Previous PageTable Of ContentsNext Page

Pelajaran 1 — Penciptaan

Pendahuluan

Dalam sebuah artikel terbarunya, Timothy George menuliskan kata kata ini.

Dalam bukunya Mystery on Desert (Misteri di Gurun), Maria Reiche menggambarkan serangkaian garis-garis aneh yang dibuat oleh suku Nazea di dataran Peru, beberapa dari garis itu mencapai beberapa mil persegi. Bertahun-tahun orang menyangka garis-garis ini adalah sisa-sisa saluran pengairan kuno. Kemudian, pada tahun 1939, Dr. Paul Kosok dari Long Island University menemukan bahwa makna sesungguhnya dari garis-garis ini hanya dapat dilihat jauh dari atas langit. Jika dilihat dari pesawat terbang, garis-garis yang tampaknya seperti tak beraturan ini membentuk gambar burung, serangga dan hewan raksasa.

Dengan cara yang sama, orang sering menganggap Alkitab sebagai serangkaian kisah yang berdiri sendiri dan tak berhubungan. Namun jika kita mempelajari Alkitab secara keseluruhan, kita menemukan bahwa kisah-kisah ini membentuk suatu kisah penyelamatan agung--sejak dari kisah pembuka dalam kitab Kejadian hingga bab terakhir kitab Wahyu. Sebuah alur cerita Ilahi terajut dalam setiap helai benang alkitab yang beraneka ragam, kisah teragung tentang apa yang telah direncanakan Tuhan untuk menyelamatkan dan memulihkan manusia yang jatuh ke dalam dosa, dari nanosekon pertama penciptaan hingga teriakan kemenangan terakhir saat kiamat.

Dua paragraf ini meringkas apa yang ingin kami capai dengan serial baru yang telah kami beri judul, “Dari Penciptaan ke Kayu Salib.” Banyak orang lain yang telah melakukan karya yang sangat bagus dalam usaha beresiko ini. Kami mendapatkan kata kata berikut dari buku bagus karya J. Sidlow Baxter, Explore the Book :

Metode yang kami pakai dalam serial ini adalah suatu metode yang kami sebut interpretif. Kami akan mempelajari kitab-kitab dalam alkitab secara interpretif; yaitu, kami berusaha untuk mencari pikiran utama, makna dan pesan yang menonjol dari setiap kitab, dan kemudian melihat hubungannya dengan kitab-kitab lain dalam Alkitab.

Pada hakekatnya W. Graham Scroggie mengatakan hal yang sama dalam pendahuluannya:

Tidaklah cukup bila kita mengenal dengan baik teks-teks , atau bab-bab agung; kita harus mengenal Alkitab sebagai satu kesatuan yang utuh, karena disinilah terdapat penyingkapan Ilahi yang berkesinambungan, dimana setiap bagian terhubung secara organis dengan setiap bagian yang lain; dan karena itu, hanya dengan mengenal keseluruhan Alkitab maka kita dapat menghargai keagungannya dengan layak dan mengalami kekuasaanya.

Scroggie melanjutkan dengan membandingkan pelajaran Alkitab secara sintetis (metode yang kami terapkan disini, dan yang ia gunakan dalam bukunya) dan pelajaran Alkitab secara analitis:

Pelajaran Alkitab secara sintetis artinya suatu metode dimana berbagai bagian ditinjau secara bersamaan, dipandang hubungannya satu sama lain, dan dianggap sebagai satu kesatuan. Metode ini merupakan, seperti yang telah kami tuliskan, kebalikan dari metode analitis.

Dalam pelajaran Alkitab secara analitis, detil-detil dipelajari secara terpisah, namun dalam metode sintetis detil-detil ini bergabung menjadi satu gambaran keseluruhan.... . Metode analitis merupakan metode yang mikroskopik; metode sintetis adalah metode yang teleskopik. Metode analitis berpusat pada sesuatu yang sangat kecil (infinitesimal), namun metode sintetis berpusat pada yang tak terbatas (infinite).

Walaupun pelajaran ini mengambil metode sintetis, dan untuk mencapai hasil yang dituju oleh Baxter dan Scroggie, kami akan menggunakan metode yang sedikit berbeda. Para penulis ini mempelajari Alkitab secara berurutan kitab per kitab dengan susunan sesuai urutannya di Alkitab. Kitab-kitab dalam Alkitab tidak diatur secara kronologis; kalau kita hendak mempelajarinya secara kronologis, kita harus mempelajarinya perkitab dalam Alkitab sedemikian sehingga sesuai dengan urutan kronologis. pelajaran Alkitab yang unggul seperti The Narrated Bible telah berusaha membuat pelajaran yang kronologis dengan mengatur Alkitab dengan tatanan kronologis mereka.

Hal lain yang berbeda dari Baxter dan Scroggie adalah bahwa kami tidak mencoba untuk mempelajari setiap kitab dalam Alkitab. Saya benar-benar berkomitmen untuk menjabarkan Firman Tuhan secara seksama dan sistematik. Ini merupakan tujuan dari sebagian besar pengajaran saya selama tiga puluh tahun ini. (Pelajaran saya mengenai Kitab Lukas, misalnya, panjangnya 77 bab!) Namun dalam serial ini, untuk mendapatkan gambaran secara keseluruhan, kami tidak berani memberikan detil sebanyak itu.

Anda akan melihat dari judul serial ini bahwa kami membatasi pelajaran ini dari sejak penciptaan hingga ke kayu salib. Saya bermaksud untuk menindaklanjuti dengan serial kedua yang akan menjabarkan periode dari kayu salib hingga penyempurnaan sejarah (Kisah Rasul hingga kitab Wahyu). Serial kedua ini tidak akan berorientasi kronologis, ini merupakan alasan mengapa saya mengakhiri serial pertama dengan kisah penulis Injil mengenai kematian, penguburan, dan kebangkitan Tuhan kita.

Saya akan menunjukkan satu perbedaan terakhir dari serial ini. Seseorang harus memiliki kriteria khusus untuk menentukan apa yang akan disertakan dan apa yang tidak dalam serial yang selektif. Kami akan berusaha keras untuk memusatkan perhatian pada apa yang disebut “titik balik” dalam “jalannya drama penebusan”--tanggul-tanggul peristiwa besar yang dipindahkan Tuhan dari satu fase rencana abadiNya ke fase yang berikutnya. Hal ini tidak akan selalu tampak dengan jelas, namun ini adalah merupakan salah satu prinsip penuntun saya. Setelah semuanya telah saya sampaikan, saya akan meringkas tujuan dari pelajaran ini:

Kami bertujuan untuk mendapatkan pemahaman menyeluruh dari “jalannya drama penebusan” dengan berpusat pada titik-titik balik penting dalam sejarah penebusan, dimulai dari penciptaan dan puncaknya di kayu salib Kristus.

Sumber

Seorang teman pernah menceritakan pada saya tentang seseorang yang sedang berjalan mendaki gunung dan kemudian menyadari kalau dia tersesat. Untungnya, orang ini membawa telepon selular. Dia bisa minta pertolongan, dan mereka dapat menunjukkan posisinya dan memberitahukan bagaimana ia dapat sampai ke tempat tujuannya. Serial ini dimaksudkan untuk membantu Anda menavigasikan jalan Anda melalui kitab-kitab dalam Alkitab. Naskah utama kami adalah Firman Tuhan itu sendiri. Harapan kami adalah bahwa serial ini akan mendorong dan memperlengkapi Anda dalam membaca Alkitab dalam waktu kurang dari setahun. Walaupun pengajaran kami tidak mencakup setiap kitab atau bab Alkitab, namun Anda akan sangat terbantu dalam membaca Alkitab karena Anda mengetahui dimana Anda berada dalam “jalannya drama penebusan.”

Ada beberapa sumber yang amat bagus yang bisa didapatkan yang kami anjurkan untuk Anda gunakan. Ligonier Ministries mempunyai serial tape yang amat bagus (dalam bentuk audio dan video) oleh R. C. Sproul yang berjudul, “From Dust to Glory” (Dari debu ke kemenangan). Ada juga beberapa pelajaran Alkitab terperinci yang bisa didapatkan di Internet. Ray Stedman dan guru-guru lain di Peninsula Bible Church mempunyai beberapa pelajaran on-line yang sangat bagus yang bisa ditemukan di www.pbc.org. Website The Biblical Studies Foundation merupakan sumber pelajaran Alkitab yang sangat bagus dan amat membantu. Website ini dapat ditemukan di www.bible.org.

Sebuah buku yang amat bagus, yang amat kami rekomendasikan untuk persiapan Anda adalah Explore the Book, oleh J. Sidlow Baxter (lihat catatan kaki 2). Buku ini berisi 6 volume sekaligus dan kaya akan informasi, termasuk tinjauan umum yang sangat berwawasan di setiap buku Alkitab. Kami mendorong Anda untuk membeli buku referensi yang sangat bagus ini. Buku ini adalah salah satu buku wajib saya, yang selalu saya simpan di dekat saya selama bertahun tahun.

Terima kasih untuk kemurahan hati keluarga Irving Jensen, gereja kami diberi ijin untuk mencetak ulang 250 kopi buku klasik kecil tulisan Irving Jensen, Enjoy Your Bible. Buku ini sudah tak dicetak lagi, tapi kami berharap bahwa buku ini segera bisa didapatkan di website Biblical Studies Foundation, bersama dengan karya-karya Jensen yang lain (www.bible.org). Buku ini sangat bagus untuk memberikan orientasi terhadap Alkitab secara keseluruhan.

Persiapan dan Partisipasi Anda Amat Penting

Kami tidak ingin serial ini Anda pelajari dalam keadaan tidak siap, menghadiri atau mendengarkan sebuah kotbah, dan kemudian pergi melanjutkan hidup Anda. Kami berharap agar Anda menggunakan bahan bahan pelajaran persiapan yang telah kami berikan, dan bahan-bahan referensi dan sumber yang telah kami anjurkan untuk mendukung proses Anda mempelajari Alkitab. Kami berharap agar Anda menggunakan kesempatan untuk mendiskusikan teks teks Alkitab sebelum dan sesudah pengajaran. Kami percaya bahwa pelajaran ini akan sangat membantu kegiatan pelajaran Alkitab keluarga dan ibadah pribadi.

Pesan-pesan Tertulis Ini

Di gereja kami, kami telah mengubah kurikulum dan jadwal kami untuk mendukung serial baru ini. Saya bersama yang lain, mengajar anak anak dan orang dewasa selama 45 menit, dan kemudian kami mendapat waktu untuk menyembah, berpusat di sekitar meja perjamuan Tuhan. Setelah jeda sejenak, kami membentuk kelas-kelas untuk mendiskusikan isi pelajaran ini lebih jauh. Banyak dari pelajaran ini tersusun dari bahan-bahan yang belum pernah saya ajarkan. Pesan pesan dalam bentuk cetak ini merupakan suatu usaha untuk menangkap intisari dari pangajaran saya dan tindak lanjut dari pengajaran tersebut.

Pendahuluan Pelajaran Satu: Penciptaan

Dua hari yang lalu, seorang teman mengirimkan e-mail ini padaku:

“Bisakah Anda menyebutkan ayat Alkitab yang mengatakan bahwa untuk menjadi seorang Kristen seseorang harus percaya bahwa Alkitab adalah Firman Tuhan yang bebas dari kesalahan? Saya menerima Yesus sebagai juru selamat pribadi, namun saya tak dapat menerima hal-hal seperti dongeng penciptaan dalam Kejadian. Mungkin jika saya mendapat kutipan Tuhan Yesus mengatakan bahwa saya harus mempercayai setiap perkataan Alkitab (atau jika hanya Kejadian saja), maka saya bisa membuat diri saya menerima peristiwa-peristiwa dalam kitab Kejadian.”

Aku mengirimkan jawaban atas pertanyaannya dan telah menerima respon yang positif. Sementara saya memikirkan pertanyaan orang ini, saya menyadari, sekali lagi, bahwa Tuhan sengaja menunjukkan kalau peristiwa- peristiwa dalam hidup saya menyiapkan saya untuk menulis pelajaran ini. Benarkah kisah Alkitab mengenai penciptaan? Tentu saja! Apakah kisah penciptaan dalam Alkitab merupakan hal penting bagi kita sebagai orang Kristen? Tentu saja! Saya menantang Anda untuk mempertajam pemikiran Anda mengenai hal ini dengan berusaha memformulasikan dan merangkai jawaban atas pertanyaan orang tersebut di atas. Kurasa ini merupakan latihan yang menguntungkan.

Pada saat kita mempelajari naskah ini, kita akan bekerja keras supaya kita tidak menyimpang oleh pertanyaan-pertanyaan yang tidak relevan dengan pokok pikiran penulis. Kebanyakan dari pelajaran-pelajaran mengenai Kejadian 1 dan 2 didominasi oleh perdebatan antara kubu pendukung teori penciptaan dan kubu pendukung teori evolusi. Salah satu bahaya besar disini adalah bahwa orang Kristen cenderung memandang naskah ini pada intinya sebatas pada apa yang didengar dari orang dan bukan dari apa yang mereka pelajari sendiri. Mari kita mengingat bahwa Musa adalah penulis kelima kitab pertama dalam Alkitab, dan kelima kitab ini merupakan penyingkapan tertulis pertama mengenai asal muasal dunia, manusia, dan bangsa Israel. Penekanan akan banyak saya berikan mengenai pelajaran apa yang diajarkan oleh kisah penciptaan kepada para pembaca pertamanya. Setelah menimbang-nimbang makna kisah ini bagi bangsa Israel jaman dulu, kita akan mencari maknanya bagi kita.

Para pembaca dapat melihat bahwa sebenarnya ada dua kisah penciptaan, namun tidak digambarkan dengan pemisahan bab. Kisah penciptaan pertama ditemukan di kitab Kejadian 1:1-2:3. Kisah yang kedua terdapat di Kejadian 2:4-2-5. Kisah pertama dimulai pada hari pertama penciptaan dan berakhir pada hari ketujuh. Kisah kedua terjadi kira-kira di tengah minggu penciptaan. Kisah yang pertama menjelaskan bagaimana Tuhan mengubah kekacauan menjadi karya cipta (hari ke-1-4, ayat 1-20), membuatnya mungkin untuk menciptakan kehidupan (hari ke-5-6, ayat 21-31), kisah kedua dimulai saat Tuhan menciptakan kehidupan. Kisah pertama menjelaskan penciptaan dengan sebuah rumus, yang diulang di seluruh kisah tersebut. Kisah kedua lebih cenderung menggunakan pendekatan pemecahan masalah; ada sesuatu yang hilang atau dibutuhkan yang dipenuhi oleh Tuhan.

Sementara saya mempelajari naskah ini, saya menjadi yakin bahwa Kejadian 2:4-25 ditulis sebagai pendahuluan dari kisah jatuhnya manusia, dan karena itu dalam pelajaran berikutnya kita akan mempelajari kisah penciptaan yang kedua dalam hubungannya dengan kejatuhan manusia dalam dosa.

Saya bertujuan untuk mendapatkan suatu gambaran umum mengenai penciptaan dengan membuat beberapa pengamatan:

(1) Fokus dari Kejadian 1:1-2:3 bukanlah “awal mula” segalanya, namun lebih kepada permulaan dunia seperti yang kita kenal sekarang, dan khususnya permulaan manusia-asal mula manusia. Para cendekiawan berusaha untuk menerangkan hal ini dengan berbagai cara, namun hasil akhirnya ialah bahwa Kejadian tidak benar-benar mulai pada awal yang benar benar awal mula. Di satu sisi, tidak ada awal mula yang mutlak bagi Tuhan, yang abadi. Dis sisi lain, kita tahu bahwa ada beberapa mahluk yang sudah ada pada saat Tuhan menciptakan surga dan bumi. Pada permulaan Kejadian 3, iblis muncul, dan pada akhirnya kita menemukan para malaikat (3:24), namun Kejadian 1 dan 2 tidak menyebut-nyebut penciptaan iblis, atau para malaikat. Saya yakin bahwa Kejadian adalah kisah awal mula manusia, awal mula bangsa Israel, dan awal mula program penebusan Tuhan bagi manusia. Tampaknya sebelum peristiwa-peristiwa dalam Kejadian 1 dan 2 terjadi, penciptaan dan jatuhnya iblis telah terjadi, namun kisah ini hanya disinggung kemudian dalam Alkitab (Yesaya 14:12-14; Yeheskiel 28:12-15). Tuhan tidak ingin kita terlalu menaruh minat terhadap asal mula iblis ataupun kejatuhannya (lihat Roma 16:19).

(2) Kisah penciptaan tidak menjelaskan bahwa dunia diciptakan dari kekosongan, tapi Tuhan menciptakan keindahan dan keteraturan dari kekacauan. Banyak cendikiawan menekankan fakta bahwa kata dari bahasa Ibrani yang digunakan dalam Kejadian 1:1 mempunyai makna menciptakan ex nihilo, yaitu menciptakan sesuatu dari ketiadaan. Saya yakin kalau penciptaan yang orisinil menjadi ada dari ketiadaan, karena itulah yang dikatan panulis surat Ibrani pada kita:

1 Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat. 2 Sebab oleh imanlah telah diberikan kesaksian kepada nenek moyang kita. 3 Karena iman kita mengerti, bahwa alam semesta telah dijadikan oleh firman Allah, sehingga apa yang kita lihat telah terjadi dari apa yang tidak dapat kita lihat (Ibrani 11:1-3).

Dengan mengatakan hal ini, kita juga harus mempertimbangkan kata-kata Petrus:

Mereka sengaja tidak mau tahu, bahwa oleh firman Allah langit telah ada sejak dahulu, dan juga bumi yang berasal dari air dan oleh air (2 Petrus 3:5, penekanan oleh saya)

Kejadian 1 dimulai dengan sesuatu yang sudah ada, yaitu tidak berbentuk, gelap, berair, dan kacau. Untuk mengatakan bahwa ini semua adalah ketiadaan sama dengan menentang naskah ini. Aku yakin bahwa ini adalah kekacauan akibat jatuhnya iblis (Yesaya 14:12-14; Yeheskiel 28:12-15). Penciptaan yang orisinil diciptakan dari ketiadaan, namun penciptaan dunia seperti yang kita kenal ini, dan kehidupan seperti yang kita tahu, berasal dari kekacauan.

Contoh terbaik yang dapat saya pikirkan saya temukan tidak jauh dari rumah--garasi saya. Garasi ini penuh dengan mesin mobil, transmisi, dan bagian-bagian mobil (mari kita tidak membicarakan ruang bawah atap saya--saya pernah sekali waktu dulu menyimpan sebuah mobil di atas sana). Saya harus mengakui bahwa saya menyimpan intisari beberapa mobil di garasi saya itu. Tapi tunggu dulu, masih ada lagi! Sebagai tambahan bagian bagian mobil, ada juga banyak bagian-bagian pipa air dan listrik. Kemudian disana juga ada peralatan-banyak sekali peralatan. Di garasiku (saya juga punya gudang), Anda bisa menemukan banyak peralatan mesin (pompa dan sandaran mesin, dongkrak, stop kontak, kompresor, peralatan patri-baik gas dan listrik, dan lain lain), dan juga meja gergaji dan peralatan kayu saya.

Beberapa hari yang lalu cucu saya, Taylor, mengatakannya dengan amat manis. Setelah berjalan melalui kekacauan di garasi dengan hati hati tanpa tersentuh gemuk yang ada disitu, ia berkata, “Kakek, kurasa garasi ini perlu dirapikan.” Memang. Maka, contoh terbaik yang dapat saya pikirkan untuk menggambarkan “kekacauan berair” yang kita baca dalam Kejadian 1:2 adalah garasi saya, di malam hari, dengan lampunya dipadamkan. Dan saya harus memberitahu Anda bahwa mungkin diperlukan lebih dari enam hari untuk mengubah kekacauan ini menjadi kosmos (keteraturan).

Seseorang pasti protes bahwa kalau Tuhan menciptakan dunia dari sesuatu yang telah ada (sisa-sisa dari penciptaan sebelumnya yang sudah rusak), hal ini akan membuat penciptaan lebih berkurang nilai mujizatnya daripada jika penciptaan diciptakan dari ketiadaan. Pada mulanya, memang ada penciptaan orisinil yang menjadi ada dari ketiadaan. Namun penciptaan dari kekacauan juga bukan sesuatu yang mudah. Pikirkanlah hal ini sejenak. Misalkan Anda ingin membuat masakan.Anda boleh memilih antara sebuah lemari pendingin yang penuh dengan sisa makanan, atau kebebasan untuk memilih bahan makanan dan bumbu apa saja yang Anda inginkan. Mana yang akan Anda pilih? Apakah Anda memilih membuat baju dari bahan bahan baru yang telah khusus Anda pilih untuk baju ini atau dari baju tua dan compang-camping yang ditinggalkan orang di lemari? Menciptakan keteraturan dari kekacauan tidaklah semudah kedengarannya.

(3) Kisah penciptaan dalam Kejadian 1 dan 2 merupakan penggambaran suatu proses yang terjadi selama satu periode waktu. Jangan gugup. Saya tidak mengatakan kalau penciptaan terjadi selama jutaan tahun (walaupun ada banyak yang mempercayai hal ini); saya mengatakan bahwa penciptaan terjadi melalui sebuah proses yang terjadi selama satu periode waktu- enam hari, menurut Musa. Saya khawatir kalau orang Kristen terlalu membela diri jika membicarakan tentang evolusi (yang merupakan suatu proses selama jutaan tahun) sehingga mereka tidak menyadari apa yang dikatakan oleh Alkitab. Tuhan benar-benar mengubah kekacauan menjadi kosmos dengan suatu proses yang memakan waktu enam hari.

Aku menduga kalau setiap orang dari kita mempunyai bayangan sendiri dalam pikiran kita mengenai penciptaan yang jauh dari akurat. Kita cenderung untuk berpikir bahwa tindakan menciptakan itu lebih menjurus ke sesuatu yang gaib daripada sebagai suatu karya Ilahi sang Pencipta yang cakap. Tuhan tidak mengerutkan hidungNya atau mengayunkan tongkat untuk menciptakan dunia yang instan. Tuhan bekerja melalui proses yang berurutan untuk mengubah kekacauan menjadi keindahan dan keteraturan.

Dapatkah Tuhan menciptakan dunia yang indah dengan seketika? Tentu saja Dia dapat melakukannya. Lalu kenapa Dia tidak melakukannya? Mengapa Tuhan harus melewati proses selama seminggu untuk melakukannya? Jawaban pertama adalah bahwa Tuhan, tidak seperti manusia, adalah abadi, dan Ia tidak terburu-buru. Ia memiliki “seluruh waktu yang ada di dunia.” Lebih akurat lagi, Ia tidak dibatasi waktu sama sekali.

Jawaban kedua adalah saya yakin karena Tuhan sangat menyukai pekerjaan menciptakan. Saya tahu kalau di gereja kami ada banyak pria dan wanita yang senang memasak. Saya tidak pernah makan malam di rumah para penyuka masak ini dengan hidangan cepat saji. Saya bukannya tidak menyukai hidangan cepat saji, tapi jenis makanan ini tidak dan tidak akan selezat masakan sendiri, apapun yang dikatakan iklan televisi. Seorang ahli masak tidak memasak dengan pelan hanya supaya makanan jadi lebih lezat, tapi karena mereka juga menikmati proses memasak itu sendiri. Saya yakin kalau misalnya kita adalah penonton pada saat penciptaan, kita akan melihat seorang seniman yang ahli yang sedang bekerja, dengan senyum kepuasan di wajahNya. Kurasa inilah yang dapat kita simpulkan dari ungkapan yang muncul berulang kali, “Allah melihat bahwa semuanya itu baik.”

(4) Proses penciptaan meliputi pemisahan dan penggabungan. Berulangkali kata “memisahkan” muncul dalam Kejadian 1 (lihat ayat 3, 6-7, 14, 17). Air yang ada di atas cakrawala dipisahkan dari air yang ada dibawahnya (ayat 6-7), dan kemudian Tuhan memisahkan siang dari malam (ayat 1-15). Tuhan juga membuat beberapa hal bergabung. Air di bumi dikumpulkan ke satu tempat (ayat 9). Dengan cara inilah garasi saya seharusnya “dirapikan.” Pertama, saya harus mengumpulkan benda benda yang sejenis, dan menempatkannya ke suatu tempat tersendiri. Saya harus meminggirkan meja gergaji saya agar tidak menutupi jalan, dan tidak menggunakannya sebagai meja kerja saat membetulkan mesin mobil. Keteraturan terjadi bila kita mengumpulkan benda-benda yang sejenis di satu tempat dan saat kita memisahkan benda-benda yang tidak sejenis.

(5) Kisah penciptaan menjelaskan sebuah karya Tuhan yang terjadi oleh Firman Tuhan. Penciptaan terjadi terjadi semata mata oleh firman Tuhan. Formulanya disini, dengan sedikit variasi, adalah: “Berfirmanlah Allah.... dan jadilah demikian” ( lihat ayat 6-7, 9, 11, 14-15).

Karena iman kita mengerti, bahwa alam semesta telah dijadikan oleh firman Allah, sehingga apa yang kita lihat telah terjadi dari apa yang tidak dapat kita lihat (Ibrani 11:3, penekanan oleh saya).

Mereka sengaja tidak mau tahu, bahwa oleh firman Allah langit telah ada sejak dahulu, dan juga bumi yang berasal dari air dan oleh air (2 Petrus 3:5, penekanan oleh saya).

Tuhan begitu berkuasa Dia hanya perlu mengucapkan sepatah kata, bahkan untuk menciptakan alam semesta.

Perhatikan pernyataan singkat dalam ayat 16 ini:

Ia juga menciptakan bintang-bintang.

Dalam ayat 14-16, kita melihat proses dimana Tuhan menciptakan alam semesta. Tuhan menciptakan benda benda penerang, yang paling terkenal adalah matahari dan bulan. Setelah meringkas penciptaan alam semesta yang luar biasa dan tampak tak terbatas, Musa bicara tentang penciptaan bintang-bintang hampir seperti terlupakan. Sepertinya dia berkata, “Tuhan menciptakan seluruh alam semesta, dengan matahari dan bulan; dan, oh, omong-omong, Dia juga menciptakan bintang-bintang.” Betapa menakjubkannya Dia!

(6) Kisah penciptaan menyiratkan pada kita bahwa Tuhan terlibat secara intim dalam penciptaan dunia dan manusia, Dia tetap terlibat secara tak terbatas dengan mereka. Saya mengakui bahwa ini agak berpraduga, tapi saya yakin ini adalah sesuatu yang kita harapkan untuk kita lihat. Karena Tuhan menciptakan dunia melalui sebuah proses, Dia lebih terlibat dengannya. Roh Allah melayang-layang di atas air, bahkan sebelum hari pertama penciptaan (ayat 2). Tuhan tidak menciptakan dunia dari kejauhan dan kemudian meninggalkannya begitu sja. Tuhan menciptakan manusia dari gambarNya dan kemudian menciptakan sebuah taman dimana Ia bersekutu dengan pasangan yang telah diciptakanNya (Kejadian 3:8). Tuhan tidak jauh dari ciptaanNya tapi tetap sangat terlibat dengannya. Dia adalah Pencipta dan Pemelihara dunia (lihat Kolose 1:15-17).

(7) Kisah penciptaan memberitahu kita bahwa Tuhan membuat manusia untuk memiliki suatu hubungan denganNya. Berhubungan erat dengan pengamatan terakhir adalah kesimpulan bahwa Tuhan menciptakan manusia untuk hidup berhubungan denganNya.. Kita harus sangat berhati-hati dalam memandang hal ini. Tuhan tidak menciptakan manusia untuk memenuhi kebutuhanNya yang tidak terpenuhi. Tuhan benar-benar tercukupi dalam diriNya sendiri. Alkitab tidak berkata, “dan Tuhan berkata, ‘tidak baik kita bila sendiri saja; kita akan menciptakan manusia untuk memenuhi kebutuhan kita.’“ Tuhan menciptakan manusia untuk kemulianNya, tapi kemuliaan Tuhan juga untuk kebaikan dan kesenangan kita. Jika kita melihat asal muasal manusia berakar dari kebutuhan Tuhan akan kita, maka kita benar benar berada di jalur yang salah. Keberadaan Tuhan bukanlah untuk melayani kita dan memuaskan kebutuhan kita; Tuhan menciptakan manusia agar manusia menyembah Dia dan memuliakan namaNya di bumi, sebagai mahluk yang diciptakan menurut rupa Allah. Dengan mengatakan demikian, kita seharusnya melihat bahwa dalam kasih karuniaNya, Tuhan menciptakan kita untuk menikmati dan menyembah Dia. Manusia tidak dimaksudkan untuk hidup sendiri secara spiritual sama seperti Adam tidak dimaksudkan untuk hidup sendiri tanpa pasangan.

(8) Kisah penciptaan menjelaskan bahwa penciptaan manusia merupakan puncak dari penciptaan. Manusia tidak saja mahluk hidup terakhir yang diciptakan Tuhan, namun penciptaannya melambangkan klimaks dari seluruh proses. Tuhan tak hanya menciptakan manusia pada saat terakhir, Ia menciptakannya dengan cara yang sangat spesial- Ia meniupkan nafas kehidupan dalam hidungnya (2:7). Sang wanitapun diciptakan dengan cara yang sangat unik, beda dari semua mahluk hidup yang lain (3:18-25). Manusia sendiri diciptakan menurut gambar Allah dan diperintahkan untuk menaklukkan seluruh ciptaan (Kejadian 1:26-28). Lebih banyak ruang diberikan untuk penciptaan manusia daripada mahluk yang lain.

Fakta bahwa merupakan ciptaan terakhir memberikan 2 pelajaran pada kita. Yang pertama adalah bahwa Tuhan menganugerahkan hak istimewa, pada manusia untuk diciptakan sesuai dengan gambar dan rupa Allah, puncak dari karya kreatif Tuhan. Tidak heran penulis kitab Mazmur berkata,

4 Jika aku melihat langitMu, buatan jariMu,

bulan dan bintang-bintang yang Kau tempatkan:

5 apakah manusia, sehingga Engkau mengingatnya?

apakah anak manusia, sehingga Engkau mengindahkannya?

6 Namun Engkau telah membuatnya hampir sama seperti Allah,

dan telah memahkotainya dengan kemuliaan dan hormat.

7 Engkau membuat dia berkuasa atas buatan tanganMu;

segala-galanya telah Kau letakkan dibawah kakinya:

8 kambing domba dan lembu sapi sekalian,

juga binatang-binatang di padang;

9 burung-burung di udara dan ikan-ikan di laut,

dan apa yang melintasi arus lautan.

10. Ya Tuhan, Tuhan kami,

betapa mulianya namaMu di seluruh bumi!

Ada alasan kedua, yang lebih sederhana, untuk kita pelajari. Fakta bahwa manusia diciptakan di urutan terakhir harus membuat kita rendah hati. Jika manusia diciptakan yang terakhir, maka ia tak ada pada awal mulanya. Manusia tak punya andil apapun dalam penciptaan dunia. Penciptaan adalah pekerjaan Tuhan, tanpa bantuan manusia. Saya yakin bahwa ini adalah maksud Tuhan pada Ayub dalam Ayub 38 dan 39. Ayub tak pernah henti beriman pada Tuhan, tapi ia mulai mempertanyakan Tuhan, seakan akan Tuhan harus membuat penjelasan berkaitan dengan penderitaan Ayub. jawaban Tuhan sangat tegas. Kasarnya Tuhan mengatakan demikian:

“Sekarang ayo kita lihat, Ayub, Aku telah mendengar apa yang kaukatakan, kau mempertanyakan caraKu bekerja dalam hidupmu. Hal ini mengingatkanKu, dimanakah engkau saat Aku menciptakan bumi? Apakah kau ada didekatKu, memberi nasehat-”kenapa tak Kaugantung matahari itu lebih rendah sedikit, dan membuatnya sedikit lebih besar....”? Penciptaan menunjukkan bahwa Akulah sang Pencipta, dan kau adalah ciptaan. Penciptaan menunjukkan cintaKu, kebijakanKu, kekuasaanKu...jadi mengapa kau sekarang berani bertanya seberani itu mempertanyakan Aku?”

Saya juga akan menulis ulang jawaban Ayub: “Kalau begitu, tutuplah mulutku!” Dunia dimana kita hidup melukiskan kemulianNya, kebijakanNya, kekuasaanNya. Marilah kita tak melupakan hal ini. Dengan diingatkannya kita akan peran kita dalam penciptaan (atau lebih tepat, tak adanya peran kita) seharusnya membuat kita merendahkan diri di hadapan Tuhan.

(9) Kisah penciptaan memberikan pola bagi manusia untuk mengikuti pemeliharaan hari Sabat. Dalam Kejadian 2:1-3, kita membaca bahwa pada hari ketujuh Tuhan beristirahat dan dengan demikian membuat hari itu menjadi kudus. Kemudian dalam lima kitab pertama Perjanjian Lama, pemeliharaan hari Sabat menjadi suatu tanda Perjanjian Musa, yang harus diikuti, dengan hukuman mati bila dilanggar.

(10) Kisah penciptaan menggambarkan kedaulatan Tuhan atas seluruh ciptaan. Tuhan memberi nama semua yang Ia ciptakan. Baru kemudian, Tuhan memberi tugas pada Adam untuk menamai mahluk-mahluk hidup dan istrinya. Kata “memanggil” (lihat 1:5,8,10,19) adalah kata yang sama yang digunakan Adam untuk menamai mahluk-mahluk hidup (2:19-20), dan istrinya (2:23;3:20). Sampai saat ini sudah dipahami secara umum kalau mahluk yang diber nama kedudukannya lebih rendah dari dia yang memberi nama. Dengan memberi nama ciptaanNya, Tuhan menyatakan kedaulatanNya. Dengan menyuruh Adam memberi nama sebagian ciptaanNya, Tuhan memberikan kuasa (bukan kedaulatan) apada Adam atas alam. Tuhan mendelegasikan tanggung jawab pada manusia untuk memerintah atas ciptaanNya.

(11) Kisah penciptaan menunjukkan fakta bahwa Tuhan membangun moralitas kedalam karya ciptaNya. Hasil karya Tuhan itu baik karena Tuhan membuatnya dan menyatakanya baik. Di satu sisi, pernyataan “baik” menandakan kesenangan dan kepuasan Tuhan dalam menciptakan kosmos. Disisi lain aku yakin kata “baik” juga merupakan tafsiran moral. Materialisme atheis tidak melihat adanya moral dalam benda-benda material; namun ia melihat moralitas sebagai sesuatu yang eksternal dan dibebankan pada benda benda material oleh manusia (terutama agama). Bagi saya tampaknya kisah penciptaan menyatakan bahwa dunia material yang diciptakan Tuhan ini baik secara moral.

(12) Ada unsur moral kedua yang disiratkan olek kisah ini. Saat Tuhan menciptakan mahluk hidup, Ia memberkati mereka dan memerintahkan mereka supaya berbuah dan berkembang biak, memenuhi bumi (1:22,28). Tuhan, sang Pemberi Kehidupan, memerintahkan mahluk hidup untuk berkembang biak, dan dengan demikian menghargai dan mengembangkan kehidupan. Karena itu saya merasa heran jika kisah penciptaan tidak membuat mereka yang melakukan atau mengalami pengguguran kandungan sangat tidak nyaman. Tuhan, sang Pemberi Kehidupan, memerintahkan agar kita melanjutkan kehidupan, bukan memadamkannya. Kebetulan, jelas sekali bahwa baik manusia dan hewan pada mulanya makan tumbuh-tumbuhan untuk hidup (1: 29-30). Baru setelah air bah makan daging diijinkan (Kejadian 9:3).

Tuhan juga menciptakan kehidupan sebagai laki-laki dan perempuan. Ini adalah sarana perkembang biakan dapat terjadi. Jika manusia diperintahkan untuk berbuah dan berkembang biak, dan jika Tuhan memberi Adam seorang wanita untuk menjadi istrinya, bagaimana bisa masyarakat kita bersedia menerima pernikahan “kelamin sama”? Saya yakin bahwa pada penciptaan dan sebelum kejatuhan manusia, apa yang alami adalah bermoral dan baik. Tidak heran Paulus menyebut homoseksual sebagai tidak alami (Roma 1:26-27). Pada saat manusia meninggalkan cara cara “yang seperti pada mulanya”, mereka meninggalkan yang alami dan baik (lihat Markus 10:2-9)

Sebelum kita melanjutkan pelajaran ini, saya ingin memberikan implikasi dan penerapan dari pengamatan di atas.

(1) Kami mengajukan bahwa “awal mula” pada Kejadian 1 bukanlah awal mula yang paling awal. Mari kita pikirkan implikasinya selama beberapa saat. Manusia suka berpikir bahwa segala sesuatu berputar disekelilingnya, sama seperti ketika manusia mengira bahwa matahari mengelilingi bumi. Intinya adalah bahwa ada gambaran yang jauh lebih besar dan manusia hanyalah bagian yang kecil di dalamnya, bukan seluruh gambaran itu sendiri. Manusia diciptakan oleh Tuhan dan untuk kemuliaan Tuhan. Manusia tidak diciptakan sebelum malaikat. Manusia menduduki kedudukan yang mulia diantara ciptaan Tuhan, tapi manusia masih tetap adalah karya cipta.

(2) Kami mencatat bahwa Tuhan membuat kosmos (keteraturan) dari kekacauan pada saat penciptaan. Betapa indahnya kebenaran ini. Tuhan mampu membuat kekacauan menjadi sesuatu yang indah dan berguna. Tuhan bukanlah Tuhan kekacauan, tapi Tuhan keteraturan (lihat 1 Korintus 14:33, 40). Karena itu, jika seorang Kristen berlaku secara kacau, atau jika suatu gereja dalam keadaan kacau, itu bukanlah hasil kerja Allah, tapi hasil dosa kita.

Saya ingin menanyakan sesuatu selembut mungkin, kawanku, “Apakah hidupmu dalam kekacauan?” Jika ya, maka hanya ada satu jalan keluar: Tuhan. Hanya Tuhan yang mampu membuat ciptaan baru dari hidupmu, mengubah kekacauan menjadi keteraturan. Ia melakukannya melalui anakNya, Yesus Kristus. Dialah yang datang ke bumi, menambahkan kemanusiaan yang sempurna atas keilahianNya yang sempurna, hidup dengan sempurna, menyingkapkan dosa manusia dan membayar dosa kita dengan mati di atas kayu salib di Kalvari. Anda bisa menjadi ciptaan baru dengan percaya kepadaNya:

17 Jadi siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru: yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang. 18 Dan semuanya ini dari Allah, yang dengan perantaraan Kristus telah mendamaikan kita dengan diriNya dan yang telah mempercayakan pelayanan pendamaian itu kepada kami. 19 Sebab Allah mendamaikan dunia dengan diriNya oleh Kristus dengan tidak memperhitungkan pelanggaran mereka. Ia telah mempercayakan berita pendamaian itu kepada kami. 20 Jadi kami ini adalah utusan-utusan Kristus, seakan-akan Allah menasehati kamu dengan perantaraan kami; dalam nama Kristus kami meminta kepadamu: berilah dirimu didamaikan dengan Allah. 21 Dia yang tidak mengenal dosa telah dibuatNya menjadi dosa karena kita, supaya dalam Dia kita dibenarkan oleh Allah. (2 Korintus 5:17-21)

(3) Kami telah menunjukkan bahwa Allah menciptakan alam semesta melalui suatu proses yang meliputi suatu rentang waktu tertentu (enam hari). Tuhan bekerja melalui proses, dan Ia tidak melakukan pekerjaanNya secara instan. Coba kita merenungkan Abraham sejenak. Tuhan berjanji pada Abraham bahwa ia aka menjadi bapa dari banyak bangsa, melalui seorang putra yang akan diberikanNya kepadanya dan pada Sarah. Tapi putra yang dijanjikan ini tidak juga lahir selama 25 tahun. Pikirkan tentang keselamatan manusia. Berapa tahun berlalu sejak janji Tuhan pada Adam dan Hawa akan kedatangan sang Juru Selamat (Kejadian 3:15) dan kedatangan Tuhan kita? Tuhan punya rencana dan proses, dan Ia punya waktu sendiri untuk melaksanakannya. Nikodemus datang pada Tuhan kita dalam Yohanes 3, tapi ia tidak percaya pada Tuhan sampai beberapa waktu kemudian. Murid-murid Tuhan memerlukan waktu untuk memahami apakah Injil itu. Mereka tidak benar-benar memahami Injil sampai dengan saat kematian dan kebangkitan Tuhan Yesus. Berapa kali saya bertanya pada seseorang, “Bagaimana Anda menjadi seorang Kristen?” Hampir tanpa kecuali jawabannya kira-kira demikian: “Wah, ceritanya panjang....”

Tuhan juga memerlukan waktu untuk melengkapi proses pengudusan. Aku teringat pada Yakub dan merasa takjub akan kenyataan bahwa hampir seluruh hidupnya ia mengabaikan rencananya dan percaya pada Tuhan. Namun demikian, orang Kristen masa kini ingin menjadi dewasa rohani secara instan. Tuhan bahkan menggunakan proses yang memakan waktu dalam menangani kejahatan. Pengadilan adalah suatu proses yang meliputi peringatan, lalu tindakan menarik perhatian, dan kemudian pengadilan terakhir. Kita terus bertanya pada Tuhan, “Berapa lama?” karena kita tidak mau menunggu, tapi disini pula Tuhan bekerja melalui sebuah proses yang memerlukan waktu.

(4) Kita melihat bahwa penciptaan terjadi oleh Firman Tuhan. Tuhan hanya berkata sepatah kata dan apapun yang diperintahkanNya terjadi. Saat ini kita memiliki Firman Tuhan secara tertulis di tangan kita. Aku ingin tahu seberapa cepat kita meresponi perintah-perintahNya. Aku ingin tahu seberapa besar kepercayaan yang kita miliki atas FirmanNya.

7 Baiklah orang fasik meninggalkan jalannya

dan orang jahat meninggalkan rancangannya;

baiklah ia kembali kepada Tuhan,

maka Dia akan mengasihaninya,

dan kepada Allah kita, sebab Ia memberi pengampunan dengan limpahnya.

8 Sebab rancanganKu bukanlah rancanganmu,

dan jalanmu bukanlah jalanKu,

demikian Firman Tuhan.

9 Seperti tingginya langit dari bumi,

demikianlah tingginya jalanKu dan jalanmu

dan rancanganKu dari rancanganmu.

10 Sebab seperti hujan dan salju turun dari langit

dan tidak kembali kesitu,

melainkan mengairi bumi, membuatnya subur dan menumbuhkan tumbuh-tumbuhan,

memberikan benih kepada penabur dan roti kepada orang yang mau makan,

11 demikianlah FirmanKu yang keluar dari mulutKu:

ia tidak akan kembali padaKu dengan sia-sia,

tetapi ia akan melaksanakan apa yang kukehendaki,

dan akan berhasil dalam apa yang Kusuruhkan kepadanya (Yesaya 55:7-11).

1 Beginilah firman Tuhan:

Langit adalah takhtaKu

dan bumi adalah tumpuan kakiKu;

rumah apakah yang akan kamu dirikan bagiKu,

dan tempat apakah yang akan menjadi perhentianKu?

2 Bukankah tanganKu yang membuat semuanya ini,

sehingga semuanya ini terjadi?

demikianlah firman Tuhan.

Tetapi kepada orang inilah Aku memandang:

kepada orang yang tertindas dan patah semangatnya

dan yang gentar terhadap firmanKu (Yesaya 66:1-2).

(5) Kita telah melihat bahwa proses penciptaan meliputi pemisahan dan penggabungan. Seorang temanku, Joe Baird, menunjukkan padaku bahwa dalam pasal kedua, Tuhan menyatukan Adam dan Hawa dalam pernikahan. Tuhan Yesus kemudian berkata bahwa apapun yang telah disatukan oleh Tuhan, tidak dapat dipisahkan oleh manusia (Matius 19:4-6). Musa menyatakan bahwa saat seorang laki-laki menikah dengan seorang perempuan, mereka meninggalkan orang tuanya (berpisah) dan menjadi satu (Kejadian 2:24-25). Dalam menciptakan suatu kaum, Tuhan bekerja menggabungkan atau menyatukan putra putra Yakub (Israel), karena persatuan mereka adalah sesuatu yang penting. Bersamaan dengan itu, Tuhan memisahkan mereka dari dunia. Hal ini dilakukanNya dengan membawa mereka ke Mesir, dimana orang Mesir tidak akan kawin campur dengan mereka. Hukum Musa (terutama yang menyangkut bersih dan tidak bersih) memisahkan umat Tuhan dengan dunia penyembah berhala. Saat ini, Tuhan menyatukan orang percaya bersama sama dalam tubuh Kristus. Perbedaan-perbedaan awal telah dikesampingkan (Efesus 2:11-22). Kita tidak lagi berbeda jika Tuhan telah menyingkirkan perbedaan itu (Kis 10:11; Galatia 2:11-21)

(6) Kita telah mengamati bahwa Tuhan menciptakan dunia dimana Ia terlibat secara intim. Tuhan bukanlah “pengamat” yang jauh, yang tidak tertarik atau tidak berkuasa untuk turut campur dalam urusan-urusan dunia. Alkitab berkata bahwa Tuhan selalu mengawasi dan memelihara ciptaan-ciptaanNya, memberi hujan dan panen dan makanan pada semua mahluk ciptaanNya.

(7) Kita telah melihat bahwa Tuhan ingin agar manusia memiliki suatu hubungan denganNya. Dapatkah Anda membayangkan berjalan bersama Tuhan di Taman Eden? Itulah yang tampaknya dilakukan oleh Adam dan Hawa (lihat Kejadian 3:8-10). Tuhan menyediakan taman, tidak hanya sebagai tempat tinggal dan pelayanan, namun juga sebagai tempat bersekutu denganNya. Kemudian, Tuhan memberikan tempat-tempat lain dimana manusia dapat bertemu denganNya: (1) di tanah Israel (lihat Kejadian 28:16-17); (2) tabernakel; dan (3) mezbah. Yang terakhir, Yesus Kristus sebagai manusia telah menjadi perantara antara Tuhan dan manusia, antara surga dan bumi (lihat Yohanes 1:49-51; 4:19-24; 1 Timotius 2:5). Manusia tidak akan pernah menjadi benar kecuali bila ia berhubungan secara benar dengan Allah, dan bersekutu setiap hari denganNya.

(8) Akhirnya, manusia dibuat menurut gambar dan rupa Allah dan diperintahkan untuk menaklukkan seluaruh ciptaan Tuhan. Pasti perintah ini mengandung implikasi lingkungan hidup. Kita harus memelihara bumi dan tidak menyalahgunakan atau mengotorinnya. Bumi adalah ciptaan Tuhan, dan kita ditempatkan di bumi sebagai pelayan-pelayanNya untuk memelihara bumi. Bumi (alam) bukan dewa, seperti yang dipikirkan beberapa orang, namun hasil karya cipta Tuhan. Kita tidak boleh menyembahnya, tapi kita harus memeliharanya baik-baik.

Kita melihat kembali, tidak hanya ke saat penciptaan, tapi juga pada pengalaman-pengalaman bangsa Israel selama dan sesudah keluar dari Mesir. Musa menuliskan hukumnya sebelum ia meninggal, jadi hukum ini ditulis sebelum generasi kedua bangsa Israel masuk ke Tanah Perjanjian. Aku percaya bahwa kelima Kitab Musa pada mulanya ditulis untuk kepentingan generasi kedua bangsa Israel yang akan memasuki dan memiliki tanah Kanaan. Mereka perlu mengetahui siapa mereka, darimana mereka berasal, dan apakah takdir mereka. Lebih dari itu, mereka perlu mengenal Allah Israel secara pribadi. Kelima kitab Musa memberikan warisan dan takdir Israel secara tertulis.

Mari kita berhenti sejenak untuk melihat bagaimana peristiwa peristiwa dalam penciptaan membentuk cara berpikir dan tingkah laku orang-orang pilihan Tuhan di jaman dulu. Kejadian pertama yang berhubungan dengan kisah penciptaan adalah air bah. Tuhan telah menciptakan bumi dan seisinya, namun segera setelah jatuhnya manusia bumu segera menjadi jahat dan Tuhan menghancurkannya. Sebagai Sang Pencipta, Tuhan memiliki seluruh ciptaan dan dapat melakukan apa saja yang disukaiNya. Sebagai pelaku perubahan dari kumpulan air yang tak berbentuk menjadi kosmos yang indah, Tuhan mampu “mengalirkan air” dan menimbulkan air bah di seantero dunia. Banjir besar ini menyaksikan kenyataan Tuhan sebagai Sang Pencipta, yang mampu dan bebas melakukan apa saja pada ciptaanNya sekehendak hatiNya.

Kejadian kedua ditemukan dalam kitab Kejadian 14, dimana Abraham (Abram pada mulanya-lihat Kejadian 17:5) bertemu dengan orang yang sangat mengesankan: Melkisedek, Raja Salem. Lima raja di daerah sekitar Sodom dan Gomorah memberontak melawan Kedorlaomer dan mereka yang ada bersamanya. Sewaktu Kedorlaomer dan para sekutunya menyerang kelima raja ini, mereka menang atas para pemberontak ini, membawa pulang banyak jarahan dan banyak orang, diantaranya kemenakan Abram Lot. Abram membawa pasukan bersenjatanya dan mengejar mereka, mengalahkan Kedorlaomer dan sekutu-sekutunya dan menyelamatkan Lot beserta orang-orang lain dan harta milik mereka. Waktu Abram kembali, Raja Sodom dan sekutu-sekutunya amat bergembira karena keluarga mereka telah kembali. Tampaknya raja-raja Sodom dan Gomora telah merencanakan perayaan “penyambutan”, semacam parade yang meriah. Tapi sebelum para raja ini dapat menyambut Abram, seorang raja yang lain menyambutnya di tengah jalan-Melkisedek, raja Salem. Ia membawa roti dan anggur karena ia adalah seorang imam Allah, dan ia memberkati Abram dengan kata-kata berikut,

“Diberkatilah kiranya Abram oleh Yang Maha Tinggi,
Pencipta langit dan bumi.

20 dan terpujilah Allah Yang Maha Tinggi,
yang telah menyerahkan musuhmu ke tanganmu” (Kejadian 14:19b-20a, penekanan oleh saya).

Tidak lama setelah itu, raja Sodom menyambut Abram dan menawarkan padanya untuk mengambil semua harta benda yang dimenangkan Abram dalam perang kecuali orang-orang raja Sodom yang telah diculik dari Sodom. Jawaban Abram sangat menarik:

22 Tetapi kata Abram kepada raja negeri Sodom itu: “Aku bersumpah demi Tuhan, Allah Yang Maha Tinggi, Pencipta langit dan bumi: 23 Aku tidak akan mengambil apa-apa dari kepunyaanmu itu, sepotong benang atau tali kasutpun tidak, supaya engkau jangan dapat berkata: Aku telah membuat Abram menjadi kaya. 24 Kalau aku, jangan sekali-kali! Hanya apa yang telah dimakan bujang-bujang ini dan juga bagian orang-orang yang pergi bersama aku, yakni Aner, Eskol dan Mamre, biarlah mereka itu mengambil bagiannya masing-masing” (Kejadian 14:22-24, penekanan oleh saya).

Sungguh besar perbedaan yang kita lihat antara Melkisedek, raja Salem, dan raja Sodom. Melkisedek mengingatkan Abram pada Dia yang dilayaninya, “Pencipta langit dan bumi.” Akibatnya, raja Sodom berkata pada Abram bahwa Abram adalah yang terbesar dan menawarkan padanya seluruh harta benda dari peperangan. Abram menolak tawaran raja Sodom, menggunakan kata kata yang sama seperti yang baru saja dikatakan Melkisedek padanya. Ia akan memuliakan Tuhan, “Pencipta langit dan bumi,” karena Dialah yang memberikan kemenangan pada Abram. Abram tak ingin mengambil pujian milik Tuhan, dan Abram tak ingin diperkaya oleh raja penyembah berhala. Tuhan telah berjanji untuk memberkati Abram, dan Abram tak percaya bahwa berkat itu akan diberikan oleh seorang raja penyembah berhala., raja Sodom. Jika Tuhan Abram adalah Sang Pencipta, maka Tuhan akan memberikan kemenangan dalam peperangan dan juga berkat materi.

Bukan hanya Abram yang mengerti bahwa Tuhannya adalh Pencipta langit dan bumi. Rahab, pelacur dari Yeriko, juga mengerti hal ini. Dengarkan perkataannya, yang dikatakannya pada mata-mata Israel:

8 Tetapi sebelum kedua orang itu tidur, naiklah perempuan itu mendapatkan mereka di atas sotoh. 9 dan berkata kepada orang-orang itu: “Aku tahu bahwa Tuhan telah memberikan negeri ini kepada kamu dan bahwa kengerian terhadap kamu telah menghinggapi kami dan segala penduduk negeri ini gemetar menghadapi kamu. 10 Sebab kami mendengar, bahwa Tuha telah mengeringkan air laut Teberau di depan kamu, ketika kamu berjalan keluar dari Mesir, dan apa yang kamu lakukan kepada kedua raja orang Amori yang diseberang sungai Yordan itu, yakni kepada Sihon dan Og, yang telah kamu tumpas. 11 Ketika kami mendengar itu, tawarlah hati kami dan jatuhlah semangat setiap orang menghadapi kamu, sebab Tuhan, Allahmu, ialah Allah di langit atas dan di bumi di bawah. 12 Maka sekarang, bersumpahlah kiranya demi Tuhan, bahwa karena aku telah berlaku ramah terhadapmu, kamu juga akan berlaku ramah terhadap kaum keluargaku; dan berikanlah kepadaku suatu tanda yang dapat dipercaya, 13 bahwa kamu akan membiarkan hidup ayah dan ibuku, saudara-saudaraku yang laki-laki dan yang perempuan dan semua orang-orang mereka dan bahwa kamu akan menyelamatkan nyawa kami dari maut” (Yosua 2:8-13, penekanan oleh saya).

Rahab tahu bahwa Allah Israel adalah Tuhan itu sendiri, dan bahwa dewa-dewanya bukan Tuhan. Dia mengerti bahwa sebagai Sang Pencipta Tuhan adalah Allah atas langit dan bumi. Imannya pada Tuhan termasuk keyakinannya yang teguh bahwa Tuhan telah menciptakan langit dan bumi.

Keluarnya bangsa Israel dari Mesir memberikan kesempatan yang sangat bagus untuk mendemostrasikan secara dramatik bahwa Tuhan adalah Pencipta langit dan bumi. Saat Tuhan memerintahkan Musa untuk kembali ke Mesir dan meminta firaun melepaskan bangsanya, Musa protes dengan berbagai cara. Pada akhirnya Musa berusaha meyakinkan Allah bahwa ia tidak layak menghadap firaun karena ia tak pandai bicara:

10 Lalu kata Musa kepada Tuhan: “Ah, Tuhan, aku ini tidak pandai bicara, dahulupun tidak dan sejak Engkau berfirman kepada hambaMupun tidak, sebab aku berat mulut dan berat lidah.” 11 Tetapi Tuhan berfirman kepadanya: “Siapakah yang membuat lidah manusia, siapakah yang mebuat orang bisu atau tuli, membuat orang melihat atau buta; bukankah Aku, yakni Tuhan? 12 Oleh sebab itu, pergilah, Aku akan menyertai lidahmu dan mengajar engkau, apa yang harus kaukatakan” (Keluaran 4:10-12, penekanan oleh saya).

Musa berusaha mencari alasan untuk menghindari tugas yang diberikan Allah dengan mengatakan bahwa ia tidak pandai bicara. Tuhan mengingatkan Musa bahwa Ia telah menciptakan mulut Musa. Dengan cara yang sama, dalam Mazmur 139, Daud mengatakan bahwa Tuhan menciptakan ia dalam kandungan:

13 Sebab Engkaulah yang membentuk buah pinggangku,

menenun aku dalam kandungan ibuku.

14 Aku bersyukur kepadaMu oleh karena kejadianku dahsyat dan ajaib;

ajaib apa yang Kaubuat,

dan jiwaku benar-benar menyadarinya.

15 Tulang-tulangku tidak terlindung bagiMu,

ketika aku dijadikan di tempat yang tersembunyi,

dan aku direkam di bagian-bagian bumi yang paling bawah;

16 mataMu melihat selagi aku bakal anak,

dan dalam kitabMu semuanya tertulis hari-hari yang akan dibentuk,

sebelum ada satupun dari padanya (Mazmur 139:13-16)

Keluarnya bangsa Israel dari Mesir dan cepatnya Kanaan menjadi milik mereka menekankan kenyataan bahwa Tuhan menciptakan langit dan bumi. Saat Musa menuntut firaun untuk melepaskan bangsa Israel, firaun pastilah menganggapnya sebagai sesuatu yang konyol. Bangsa Israel adalah bangsa kelas bawah; mereka menjadi budak di Mesir, negeri paling kuat diseantero dunia pada saat itu. Musa hanyalah seorang penggembala yang hidupnya berpindah-pindah. Betapa beraninya dia menuntut firaun? Dan siapakah Tuhannya, kepada siapa ia bicara dengan begitu beraninya? firaun menunjukkan ketidaksukaannya pada Allah Israel dengan terang-terangan:

1 Kemudian Musa dan Harun pergi menghadap Firaun dan berkata, “Beginilah firman Tuhan, Allah Israel: Biarkanlah umatKu pergi untuk mengadakan perayaan bagiKu di padang gurun.” 2 Tetapi Firaun berkata: “Siapakah Tuhan itu yang harus kudengarkan firmanNya untuk membiarkan orang Israel pergi? Tidak kenal aku Tuhan itu dan tidak juga aku akan membiarkan orang Israel pergi” (Keluaran 5:1-2).

Tulah yang menimpa bangsa Mesir adalalah jawaban Tuhan atas pertanyaan Firaun. Tulah-tulah itu berkenaan dengan alam (air sungai Nil berubah menjadi darah, katak, nyamuk, lalat pikat, penyakit sampar pada ternak, barah, hujan es, belalang, gelap gulita, dan kematian putra sulung bangsa Mesir). Para tukang sihir bangsa Mesir mampu meniru tulah-tulah yang pertama, tapi mereka segera harus mengakui bahwa mereka tak mampu menandingi, dan bahwa tulah-tulah tersebut adalah “tangan Allah” (Keluaran 8:19). Tuhan menunjukkan kuasaNya atas alam dengan perantaraan tulah-tulah tersebut. Dan dewa-dewa Mesir diejek dengan tulah-tulah ini, karena dewa-dewa itu dianggap berkuasa atas aspek aspek alam tertentu, dan beberapa mahluk yang dipakai Tuhan sebagai tulah merupakan simbol dari dewa-dewa mereka.

Siapakah Allah Israel, sehingga Firaun harus mentaati perintah-perintahNya? Dia adalah Pencipta langit dan bumi; Dia adalah yang berfirman dan kekuatan-kekuatan alam akan taat. Terbelahnya Laut Merah merupakan lapisan gula diatas kue. Siapa lagi kalau bukan Tuhan yang dapat membelah laut, sehingga bangsa Israel dapat berjalan melalui tanah yang kering, dan membuat laut kembali menyatu di atas pasukan Mesir?

Ini adalah serangkaian mujizat yang sangat penting karena ini merupakan pembuktian kisah Penciptaan dalam Kejadian 1 dan 2. Generasi pertama bangsa Israel yang meninggalkan Mesir melihat tangan Allah dalam tulah-tulah yang menimpa bangsa Mesir. Mereka melihat laut terbelah dan orang Mesir tenggelam. Mereka melihat Tuhan menyediakan makanan, air dan pakaian untuk begitu banyak orang dan ternak mereka sehinga mereka dapat selamat di tengah padang belantara. Bangsa Israel perlu belajar untuk percaya pada Tuhan yang menyediakan makanan bagi mereka. Dia akan menurunkan hujan untuk tanaman yang mereka tanam, dan Dia akan memberikan kesejahteraan, jika mereka mentaati perintah-perintahNya dan percaya kepadaNya (lihat Ulangan 28:1-14). Penduduk Kanaan adalah orang orang yang sangat jahat dan penyembah berhala. Mereka mempunyai dewa-dewa alam mereka sendiri, dan bangsa Israel akan tergoda untuk menyembah dewa-dewa itu. Sangatlah penting bagi bangsa Israel untuk mengenal dan meyakini bahwa Tuhan menciptakan langit dan bumi, dan karena itu, Ia dapat diandalkan untuk menyediakan setiap kebutuhan mereka.

Ada banyak sekali ayat dalam Alkitab yang menyatakan Tuhan sebagai Sang Pencipta. Mari saya daftar beberapa ayat penting yang saya temukan:

Kejadian 1-2; 14:19-22; 15:4-6; 24:2-4

Keluaran 4:10-12; 20:8-11; 31:12-17

Ulangan 10:12-18; 11:11-17; 28:12, 23-24

Yosua 2:6-13

2 Samuel 22:6-18

2 Raja raja 19:14-19

1 Tawarikh 16:26

Nehemia 9:6

Ayub 38-39

Mazmur 8;19:1-6; 33:6-9; 89:11-12; 96:5; 102:23-28; 104:1-35

107:23-31 (bandingkan ayat 29 dengan Matius 8:26)

Mazmur 121; 124:8; 134:3; 135:5-7; 136:1-9; 146:1-7; 147:7-9

Amsal 3:19-20; 8:22-31; 30:1-4

Yesaya 37:14-20; 40:12-31; 42:5-9; 44:24-28;45:8-12, 18; 48:12-16; 51:12-16; 54:5; 65:17-25

Yeremia 4:23-28; 10:6-16; 32:16-19; 51:14-17

Yunus 1:9

Zakharia 12:1

Kisah para Rasul 4:24; 14:14-18; 17:24

Roma 1:18-25; 9:20-21

1 Korintus 8: 4-6

Kolose 1:15-17

Ibrani 1:10; 11:3

Wahyu 4:11; 10:6; 14:7

Saya telah merangkum pelajaran-pelajaran dalam naskah ini menurut kategori berikut. Hasilnya masih belum sempurna, namun sudah menunjukkan betapa pentingnya kebenaran bahwa Tuhan menciptakan langit dan bumi di seluruh Alkitab:

(1) Tuhan yang ada di Alkitab, Tuhan Israel, adalah Sang Pencipta yang membuat langit dan bumi.

Abraham mengaku demikian: Kejadian 14:19, 22; 24:2-4

Rahab juga mengakuinya: Yosua 2:9-13

Yunus mengakuinya pula: Yunus1:9

Lihat Roma 1:18-25

(2) Tuhan adalah pusat semua ciptaan. Oleh sebab itu, hanya Dia saja yang harus disembah sebagai Sang Pencipta. Karena Allah Israel adalah Sang Pencipta, dan Ia telah menciptakan segala sesuatu yang pernah diciptakan, tak ada dewa-dewa lain (karena jika ada, Tuhan pasti sudah menciptakan mereka, dan Tuhan mengatakan bahwa tak ada Tuhan lain selain Dia- Ulangan 6:4; Yesaya 45:14,21). Berhala hanyalah ciptaan tangan manusia. Betapa tragisnya; Tuhan menciptakan manusia, namun para penyembah berhala mengira mereka dapat menciptakan dewa-dewa mereka sendiri.

1 Korintus 16:26

Mazmur 96:5

Yesaya 40:12-31

Yeremia 23:6-16; 51:14-17

Kisah Para Rasul 14:14-18; 17:24

Roma 1:18-25

1 Korintus 8:4-6

(3) Tuhan, Pencipta langit dan bumi, memiliki hasil karya ciptaNya (Ulangan 10:14), dan karena itu Ia bebas melakukan apa saja terhadap ciptaanNya sekehendak hatiNya, termasuk memberikan belas kasihan atau menjatuhkan penghakiman (pemilihan).

Langit dan bumi adalah milik Allah (Mazmur 89:11-12).

Ia memiliki manusia dan semua mahluk hidup-dan juga air bah (Kejadian 6-9).

Ia memiliki daratan, bukan milik bangsa Isarel dan juga bukan milik siapapun (Imamat 25:23; kontras Yehezkiel 29:3-9).

Ia adalah Tukang Periuk, dan kita adalah tanah liat (Yesaya 29:15-16; 64:8).

Sebagai tukang periuk, Ia dapat melakukan apa saja pada tanah liat- jelasnya, menunjukkan belas kasihan atau kutuk (Yeremia 18:1-12; Roma 9:18-26).

(4) Karena Tuhan telah menunjukkan KebijakanNya yang tak terbatas dan kuasaNya dalam hasil karya ciptaNya (Amsal 3:19-20; Amsal 8:22-31), dan manusia hanyalah hasil ciptaan, manusia sebaiknya tidak mempertanyakan kebijakan Tuhan dalam apa yang sedang dilakukanNya.

Ayub 38-39

Yesaya 45:9-13

(5) Penciptaan menunjukkan sifat-sifat Allah- Dia sangat kuat, maha bijaksana, abadi, mulia dan agung. Karena itu manusia harus takut dan menyembah Allah.

Mazmur 8; 19:1-6

Mazmur 33:6-8

Mazmur 102:23-28

Mazmur 134:3

Mazmur 135:5-7

Mazmur 136:1-9

Yesaya 51:12-16

Roma 1:19-20

Wahyu 4:11; 14:7

(6) Sebagai Pencipta, Tuhan menguasai secara mutlak dan sepenuhnya atas hasil ciptaanNya.

Ia menurunkan dan menahan hujan (Ulangan 11:11-17; 28:12, 24; 1 Raja raja 17-18; Yakobus 5:17-18).

Mazmur 96:5,10

Zakharia 12:1

Kolose 1:15-17

(7) Sebagai Pencipta, Tuhan berkuasa atas alam yang mentaati segala perintahNya, termasuk menyelamatkan umatNya dari musuh-musuh mereka.

Dalam perang- 2 Samuel 22:6-18

Saat keluar dari Mesir- Keluaran 6-15

Doa Hezekia agar diselamatkan dari Senakerib (2 Raja raja 19:14-19)

Mazmur 121; 124:8; 146:1-7

Yesaya 37:14-20

Kisah Para Rasul 4:24

(8) Sebagai Pencipta, Tuhan telah menunjukkan kuasanya yang tak terbatas, yang berlaku sebagai jaminan bahwa Ia akan memenuhi janji-janjiNya di masa mendatang (beberapa diantaranya dijabarkan sebagai “ciptaan baru”).

Yesaya 42:5-9

Yesaya 44:24-28

Yesaya 45:8-19

Yesaya 48:12-16

(9) Metode Tuhan dalam Penciptaan dimaksudkan untuk digunakan sebagai pola bagi tindak tanduk manusia. Seperti Tuhan telah beristirahat pada hari ketujuh, setelah menciptakan alam semesta, maka manusia harus beristirahat pada hari Sabat (Keluaran 20:8-11; 31:15-17). Menerapkan hari Sabat merupakan salah satu cara bangsa Israel mengenali Allah sebagai Pencipta mereka.

Kita hanya mulai masuk ke permukaannya saja, tapi saya percaya kita telah menunjukkan semuanya diseluruh Alkitab ditunjukkan bahwa Tuhan menciptakan langit dan bumi. Pencipta bumi ini adalah Tuhan, dan hanya Dialah Tuhan. Mereka yang menolak kesaksian alam adalah bersalah di hadapan Tuhan (Roma 1:18-27). Jika Tuhan adalah Sang Pencipta, maka perkataanNya pastilah benar.

Perjanjian Baru membuat suatu pernyataan yang sangat menkajubkan--bahwa Yesus Kristus adalah Tuhan, bahwa Ia telah ada abadi sejak dahulu kala, dan merupakan Pencipta dunia ini:

1 Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah. 2 Ia pada mulanya bersama-sama dengan Allah. 3 Segala sesuatu dijadikan oleh Dia dan tanpa Dia tak sesuatupun yang telah jadi dari segala yang telah dijadikan. 4 Dalam Dia ada hidup dan hidup itu adalah terang manusia. 5 terang itu bercahaya di dalam kegelapan dan kegelapan itu tidak menguasainya (Yohanes 1:1-5).

15 Ia adalah gambar Allah yang tidak kelihatan, yang sulung, lebih utama dari segala yang diciptakan, 16 karena didalam Dialah telah diciptakan segala sesuatu, yang ada di surga dan yang ada di bumi, yang kelihatan dan yang tidak kelihatan, baik singgasana, maupun kerajaan, baik pemerintah, maupun penguasa; segala sesuatu diciptakan oleh Dia dan untuk Dia. 17 Ia ada terlebih dahulu dari segala sesuatu dan segala sesuatu ada di dalam Dia (Kolose 1:15-17).

Ini adalah pernyataan yang luar biasa, yang telah dibuktikan kebenarannya oleh Tuhan Yesus dalam kehidupan dan pelayananNya di bumi, terutama dengan mujizat-mujizatNya. Dalam Injil Yohanes, mujizat pertama yang dilakukan Tuhan Yesus dicatat pada pasal kedua. Saat menghadiri pesta pernikahan bersama keluarga dan murid-muridNya, Tuhan Yesus mengubah air menjadi anggur. Tuhan Yesus bahkan tidak menyentuh air itu; Ia hanya menyampaikan perintah kepada para pelayan (yang didesak oleh ibunya agar mentaati setiap perintahNya), dan perubahan terjadi ketika mereka taat. Dalam Markus 4:35-41, kita melihat badai ditenangkan, sekali lagi oleh perintahNya. (Perhatikan bahwa dalam menenangkan badai, Tuhan kita tampaknya menggenapi kata-kata dalam Mazmur 89:9.) Dalam Yohanes 11, Yesus membangkitkan Lazarus dari dunia orang mati, membuktikan bahwa Ia adalah Sang Pemberi Kehidupan.

Hanya Yesus saja yang dapat membangkitkan mereka yang telah mati dalam pelanggaran dan dosa mereka (Efesus 2:1-10). Hanya Dia saja yang dapat mengubah kita menjadi ciptaan baru (2 Korintus 5:17). Hanya Dia saja yang dapat menggantikan dunia yang penuh dengan dosa ini dengan kerajaan kekal, dimana dosa dan kematian sudah tak ada lagi. Di dalam Dialah Anda harus meletakkan kepercayaan Anda akan pengampunan dosa dan jaminan kehidupan kekal. Akan datang hari dimana surga dan bumi ini akan berlalu, dan Tuhan akan menciptakan surga dan bumi yang baru. Kalau Anda menganggap ciptaan pertama ini hebat, Anda masih belum melihat apa-apa. Ciptaan yang baru jauh lebih baik (Wahyu 22:1). Siapkah Anda menyambut datangnya hari itu?

Bagi mereka yang percaya pada Yesus Kristus, tak hanya sebagai Pencipta mereka, tapi juga Juru Selamat, kenyataan bahwa Ia adalah Sang Pencipta menjawab banyak pertanyaan dan memecahkan banyak masalah. Hal ini mendorong kita untuk sabar saat kita merasa khawatir Tuhan tidak bertindak cukup cepat. Lagipula, Ia adalah kekal dan tidak terburu-buru, dan Dia bekerja melalui proses yang memakan waktu. Pada saat kita menghadapi masalah atau pertentangan yang membuat kita takut, kita perlu ingat bahwa Tuhan kita adalah Sang Pencipta dan Pemelihara alam semesta. Ia dapat menggunakan setiap bagian dari hasil karya ciptaNya untuk datang menolong kita. Pada saat kita menderita dan kita mulai meragukan hikmat Allah, mari kita mengingat bahwa Allah kita adalah Pencipta langit dan bumi yang Maha Bijaksana. Dan saat kita ingin menentang Tuhan atas kedaulatanNya, mari kita mengingat bahwa Ia adalah Sang Tukang Periuk, dan kita adalah tanah liat; Ia adalah Sang Pencipta, dan kita adalah hasil karyaNya. Tuhan dapat melakukan apa saja sesuai kehendakNya pada hasil karyaNya (lihat Roma 9:19-22).

Herankah Anda bila kisah penciptaan dalam kitab Kejadian ini dipertentangkan? Implikasi fakta bahwa Tuhan adalah Sang Pencipta langit dan bumi sangatlah luar biasa. Bagi orang Kristen, hal ini adalah sumber damai sejahtera dan sukacita. Bagi mereka yang tidak percaya, hal ini sangat menakutkan. Betapa indah kebenaran bahwa Tuhan adalah Sang Pencipta. Dan mengingat bahwa kita telah diundang untuk masuk dalam persekutuan yang intim dengan Dia melalui PutraNya.


Previous PageTable Of ContentsNext Page