamatan, merujuk pada pembenaran Abraham melalui iman semata (Gal 3:6-14; Rom 4:1-25). Walau Abraham melakukan banyak pekerjaan baik, tidak satupun yang mendatangkan pembenaran dihadapan Allah..

Bagian PL kedua, Hab 2 :4, juga mengajarkan bahwa satu-satunya syarat PL untuk keselamatan kekal adalah iman kepada Tuhan. Konteks berkaitan dengan invasi Babilon. Orang sombong akan digunakan oleh Tuhan untuk menghukum Israel. Karena orang sombong tidak disukai Tuhan, mereka pada akhirnya juga akan jatuh. (kesombongan mendahului kejatuhan.) Akah hidup disini janji potensi atau perintah. Seorang yang diterima Allah melalui iman semata memiliki potensi untuk hidup, lepas dari penghukuman sementara Allah. Dia menyadari bahwa potensi hidup sejalan dengan kebenaran saat dia bersama dengan Tuhan.

Penggunaan Paulus akan ayat ini menegaskan pengertian ini. Dia menggunakannya untuk menunjukan bahwa seseorang mendapatkan kebenaran Tuhan melalui iman semata (Rom 1:17; Gal 3:11). Nygren dengan meyakinkan menunjukan bahwa saat Paulus mengutip Hab 2:4 dalam Rom 1:17 dia menggabungkan orang benar dan melalui iman dalam cara dimana mereka dilihat sebagai satu unit: Dia yang melalui iman adalah benar.59 Didalam Roma 1-4 Paulus menjelaskan ekspresi, dia yang beriman adalah benar. Kemudian didalam pasal 5-8 dia berurusan dengan perkataan Rom 1:17, akan hidup. Orang yang dibenarkan melalui iman semata bebas dari murka Allah (Romans 5), dari dosa (Romans 6), dari taurat (Romans 7), dan dari kematian (Romans 8). Semua ini benar bagi kita orang percaya dan dasar bagi perjuangan kita melawan daging untuk menghidupi natur baru kita (cf. Rom 6:11-13; 8:12-17; 12:1-15:13).

Manusia dibenarkan dihadapan Tuhan melalui iman (Rom 1:17-4:25; Gal 3:6-14). Tapi hanya melalui kehidupan baru seseorang yang dibenarkan melalui iman mempertahankan kehidupan sementaranya (Rom 8:13; Heb 10:37-38). Romans 8:13 mengandung bayangan kembali Rom 1:17 dan Hab 2:4. Disana Paulus mengatakan kepada orang percaya, mereka yang dibenarkan oleh iman dan yang secara kekal sudah aman (Rom 8:38-39), jika kamu hidup menurut daging, kamu akan mati; tetapi jika oleh Roh kamu mematikan perbuatan-perbuatan tubuhmu, kamu akan hidup.

Seperti yang telah disebutkan diatas, beberapa bagian PL (Ps 22:27; Isa 6:10; 10:21; 19:22; Jer 24:7) merujuk pada masa depan Israel dan bangsa lain kepada Tuhan dalam iman. Mereka menegaskan pengertian kita akan Gen 15:6 dan Hab 2:4—bahwa satu-satunya syarat PL untuk mendapatkan keselamatan kekal adalah sepenuhnya percaya pada Tuhan dan syarat utamanya terhadap dosa seseorang.

Pengertian dari pengajaran PL mengenai kondisi manusia dan keselamatan kekal ditegaskan oleh beberapa bagian PB.

Mengomentari pengajaran PL tentang keselamatan kekal, Paulus menulis dalam Rom 4:3-8:

Sebab apakah dikatakan nas Kitab Suci? Lalu percayalah Abraham kepada Tuhan, dan Tuhan memperhitungkan hal itu kepadanya sebagai kebenaran. Kalau ada orang yang bekerja, upahnya tidak diperhitungkan sebagai hadiah, tetapi sebagai haknya. Tetapi kalau ada orang yang tidak bekerja, namun percaya kepada Dia yang membenarkan orang durhaka, imannya diperhitungkan menjadi kebenaran. Seperti juga Daud menyebut berbahagia orang yang dibenarkan Allah bukan berdasarkan perbuatannya: Berbahagialah orang yang diampuni pelanggaran-pelanggarannya, dan yang ditutupi dosa-dosanya; berbahagialah manusia yang kesalahannya tidak diperhitungkan Tuhan kepadanya ..

Demikian juga dalam Gal 3:6-14 Paulus menulis:

Secara itu jugalah Abraham percaya kepada Allah, maka Allah memperhitungkan hal itu kepadanya sebagai kebenaran. Jadi kamu lihat, bahwa mereka yang hidup dari iman, mereka itulah anak-anak Abraham. Dan Kitab Suci, yang sebelumnya mengetahui, bahwa Allah membenarkan orang-orang bukan Yahudi oleh karena iman, telah terlebih dahulu memberitakan Injil kepada Abraham: Olehmu segala bangsa akan diberkati. Jadi mereka yang hidup dari iman, merekalah yang diberkati bersama-sama dengan Abraham yang beriman itu. Karena semua orang, yang hidup dari pekerjaan hukum Taurat, berada di bawah kutuk. Sebab ada tertulis: Terkutuklah orang yang tidak setia melakukan segala sesuatu yang tertulis dalam kitab hukum Taurat. Dan bahwa tidak ada orang yang dibenarkan di hadapan Allah karena melakukan hukum Taurat adalah jelas, karena: Orang yang benar akan hidup oleh iman. Tetapi dasar hukum Taurat bukanlah iman, melainkan siapa yang melakukannya, akan hidup karenanya. Kristus telah menebus kita dari kutuk hukum Taurat dengan jalan menjadi kutuk karena kita, sebab ada tertulis: Terkutuklah orang yang digantung pada kayu salib! Yesus Kristus telah membuat ini, supaya di dalam Dia berkat Abraham sampai kepada bangsa-bangsa lain, sehingga oleh iman kita menerima Roh yang telah dijanjikan itu.

Juga, penulis kitab Ibrani menulis dalam Heb 10:1-4:

Di dalam hukum Taurat hanya terdapat bayangan saja dari keselamatan yang akan datang, dan bukan hakekat dari keselamatan itu sendiri. Karena itu dengan korban yang sama, yang setiap tahun terus-menerus dipersembahkan, hukum Taurat tidak mungkin menyempurnakan mereka yang datang mengambil bagian di dalamnya. Sebab jika hal itu mungkin, pasti orang tidak mempersembahkan korban lagi, sebab mereka yang melakukan ibadah itu tidak sadar lagi akan dosa setelah disucikan sekali untuk selama-lamanya. Tetapi justru oleh korban-korban itu setiap tahun orang diperingatkan akan adanya dosa. Sebab tidak mungkin darah lembu jantan atau darah domba jantan menghapuskan dosa.

Luke 18:9-14 dan John 1:29, bagian sebelum Salib, juga menegaskan bahwa keselamatan kekal menurut PL hanya melalui anugrah melalui iman dan bukan hasil dari pekerjaan baik.

PL mensyaratkan keselamatan kekal hanya pada iman semata. Sistem korban dibentuk untuk membawa pemuja agar bisa melihat keberdosaan mereka dan meletakan iman mereka kepada Allah sebagai satu-satunya harapan mereka masuk pada kerajaan (cf. Luke 18:13-14; Heb 10:1ff).

Mengapa banyak yang salah? Seseorang mungkin bertanya mengapa saat Yesus datang sebagian besar orang Yahudi menolak Dia dan beritaNya John 1 :11). Jika PL berpikir bahwa satu-satunya syarat keselamatan kekal adalah beriman kepada Tuhan, mengapa sebagian besar berpikir kalau syaratnya menaati Taurat?

Dari situ kita bisa mengatakan PB, banyak Yudaism memegang kuat legalism, sebagai bukti melalui perilaku orang Farisi (Mate 23; Luke 18:9-14). Sebagian besar bangsa menolak Yesus Kristus John 1:11). Mereka tidak ingin mengakui fakta bahwa mereka sakit dan perlu diselamatkan (Luke 5:31). Sebagian besar berusaha mencapai Allah melalui cara mereka –berusaha mendirikan kebenaran mereka sendiri daripada menerima pembenaran yang ditawarkan secara cuma-cuma oleh Tuhan (Rom 10:2-3;1 Cor 1:23).

Jalan sempit menunju pada kehidupan dan sedikit yang memutuskan untuk menemukannya (Matt 7:13-14; John 14:6). Itu terjadi dalam periode intertestamental dimasa Yesus, dan masih seperti itu sampai sekarang.

Akan menjadi salah jika kita berpikir kalau semua orang Yahudi menolak keselamatan yang ditawarkan secara cuma-cuma oleh Yesus. Sebagian memang menerima tawaranNya dan percaya kepadaNya (John 1:12). Memang, Yohanes dan Lukas melaporkan bahwa banyak (menunjukan suatu jumlah yang besar, bukannya mayoritas) imam dan pemimpin Yahudi beriman pada Yesus Kristus (John 12:42; Acts 6:7). Bahkan Saulus dari Tarsus, musuh utama Injil Anugrah dan Salib Kristus, percaya pada Yesus Kristus sebagai satu-satunya harapan disorga dan menjadi Rasul orang non-Yahudi (Gal 1:11-3:14).

    C. Kesimpulan

Istilah shu‚b digunakan dalam PL untuk merujuk pada berbaliknya Israel atau menjauh dari Allah dan berbaliknya Allah terhadap bangsa itu dengan berkat atau menjauh dari mereka dengan kutuk. Didalam sebagian besar konteks berkat atau kutuk temporal dalam bahasan. Didalam beberapa bagian, ekspresi ‘berbalik kepada Tuhan’ digunakan untuk merujuk pada keselamatan kekal yang akan datang bagi bangsa. Didalam konteks berbalik pada Tuhan digunakan sebagai sebutan untuk iman.

Sumber Extra-biblical Yahudi (PL Apocrypha, Talmud, Mishnah) menunjukan kalau para rabi dari periode intertestamental dan masa Yesus berpegang pada pandangan legalistic akan syarat keselamatan. Mereka percaya keselamatan melalui anugrah melalui kesetiaan bukan pengajaran PL mengenai keselamatan melalui anugrah dan melalui iman.

IV. Na„ham

Istilah lain yaitu na„ham didalam PL berarti menyesali atau ‘menenangkan diri.60 Ini muncul 108 kali dalam PL, tapi hanya tiga penggunaannya yang berkaitan dengan pertobatan manusia.

Natur non-teknis dari istilah ini ditunjukan dalam sebagian besar penggunaan teologis yang merujuk pada apa yang disebut repentance of God.61

Dua bagian yang menggunakan na„ham untuk merujuk pada keselamatan manusi berkaitan dengan keselamatan temporal bukan kekal. Jeremiah 8:6 menunjukan, karena bangsa tidak menyesali kejahatan mereka (i.e., pemujaan berhala) hukuman temporal diberikan. Ayub 42:6 berkaitan dengan kesedihan Ayub atas perkataan bodoh yang diucapkannya selama ujian.

Jeremiah 31:19 berkata bahwa setelah Israel berbalik kepada Tuhan, dia akan menyesali tindakannya. Bagian ini merujuk pada pemulihan Israel dimasa mendatang oleh Allah. Setelah bangsa itu kembali pada Tuhan dalam iman, Israel akan menyesali ketidaktaatan dan ketidakpercayaannya selama ini.

V. Kesimpulan

Konsep pertobatan manusia dalam PL ada dua. Pertama dan yang terutama berarti berbalik kepada atau menjauh dari sesuatu (shu‚b). Kedua tapi jarang adalah menyesali tindakan sebelumnya (na„ham).

Syarat PL terhadap keselamatan sementara adalah berbalik dari dosa. Tuhan berjanji memberkati Israel jika dia taat dan mengutuk jika dia tidak taat. Ada banyak contoh dalam PL mengenai bangsa atau pribadi Israel yang mengalami kutuk saat mereka menjauh dari Allah dan berkat saat mereka berbalik kepada Tuhan.

PL tidak pernah, mensyaratkan keselamatan kekal adalah berbalik dari dosa seseorang. Keselamatan kekal dalam PL semata didasarkan atas berbalik pada Tuhan melalui iman.

Keselamatan kekal selalu oleh anugrah melalui iman. Inilah mengapa Mesias harus mati disalib untuk dosa keturunan Adam.

Kita sekalian sesat seperti domba,

masing-masing kita mengambil jalannya sendiri,

tetapi TUHAN telah menimpakan kepadanya kejahatan kita sekalian .
(Isa 53:6)

Used by permission:
Journal of the Grace Evangelical Society
Volume 2, No. 1 -- Spring 1989


30 Untuk diskusi lebih lanjut tentang keselamatan PL dan penekanan sementaranya, lihat James K. Zink, Salvation in the Old Testament: A Central Theme,. Encounter 25 (1964): 405-414; Allen R Ross, The Biblical Method of Salvation: A Case for Discontinuity, 161-78, 352-56 in Continuity and Discontinuity: Perspectives on the Relationship Between the Old and New, Testaments (Westchester, IL: Crossway Books, 1988), edited by John S. Feinberg; Colin Brown, s.v. Redemption, NIDNTT, 3 vols. (Grand Rapids: Zondervan Publishing House, 1978) 3: 201-209.

31 Figure ini datang dari penyelidikan pribadi penulis. Ke 58 referensi mengenai keselamatan kekal termasuk 2 Sam 23:5, Ps U:7; 49:15; 53:6; 130:7, 8; Isa 1:27; 12:2 (twice), 3; 19:20; 25:9 (twice); 33:22; 35:4, 9, 10; 45:17, 22; 49:6, 8, 24, 25 (twice); 51:6, 8, 11; 52:7, 9, 10; 56:1; 62:1, 11, 12; Jer 23:6; 30:7, 10, 11; 31:7; 33:16; 46:27; Ezek 34:12, 22, 27; 36: 29; 37:23; Dan 12:1; Hos 13:14; Mic 5:6; Zeph 3:17;19; Zech 8:7, 13;10:6, 8; 9:9, 16; 12:7.

32 Lihat Aloys Dirksen, The New Testament Concept of Metanoia, 148, William Holladay, The Root suŒb‚h the Old Testament, 156-57; C. G. Montefiore, Rabbinic Conceptions of Repentance, Jewish Quarterly Review 16 (1904): 212-13; George Foot Moore, Judaism in the first Centuries of the Christian Era, the Age of the Tannaim, 3 vols., 1: 507; Theological Dictionary of the New Testament, s.v. metanoeo, metanoia, by E. Wurthwein, 4 (1967): 980.

33 Holladay, SUBH, 2.

34 Brown, Driver, and Briggs, A Hebrew and English Lexicon of the Old Testament s.v. shu‚b, 996-97; Holladay, SUBH, 51-115.

35 Wurthwein berpendapat (metanoia, 984), tapi tidak ditunjukan, bahwa hanya ada sekitar 118 penggunaannya secara teologis. Holladay (SUBH, 116) berpendapat bahwa ada 144 penggunaan untuk perjanjian. Dari kata kerja dan 19 dari kata benda dan kata sifat. Bagaimanapun, penyelidikan saya menemukan 203 penggunaan untuk keagamaan. Lihat Robert N. Wilkin, Repentance as a Condition for Salvation in the New Testament. (Th.D. dissertation, Dallas Theological Seminary, 1985), 210-12 for a complete listing.

36 Jonah 3:5-10 menunjuk pada non-lsraelites (i.e., Ninevites). Mereka kembali kepada Tuhan sebagai hasilnya. Dia kemudian menjauhkan kemurkaanNya dari mereka.

37 Lihat Deut 23:14; Josh 24:20; Judg 9:56, 57, 1 Sam 25:39, 26:23, 2 Sam 16:8, 1 Kgs 2:32; Neh 4:4; Ps 7:12; 54:5.

38 Lihat 2 Chr 12:12; 29:10; 30:8, 9; Ps 78:38; 106:23; Isa 5 25; 9:12, 17, 21; 10:4; 12:1; Jer 4:8 28 18:20, 23:20, 30:24, Lam 2:8, Dan 9.16, Hos 14.4, Joel 2.14, Amos 1.3, 6 9, 11, ;3; 2;1, 4, 6; Jonah 3:9 (non-lsraelites).

39 See Deut 30:3; 2 Sam t5:25; 1 Kgs 8:34; 2 Chr 6:25; PI t4:7; 80:3, 7, 14, t9; Jer 32: 37; 33:7, 11; 42:12; Hos 6:11; Nah 2:2; Zeph 2:7.

40 See 2 Sam 16:12; 2 Chr 30:6, 9; Jer 15:t9; 18:8; 32:40; Zech 1:3; Mal 3:7.

41 See Judg 2:19; 8:33, 1 Kgs 9:6, Isa 57:17; Jer 11:10; Hos 11:7.

42 See Num 14:43 ;Josh 22:16, 18, 23, 29;1 Sam 15:11 ;Jer 34:16; Ezek 3:20;18:24, 26.

43 Penekanan besar dalam PL diletakan pada bangsa yang berbalik menjauh dari (atau gagal berbalik dari) penyembahan berhala dan kepada Tuhan. Panggilan kenabian untuk bertobat sering merupakan panggilan kepada bangsa untuk berbalik dari pemujaan berhalanya. Untuk contoh, lihat, Deut 4:30; i Sam 7:3; 1 Kgs 13:33; 2 Kgs V:13; 23:25; 2 Chr 7:14, 19; 15:4; 30:6, 9; 36:13; Isa 31 6; Jer 3:1, 7, 10, 12, A, 19, 22; 4:1; 8:4, 5; 18:8, 11; 25:s; 26:3; 35:15; 36:3, 7; 44:s; Ezek 14:6; and Hos 3:5; 5:4; 6:1; 11:5; 14:1, 2, 4. kutipan ini menunjuk pada penghukuman sementara yang diberikan atau ditiadakan tergantung pada apakah mereka kembali menyembah berhala atau tidak.

Dua bagian Alkitab, Isa 31:6-7 dan Hos 3:5, menunjukan bahwa dimasa kemudian –suatu rujukan pada Kerajaan Milenial –bangsa akan menyingkirkan berhala dan kembali kepda Tuhan dan takut padaNya. Maka itu walau PL melaporkan bahwa orang sering berbalik dari Tuhan kepada penyembahan berhala (walau salah satu raja terbesar Israel, Salomo mati sebagai penyembah berhala [l Kgs 11:1-13ff.]), itu juga menubuatkan suatu hari dimana semua itu tidak lagi melukiskan suatu bangsa.

44 Untuk contoh, lihat, Deut 30:2, 10; 1 Kgs 8 33, 35, 47, 48; 2 Chr 6:24, 26, 37, 38; Neh 1:9; 9:26, 29, 35; Job 22 23; 36:10; Ps 7 12; 51:13; Jer 5:3; 15:7; 23:14; 34:16; Dan 9:13; Amos 4:6, 8, 9, 10, 11; Jonah 3:8, 10.

45 Seseorang mungkin berpikir bahwa PL mengajarkan bahwa seorang penyembah berhala akan berbalik dari penyembahan itu untuk mendapat keselamatan. Bagaimanapun, tidak ada ayat yang mendukung pandangan ini. lihat footnote 14 diatas. Jika penyembah berhala tidak bisa masuk kedalam kerajaan Allah maka Salomo juga tidak (1 Kings lima very unlikely possibility in light of the way he is spoken of in the Old and New Testaments (cf. I Chr 22:10; 28 5-7; Matt 6:29; 12:42; Acts 7:47). Tentu saja, setiap orang yang percaya berhala agar bisa diberkati setelah hidup akan menyerahkan kepercayaannya untuk percaya hanya pada Allah Israel (cf. Acts V:30). Bagaimanapun, kelihatannya Israel tidak melepaskan berhala untuk alasan itu. Tapi, Israel menyembah berhala untuk bisa sama dengan bangsa disekeliling mereka dan mendapat berkat sementara jika mungkin.

46 Untuk contoh, lihat, G. A. Cooke, A Critical and Exegetical Commentary on the Book of Ezekiel (Edinburgh: T & T Clark, 1936), 201-202; Walther Eichrodt, Ezekiel: A Commentary (Philadelphia: Westminster Press, 1970), 242-49, esp. 244 (N.B.: Eichrodt suggests that both temporal and eternal salvation are in view); H. L. Ellison, Ezekiel: the Man and His Message (Grand Rapids: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1968), 74-75; John B. Taylor, Ezekiel: An Introduction and Commentary, Tyndale OT Commentary Series (Downers Grove, IL: Inter-Varsity Press, 1969), 150-52. In addition, see John Calvin, Commentaries on the first Twenty Chapters of the Book of the Prophet Ezekiel (Edinburgh: The Calvin Translation Society, 1850), 247-49, and Patrick Fairbairn, An Exposition of Ezekiel (Grand Rapids: Zondervan Publishing House, 1960), 198-202. Walau Calvin dan Fairbairn berpendapat bahwa Ezekiel 18 berkaitan dengan keselamatan kekal, mereka berpendapat bahwa kemampuan seseorang untuk berbalik dari dosanya dan melakukan yang baik merupakan karunia dari Tuhan dan diluar itu tidak mungkin terjadi. Mereka percaya bahwa Ezekiel 18 menunjukan manusia kebutuhan akan keselamatan dan anugrah.

47 Lihat Brown, Driver, Briggs, A Hebrew and English Lexicon of the old Testament, 311, 559-60.

48 Charles H. Dyer, Ezekiel, in The Bible Knowledge Commentary, Old Testament Edition (Wheaton: Victor Books, 1985), 1261, edited by John Walvoord and Roy Zuck.

49 Charles Lee Feinberg, The Propbecy of Ezekiel (Chicago: Moody Press, 1969), 99.

50 Ibid., 101.

51 Ross, The Biblical Method of Salvation, in Continuity and Discontinuity 163. Also see Zink, Salvation in the OT, 405-406.

52 R. Travers Herford, A Comparative Study of the Jewisb Ethical Teaching in the Rabbinical Sources in the Early Centuries (New York: KTAV Publishing House, 1971), 52. See also 141-42.

53 George Foot Moore, Judaism in the First Centuries of the Christian Era, the Age of the Tannaim, 3 vols. (Cambridge, MA: Harvard University Press, 1927-30), 2:319.

54 Ibid., 2:318.

55 C. G. Montefiore and H. Loewe, A Rabbinic Anthology (New York: Schocken Books, 1974), 327.

56 Sebagai tambahan, seperti yang dibahas diatas, bagian ini menunjuk pada pertobatan Israel dimasa datang dan bangsa lain kepada Tuhan dalam iman: Ps 22 :27; Isa 6: 10;10 :21; 19:22 ; Jer 24:7.

57 Lihat Ross, Salvation, 169-74. Para murid Yesus sendiri, yang mengetahui bahwa Dia adalah Mesias dan meletakan iman mereka dalamNya (Matt 16:16-19), terkejut saat Dia mengatakan pertama kali pada mereka bahwa dia akan mati (Matt 16:21-23~. Petrus bahkan menegur Yesus karena mengatakan hal itu. Beberapa orang percaya di PL percaya Mesias akan menghapus dosa mereka tanpa merenungkan bagaimana cara Dia melakukannya. Bagaimanapun respon Yesus pada Petrus dan murid lain, mereka cenderung tidak menerima tentang kematianNya (Matt 16:23-27) menunjukan bahwa orang percaya di PL bisa dan tahu mengenai hal ini. Simeon, jelas tahu. Saat Maria dan Yusuf membawa bayi Yesus ke Bait, Simeon memberikan nubuat tentang kematianNya (Luke 2:25-35). Genesis 22, Isaiah 53, dan sistem korban sangat jelas akan hal ini.

58 Sangat mungkin terlaksana, bahwa Abraham telah sepenuhnya mengembangkan konsep mesias diawal imannya. Tidak semua yang Tuhan katakan dalam PL ditulis dalam PL. Tuhan mungkin telah mengatakan pada Adam dan Hawa, tentang kebutuhan akan darah pengorbanan (Gen. 3:31). Jika demikian, Adam dan Hawa pasti meneruskan hal ini kepada keturunannya (Gen 4:5; Heb 11:4), dan mereka juga mengatakannya pada yang lain. Sangat mungkin Abraham sudah tahu akan hal ini –baik dari tulisan yang masih ada, dari tradisi oral, atau dari pernyataan langsung Tuhan sendiri.

59 Anders Nygren, Commentary on Romans (Philadelphia: Fortress Press, 1949), 81-92.

60 Brown, Driver, and Briggs, A Hebrew and English Lexicon of the Old Testament, s.v. na„ham, 636-37.

61 Kebanyakan penggunaannya non-teologi. Penggunaan teologisnya kebanyakan menunjuk pada apa yang disebut repentance of God. Untuk informasi lebih lanjut tentang makna na„ham saat digunakan dalam rujukannya pada Tuhan, lihat H. Van Parunak, The Repentance of God in the Old Testament (Th.M. thesis, Dallas Theological Seminary, 1975).

Taxonomy upgrade extras: 

3. Pertobatan dalam Perjanjian Baru: Pertimbangan Lexical

I. Pendahuluan

Dia lagi. Saya telah melihatnya pada penayangan permainan baseball dan football. Sekarang dia ada dipenayangan turnamen golf PGA yang berulangkali ada dikamera dengan wig afro pelanginya dan T-shirt penginjilannya.

Apa maksudnya dengan pesan kata, BERTOBAT? Apa yang diharapkan akan dilakukan berjuta penonton TV lakukan?

Apa maksud istilah bertobat menurut PB? Apakah itu merujuk pada berbalik dari dosa seseorang? Jika demikian, apakah semua dosa atau dosa besar saja yang dilihat? Atau apakah itu berarti keinginan untuk mengampuni dosa seseorang –atau bahkan hal yang lain?

Orang Kristen yang sungguh-sungguh secara tajam terbagi mengenai pertanyaan ini. Tapi, mengherankan sangat sedikit yang ditulis mengenai pertobatan PB. Saya menulis disertasi doctoral saya mengenai subjek ini sebagian karena itu sangat penting dan merupakan masalah yang kurang diperhatikan.

    Kata-kata PB yang Dipertanyakan

Ada dua kata Yunani PB yang diterjemahkan bertobat dalam terjemahan Inggris modern: metanoia (dan pasangan verbalnya metanoeo„) dan metamelomai. Kata pertama diterjemahkan lima puluh delapan kali dalam PB; kata kedua hanya enam kali. Penggunaan metanoia yang lebih luas membawa saya untuk memberikannya lebih banyak perhatian dalam tulisan ini.

    Pengertian masa Pre-Christian dari Metanoia

Didalam Yunani klasik metanoia berarti mengubah pikiran orang mengenai sesuatu atau seseorang. Sebagai contoh, Thucydides menggunakan istilah itu saat menulis mengenai jawaban dari konsil Athenian terhadap pemberontak. Konsil memutuskan bahwa semua orang di kota Mytilene harus dibunuh –tidak hanya mereka yang berpartisipasi dalam pemberontakan. Tapi, pada hari berikutnya suatu perubahan hati menerpa mereka.62 Konsil Athenian mengubah pikirannya. Diputuskan bahwa hanya mereka yang berpartisipasi dalam pemberontakan yang dibunuh.

Contoh lain ditemukan dalam penggunaan Xenophon terhadap istilah ini. Dia menulis:

Kita cenderung untuk menyimpulkan bahwa bagi manusia, seperti adanya, lebih mudah memerintah atas mahluk lain daripada manusia. Tapi saat dia melihat bahwa ada seorang Cyrus, orang Persian, yang mendapat ketaatan dari banyak orang dan kota dan bangsa, kita dipaksa untuk mengubah pendapat kita dan memutuskan bahwa memerintah manusia bisa merupakan suatu tugas yang bukannya tidak mungkin atau sulit, jika seseorang melakukannya dalam cara yang pintar.63

Selama periode sebelum dan awal kekristenan dari KoineÁ Yunani (ca. 300 BC-100 AD) metanoia terus membawa pengertian perubahan pikiran mengenai seseorang atau sesuatu. Sebagai contoh, Polybius (ca. 208-126 B.C.) menggunakan metanoia untuk merujuk pada Dardani, seorang yang memutuskan untuk menyerang Makedonia saat Philip sedang pergi dengan pasukannya. Tapi, Philip menyadarinya dan secepatnya kembali. Walau Dardani sudah dekat Makedonia, saat mereka mendengar Philip sedang datang, mereka mengubah pikiran mereka. Mereka membatalkan penyerangan sebelum dilakukan.64

Mirip dengan itu, Plutarch, yang hidup dan menulis didalam abad pertama dan awal abad kedua AD, menulis:

Cypselus, ayah dari Periander . . . saat dia seorang bayi yang baru lahir, tersenyum pada orang yang dikirim untuk mengambil dia, dan mereka berbalik. Dan saat mereka berubah pikiran , mereka tidak menemukan dia, karena dia telah dibawa dalam peti kayu oleh ibunya.65

Perhatikan bahwa didalam semua kasus yang dikutip mengenai individu atau seseorang, diperlihatkan mereka sedang memikirkan sesuatu atau sedang membuat keputusan, didasarkan atas bukti lanjutan atau input, yang kemudian mengubah pikirannya.

Thompson berpendapat bahwa dua nuansa muncul selama periode ini: perubahan tujuan dan penyesalan.66 Tapi, buktinya tidak mendukungnya. Keduanya salah akan ‘transfer totalitas yang tidak sah’ yaitu, transfer yang tidak beralasan dari arti frasa yang ada dalam kata itu saat berdiri sendiri. Dia gagal menunjukan contoh apakah metanoia atau pasangan verbalnya digunakan sepenuhnya dalam pengertian yang dia usulkan. Tapi, kata-kata lain dalam konteks yang menunjukan bahwa perubahan pikiran yang dipertanyakan berkaitan dengan praktek dosa atau ditemani oleh kesedihan atau penderitaan.

Metanoia dan metanoeo„„ muncul duapuluh kali dalam kitab-kitab kanonikal PL Yunani (Septuagint) dan tujuh kali dalam kitab-kitab apokrifa. Mereka mendapat pengertian suatu perubahan pikiran mengenai seseorang atau sesuatu dalam LXX.67 Contoh berikut ini mewakilinya.

Saat Tuhan memutuskan untuk mengambil kerajaan dari Raja Saul, Dia memerintahkan Samuel untuk mengatakan, Dia tidak akan mengubah pikiranNya, karena Dia bukan manusia sehingga harus berubah pikiran (I Sam [1 Kingdoms in the Septuagint] 15:29; terjemahan saya).

Sama dengan itu, Prov 20:25 berbicara mengenai bodohnya manusia yang tergesah-gesah menjanjikan sesuatu pada Tuhan, karena setelah mengucapkannya manusia bisa berubah pikiran.

Mirip dengan itu, orang Niniwe percaya pada Tuhan dan berbalik dari caranya yang berdosa dan berharap Tuhan mengubah pikiranNya dan tidak menghancurkan mereka dan kotanya (Jonah 3:9-10). Dari perspektif manusia Tuhan memang mengubah pikiranNya dan menahan penghukuman yang telah direncanakanNya.68

Behm tidak setuju. Dia berpendapat bahwa metanoeo„ dalam PL Yunani kira-kira shu‚b dari PL Ibrani.69 Tapi, saya percaya dia gagal membuktikan maksudnya. Istilah shu‚b digunakan 1,056 kali dalam teks Ibrani. Tidak ada satupun pemunculannya diterjemahkan metanoeo„ dalam PL Yunani. Tidak satupun. Ini tidak bisa dipahami jika penerjemah dari LXX merasa kalau metanoeo„ adalah terjemahan yang baik dari shu‚b. Tapi, para penerjemah secara rutin menggunakan strepho„ dan berbagai bentuknya untuk menerjemahkan shu‚b.

Didalam pseudepigrapha PL metanoia dan metanoeo„ hampir selalu muncul dalam konteks yang berkaitan dengan kebutuhan untuk membuang praktek berdosa untuk terhindar dari penghukuman Allah. Behm menyimpulkan bahwa metanoia merujuk pada berbalik dari dosa. Dia juga, bersalah atas transfer totalitas yang tidak sah. Metanoia tidak dengan sendirinya merujuk pada berbaliknya seseorang dari dosa. Tapi, kata-kata dalam konteks menginformasikan pembaca bahwa perubahan pikiran yang ditunjukan memasukan resolusi untuk berhenti dari praktek berdosa yang disebutkan.

Kesimpulannya, pengertian masa pre-Christian dari metanoia adalah suatu perubahan pikiran mengenai seseorang atau sesuatu. Saat konteks secara spesifik menyebut praktek berdosa yang kemudian seseorang mengubah pikirannya, terjemahan ‘pertobatan’ bisa diterima.

    Sejarah dari Tejemahan PB akan Metanoia

      Latin Kuno

Para bapa Latin menerjemahkan metanoia sebagai paenitentia, yang berarti penebusan dosa atau tindakan penebusan dosa. Mereka sadar bahwa untuk mendapat keselamatan kekal manusia harus melakukan tindakan penebusan dosa seperti yang ditunjukan oleh pendeta dari orang yang mengakuinya.

      Vulgata Latin

Jerome membentuk terjemahan latin kunonya sebagai yang berotoritas saat dia mengambil paenitentia sebagai terjemahan dari metanoia. Sistem penebusan dosa menjadi jalur dimana seseorang berharap mendapatkan anugrah.

      Versi Inggris Awal

John Wycliffe, the Morning Star of the Reformation, mengawali penyelesaian English Bible diakhir tahun 1300's. Sayangnya karyanya tidak didasarkan atas Yunani dan Ibrani asli, tapi terjemahan literal dari Vulgata. Maka itu tidak mengherankan kalau dia menerjemahkan bahasa Latin agite paenitentiam sebagai melakukan penebusan dosa. Ini diadopsi dalam tahun 1609-1610 dalam versi Roman Catholic Douay Version.

William Tyndale menghasilkan PB cetak Inggris pertama ditahun 1526. Dia menggunakan bertobat dan pertobatan untuk kata me anoia dan metanoeo„„, suatu perbaikan besar atas melakukan penebusan dosa, tapi masih membingungkan dalam banyak konteks lain.

Versi Inggris yang kemudian, didalamnya Authorized atau King James Version tahun 1611, sangat berhutang pada phraseology-nya Tyndale, termasuk kata bertobat dan pertobatannya.

Terjemahan pertobatan kelihatannya tetap mempertahankan pengertian bahwa seseorang harus berbalik dari perbuatan dosanya untuk mendapat kebaikan Tuhan. Tapi, itu menghilangkan pendapat bahwa, seseorang harus mengakui dosanya kependeta dan melakukan pekerjaan baik sebelum dia mendapat (atau mendapatkan kembali) anugrah.

      Terjemahan Modern

Terjemahan modern pada umumnya menerjemahkan metanoia sebagai pertobatan. Walau ini adalah peningkatan dari terjemahan Latin penebusan dosa, didalam banyak kasus, kurang mencerminkan artinya dalam PB.

II. Arti dari Metanoia dalam PB

    Arti Dasar: Perubahan Pikiran

Pengertian pre-Christian dari metanoia sebagai suatu perubahan pikiran juga merupakan pengertian dasar PB. Ini bisa dilihat dalam Heb 12:17 sbb: Sebab kamu tahu, bahwa kemudian, ketika ia hendak menerima berkat itu, ia ditolak, sebab ia tidak beroleh kesempatan untuk memperbaiki kesalahannya(metanoia), sekalipun ia mencarinya dengan mencucurkan air mata. Apa yang tidak bisa ditemukan Esau? Bukan tidak bisa berbalik dari perilaku berdosanya. Itu bukan penebusan dosa. Hal yang tidak bisa ditemukannya adalah cara untuk mengubah pikiran ayahnya. Hal ini jelas. Betapapun dia memohon, dia tidak bisa mengubah pikiran Ishak.

Seluruh PB memasukan pengertian perubahan pikiran yang ada saat itu. Tapi, jika konteksnya jelas menunjukan hal perubahan pikiran seseorang, dimungkinkan ditemukannya terjemahan Inggris yang lebih halus. Sebagai contoh, jika seseorang berubah pikiran mengenai perbuatan berdosanya, istilah pertobatan bisa mewakilinya dengan baik.

Ada empat tipe khusus dari penggunaan metanoia dalam PB. Kita sekarang akan membahasnya.

    Suatu Sinonim bagi Keselamatan Kekal

Didalam beberapa bagian, metanoia digunakan via metonymy sebagai suatu synonym bagi keselamatan kekal. Kasus ini melibatkan metonymy dari sebab akibat. Sebabnya adalah perubahan pikiran mengenai Kristus dan InjilNya. Akibatnya adalah keselamatan kekal. Maka itu saat kita membaca 2 Pet 3:9, Tuhan . . . menghendaki supaya jangan ada yang binasa, melainkan supaya semua orang berbalik dan bertobat (metanoia), artinya sama dengan 1 Tim 2:4, [Tuhan] menghendaki supaya semua orang diselamatkan.

Luke 5:32 menggambarkan penggunaan yang sama: Aku datang bukan untuk memanggil orang benar, tetapi orang berdosa, supaya mereka bertobat (metanoia). Yesus menengaskan bahwa Dia tidak datang untuk memanggil mereka yang berpikir dirinya benar, tapi mereka yang mengetahui dirinya adalah orang berdosa, untuk diselamatkan. Metanoia digunakan sebagai sinonim bagi keselamatan kekal.

    Suatu Perubahan Pikiran Mengenai Perilaku Berdosa =Pertobatan

Pada beberapa kejadian metanoia digunakan dalam konteks perubahan pikiran dilihat dengan jelas berkaitan dengan praktek berdosa seseorang. Sebagai contoh, didalam Lukas 17:3-4 Yesus mengajar para murid bahwa mereka harus mengampuni semua yang berdosa terhadap mereka jika mereka datang dan menunjukan kalau mereka menunjukan perubahan pikiran mengenai dosa mereka. Didalam kasus ini dan yang lainnya ‘pertobatan’ merupakan pilihan terjemahan yang baik. Kita mengampuni semua orang yang berdosa terhadap kita dan kemudian bertobat.

Penting untuk diperhatikan, seperti yang akan dibahas lebih lanjut dalam tulisan ini, bahwa keselamatan kekal tidak pernah dikondisikan atas perubahan pikiran seseorang mengenai (yaitu pertobatan mengenai) praktek berdosannya.

    Suatu Perubahan Pikiran Mengenai Diri dan Kristus

Banyak bagian PB menggunakan metanoia didalam konteks dimana seseorang mengubah pikirannya mengenai dirinya dan Kristus. Sebagai contoh, didalam Acts 2:38, setelah menuntut pendengar Yahudinya karena menyalibkan Mesias mereka dan menjawab pertanyaan mereka, ‘Apa yang harus mereka lakukan? Petrus memanggil mereka untuk merubah pikiran mereka mengenai Yesus Kristus. Mereka telah menolak Dia. Sekarang mereka bisa menerima Dia. Mereka percaya bahwa Dia adalah Mesias, Kristus, Juruselamat dunia. Cara pikir seperti itu melibatkan suatu pengakuan bahwa seseorang adalah seorang berdosa dan membutuhkan Juruselamat. Merasa diri benar jelas berlawanan dengan iman (cf. Luke 18:9-14).

Didalam penggunaan seperti ini metanoia muncul sebagai sinonim bagi pistis (iman).

    Suatu Perubahan Pikiran Mengenai Berhala dan Tuhan

Didalam satu bagian objek metanoia dinyatakan sebagai berhala dan Tuhan (Acts 17:29-31). Paulus memberitahu para filsuf Atena bahwa Tuhan membangkitkan Yesus Kristus dari kematian dan Dia akan datang kembali sebagai Hakim. Dia memberitahu para pendengarnya bahwa untuk bisa selamat dari hukuman kekal mereka harus mengubah pikiran mereka mengenai berhala dan Tuhan dan Manusia yang Dia kirim dan akan datang kembali. Mereka harus mengalihkan berhala mereka kepada Allah Bapa dan Tuhan Yesus Kristus.

    Ringkasan

Metanoia digunakan dalam PB dalam berbagai cara, semuanya memiliki pemikiran perubahan pikiran. Didalam beberapa konteks digunakan via metonymy sebagai sinonim bagi keselamatan kekal. Saat digunakan dalam konteks yang berkaitan dengan keselamatan sementara dari kesulitan hidup, perubahan pikiran dari cara seseorang yang berdosa (yaitu, pertobatan) diberikan sebagai syarat. Tapi, saat digunakan dalam konteks yang berkaitan dengan keselamatan kekal dari neraka, perubahan pikiran mengenai diri sendiri dan Kristus (atau, dalam satu bagian, mengenai berhala dan Tuhan) diberikan sebagai syaratnya. Didalam konteks seperti itu metanoia digunakan sebagai sinonim bagi iman.

III. Arti dari Metamelomai

Arti dasar dari metamelomai adalah merasa menyesali. Didalam 2 Cor 7:9 Paulus menunjukan bahwa dia tidak lagi menyesal mengirim mereka surat yang membuat mereka menyesal, walau awalnya dia menyesalinya.

Penyesalan biasanya membawa pemikiran perubahan pikiran. Didalam Matt 21 :29 Yesus menceritakan Perumpamaan mengenai Dua orang anak. Keduanya disuruh bekerja dikebun anggur. Seorang berkata tidak, tapi kemudian berubah pikiran (atau menyesali keputusannya) dan pergi. Anak lain berkata setuju, tapi tidak pergi.

Setelah mengkhianati Kristus, Yudas menyesali apa yang telah dilakukannya, memberikan uang darahnya, dan menggantung dirinya (Matt 27:3). Yudas bertobat dalam pengertian ini; atau lebih tepatnya, dia ‘sangat menyesalinya’ (NKJV). Tapi dia tidak sampai pada iman dalam Kristus. Dia tidak pernah mengubah pikirannya mengenai Kristus sebagai Juruselamatnya. Dia menolak Dia sampai kematiannya.

Walau pada umumnya diterjemahkan dalam cara itu, tidak ada penggunaan metamelomai didalam PB dimana kata pertobatan merupakan terjemahan yang tepat. Kata ini selalu merujuk pada penyesalan, sangat menyesali, atau perubahan pikiran. Itu tidak pernah merujuk pada berbalik dari dosa..

IV. Arti dari Strepho Compounds

Walau mereka tidak pernah diterjemahkan sebagai pertobatan, majemuk dari strepho didalam beberapa konteks membawa pemikiran berbalik dari dosa. Pengertian dasar dari majemuk ini adalah berbalik dari atau kepada seseorang atau sesuatu. Majemuk ini adalah istilah yang berhubungan dengan kata PL shu‚b.

Berbalik kepada Tuhan digunakan dalam PB, seperti dalam PL, sebagai ekspresi iman dan konversi.70 Saat Paulus dilaporkan dalam Acts 15:3 dimana non-Yahudi berbalik pada Tuhan, dia hanya berkata bahwa orang non-Yahudi beriman pada Kristus, diselamatkan.

Didalam PB tidak ada penggunaan kata kerja ini untuk menunjukan bahwa seseorang hanya berbalik dari dosanya untuk mendapat keselamatan kekal.

V. Kesimpulan

Saya masih tidak yakin apa yang dimaksud orang ditempat atletik diT-shirtnya. Kata bertobat memiliki arti yang pasti dalam bahasa Inggris. Tapi, tidak semua yang menggunakan itu memiliki arti definisi normal dalam kamus. Sebagian hanya berarti suatu pengakuan dosa seseorang. Pengertian lainnya perubahan pemikiran mengenai Yesus Kristus. Orang lain mengerti itu sebagai berbalik dari dosa seseorang, kemauan melakukan itu, atau pengertian penyesalan atas dosa seseorang.

Saya harap kita bisa menterjemahkan kembali PB. Itu akan membuat pengajaran dan pemberitaan bagian yang menggunakan metanoia lebih mudah. Itu akan menghilangkan kebingungan banyak orang saat mereka membaca Alkitab mereka dan melihat kata bertobat. Tapi, ini tidak terjadi. Kelihatannya ‘pertobatan’ sebagai terjemahan bagi metanoia (dan metamelomai) akan ada pada kita untuk waktu yang lama.

Didalam banyak kasus saat kata Inggris repent muncul dalam PB itu merupakan terjemahan dari metanoia. Metanoia tidak sama dengan istilah PL shu‚b. Itu jelas bukan berarti penebusan dosa/penance. Juga bukan berarti pertobatan. Tapi, dalam PB itu mendapatkan arti dari pengertian masa pre-Christian yaitu perubahan pikiran. Pembaca Inggris pada umumnya perlu membaca ‘perubahan pikiran’—bukan berbalik dari dosa –saat mereka melihat kata repent dalam PB. Konteks harus dibahas untuk menentukan objek perubahan pikiran seseorang.

Satu-satunya kata bertobat merupakan pilihan terjemahan yang tepat adalah saat objek metanoia adalah perbuatan berdosa. Suatu perubahan pikiran terhadap perbuatan berdosa setara dengan pertobatan.

Hampir satu abad yang lalu, dalam The Great Meaning of Metanoia, Treadwell Walden memutuskan terjemahan Latin dan Inggris dari metanoia sebagai suatu terjemahan yang sangat salah/extraordinary mistranslations.71 Saya setuju.72

Used by permission:
Journal of the Grace Evangelical Society
Volume 2, No. 2 -- Autumn 1989


62 Thucydides, Thurydides 3. 36. 4. Compare 3. 37. 1. Author's translation, emphasis supplied.

63 Xenophon, Cyropaedia 1. 1. 3. Translation by Walter Miller, Loeb Classical Library, emphasis supplied.

64 Polyblus The Histories 4. 66. 7.

65 Plutarch, Moralia 163 F. Translated by Frank Babbitt, Loeb Classical Library, emphasis supplied.

66 Effie Freeman Thompson, 'METANOEO' and 'ME TAMELEI' in Greek Literature Until 100 A.D., Including a Discussion of Their Hebrew Equivalents (Chicago: University of Chicago Press, 1972), p. 14.

67 Cf. 1 Sam 15:29; Prov 14:15; 20:25 (19); 24:24 (29:27), 47 (32); Isa 46:8; Jer 4:28; 8:6; 18:8; Joel 2:13, 14; Amos 7:3, 6; Jonah 3:9, 10; 4:2; Zech 8:14.

68 Didalam beberapa bagian PL Tuhan dikatakan berubah pikiran, menjadi lembut hatinya, atau menyesali malapetaka yang dirancangkanNya. Kata Ibrani yang digunakan adalah na„ham. Didalam setiap kasus Tuhan sebenarnya tidak berubah pikiran, menjadi lembut hati, atau menyesal. Tuhan maha tahu dan tidak ada yang mengejutkanNya. Hal yang disebut Tuhan berubah pikiran/repentance of God sebenarnya suatu bentuk ucapan yang dikenal sebagai antbropomorphism. Suatu saat Alkitab berbicara kepada kita seperti Tuhan adalah manusia. Sebagai contoh, kita membaca mengenai tanganNya yang kuat (Exod 6:6; Ps 77: 15; Jer 21:5), tanganNya John 10:28-29), dan yang lainnya, sebagai bentuk kekuatan dan kemampuanNya untuk menyelamatkan kita dari kesulitan dan melindungi kita. Demikian juga, dari perspektif manusia, itu muncul dimana Tuhan berubah pikiran. Didalam kenyataannya, Dia tahu semua yang akan terjadi. Perubahan pikiran merupakan hal yang kelihatannya, bukan sebenarnya. Untuk diskusi lebih lanjut mengenai subjek ini lihat H. Van Parunak, 'The Repentance of God in the Old Testament, unpublished Th.M. thesis, Dallas Theological Seminary, 1975, and A Semantic Survey of NHM, Biblica 56 (1975): 512-32.

69 Theological Dictionary of the New Testament, s.v. metanoeo„, metanoia, by J. Behm, 4 (1967): 989-90.

70 E.g., Matt 13:15; Mark 4:12; Luke 1:16; John 12:40; Acts 9:35; 1 5:3; 28:27; 1 Pet 2:25.

71 Walden, The Great Meaning of Metanoia (New York: Thomas Whittaker, 1896), p.24.

72 Tulisan yang akan datang dalam seri ini akan berkaitan dengan Pertobatan dalam Injil dan Kisah, Pertobatan dalam Surat dan Wahyu, dan Usulan mengenai Pemberitaan Praktis mengenai Pertobatan.

Taxonomy upgrade extras: