Konsepsi Harapan datangnya Raja dari Keturunan Daud
didalam Mazmur 2, 45, dan 72

oleh
Greg Herrick, Ph.D.
trans. by Stevy Tilaar</p>

Pendahuluan

Keinginan Israel akan keagungan kerajaan Daud yang membuat mereka mengalahkan semua musuh dan mengantar pada kemenangan kekal dan penguasaan universal ada dalam pikiran komunitas itu melalui lagu-lagu pujiannya. Ada materi kerajaan diseluruh mazmur, tapi kita memilih enam mazmur yang secara tradisi dimengerti mengandung harapan kerajaan Daud, tiga pertama akan kita bahas secara singkat sekarang dan tiga kemudian pada tulisan berikut. Kita akan menyelidiki elemen dari harapan keturunan Daud dalam Mazmur 2, 45, 72, 89, 110, dan 132, tapi pembahasan mengenai kritik akan seminim mungkin karena sebagian besar pertanyaan tetap tidak berhubungan dengan tujuan sekarang. Ini tulisan keempat mengenai harapan Davidic dalam PL dan masa intertestament. Tulisan lainnya ada diwebsite ini dengan judul: 1) An Early Text for Later Messianic Conceptions: A Look at Genesis 49:8-12 Sept. 10, 1998; 2) A Star Will Come Out of Jacob”: Early Regal Images in Numbers 24:15-19 on Sept. 28, 1998; 3) Regal/Messianic Hope in Deuteronomy, 1, 2 Samuel and 1, 2 Kings on Oct. 5, 1998.

Mazmur 2

Ada persetujuan diantara pengekegesis abad keduapuluh mengenai bentuk dan struktur dari Mazmur 2. Penyebutan mengenai raja dalam vv. 2 dan 6 dan pernyataannya menjadi anak YHWH melalui keputusan (qh)) menunjukan bahwa ini adalah mazmur mengenai raja.1 Seting dan tanggalan yang pasti untuk mazmur, beragam dan dihubungkan dengan prekonsepsi seseorang mengenai ideology tentang raja di Israel kuno dan Yehuda.2 Sebagian sarjana berpendapat, atas dasar perbandingan konsepsi agama dari Mesir dan tempat lain, bahwa hal yang dimaksud dengan ‘anak‘ adalah metafisik dan mistikal. Mereka berpendapat bahwa penulis menunjukan pemikiran natur ilahi dari raja didalam Israel (hT*a^ yn]B=) dan mazmur ditanggalkan pada periode masih bersatu atau monarki Yehuda dan diasosiasikan dengan festival Tahun Baru.3 Walau penanggalannya bisa benar, penafsiran mengenai ‘keturunan’ sangat jarang setidaknya untuk tiga alasan yang dikemukakan oleh Watts: (1) kerajaan ilahi didalam Timur Dekat kuno terbatas pada Mesir; (2) periode awal Israel sebagai konfederasi suku tidak memiliki hubungan dengan kerajaan, tapi hal itu hanyalah harapan masa depan (e.g., Gen 49:10; Num 24:17-19); (3) saat para nabi menantang raja, seperti yang kadang mereka lakukan, tidak ada bukti kalau itu memiliki klaim bersifat ketuhanan.4 Fakta ini digabung dengan monoteism ketat Israel, menjadikan mazmur tidak bisa dipakai sebagai keturunan ontological ilahi dari raja.5

Sebaliknya, Gunkel, Mowinckel, dan von Rad berpendapat bahwa Mazmur merupakan mazmur penobatan (yaitu, digunakan dalam upacara penobatan raja dari keturunan Daud) ditanggalkan diperiode monarki Yehuda tapi ekspresi hT*a^ yn]B adalah metaphor legal dan itu tidak mengandung pemikiran kerajaan ilahi secara ontological, tapi adopsi.6 Maka itu mereka juga melihat sejarah terminology ini dalam pemikiran Mesir dan Kanaan, tapi diadapsi oleh Israel dengan perbedaan yang signifikan. Hal ini sejalan dengan teologi dari mazmur dan monotheism Israel. Lebih jauh, fakta bahwa ini adalah mazmur penobatan dibuktikan oleh bahasa “dia diurapi [Allah]” (ojyv!m in v. 2; cf. 2 Kings 11:12); “Akulah yang telah melantik raja-Ku di Sion, gunung-Ku yang kudus!” (yv!d+q*-rh^ /oYx!-lu^ yK!l=m^ yT!k=s^n` yn]a&w~ in v. 6) dan “hari ini”7 (<oYh^ dalam v. 7). Apakah ini atau bukan masalahnya, dan kemungkinannya baik,8 mazmur dianggap berbicara mesias pada Yudaism kemudian dan digunakan dalam PB (cf. m. Ps 2; Heb 1:5; 5:5; Rev 19:15).

Mazmur penobatan raja ini mengakui fakta bahwa Tuhan memiliki seorang jyvm (“messiah” atau “yang diurapi”) yang akan menegakan pemerintahanNya atas bumi—suatu pemerintahan yang sudah ditetapkan disurga,9 ditentang oleh bangsa-bangsa asing yang menolak dimasukannya wakil YHWH di Yerusalem (v. 1-2). Mereka ingin menyingkirkan pemerintahannya (v. 3) tapi itu tidak akan berhasil (vv. 4-5) karena Tuhan (ynda) akan menertawakan mereka saat menempatkan raja nya atas Israel dan bangsa-bangsa (8-9). Efeknya mereka mencoba membuang pemerintahan universal YHWH atas dunia (v. 8 LXX reads kai; dwvsw soi e[qnh th;n klhronomivan sou). Raja akan menikmati hubungan filial khusus dengan YHWH menurut perintah Tuhan sendiri (v. 7)—suatu hubungan, dinyatakan dalam bahasa anak-bapa dari v. 7, merujuk kembali kepada perjanjian Allah dengan Daud seperti yang dikembangkan dalam 2 Samuel 7:8-16.10 Lebih jauh, raja dari keturunan Daud ini akan menghukum semua yang tidak taat (v. 9, 12a, b).11 Mereka yang, sebaliknya, dibawah pemerintahannya, akan menemukan berkat dan perlindungan. Masuknya raja ini dihubungkan dengan pemujaan kepada YHWH dalam cara yang hormat dan penghargaan. (v. 11) dan akan mendatangkan suatu masa damai seperti yang ditunjukan dengan menghancurkan rencana yang menantang kehendaknya. Disini kita juga memperhatikan pemikiran permbalikan yang ironis; apa yang dunia pikir akan terjadi, tidak terjadi, dan apa yang mereka pikir tidak akan terjadi, terjadi (cf. 1 Cor. 1:18ff). Maka dari itu mazmur ini menyediakan banyak konsepsi mengenai raja yang tersedia bagi para penulis dimasa mendatang,12 didalamnya kebenaran dan keadilan, tema kerajaan Yahwe dan pemerintahan politik/spiritual yang melibatkan bangsa-bangsa13 dan semua yang berlindung padanya, pembalikan ironis, pengampunan, dan penghakiman. Hal penting yang diperhatikan disini untuk tujuan kita adalah demokratisasi perjanjian yang diberikan kepada raja. Walau benar ahwa bangsa-bangsa akan mendapat keuntungan dalam pemerintahan berkemenangannya, tidak ada indikasi kalau individu-individu didalam bangsa Israel secara langsung menerima perjanjian. Dan lebih jauh, jelas tidak ada petunjuk kalau bangsa-bangsa dunia, baik secara korporat atau individu didalamnya, akan menerima perjanjian secara langsung.

Mazmur 45

Mazmur 45 meninggikan raja itu diwaktu pernikahannya dan karena itu dianggap sebagai mazmur mengenai raja.14 Raja dikatakan seorang yang paling baik (v. 2), diberkati selamanya (v.2) dan dijubahkan dengan kemegahan dan keagungan (v. 3). Dia akan menang atas nama kebenaran, kerendahan hati, dan keadilan (v. 4). Tongkat (fb#v#) kerajaannya—suatu pemikiran yang mengingatkan kita akan gambaran mengenai raja dalam Kejadian 49:10, Numbers 24:17, dan Psalm 2:9—adalah tongkat keadilan yang menjadi karakter pemerintahannya dan juga keadilan, kebijaksanaan dan menghormati Allah (v. 7 MT). Jelas, dia mencintai kebenaran dan keadilan serta membenci kejahatan, sebagai hasilnya diurapi Allah ketempat khusus (seperti yang kita perhatikan dalam Psalm 2 and 2 Samuel 7:8-16) diatas sekutunya (v. 7). Faktanya dia sebenarnya merujuk pada Tuhan (<yh!Oa$)—bicara hiperbolis—yang tahtanya kekal selamanya (v. 6).15 Dia juga dikenal diantara bangsa-bangsa seperti petunjuk “puteri-puteri raja” (v. 9) dan “orang-orang kaya,” (v. 12). Hasilnya adalah, namanya diabadikan diseluruh generasi seperti anaknya mengambil posisi pejabat diseluruh tanah (v. 16-17). Maka dari itu raja Israel keturunan Daud yang digambarkan disini, ditinggikan diantara manusia, memiliki tahta kekal seperti Tuhan sendiri, benar dan rendah hati didalam karakternya, dan yang memiliki pemerintahan yang luas (cf. v. 5). Memang, universalism dari v.18 (MT), du#w` <l*u)l= ;d%wh)y+ <yM!u^ /K@-lu^, menunjukan bahwa seluruh bangsa akan memuji raja dari keturunan Daud ini. Lebih jauh, seperti Allah, dia juga memberkati yang benar dan menghukum kejahatan.

Mazmur 72

Mazmur berkenaan dengan raja ini sangat berkontribusi pada gambaran PL mengenai raja dari keturunan Daud dengan pernyataan ideal akan pemerintahannya—pernyataan yang diambil dan digunakan oleh para penulis sesudahnya.16 Penulis menyatakan bahwa pemerintahan raja akan ditandai oleh kebenaran dan keadilan bagi yang tertindas (fP*v=m!b= ;yY\n]u&w~ qd#x#b= ;M=u^ /yd!y`; v. 2; lihat juga 4 qv@wu) aK@d^yw] /wy{b=a# yn}b=l! u^yv!wy{). Selama pemerintahannya tanah akan berlimpah dan akan ada masa kemakmuran umum (j^r@y` yl!B=-du^ <wl)v* br)w+ qyD!x^ wym*y`B=-jr^p=y], v.7; lihat juga v. 3, 6-7, 16). Hal ini mengingatkan gambaran kemakmuran yang dinyatakan dalam Kejadian 49:11. Dia akan membungkuk untuk menyelamatkan yang ditindas dan mereka yang sedang membutuhkan. Dia akan menghancurkan penindas mereka (v. 4, 12-14). Pemerintahannya akan universal (Jr#a*-ys@p=a^-du^ rh*N`m!W <y`-du^ <Y`m! D=r=y}w+, v. 8)17 dan bangsa-bangsa yang jauh akan membawa persembahan padanya (v. 10). Memang, seluruh bangsa akan melayani (WhWdb=u^y~~) dia dan seluruh raja akan tunduk padanya (v.11). Seluruh bangsa akan diberkati olehnya (v. 17b). Seluruh bumi akan dipenuhi dengan kemuliaan Tuhan karena raja dari keturunan Daud yang ideal ini (v. 19). Melalui raja berkat YHWH diberikan kepada manusia. Sekali lagi, seperti Mazmur 2 dan 45 sebelumnya, kita melihat hal ini berfokus pada pemerintahan universal raja dan berkat atas mereka yang tunduk pada pemerintahannya.


1 Hal yang tidak dengan sangat jelas didalam Mazmur adalah orang atau orang-orang yang berbicara. Herman Gunkel, Die Psalmen (Gottingen:Vandenhoeck & Ruprecht, 1968), 5, berpendapat bahwa raja merupakan satu-satunya yang dibicarakan diseluruh mazmur dalm dalam keseluruhannya. Demikian juga J. H. Eaton, Kingship and the Psalms, SBT 32 (London: S C M Press, 1976), 111, yang berkata: “Terlihat menyebabkan untuk berasumsi, dengan Schmidt dan Johnson, perubahan pembicara didalam mazmur. Dengan Gunkel dan Mowinckel, kita harus mempertimbangkan raja Daud sebagai pembicara disepanjang kitab, merujuk kepada dirinya didalam bentuk orang ketiga dan pertama.” Lihat juga A. A. Anderson, Psalms 1-72, The New Century Bible Commentary, ed. Ronald E. Clements (Grand Rapids: Eerdmans, 1972), 64 and Artur Weiser, The Psalms, The Old Testament Library, ed. G. Ernst. Wright, John Bright, James Barr, and Peter Ackroyd (Philadelphia: Westminster Press, 1962), 109. Others read the psalm with alternating speakers. See e.g., Hans-Joachim Kraus, Psalmen, Biblischer Kommentar Altes Testament, ed. Siegfried Herrmann and Hans Walter Wolff, vol. XV/1 (Neukirchen-Vluyn: Neukirchen Verlag, 1978), 1:145-46 and Peter C. Craigie, Psalms 1-50, Word Biblical Commentary, ed. John D. W. Watts, vol. 19 (Waco, TX: Word books, Publisher, 1983), 65. Walau pembacaan mazmur dengan beragam pembicara mungkin lebih dramatik, hasilnya adalah tidak ada perubahan dalam arti seseorang mengertinya.

2 James W. Watts, “Psalm 2 in the Context of Biblical Theology,” Horizons in Biblical Theology 12 (1990): 74. Untuk diskusi singkat mengenai peristiwa sejarah aktual yang membentuk latar belakang mazmur, juga masalah yang diwariskan dalam penyelidikan seperti itu, lihat John T. Willis, “A Cry of Defiance—Psalm 2,” JSOT 47 (1990):37-38.

3 Lihat e.g., Aubrey R. Johnson, Sacral Kingship in Israel, 2d ed. (Cardiff: University of Wales Press, 1967), 128-30. Martin Noth, Gott, König, Volk im Alten Testament, Gesammelte Studien zum Alten Testament (Munich: Kaiser Verlag, 1957), 192-200.

4 Lihat juga Dahood, Psalms 1-50, 12, and Gerald Cooke, “The Israelite King as Son of God,” ZAW 73 (1961): 202-25.

5 Watts, “Psalm 2,” 78-79.

6 Gunkel, Die Psalmen, 5-7; Sigmund Mowinckel, Psalmenstudien II. Das Thronbesteigungsfest Yahwäs und der Ursprung der Eschatologie (Kristiana: J. Dybwad, 1922), 302-3; Gerhard von Rad, “The Royal Ritual in Judah,” The Problem of the Hexateuch and Other Essays (New York: McGraw-Hill, 1966), 228. Lihat juga Hans-Joachim Kraus, Theology of the Psalms, trans. Keith Crim (Minneapolis, MN: Augsburg, 1989), 113-14, yang berpendapat bahwa “pengertian teks dibuat salah dengan menafsirkan itu didalam istilah mitologi asing.” Lihat juga Waltke, “The Phenomenon of Conditionality,” 131-32. Tapi Martin Hengel, The Son of God: The Origins of Christology and the History of Jewish-Hellenistic Religion (Philadelphia: Fortress Press, 1976), 23, yang melihat lebih banyak didalam konsep keturunan daripada sekedar adopsi: “konsep juridikal dari adopsi dan kesahannya jarang bisa mencukupi untuk menggambarkan hal ini secara tepat. Jelas tidak ada kebetulan kalau Mazmur 2 dan 110 menjadi pilar yang paling penting dari argumen kristologis gereja permulaan dari Alkitab.”

7 Lihat Craigie, Psalms, 67, yang berkata, “Perjanjian Daud itu kekal, tapi seluruh perjanjian diperbaharui dari waktu kewaktu; bentuk prinsip dari pembaharuan didalam perjanjian raja terjadi pada saat penobatan, saat keturunan baru dari dinasti Daud naik ketahta. Maka itu perkataan ‘engkau anakku’ menandakan pembaharuan hubungan antara Tuhan dan keturunan Daud didalam pribadi yang baru dimahkotai jadi raja. ‘Hari ini’ merujuk pada fakta bahwa perkataan yang dinyatakan dihari penobatan, hari dimana titah ilahi menjadi efektif.”

8 Tapi lihat Willis, “Defiance,” 33-50 yang berpendapat bahwa mazmur bukan mazmur penobatan, walau ayat 6-7 secara langsung merujuk pada penobatan keturunan Daud, tapi merupakan mazmur tantangan. Eksegesis Willis memiliki kecocokan dalam keinginannya akan situasi historis nyata bagi mazmur, tapi terlalu banyak merendahkan idealism dalam mazmur yang menunjukan latar belakang umum upacara penobatan dimana harapan besar Israel akan masa depan yang gemilang melalui raja mereka yang baru diekspresikan.

9 Petunjuk terhadap putusan dalam v. 7 dan bangsa-bangsa sebagai “pewaris” menunjukan bahwa ini jelas akan terjadi dan oleh YHWH dicapai dalam sejarah melalui dia yang diurapiNya.

10 Lihat Craigie, Psalms, 64, yang berkata, “pengidentifikasian mazmur dengan penobatan keturunan Daud dijelaskan oleh paralel antara mazmur ini dengan janji-janji yang diberikan kepada Daud dalam perkataan Natan (2 Samuel 7:8-16).

11 Fakta bahwa dia YHWH untuk memerintah seluruh dunia menunjukan hubungan khususnya dengan Tuhan. Lihat Weiser, Psalms, 113.

12 Pemerintahan idealistik mesias yang dibayangkan dalam mazmur tidak memiliki bandingannya dalam sejarah Israel yang mungkin sebagian menjelaskan penggunaan mesianiknya dalam PB dan dalam midrash atas Psalm 2. The m. Ps. 2:3 mengatakan, “harus itu dilaporkan pada Tuhan Mesias dimasa mendatang,” dan R. Huna berkomentar mengenai ayat 9 merujuk pada penciptaan mesias sebagai peristiwa yang akan datang dihubungkan dengan penebusan Israel. TFakta ini dan juga petunjuk lain diseluruh midras atas Mazmur 2 menunjukan bahwa hal itu dilihat memiliki suatu pemenuhan eskatologi yang dipusatkan pada kedatangan mesias.

13 Didalam PL hl*j&n^ merujuk pada tanah Kanaan yang diberikan kepada orang Israel oleh Allah, suku-suku berbagi didalam tanah itu, para imam mendapat bagiannya, dan warisan anak dari bapanya, tapi universalism dalam mazmur sangat mengejutkan karena disini dikatakan bahwa bangsa-bangsa akan diberikan sebagai milik pusakanya (v. 8. Lihat James Luther Mays, “’In A Vision’: The Portrayal of the Messiah in the Psalms,” ExAud 7 (1991): 3; BDB, 635 (a), s.v. hl*j&n. Penyebutan bangsa-bangsa sebagai warisan menjelaskan janji yang telah ada dalam pemikiran orang Israel. Hal ini, tentu saja, adalah janji terhadap Abraham, dimana seluruh dunia juga akan diberkati (Gen 12:1-3). Didalam perjanjian Daud dan didalam mazmur ini (keduanya secara organik dihubungkan dengan perjanjian Abraham sebagai perkembangan logis dari aspek turunan perjanjian) maksud yang akan diaktualisasikan berkat ini adalah melalui pemimpin ideal yang akan datang.

14 Kraus, Psalmen, 1: 488. Untuk masalah tertentu dari masalah dengan teks dan analisa metrikal dari mazmur lihat J. A. Emerton, “The Syntactical Problem of Ps 45:7,” JSS 13 (1968): 58-63; T. H. Gaster, “Psalm 45,” JBL 74 (1955): 239-51; J. S. M. Mulder, Studies on Psalm 45 (Oss [The Netherlands]: Offsetdrukkerij Witsiers, 1972. J. R. Porter, “Psalm XLV.7,” JTS 12 (1961):51-53.

15 Penafsiran kata Ibrani <l*wu) <yh!l)a$ ;a&s=K! bermasalah dan telah dirujuk sebagai crux interrpetum dari ayat itu. Masalah utama melibatkan maksud dari bagian ini, jika yang ditunjuk ;a&s=K! benar dan <yh!l)a$ diambil sebagai suatu vocative (yang sejalan dengan semua versi kecuali Targum Psalm 45). Didalam kasus ini raja dikatakan sebagai “Tuhan”—suatu pemikiran, yang diambil nilainya, asing bagi pemikiran monoteistik PL. Cf. Porter, “Psalm XLV.7,” 51-53, and B. Couroyer, “Dieu ou roi? Le vocatif dans le Psaume XLV (vv 1-9),” RB 78 (1971): 233-41, yang berpendapat bahwa vocative harus dijaga dan frasa harus diterjemahkan “tahtaMu, O Tuhan, selama-lamanya.” Masalah dari pemikiran kerajaan ilahi, membawa kepada berbagai perbaikan kesalahan teks, yang paling umum melibatkan repointing ask sebagai piel denominative verb yang berarti “bertahta” (juga Craigie, Psalms, 336-7, n. 7.a. mengikuti Dahood, Psalms 1-50, 273, yang menerjemahkan itu sebagai “The eternal and everlasting God has enthroned you.”). Tapi inipun menderita karena fakta bahwa kata kerja itu tidak dibuktikan dalam PL. Solusi yang paling munkin adalah membiarkan MT seadanya, karena beragam versi sejalan dengan itu, dan melihat bagian itu sebagai rujukan pada raja yang menggunakan bahasa hiperbolik. Ini sejalan dengan keseluruhan gambaran raja dalam mazmur. Juga Weiser, Psalms, 363. Tapi Anderson, Psalms, 1:349, tidak setuju, karena penafsiran seperti itu membawa kepada kemungkinan salah tafsir. Dengan latar belakang kuat Israel akan monotheism, Anderson mungkin tidak benar. Lihat Craigie, Psalms, 336-37 dan Anderson, Psalms, 349-50 untuk diskusi masalah dan kritik dari beberapa solusi. Didalam analisa akhir, apakah bagian itu diperbaiki seperti yang dikatakan Dahood dan Craigie atau membiarkan seperti itu—keduanya menunjukan suatu teologi kerajaan ilahi. Dimana raja memiliki peran yang ditinggikan dalam menegakan kerajaan keturunan Daud. Tambahan, kerajaan YHWH tidak hanya Israel tapi termasuk seluruh bangsa.

16 Untuk diskusi mengenai struktur mazmur termasuk kemungkinan chiasms dan struktur strophicnya lihat, J. S. Ksleman, “Psalm 72: Some Observations on Structure,” BASOR 220 (1975): 77-81, and P. W. Skehan, “Strophic Structure in Psalm 72 (71),”Bib 40 (1959): 302-08. Penempatan mazmur ini sebagai ‘lapisan’ mazmur juga penting dalam meletakan penekanan atas perjanjian Daud. Telah diakui oleh sebagian bahwa Mazmur bisa dipecah kedalam lima kelompok atau kita atas dasar ‘lapisan’ mazmur: 1) 3-41; 2) 42-72; 3) 73-89; 4) 90-106; 5) 107-150. Untuk pembagian ini lihat Andrew E. Hill and John H. Walton, A Survey of the Old Testament (Grand Rapids: Zondervan, 1991), 274-285. Mungkin saja ‘lapisan’ mazmur (i.e., 41, 72, 89, 106) menunjukan kalau tujuan bagi pengaturan materi (setidaknya Pss 1-89) berpusat pada Daud dan perjanjian Daud, juga bagaimana orang berespon pada bencana bangsa Israel dalam kerangka perjanjian yang Tuhan buat dengan Daud. Lihat juga Gerald H. Wilson, “The Use of the Royal Psalms at the ‘Seams’ of the Hebrew Psalter,” JSOT 35 (1986): 85-94, yang setuju dengan perkembangan positif dari teologi Davidic dalam ketiga buku pertama (yaitu, Pss 1-89), tapi mengatakan bahwa dua buku terakhir (yaitu, Pss 90-150), didasarkan atas teknik pengaturan yang berbeda, pembatasan penggunaan hllwyh dan hwdw didalam mazmur sampai dua buku terakhir, kurangnya tujuan penulis dan kategori genre sebagai pembuatnya, fokus perhatian atas keputusasaan yang diekspresikan dalam Psalm 89 dan mengarahkan pembaca pada harapan pemulihan dinasti Daud setelah pembuangan. Ada pergeseran dari harapan dalam raja dari keturunan Daud kepada masa pre monarki dan akses langsung pada Tuhan yang ditawarkan dalam Taurat (e.g., Ps 90 and 119). Lihat juga D. M. Howard, Jr., “Editorial Activity in the Psalter: A State-of-the-Field Survey,” Word and World 9 (1989): 279, 281; Leopold Sabourin, The Psalms: Their Origin and Meaning, rev. ed. (New York: Alba House, 1970), 8-11; J . H. Walton, “The Psalms: A Cantata about the Davidic Covenant,” JETS 34 (1991): 21-31.

17 Penggunaan ekspresi Ibrani Jr#a*-ys@p=a^-du^ mengingatkan bahasa universal yang dibuktikan dalam Mazmur 2:8. Lihat jugat Isa 45:22; Jer 16:19; Zech 9:10 (yang pada intinya indentik dengan Psalm 72:8 kecuali yang sebelumnya menggunakan kata kerja lvm dan yang kedua menggunakan hdr untuk kata kerja “memerintah”; Pss 22:28; 67:8 (MT) dan 98:3 (Wnyh@l)a$ tu^Wvy+ ta@ Jr#a*-ys@p=a^-lk* War*). Lebih jauh, penggunaan rh*n* didalam ayat 8 tidak langsung menunjukan Euphrates seperti yang sering diperlihatkan (cf. Gen 15:18; 31:21; 2 Sam 10:16), tapi bisa merujuk, setelah diberikan bahasa peninggian dan penglihatan akan penguasa dari keturunan raja Daud dalam mazmur ini, kepada “aliran besar yang keluar dari bait dalam penglihatan Israel akan Zion (cf. Ps 46:5; Ezek 47). Didalam kasus ini syairnya melihat kekuasaan raja meluas dari Yerusalem keseluruh dunia.” Juga Marvin E. Tate, Psalms 51-100, Word Biblical Commentary, ed. John D. W. Watts, vol. 20 (Dallas, TX: Word Books, Publisher, 1990), 221, n. 8a. Disini juga ada polemic mengenai ilah Kanaan El yang juga dikatakan memerintah “kepala kedua aliran, ditengah kedua kedalaman.” Lihat John Gray, The Legacy of Canaan: The Ras Shamra Texts and their Relevance to the Old Testament, Supplements to Vetus Testamentum, 2d ed. (Leiden: Brill, 1965), 158. Jelas, didalam berbagai bagian disisa mazmur, pemazmur melihat pemerintahan YHWH melalui keturunan raja Daud.


Download Word Document