MENU

Where the world comes to study the Bible

8. BAGIAN KETIGA: PERSYARATAN UTAMA TUHAN

Bab 8:
Diperlengkapi Untuk Perjalanan

Pembahasan kita tentang kehendak Tuhan telah membawa kita kepada firman Tuhan, alat yang hidup dan berkuasa yang digunakan Tuhan untuk mentransformasi hidup kita dan menyiapkan kita menjalankan rencanaNya yang sempurna. Kita tidak mungkin meragukan Firman dalam pembahasan kita. Firman Tuhan merupakan syarat utama dalam mengarahkan kita kejalur yang sudah dipilihNya. Itu merupakan peralatan dasar yang kita butuhkan untuk mengikuti rencanaNya.

Penulis kitab Ibrani menyebutkan tentang perlengkapan yang berhubungan dengan kehendak Tuhan. “Maka Allah damai sejahtera….memperlengkapi kamu dengan segala yang baik untuk melakukan kehendak-Nya, dan mengerjakan di dalam kita apa yang berkenan kepada-Nya, oleh Yesus Kristus….”162 Mari kita bahas mengenai peralatannya.

Kita memerlukan peralatan dihampir semua tindakan kita dalam hidup. Untuk memperbaiki mesin mobil kita membutuhkan seperangkat alat. Untuk mengganti pintu yang rusak kita membutuhkan perangkat alat yang lain. Untuk bermain tennis kita membutuhkan alat tertentu. Untuk mendaki gunung kita memerlukan alat berbeda. Dan ketika kita pergi berlibur kita membawa semua peralatan yang kita perlukan saat liburan. Demikian juga, jika kita ingin melakukan kehendak Tuhan dalam perjalanan hidup ini, kita memerlukan peralatan yang tepat. Kita perlu membawa peralatan yang tepat bersama kita.

Divine Outfitters, Inc.

Rasul Paulus menggambarkan peralatan yang kita butuhkan saat dia berkata, “Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran.”163 “setiap pekerjaan baik tidak lain dari kehendak Tuhan dalam hidup kita (seperti dalam 2:10). Dan apa yang memperlengkapi kita untuk melakukan pekerjaan baik ini? Semuanya Alkitab!

Alkitab menyediakan semua yang dibutuhkan untuk menolong kita melakukan kehendak Tuhan dalam hidup ini. Itu mengajarkan kita apa yang benar. Itu menegur kita; yaitu, menunjukan dimana kesalahan kita. Mengkoreksi kita; yaitu, mengembalikan kita kejalur yang benar saat kita tersesat. Dan melatih kita; yaitu, mendisiplin kita untuk hidup dalam kebenaran. Alkitab itu sendiri, yang menjadi perlengkapan kita, sepenuhnya menyediakan kita, untuk melakukan kehendak Tuhan.

Pemazmur menyatakan prinsip ini. “Firman-Mu itu pelita bagi kakiku dan terang bagi jalanku.”164 Kita telah membahas bagaimana terang lampu menerangi jalan didepan kita, selangkah demi selangkah. Lampu itu melambangkan firman Tuhan, yang sangat penting dalam mencari kehendak Tuhan. Kita tidak bisa berharap mendapatkannya diluar firman. Sangat diragukan Tuhan akan bicara secara langsung dimasa ini. Dia berbicara dalam firmannya, yang memuat semua keinginanNya agar diketahui oleh kita sekarang. Jika kita ingin mendengar suaranya dan mengetahui kehendakNya, kita perlu melihat firmannya.

Ketika ahli matematika ingin menemukan suatu kuantitas yang tidak diketahui, dia menggunakan factor untuk melakukan itu. Jika X tidak diketahui, tapi dia mengetahui 3 kali X sama dengan 6, maka dia bisa mendapatkan X sama dengan 2. Faktor yang diketahui menolong dia menemukan yang tidak diketahui. Jika kita ingin menemukan apa yang Tuhan ingin kita perbuat, kita perlu semua informasi yang bisa kita kumpulkan. Firman merupakan satu-satunya factor yang kita ketahui secara pasti, satu-satunya sumber kebenaran mutlak. Jadi kita harus memenuhi pikiran kita dengan firman itu. Pemazmur menulis, “Bila tersingkap, firman-firman-Mu memberi terang, memberi pengertian kepada orang-orang bodoh.”165 Orang bodoh adalah mereka yang tidak sepenuhnya mengerti, yang tetap memerlukan bimbingan rohani agar tidak tersesat. Itu temasuk kita semua, dan firman Tuhan menyediakan bimbingan yang kita perlukan.

Bimbingan Tuhan selalu sejalan dengan firman Tuhan. Semakin banyak firman yang kita tahu, semakitan kuat informasi yang kita bawa untuk mengambil keputusan. Jelas, firman Tuhan tidak mengatakan kepada kita secara spesifik apa yang harus kita lakukan disituasi tertentu. Itu tidak mengatakan kita harus menikahi siapa, atau pekerjaan apa yang harus diambil, atau kemana keluarga harus berlibur tahun ini. Tapi itu memberikan informasi yang berkaitan langsung dengan pertanyaan diatas, dan disetiap keputusan yang harus kita hadapi.

Waktu kita sudah mengarahkan diri pada Firman dan pikiran kita dipenuhi dengan Firman, maka kita sudah diperlengkapi untuk mengetahui pimpinan Tuhan. Itu berjalan seperti: saat kita lebih mengenal Firma, kita bertumbuh untuk berpikir seperti Tuhan berpikir, kita belajar melihat setiap hal dalam cara pandanNya. Prilaku kita, pendapat, tujuan, cita-cita, dan nilai-nilai kita menjadi mirip seperti Dia. Saat kita menghadapi keputusan yang besar kita mampu mengevaluasinya dengan pikiran Kristus daripada duniawi.166 Dalam banyak hal kita secara otomatis mengetahui apa yang Tuhan ingin kita lakukan, dan melakukan keinginanNya menjadi gaya hidup kita sehari-hari dan pola hidup sehari-hari.

Firman Tuhan merupakan kunci seluruh bimbingan ilahi. Ingat kembali apa yang sudah kita pelajari. Kita melihat Firman meyakinkan kita bahwa Tuhan memiliki rencana disetiap detil kehidupan kita, dan dia ingin menyatakan itu kepada kita selangkah demi selangkah. Kita melihat bahwa kita mengenal Dia dan percaya padaNya melalui Firman. Kita mengetahui bahwa pikiran kita diperbaharui dan hidup kita ditransformasi melalui Firman, sehingga kita bisa dipersiapkan untuk mengerti dan melakukan kehendakNya. Dan sekarang kita belajar bahwa arahan itu sendiri berasal dari Firman. G. Christian Weiss meringkasnya dengan indah: “Tidak ada bimbingan yang berlawanan dengan Firman; tidak ada bimbingan yang terlepas dari Firman. Bimbingan Ilahi. Bimbingan Ilahi harus selaras dan sesuai dengan Firman Tuhan yang tertulis. Selain dari itu bukan bimbingan ilahi.”167

    Instruksi Penggunaan

Tapi bagaimana Tuhan membimbing melalui Firman? Saat kita membeli seperangkat peralatan baru kita umumnya membutuhkan instruksi penggunaannya. Mungkin kita membutuhkan beberapa petunjuk bagaimana menggunakan alat Ilahi yaitu Firman Tuhan dalam hidup kita.

Ada 4 cara dasar dimana Tuhan menyatakan kehendakNya melalui Firman. Pertama, ada pernyataan kehendakNya—pernyataan dimana kalimat kehendak Tuhan atau yang seperti itu digunakan dalam bagian Alkitab. Kedua, ada perintah positif atau negative yang mengatakan pada kita harapan Tuhan. Ketiga, ada prinsip umum yang berkaitan dengan keputusan kita. Dan akhirnya, ada kesan kuat dalam pikiran kita saat kita membaca Firman.

Kita ingin menyelidiki setiap hal diatas secara rinci, tapi pertama kita perlu membuat beberapa aturan. Ada cara yang benar dan salah dalam mendekati Alkitab. Cara yang salah adalah dengan memperlakukan itu seperti peralatan sihir, dimana pencarian bimbingannya seperti orang mencarinya dari kartu ramal. Sebagian orang Kristen berpikir Alkitab seperti hal diatas. Saat mereka ada pertanyaan atau keputusan yang tidak bisa dijawab, menutup mata mereka, mengosongkan pikiran mereka dari pengetahuan tentang firman yang sudah mereka ketahui sebelumnya, membuka Alkitab secara random, menunjuk suatu teks, dan menerima bagian itu sebagai bimbingan Tuhan. Atau mungkin mereka menggunakan hal lain seperti itu untuk mendapat jawaban atas masalah mereka.

Banyak orang Kristen secara menyedihkan kecewa dengan hasil yang mereka dapat dari metode itu. Sebagian marah terhadap Tuhan karena mengecewakan mereka, dan iman mereka sangat terguncang. Walau Tuhan bisa membimbing manusia seperti itu dibeberapa kejadian sebelum FirmanNya lengkap, tidak ada indikasi kita harus melakukan metode itu pada masa sekarang.

Saya tidak menolak kalau Tuhan menggunakan ayat tertentu untuk membawa penghiburan, dorongan dan bimbingan; dan bahwa beberapa bagian Alkitab menjadi sangat jelas disuatu momen dalam pengambilan keputusan. Dia telah melakukan itu kepada saya, dalam beberapa keadaan kritis dalam hidup saya. Tapi dia tidak memberikan Firmannya seperti pelayanan keadaan darurat. Dia memberikan itu untuk menyatakan pikirannya dan memberntuk kembali hidup kita. Itu membutuhkan waktu dan penyelidikan untuk belajar dan berubah.

Saat seorang menerima surat dari pacarnya, dia tidak mengambil sebagian kata-kata ditengah paragraph, dan membuang sisa isi surat lainnya. Dia ingin mengetahui keseluruhan surat, dan mengerti hubungan antar paragrafnya sesuai konteks. Bagaimana kita mempertaruhkan suatu keputusan diatas suatu ayat seperti kartu undian, atau seperti kata Alan Redpath suatu “keberuntungan” dalam kotak janji?168 Kita perlu membiasakan diri kita dengan keseluruhan pernyataan Allah.

Tambahan terhadap peringatan tentang penyalah gunaan Firman, ada atauran tertentu yang harus diikuti waktu kita mendekati Firman untuk bimbingan. Untuk satu hal, kita perlu mengerti firman dalam arti biasanya. Jangan melihat atau mencari suatu yang dalam, tersemubunya. Tuhan telah menyatakan firmanNya secara jelas, tidak menyembunyikan sesuatu dari kita. Dan ketika kata symbol muncul, symbol itu digunakan untuk mengajar kebenaran secara literal. Kata-kata yang biasa dipilih penulis umumnya ditujukan untuk dimengerti secara umum.

Kedua, aplikasikan aturan struktur kata umum kedalam bacaan anda. Jangan mencoba membuat arti semau anda atau seperti kata seseorang. Selidiki arti kata sebenarnya dalam hubungan struktur katanya.

Ketiga, mengerti bacaan anda dalam konteks sebenarnya. Jika pernyataan itu bisa dimengerti dalam berbagai cara, pilih interpretasi yang sesuai dengan subjek paragraph dan dengan tema serta tujuan seluruh kitab. Kita bisa menemukan pembenaran dalam Alkitab untuk semua tindakan kita dengan mengangkat satu ayat keluar dari konteks. Itu bukan bimbingan Ilahi.

Keempat, terbiasa dengan budaya dan latar belakang sejarah pembaca asli, dan usahakan mengerti bagian Alkitab itu seperti mereka mengerti bagian itu. Kebiasaan yang berbeda bisa berdampak pada aplikasinya dalam situasi kita. Kamus Alkitab yang baik, Ensiklopedia Alkitab, dan buku tentang latar belakang Alkitab sangat menolong.

Akhirnya, pastikan kepada siapa bagian ini ditulis. Walau kita mendapat keuntungan dari setiap bagian Alkitab, itu tidak ditulis untuk mengatur hidup orang Kristen masa kini. Sebagai contoh, Tuhan memerintahkan orang Israel untuk melempar batu pada orang yang ketahuan mengumpulkan kayu hari sabat.169 Jelas itu bukan kehendak Tuhan bagi kita sekarang ini. Walau seluruh Alkitab menguntungkan, walau prinsip hidup yang berkenan pada Tuhan ditemukan dalam keseluruhan halamannya, tuntunan khusus bagi kita terutama ada dalam PB.

    Mari Kita Mulai

Jika kita ingin mengetahui kehendak Tuhan, dan jika Alkitab merupakan sumber tertinggi tuntunan itu, maka kita perlu mulai memperlengkapi diri kita untuk perjalanan hidup ini. Seperti kata Yesus. “selidikilah Alkitab.”170 Ikutilah teladan orang Berea yang “menyelidiki Firman setiap hari.”171Ambil setiap kesempatan untuk meningkatkan pengetahuan tentang kebenaran Tuhan. Saat pintu gereja terbuka dan Firman diajarkan, datanglah.172 Bawa catatan dan tulis apa yang Tuhan katakana secara pribadi kepada anda melalui eksposisi Firman, perubahan apa yang diinginkanya dari anda, bagaimana dia ingin anda hidup. Terlibatlah dalam kelas Alkitab dengan guru yang baik. Dengar kaset dari pengajar Alkitab yang terkenal.

Luangkan waktu terhadap Firman secara pribadi setiap hari. Baca pelan dan renungkan, satu paragraph demi paragraph, pensil ditangan. Lihat informasi tentang Tuhan sendiri, apa keinginannya, perasaannya, tujuan dan prioritasnya, nilai dan standarNya. Tuliskan itu semua. Tanyakan pada diri anda bagaimana bagian itu diaplikasikan dalam hidup anda sehari-hari. Tuliskan. Anda akan membangun kebenaran Ilahi dalam hidup anda sehingga bisa menolong anda menilai keputusan dari sudut pandang Tuhan.

Pertimbangkan menggunakan liburan anda di pertemuan Alkitab atau kamp Kristen dimana anda tidak hanya rekreasi tapi menambah pengetahuan anda tentang Firman. Pertimbangkan mengambil kursus Alkitab atau kelas di sekolah Alkitab. Apapun yang anda rencanakan dengan hidup anda, sangat berguna menyediakan waktu setidaknya satu tahun disekolah Alkitab untuk meneguhkan dasar firman Tuhan. Pengertian terhadap Alkitab tidak datang dalam satu malam. Itu membutuhkan waktu dan disiplin. Tapi saat anda mendekati Firman dengan hati terbuka setiap hari, mencari kehendak Tuhan, dia berjanji akan mengarahkan jalanmu.

Alan Redpath menceritakan bagaimana Tuhan menggunakan Firman membawa dia keluar dari bisnis kepelayanan. Pertama, dia menulis disecarik kertas alasannya tetap dibisinis. Kemudian dia menulis semua alasan masuk kepelayanan. Dia mengambil kertas setiap pagi saat bertemu Tuhan, ingin melakukan petunjuk Tuhan, Saat dia mempelajari Firman setiap hari, Tuhan mulai memberikan dia ayat yang menjawab pertanyaannya untuk tetap tinggal dibisnis. Itu menghabiskan waktu lebih dari satu tahun, tapi Tuhan menyingkirkan semua alasan bisnis sehingga yang tinggal hanya masuk kepelayanan. Dia membuat keputusan atas dasar prioritas Tuhan yang dinyatakan melalui Firman. Itulah penggunaan yang benar dalam menemukan kehendak Tuhan.173

Bukankah saatnya kita serius mempelajari Firman Tuhan? Itu suatu kitab yang besar, dan tidak ada yang bisa menguasai seluruhnya dalam hidup ini; tapi itu bukan alasan. Apa yang kita pelajari hari ini bisa menolong kita menghadapi keputusan hari esok. Mari kita mulai.

Bab 9:
Inilah Kehendak Tuhan

Kita sebagai orang Kristen memiliki keuntungan lebih dari yang tidak percaya dalam menghadapi keputusan. Kita tidak hanya mengetahui bahwa Tuhan kita sudah merencanakan hal terbaik bagi kita, tapi kita memiliki informasi yang mutlak tentang prioritasNya yang akan menolong kita mengikuti rencanaNya. Kita memiliki Firman Tuhan. Dan Tuhan secara khusus menyebut 6 hal dari Firmannya yang menjadi bagian dari hidup kita. Sebenarnya Dia ingin berkata, “Inilah kehendakKu untuk kamu.” Enam hal ini berdampak lansung pada banyak keputusan hidup. Mari kita lihat.

    First Things First

Prioritas Tuhan yang pertama adalah memuliakan diriNya melalui keselamatan manusia dari dosa. Dia ingin setiap orang selamat, dan dia mengatakannya berulang kali. Dia berkata, “yang menghendaki supaya semua orang diselamatkan dan memperoleh pengetahuan akan kebenaran.”174 Dia berkata bahwa “Ia menghendaki supaya jangan ada yang binasa, melainkan supaya semua orang berbalik dan bertobat.”175 Dan dia juga berkata “Sebab Anak Manusia datang untuk mencari dan menyelamatkan yang hilang.”176

Tujuan pertama dari rencana Tuhan dalam hidupmu adalah keselamatanmu. Anda harus mulai dari disitu jika anda berharap mengenal kehendak Tuhan yang lain. Akui dosamu. Akui bahwa tidak ada suatu halpun yang bisa anda lakukan sehingga anda layak dihadapan Tuhan yang benar. Percayalah bahwa Yesus Kristus mati menggantikan kamu dan untuk dosamu. Kemudian letakan kepercayaanmu kepadaNya sebagai penanggung dosamu dan juruselamatmu. Tuhan akan mengampuni dosamu, meyakinkan kamu bahwa sorga adalah tujuanmu, dan mengarahkan engkau kejalan kedamaian serta tujuan anda disini sekarang.

Jika Tuhan ingin setiap orang diselamatkan, maka keselamatanmu hanya permulaan. Sekarang dia ingin menggunakan anda untuk membawa kepada yang lain pengetahuan kebenaran. “seperti Bapa mengutus Aku demikian Aku mengutus kamu,” kata Tuhan Yesus.177 Tujuan kita dalam dunia sebagai orang Kristen adalah menjadi serupa dengan Kristus—menjadi alat Tuhan mengabarkan keselamatan bagi yang terhilang. Setiap orang Kristen diperintahkan untuk membagikan kabar baik keselamatan dalam Kristus. Dan jika itu menjadi prioritas pertama Tuhan, itu juga harus menjadi prioritas pertama kita. Setiap keputusan yang kita hadapi harus dilihat dalam terang bagaimana itu berdampak pada kemampuan kita membagikan Kristus dalam dunia yang terhilang.

Prioritas bersaksi ini mungkin mempengaruhi keputusan anda untuk menikah. Apakah anda melihat diri anda lebih efektif bersaksi bagi Kristus kalau anda menikah daripadan tidak? Jika tidak, mungkin Tuhan ingin anda tetap single. Prioritas bersaksi harus berdampak pada pilihan pekerjaan. Dalam pekerjaan apa anda paling baik menghadirkan Kristus pada yang terhilang?

Bagi sebagian orang itu berarti karir sebagai pelayan full time. Sebagian besar orang muda tidak pernah dengan serius mempertimbangkan pekerjaan misi, atau pekerjaan pelayanan lain, karena mereka tidak yakin apakah mereka dipanggil. Jadi mereka memilih profesi lain yang dihadapan mereka. Itu sangat tidak konsisten. Kita harus merasakan panggilan Tuhan diladang manapun kita masuki. Kita seharusnya memiliki keyakinan kalau itu kehendak Tuhan. Dan setiap orang Kristen muda setidaknya harus berdoa tentang kemungkinan pekerjaan sebagai pelayan Kristen.

Sebagian mungkin dengan jujur mengetahui kemampuan mereka, dalam bidang sekuler, dan berhubungan degan orang yang belum datang pada Kristus. Dan tentu saja pelayanan injil bagi mereka yang berkarir sebagai hamba Tuhan membutuhkan dukungan dari pekerjaan sekuler. Tapi pekerjaan apapun yang kita pilih dalam hidup ini, pernyataan Tuhan tentang keselamatan bagi yang terhilang harus dilaksanakan.

Tuhan ingi membawa yang terhilang kepada Kristus melalui kita dan juga menolong orang muda memilih sekolahnya. Sekolah sekuler benar-benar membutuhkan kesaksian orang Kristen. Seperti sekolah Kristen memiliki peran melatih pekerja Kristen untuk pelayanan. Hanya Tuhan bisa mengatakan pada anda yang terbaik, tapi pernyataan dasar Tuhan ini harus menjadi pertimbangan saat anda membuat pilihan.

Prioritas kesaksian bisa menolong anda memutuskan dilingkungan mana anda akan tinggal, atau dimana meletakan batas antara kemewahan dan kecukupan dalam membentuk gaya hidup. Tetangga merupakan subjek utama penginjilan, dan kebutuhan uang yang besar dalam dunia penginjilan bisa menolong kita memilih gaya hidup yang sedang-sedang saja dan meletakan prioritas tinggi terhadap persembahan.

Orang Kristen memiliki kecenderungan untuk membuat keputusan tanpa mempertimbangkan kehendak Tuhan, Seorang muda menolak pergi kesekolah Kristen untuk belajar Firman karena dia tidak yakin akan kehendak Tuhan. Kemudian dia berputar-putar dan menghabiskan tabungannya untuk mobil sport baru tanpa berpikir kehendak Tuhan. Itu tidak baik. Sepasang suami istri menolak kesempatan misi jangka pendek dimana mereka mampu untuk itu karena mereka tidak yakin itu kehendak Tuhan. Kemudian mereka pergi dan membeli rumah yang bagus dilingkungan yang baik dan kemudian mengakui bahwa mereka tidak pernah bertanya pada Tuhan tentang hal itu semua. Itu tidak jujur. Tuhan ingin kita mengetahui kehendakNya dalam setiap sisi kehidupan kita dengan mengaplikasikan prinsip Alkitab secara adil.

Setiap orang Kristen bisa mengaplikasikan prinsip pertama ini dalam situasi yang berbeda, tapi setiap orang Kristen harus mempertimbangkan itu. Seperti kata Bill Bright, “Setiap orang Kristen harus mengambil persediaan rohani harus menanyakan hal ini: apakah waktu saya dihabiskan dalam cara yang bisa membawa orang banyak kepada Kristus? Apakah talenta saya digunakan sepenuhnya untuk memperkenalkan Kristus pada orang banyak? Apakah uang saya, harta saya sudah digunakan untuk memperkenalkan Kristus pada orang banyak?”178Seberapa tinggi penginjilan dalam daftar prioritas anda?

    Pusat Kontrol

“Sebab itu janganlah kamu bodoh, tetapi usahakanlah supaya kamu mengerti kehendak Tuhan.Dan janganlah kamu mabuk oleh anggur, karena anggur menimbulkan hawa nafsu, tetapi hendaklah kamu penuh dengan Roh.”179 Inilah pernyataan kedua dari kehendak Tuhan.

Para sarjana sepertinya setuju bahwa kata “dan” yang menghubungkan 2 kalimat menyediakan transisi dari nasihat umum ke hal yang khusus. Dengan kata lain, jangan mabuk merupakan contoh utama dari kebodohan, dan dipenuhi oleh Roh merupakan contoh utama kehendak Tuhan. Tuhan ingin kita dipenuhi dengan Roh. Jadi kita perlu tahu apa itu dipenuh dengan Roh dan bagaimana hubungannya dengan keputusan kita.

Analogi Alkitab antara mabuk dan dipenuhi dengan Roh sangat penting. Itu tidak menunjukan bahwa kita akan bertindak tidak rasional saat kita dipenuhi dengan Roh, tapi hal itu menunjukan konsep control. Saat seorang mabuk dia tidak dalam control dirinya. Sesuatu yang lain yang mengontrolnya—alcohol. Saat seorang dipenuhi dengan Roh, sesuatu yang lain mengontrol dia—Roh Tuhan.

Tapi bagaimana kita bisa meletakan diri kita dibawah kontrolnya? Pertama, kita harus mengetahui hal-hal yang menjaukan dia mengontrol kita. Dalam Alkitab ini disebut pengakuan dosa. Kita mengaku pada Tuhan hal-hal dalam hidup kita yang berlawanan dengan kehendakNya, baik prilaku dan tindakan, hal yang seharusnya tidak dilakukan dan yang seharusnya dilakukan.180

Kedua, kita harus mau menyerahkan diri kita kedalam kontrolNya, Inilah persembahan tubuh yang kita bahas sebelumnya.181 Saat kita memberikan hak untuk menjalankan hidup kita dan meletakan diri kita dibawah pangaturanNya, maka kita ada dalam kontrolnya. Tapi jika ingin Roh Tuhan tetap dalam control, kita harus mengembangkan kesadaran akan kehadiran dan ketergantungan pada kuasannya.

Ini sebagian besar dicapai dengan menyatukan pikiran kita dengan firmanNya. Paulus berkata pada jemaat Efesus, “dipenuhilah dengan Roh,” dan kepada jemaat Kolose, “biarlah firman Kristus berdiam dalam kamu dengan berlimpah.”182 Saat kita mempelajari setiap konteks kita menemukan bahwa pada dasarnya hal yang sama mengikuti setiap perintah. Untuk dipenuhi dengan Roh dan dipenuhi dengan Firman suatu yang parallel. Saat kita merenungkan Firman Tuhan, hati kita mendekat pada Kristus. Hal rohani menjadi penting bagi kita dan mulai memenuhi hidup kita. Kita mulai bertindak dalam kesadaran ketergantungan pada kuasanya daripada kekuatan kita. Kita didominasi atau dikontrol oleh Roh seperti kehendakNya, dan saat kita dalam kondisi seperti itu, dia bebas memimpin kita.

Hal ini dengan indah digambarkan dalam permulaan pelayanan Tuhan Yesus didunia. “Yesus, yang penuh dengan Roh Kudus, kembali dari sungai Yordan, lalu dibawa oleh Roh Kudus ke padang gurun.”183 Dia dipenuhi dengan Roh dan dibawa oleh Roh. Dan jika kita ingin memastikan bahwa jalur yang kita pertimbangkan mengarah pada Tuhan, kita juga harus yakin bahwa RohNya mengontrol hidup kita.

Saat mengetahui bahwa hidup yang dipenuhi dengan Roh merupakan kehendak Tuhan bagi kita, akan berdampak pada pengambilan keputusan kita setiap hari. “Kemana kita pergi kencan nanti malam?” singkirkan semua pertimbangan yang akan mengacaukan pikiran kita akan Kristus dan melemahkan dominasi Roh dalam hidup kita. “Apakah kita akan mengirim anak kita kesekolah umum atau swasta?” Itu suatu keputusan yang kompleks dan beberapa factor dalam Alkitab harus diperhatikan seperti tingkat kerohanian yang disediakan dirumah, kehidupan rohani anak, kebutuhan bersaksi disekolah umum, kemampuan anak kita atau ketidakmampuan memberikan kesaksian, dan apa yang menjadi hal terbaik dalam menginvestasikan uang kita. Beberapa hal mungkin mengimbangi yang lain, jadi kita butuh membangun prioritas dari cara pandang Alkitab. Tapi satu factor penting dalam daftar kita adalah kita percaya sekolah umum akan mengacaukan pikiran anak kepada Kristus dan melemahkan control Roh akan hidup mereka.

    100% MURNI

“Karena inilah kehendak Allah: pengudusanmu, yaitu supaya kamu menjauhi percabulan.”184 Itulah kehendak Tuhan agar kita tetap kudus. Kata pengudusan berarti kekudusan, kesucian, dedikasi pada Tuhan, Dalam ayat ini kata itu jelas menunjuk pada kemurnian kehidupan fisik kita, yaitu tidak terlibat dalam dosa seksual. Firman Tuhan menjelaskan bahwa menjalin hubungan seksual diluar ikatan pernikahan merupakan suatu yang tidak murni, dan orang Kristen harus menjauhi praktek seperti itu. Orang Kristen tidak pernah bertanya apakah Tuhan mengijinkan dia atau tidak melakukan hubungan seksual dengan pacarnya. Tuhan sudah memberitahu hal itu. Dia selalu menginginkan kemurnian.

Sebagian orang muda mencoba memutuskan apakah ada dari lawan jenis yang merupakan pilihan Tuhan untuk menjadi pasangannya; tapi saat mereka bersama mereka terlalu bebas dengan tubuh mereka. Godaan yang timbul tidak bisa mereka hadapi. Saya bisa yakin atas dasar otoritas Tuhan bahwa mereka tidak ditentukan bersama, setidaknya saat mereka berhubugan secara fisik. Alkitab berkata, “jauhi percabulan.”185 Lebih dari itu, “jauhi nafsu anak muda.”186 Jika seorang menjadu sumber cobaan seksual bagi anda, maka kehendak Tuhan adalah secepatnya anda menjauhi itu. Jauhi hubungan itu. Itu bukan bagian dari rencana Tuhan bagi hidup anda. Tuhan merencanakan kemurnian.

    Tindakan Bersyukur

“Mengucap syukurlah dalam segala hal, sebab itulah yang dikehendaki Allah di dalam Kristus Yesus bagi kamu.”187 Ini merupakan pernyataan kehendak Tuhan yang sulit diterima banyak orang Kristen. Mereka tahu mereka harus berterima kasih padanya untuk hal baik yang terjadi pada mereka, tapi mereka tidak berterima kasih saat ada masalah. Mereka yakin bahwa sebagian keadaan mereka berhak ngomel, komplain. Mereka mungkin mencoba membenarkan diri mereka dengan berkeras bahwa ayat ini hanya menunjuk pada ucapan terima kasih dalam setiap hal tapi tidak untuk semua hal. “saya tetap berterima kasih untuk hal baik yang Tuhan lakukan pada saya, bahkan dalam situasi yang menyedihkan,” kata mereka.

Paulus menjelaskan kalau dalam konteks yang sama dengan kehendak Tuhan agar kita dipenuhi dengan Roh. Ayat berikutnya, dia mendaftar 4 ciri hidup yang dipenuhi Roh, salah satunya: “Ucaplah syukur senantiasa atas segala sesuatu dalam nama Tuhan kita Yesus Kristus kepada Allah dan Bapa kita . . .”188 Tuhan ingin kita bersyukur untuk semua hal tidak hanya dalam semua hal. Menurut saya Paulus tidak bermaksud kita harus berteriak “puji Tuhan” saat orang yang kita kasihi meninggal. Itu lucu. Tapi kita bisa dengan tulus bersyukur dalam hati kita untuk tragedy itu, mengetahui bahwa itu semua merupakan rencana Tuhan yang sempurna untuk memperkaya rohani kita.

Kapanpun kita menghadapi keadaan yang merugikan kita cenderung bertanya, “Apa yang Tuhan ingin aku lakukan?” maksud kita, “apa yang harus saya lakukan untuk mengangkat beban ini?” remaja yang orang tuanya kasar ingin mengetahui apa yang harus dia lakukan. Orang yang bosnya mengambil kesempatan terhadapnya ingin tahu apa yang harus dilakukan. Wanita yang kurang diperhatikan suami ingin suatu nasihat.

Hal pertama yang Tuhan ingin setiap kita lakukan adalah berterima kasih dengan tulus untuk masalah itu, dan berterima kasih untuk suatu kesempatan bisa bertumbuh secara rohani dan belajar lebih lagi tentang kasih karuniaNya. Semangat untuk mengucapsyukur itu mungkin menjadi hal yang digunakan Tuhan untuk menenangkan ketegangan dan membuat situasi lebih baik. Apakah anda mau mengetahui kehendak Tuhan untuk hidup anda? Bersyukurlah senantiasa, dalam setiap situasi, untuk semua hal.

    Keteraturan

“Tunduklah, karena Allah, kepada semua lembaga manusia, baik kepada raja sebagai pemegang kekuasaan yang tertinggi, maupun kepada wali-wali yang diutusnya untuk menghukum orang-orang yang berbuat jahat dan menghormati orang-orang yang berbuat baik. Sebab inilah kehendak Allah, yaitu supaya dengan berbuat baik kamu membungkamkan kepicikan orang-orang yang bodoh.”189 Kehendak Tuhan bagi kita adalah tunduk pada hukum. Inilah salah satu cara dia menutup mulut mereka yang menentang injil.

Kita kadang bermain dengan keputusan yang berkaitan dengan melawan hukum. Sebagai contoh, umpamanya saya berlari terlambat kepertemuan dimana saya menjadi pembicara dan saya harus melayani Kristus. Saya tahu bahwa pemimpin pertemuan akan khawatir dan banyak orang akan menjadi tidak nyaman. Apakah dibenarkan kalau saya memacu mobil saya diluar batas aturan? Saya sangat ragu penjaga lalu lintas akan percaya Kristus setelah saya memberikan alasan saya melanggar hal ini kepadanya.

Apa yang harus kita lakukan dengan hukum yang menyedihkan ini? Kita bisa mengusahakan untuk mengubahnya, tapi selama mereka dibuku, Tuhan ingin kita mentaatinya. Satu-satunya pengecualian untuk hal itu ketika hukum manusia berlawanan dengan perintah Tuhan. Saat itu kita harus taat pada Tuhan daripada manusia, seperti Petrus dan Yohanes saat Sidang Sanhedrin menyuruh mereka berhenti berkata-kata dalam nama Yesus.190

Kehendak Tuhan untuk tunduk pada otoritas termasuk prilaku kita terhadap pemerintah. Bawahan harus tunduk pada atasan.191 Istri harus tunduk pada suami.192 Orang percaya umumnya diminta tunduk pada pemimpin rohani digerejanya.193 Sebenarnya setiap kita harus membangun roh yang tunduk terhadap sesama.194 Jika anda bertanya apakah Tuhan ingin kita mempertahankan hak kita, atau menyatakan pendapat kita, atau berkeras melakukan suatu hal menurut cara anda, anda sudah dijawab. Tuhan ingin anda tunduk.

    Batu di Jalan

Ini mungkin suatu kejutan bagi sebagian orang, tapi Tuhan ingin kita untuk menderita. Dua kali, Petru menyebut penderitaan sesuai dengan kehendak Tuhan. Disatu tempat dia berkata, “Sebab lebih baik menderita karena berbuat baik, jika hal itu dikehendaki Allah, dari pada menderita karena berbuat jahat.”195 Ditempat lain dia berkata, “Karena itu baiklah juga mereka yang harus menderita karena kehendak Allah, menyerahkan jiwanya, dengan selalu berbuat baik, kepada Pencipta yang setia.”196 Ayat ini tidak mengatakan bahwa Tuhan berkehendak semua orang Kristen menderita, tapi hanya menunjukan kalau itu akan terjadi. Dan jika kita menderita, sebaiknya menderita karena berbuat baik daripada karena dosa.197

Dua bagian Alkitab dari Paulus selaras dengan dua bagian dari Petrus. Satu bagian berkata, “Sebab kepada kamu dikaruniakan bukan saja untuk percaya kepada Kristus, melainkan juga untuk menderita untuk Dia.”198 Bagian yang lain berkata, “Memang setiap orang yang mau hidup beribadah di dalam Kristus Yesus akan menderita aniaya.”199 Ungkapan “kehendak Tuhan” tidak muncul dalam ayat ini, tapi kebenarannya terbukti dalam perkataan Petrus.

Jika kita hidup dalam Tuhan dalam dunia ini, kita akan mengalami perlawanan. Itulah kehendak Tuhan, karena dia tahu kalau itu bisa membuat kita lebih dekat padaNya, membuat kita lebih menghargaiNya, bergantung padaNya lebih lagi, dan menguatkan kehidupan rohani kita. Jika kita hidup bersukacita tanpa tanggapan dari orang dunia, satu dari dua hal yang terjadi—apakah engkau hidup dalam Tuhan, atau mereka tidak melihatnya. Jika mereka melihatnya, sebagian dari mereka akan melawan kita dan membuat kita dalam masalah. Itu kata Tuhan.

Saya tidak bicara tentang permusuhan yang bisa kita munculkan dengan kekasaran, atau kerohanian yang tinggi. Saya tidak bicara tentang menakuti orang dengan keanehan kita untuk membuktikan kerohanian kita. Itu hanya menghancurkan peluang untuk Kristus. Saya menunjuk pada kehidupan dalam Tuhan, membiarkan orang lain tahu kita milik Kristus, dan kemudian mereka dengan sukacita menerima apapun yang terjadi—apapun dari penolakan orang sampai penyiksaan tubuh.

Kita perlu mempertimbangkan kepastian adanya penderitaan saat kita menghadapi keputusan hidup, dan jangan membuat keputusan hanya berdasar atas pelarian. Bahwa tetangga akan membenci kita karena kita menolak bergabung bersama mereka untuk menipu pemerintah bukan alasan baik untuk pindah rumah. Bahwa suatu bangsa yang tidak ramah terhadap injil bukan alasan bagus untuk mencoretnya dari daftar tempat pelayanan kita. Yesus berkata, “Semuanya itu Kukatakan kepadamu, supaya kamu beroleh damai sejahtera dalam Aku. Dalam dunia kamu menderita penganiayaan, tetapi kuatkanlah hatimu, Aku telah mengalahkan dunia.”200

Inilah 6 pernyataan kehendak Tuhan bagi hidup kita. Tuhan ingin kita diselamatkan, dipenuhi Roh, Kemurnian, bersyukur, tunduk, dan siap menderita. Carilah hikmat Tuhan dan aplikasikan itu dipengambilan keputusan berikut yang harus anda hadapi.

Bab 10:
Menentukan Arah

Tugas seorang Navigator adalah menggerakan kapal dengan baik dari satu titik ke titik lain. Alat dasar yang digunakannya selama berabad-abad adalah peta, tiruan keadaan bumi. Dengan bantuan peta dia bisa menentukan arah sehingga kapal bisa sampai ketujuan.

Peta navigasi buat perjalanan kehidupan orang Kristen adalah Firman Tuhan. Firman itu memuat kenyataan yang dibutuhkan untuk menentukan arah yang benar bagi hidup anda. Kita harus mempertimbangkan beberapa pernyataan Firman tentang kehendakNya. Sekarang kita mau menentukan bagaimana perintah dan prinsip Firman berhubungan dalam mencari kehendak Tuhan.

    Ini Kapten yang Bicara

Saat Tuhan menyuruh melakukan sesuatu atau tidak, itu merupakan kehendakNya bagi kita apakah ungkapan “kehendak Tuhan” muncul dalam bagian itu atau tidak. Saat Dia berbicara dengan jelas tentang suatu masalah, kita tidak perlu bantuan lain. Kita hanya perlu taat. Dan ada ratusan petunjuk dalam Alkitab yang menunjuk langsung kehidup kita. Kita perlu membaca Alkitab dengan pikiran terbuka terhadap perintah positif atau negative ini.

Seseorang mungkin tidak setuju kalau memenuhi pikiran kita dengan aturan akan membuat kita legalistic. Benar. Tapi konsep Alkitab bukan sesuatu seperti mengisi pikiran kita dengan aturan. Sebaliknya, kita mengisi pikiran kita tentang Tuhan, dan semakin kita mengenalNya dan mengasihiNya, semakin kita ingin menyenangkanNya. Karena dia menyatakan dengan jelas apa yang menyenangkannya, maka sangat bodoh kalau tidak melakukannya. Dia sendiri berkata, “Jikalau kamu mengasihi Aku, kamu akan menuruti segala perintah-Ku.”201

Kita jelas tidak bisa membahas semua perintahnya disini tapi kita bisa mengilustrasikan sebagian dari mereka yang bisa mempengaruhi keputusan anda. Kemudian kita mulai melihat perintah lain saat kita mempelajari Firman itu sendiri. Ini ada beberapa contoh.

Orang-orang pernah bertanya pada saya tentang apakah yang harus mereka perbuat kalau orang percaya lain bersalah pada mereka. Sering mreka memiliki pemikiran mereka sendiri, seperti katakan pada pastor, atau pada seseorang yang dekat dengan yang bersalah yang mungkin bisa memperlihatkan kesalahan orang itu. Tapi pendekatan manusia sering menambah masalah. Kenapa bersandar pada pemikiran manusia saat kita memiliki pembimbing ilahi? Yesus jelas berkata, “Apabila saudaramu berbuat dosa, tegorlah dia di bawah empat mata. Jika ia mendengarkan nasihatmu engkau telah mendapatnya kembali.”202

Apakah anda melihat kepada siapa anda harus bicara tentang masalah itu? Dengan orang yang bersalah padamu. Hanya anda dan dia saja. Tidak ada yang lain! Memberitahu orang lain adalah seperti menyerang orang yang bersalah padamu dan itu melanggar perintah Alkitab: “Saudara-saudaraku, janganlah kamu saling memfitnah!.”203 Memberitahu orang lain sama dengan memberikan pemberitaan buruk terhadap orang lain, dan pemberitaan itu melanggar nasihat untuk berkata baik tentang sesama.204

Jika kita pergi kesaudara yang bersalah dengan roh lemah lembut dan sabar205 dan dia berespon baik, masalahnya terselesaikan dan keharmonisan kembali lagi. Jika dia menolak usaha kita, maka kita bisa memanggil satu atau dua saksi untuk menyaksikan usaha tulus kita untuk berdamai dan melihat responnya.206 Jika dia menolak untuk mendengar dorongan mereka, maka kita bisa mengatakannya pada gereja. Jika gereja setuju kalau dia sudah melanggar, tapi tetap menolak mendengar dan mengakui kesalahannya, maka kata Kristus dia harus diperlakukan seperti orang tidak percaya atau pemungut cukai, yang berarti dia dipisahkan dari persekutuan sampai dia mengakuinya.207 Prosedur ilahi ini menolong mengurangi gossip dalam gereja, menghancurkan pembatas-pembatas dan perselisihan, dan mengurangi kekerasan hati diantara orang Kristen.

Ini satu contoh lagi. Seorang wanita mengatakan pada saya tentang hal menakutkan yang dilakukan suaminya terhadap mereka, dan bertanya, “Apakah menurut anda saya harus menceraikan dia?” Alkitab menjawab. “Kepada orang-orang yang telah kawin aku--tidak, bukan aku, tetapi Tuhan--perintahkan, supaya seorang isteri tidak boleh menceraikan suaminya.”208

Kata “berpisah dari” secara literal berarti “terbagi” Disini artinya perceraian jelas dari ayat berikutnya, yang menyatakan bahwa perempuan itu tetap tidak menikah jika dia berpisah. Tuhan membenci perceraian.209 Itu bukan kehendakNya. Dia dengan jelas memerintahkan agar istri tidak menceraikan suaminya, dan sebaliknya, bahwa suami tidak menceraikan istrinya.210 Tuhan akan selalu senang dengan pasangan yang selalu bersama, mencari nasihat, dan bersama mengusahakan perkawinan mereka berhasil.

Kemudian kenapa Paulus membahas perpisahan istri ? (Dia berkata, “Dan jikalau ia bercerai, ia harus tetap hidup tanpa suami atau berdamai dengan suaminya.”211) Paulus membahas perceraian karena dia melihat kalau sebagian tidak taat perintah Kristus untuk berbagai alasan. Jika demikian, maka kehendak Tuhan bagi mereka adalah tetap tidak menikah atau berdamai dengan pasangan sebelumnya.

Paulus tidak membahas perzinahan, yang merupakan pengecualian Tuhan terhadap aturan ini.212 Dia tidak mengatakan apa yang dilakukan jika anda sudah bercerai dan pasangan sebelumnya menikah kembali, sehingga membuat perdamaian menjadi tidak mungkin. Tapi dia memastikan tentang keputusan yang harus diambil jika anda sekarang sudah menikah dan pasangan anda melakukan hubungan diluar nikah. Tetap menikah! Itulah rencana Tuhan bagi anda saat anda menentukan arah masa depan anda.

Berbicara tentang perkawinan, kita tidak bisa melewatkan perintah terjelas dalam Alkitab tentang siapa yang harus anda nikahi, atau lebih jelasnya, siapa yang tidak boleh anda nikahi. “Janganlah kamu merupakan pasangan yang tidak seimbang dengan orang-orang yang tak percaya.”213 Perintah tertulis ini melarang orang percaya berpasangan dengan orang tidak percaya. Kesepadanan bisa menunjuk pada banyak hal, tapi itu pasti menunjuk pada perkawinan, ikatan terdekat dalam hidup. Tuhan tidak pernah menghendaki orang Kristen tahu dan mau menikahi seorang yang belum percaya. Paulus menegaskan kembali hal ini saat dia memberikan ijin janda untuk kawin kembali, dengan menambahkan “hanya kalau didalam Tuhan.”214

Prinsip ini juga menolong seorang pria atau wanita yang ingin memutuskan untuk kencan atau tidak. Akan sangat menguntungkan membawa orang yang belum percaya kegereja dengan doa semoga dia bisa mengenal Kristus melalui pelayanan Firman dimuka umum, tapi kencan lainnya bisa membawa kepada keterlibatan emosional, cobaan merasionalisasikan perintah Tuhan mengenai pernikahan dan melangkah diluar kehendakNya.

Sisi positifnya, ada banyak bagian Alkitab yang menolong kita mengetahui siapa yang harus kita nikahi atau kencani. Saat kita membaca Alkitab, kita menemukan banyak kualitas yang harus dimiliki seorang anak Tuhan. Baik sekali untuk mendaftar mereka saat kita belajar Firman, dan kemudian mengevaluasi calon kita dengan standar itu daripada standar manusia.

Saya ditanya oleh seorang yang berkonseling apakah mereka harus mengambil pekerjaan yang terbuka saat itu atau menganggur. Alkitab memiliki perintah yang jelas mengenai keputusan itu: “Sebab, juga waktu kami berada di antara kamu, kami memberi peringatan ini kepada kamu: jika seorang tidak mau bekerja, janganlah ia makan.’”215 Jika suatu pekerjaan ditawarkan dan orang itu mampu, dia memiliki tanggung jawab untuk bekerja.

Sebagian beralasan dengan mengatakan bahwa pekerjaan itu tidak cocok dengan keahlian mereka, atau itu dibawah gengsi mereka, atau mereka tidak dibayar cukup. Jadi mereka menjadi pengangguran. Tapi bekerja merupakan cara utama Tuhan untuk menyediakan kebutuhan kita. Itu merupakan bagian yang penting dalam hidup, dan mereka yang menghindarinya akan menjadi masalah bagi yang lain disekitar mereka. Itulah yang terjadi di Tesalonika.” Kami katakan ini karena kami dengar, bahwa ada orang yang tidak tertib hidupnya dan tidak bekerja, melainkan sibuk dengan hal-hal yang tidak berguna. Orang-orang yang demikian kami peringati dan nasihati dalam Tuhan Yesus Kristus, supaya mereka tetap tenang melakukan pekerjaannya dan dengan demikian makan makanannya sendiri.”216

Dan karena kita membahas pekerjaan, mari kita bahas tentang pindah kerja. Itu suatu keputusan yang diambil seseorang sesekali selama hidupnya. Pertanyaan yang penting adalah, “kenapa anda mau mengubah pekerjaan?” Apakah untuk menyediakan pendidikan anakmu? Apakah untuk pekerjaan Tuhan ? atau hanya untuk membeli barang yang anda idamkan?

Penulis Ibrani memberikan kita suatu perintah yang mempengaruhi keputusan ini. “Janganlah kamu menjadi hamba uang dan cukupkanlah dirimu dengan apa yang ada padamu.”217 Saya yakin sebagian orang berpindah pekerjaan karena alasan seperti diatas. Mereka selalu berharap pekerjaan berikut akan memberikan kesempatan untuk kaya. Tapi tidak bertanggung jawabnya dan tidak stabilnya mereka bisa merintangi mereka untuk menyediakan kebutuhan dan keamanan keluarga mereka. Untuk beberapa kasus itu membelokan mereka dari pemenuhan kebutuhan dasar hidup. Tuhan menyuruh kita untuk mencukupi diri. Tidak lesu atau malas, tapi cukup. Kecukupan mendorong kita untuk setia pada tanggung jawab kita dan ketaatan diberikan oleh Tuhan.218

Bicara pekerjaan membawa pemikiran liburan bagi sebagian orang. Apa yang harus kita lakukan dengan liburan kita tahun ini? Tuhan juga memiliki petunjuk yang mempengaruhi keputusan itu. “Karena itu, perhatikanlah dengan saksama, bagaimana kamu hidup, janganlah seperti orang bebal, tetapi seperti orang arif, dan pergunakanlah waktu yang ada, karena hari-hari ini adalah jahat.”219 Liburan harusnya menenangkan dan menyegarkan, tapi harus berarti dan produktif. Tidak ada waktu yang terbuang. Orang dunia terhilang dan mati tanpa Kristus. Hari-hari kita memenangkan mereka terbatas.

Bahkan liburan bersenang-senang pun harus ada waktu untuk membangun kekuatan rohani dan meremajakan kembali kita untuk panggilan pekerajaan Tuhan. Dan dalam liburan itu kita harus peka terhadap setiap kesempatan untuk membagikan kabar baik keselamatan dalam Kristus. Tidak ada liburan seperti itu bagi Tuhan. Orang Kristen yang mencoba mengambil liburan seperti itu merasakan kehidupan rohaninya melemah.

Ini hanya beberapa ilustrasi tentang bagaimana perintah Alkitab bisa menolong anda membuat keputusan yang tepat. Lihat perintah lainnya saat anda membaca Firman, kemudian pikirkan dampaknya bagi hidup anda. Itu mungkin menghilangkan awan kebingungan saat anda menentukan arah tujuan masa depan anda.

    Hanya pada Prinsip Umum

Prinsip umum dalam Alkitab semuanya penting dalam menentukan kehendak Tuhan seperti perintah yang spesifik. Prinsip hanyalah suatu pernyataan fakta, tapi fakta yang membawa kita tentang bagaimana Tuhan ingin kita hidup.

Biar saya ilustrasikan dengan membahas tentang bagaimana kita membelanjakan uang kita. Prinsip dasar Firman adalah Tuhan sumber segala kekayaan. Musa mengatakan pada umatnya bahwa Tuhanlah yang memberikan mereka kekuatan dan kekayaan.220 Daud setuju: “Sebab kekayaan dan kemuliaan berasal dari pada-Mu,” katanya. “Ya TUHAN, Allah kami, segala kelimpahan bahan-bahan yang kami sediakan ini untuk mendirikan bagi-Mu rumah bagi nama-Mu yang kudus adalah dari tangan-Mu sendiri dan punya-Mulah segala-galanya.”221 Paulus setuju saat dia berkata kalau Tuhan yang memberi kekayaan untuk kita nikmati.222

Jika semua kekayaan datang dari Tuhan dan itu milikNya, maka dia memiliki hak untuk menyuruh kita bagaimana menghabiskannya, tidak hanya bagian kecil saja yang kita berikan untuk pekerjaannya. Dia bahkan ingin menolong kita dalam membeli, menentukan rumah, mobil atau mesin cuci mana yang harus dibeli. Ada benarnya pepatah ini, “yang kamu bayar itu yang kamu dapat,” tapi yang harus kita tanyakan saat membeli adalah, “apakah kita benar-benar membutuhkan semua yang akan kita beli ini?” Beberapa pengeluaran ekstra mungkin meningkatkan hidup, atau ekonomi, tapi yang lainnya hanya kemewahan belaka dan memboroskan uang Tuhan.

Mungkin kita harus membeli seperti Tuhan ada disamping kita mengatakan apa yang dibutuhkan kalau dia yang membeli. Seringkali kita melakukannya dengan asumsi yang salah bahwa kita membutuhkan hal yang lebih besar dan lebih baik dari orang lain yang memiliki uang lebih sedikit dari kita. Kenapa kita harus berasumsi bahwa menghasilkan uang lebih banyak mendongkrak kita ketingkatan hidup yang lebih tinggi? Saat pemilik semua kekayaan dibumi masih berjalan didunia praktis tidak memiliki apa-apa. Tuhan mungkin mengijinkan kita mendapat uang lebih banyak agar kita bisa menginvestasikannya kedunia penginjilan, tidak hanya untuk hidup lebih enak. Kesadaran akan prinsip kepemilikan Tuhan atas semua hal bisa menolong kita mendapatkan kebutuhan kita dan keinginan kita disaring berdasarkan prioritasnya.

Satu hari seorang wanita datang kekantor saya untuk bertanya apa yang harus dilakukan terhadap saudara laki-lakinya yang menipu dia dalam hal warisan. Seorang bertanya pada Yesus tentang hal yang sama, dan Dia menegakan suatu prinsip yang menolong teman saya mengetahui kehendak Tuhan menghadapi masalah itu. “Seorang dari orang banyak itu berkata kepada Yesus: Guru, katakanlah kepada saudaraku supaya ia berbagi warisan dengan aku. Tetapi Yesus berkata kepadanya: Saudara, siapakah yang telah mengangkat Aku menjadi hakim atau pengantara atas kamu? Kata-Nya lagi kepada mereka: Berjaga-jagalah dan waspadalah terhadap segala ketamakan, sebab walaupun seorang berlimpah-limpah hartanya, hidupnya tidaklah tergantung dari pada kekayaannya itu.”223

Prinsipnya adalah—ada banyak hal penting lainnya daripada hal yang bisa dibeli dengan uang. Mengerti prinsip ini bisa memberikan kita kebebasan dan kedamaian. Tidak ada barang apapun yang bisa mengganti kerusakan hubungan dia dengan saudaranya kalau dia menuntut saudaranya karena warisan keluarga.

Sebagian orang mencoba memutuskan gereja mana yang Tuhan kehendaki untuknya. Prinsip Alkitab juga bisa membimbing mereka. Singkatnya, Paulus menyebut gereja “tiang penopang dan dasar kebenaran.”224 Yesus mengatakan dia adalah kebenaran225 dan Firman Tuhan adalah kebenaran,226 Gereja PB adalah untuk memuliakan Tuhan Yesus Kristus dan menekankan pengajaran Firman. Kita bisa menggunakan prinsip ini utuk menilai setiap gereja yang kita kunjungi, dan kita akan tersesat jika kita menyandarkan dukungan kita pada suatu yang menyimpang dari pola Alkitab.

Dalam keadaan lain, seorang pelajar sekolah mencoba menentukan apakah Tuhan ingin dia pergi atau tidak atau tidak untuk olahraga. Apakah ada prinsip dalam Alkitab untuk keputusan seperti itu ? Dengarkan Paulus kembali: “Latihan badani terbatas gunanya, tetapi ibadah itu berguna dalam segala hal, karena mengandung janji, baik untuk hidup ini maupun untuk hidup yang akan datang.”227 Keuntungan bisa didapat dari atletik, tapi ada hal lain yang perlu dipertimbangkan juga. Bagaimana waktu yang dihabiskan dalam latihan berdampak pada waktunya dengan Tuhan? Bagaimana pengaruh hal itu terhadap hubungannya dengan Tuhan? Saat seorang mulai meletakan olahraga didepan Tuhan, maka dia sudah meninggalkan rencana Tuhan bagi hidupnya. Jika dia jujur ingin melakukan prinsip ini, Tuhan akan membimbing dia.

Satu pertanyaan besar dalam pikiran banyak orang Kristen adalah apa yang kita sebut hal meragukan—kegiatan yang sebagian orang Kristen katakana boleh, tapi yang lain pikir itu berdosa. Apakah kita boleh melakukannya atau tidak? Beberapa prinsip Alkitab bisa menolong kita untuk memutuskan. Apa yang kita bingungkan? Apakah itu akan membawa orang Kristen yang lemah kepada dosa?228 Apakah itu akan menjadi tuan kita?229 Apakah itu akan merusak tubuh?230 Apakah itu akan membangun secara rohani?231 Apakah itu akan memuliakan Tuhan?232 Apakah saya melakukan itu dengan kesadaran penuh? Prinsip Alkitab adalah “Tetapi barangsiapa yang bimbang, kalau ia makan, ia telah dihukum, karena ia tidak melakukannya berdasarkan iman. Dan segala sesuatu yang tidak berdasarkan iman, adalah dosa.”233 Dengan kata lain, jika saya tidak bisa melakukan itu sebagai anak Tuhan yang sudah ditebus dalam keselamatan, maka itu dosa, dan itu pasti menghalangi pekerjaan Tuhan dalam hidup saya.

Biarkan saya menyebut satu dilemma yang sering dihadapi orang Kristen. Haruskah kita membagi kesakitan kita, pergumulan kita, dan kelemahan kita dengan orang percaya lain, atau haruskah kita menyimpannya sendiri? Sebagian dari kita merasa bahwa reputasi kita sebagai orang Kristen dan pengaruh untuk Kristus akan hancur jika seorang tahu seperti apa kita sebenarnya. Tapi prinsip Alkitab membangun gereja sebagai Tubuh Kristus akan menolong kita melihat masalah ini dari sudut pandang Tuhan. “Karena sama seperti tubuh itu satu dan anggota-anggotanya banyak, dan segala anggota itu, sekalipun banyak, merupakan satu tubuh, demikian pula Kristus.”234 “Karena itu jika satu anggota menderita, semua anggota turut menderita; jika satu anggota dihormati, semua anggota turut bersukacita.”235

Bagaimana kita bisa bersimpati pada seorang yang terluka kalau kita tidak tahu dimana lukanya? Bagaimana kita bisa mendukung dia dihadapan tahta kasih karunia Tuhan jika kita tidak mengetahui dimana kebutuhannya? Bagaimana kita bisa menanggung beban bersama jika kita tidak tahu beban apa?236 Saya tidak bermaksud bahwa kita harus mengumumkan semua kesalahan kita pada setiap orang agar diketahui. Tapi maksud praktis dari prinsip ini adalah tuntutan keterbukaan yang lebih besar dengan sesama orang percaya dari sebelumnya. Pengakuan kekurangan kita kepada teman Kristen terdekat kita akan menjadi penghiburan bagi mereka. Mereka akan tahu bahwa mereka tidak sendiri dalam kelemahan. Itu akan menjadi berkat bagi kita saat mereka berdoa, menguatkan, dan memperhatikan perkembangan kita. Aplikasi yang tepat dari prinsip ini akan membawa kepada pertumbuhan rohani.

Ini hanya contoh kecil tentang bagaimana menemukan bimbingan melalui Firman. Biarlah itu menjadi tantangan bagi anda untuk menyelidiki Alkitab baik perintah maupun prinsip yang akan menolong anda mengerti kehendak Tuhan untuk tujuan masa depan anda.

Bab 11:
Tapi Saya Merasa Dipimpin

Siapa dari kita dalam kehidupan sebagai orang Kristen pernah merasakan dorongan kuat untuk melakukan suatu tindakan yang kita percaya adalah bimbingan dari Tuhan ? Ada saat didalam pelayanan, saya merasa ingin menelepon seseorang atau berhenti dirumah seseorang, dan menemukan orang itu sedang bingung dan butuh bicara dengan saya tepat disaat itu juga. Perasaan itu terasa bukan kebetulan.

Pengalaman seperti itu seharusnya biasa bagi anak Tuhan. Roh Tuhan melakukan sedikit dorongan pada roh seorang yang berserah, membebani hatinya dengan kebutuhan tertentu dan memimpin dia dengan meletakan kesan tertentu dalam pikirannya.

Tapi bimbingan Tuhan didalam Roh Tuhan tidak bisa dipisahkan dari pengertian yang tepat akan Firman Tuhan. Mencoba untuk memisahkan hal yang ada didalam diri dari yang tertulis sama dengan membuka diri terhadap berbagai bahaya. Kita telah membahas tempat Firman dalam bimbingan ilahi. Kita telah melihat pernyataan tertentu tentang kehendak Tuhan dalam Firman. Kita telah menyelidiki banyak hal tentang perintah Tuhan yang bisa menolong kita menentukan mana yang keinginan Tuhan. Kita telah memperhatikan bagaimana prinsip umum dalam Firman bisa menerangi keputusan kita. Sekarang kita menyelidiki hubungan antara Firman Tuhan dan Roh Kudus.

    Hak Mutlak Kita

Anak Tuhan memiliki hak untuk dibimbing oleh Roh Tuhan, dan bimbingan itu datang melalui komunikasi langsung dari Roh Kudus dengan jiwa orang percaya. Dipimpin oleh Roh merupakan salah satu tanda utama anak Tuhan yang sejati. Rasul Paulus menulis, “Semua orang, yang dipimpin Roh Allah, adalah anak Allah.”237 Makna dipimpin dalam bagian ini terutama kearah kehidupan baru yang benar dengan mematikan kebiasaan dosa dari manusia lama.238 Tapi apapun tujuan pimpinan Roh, kepastian tentang hal itu jelas ada dalam ayat ini. Dan dengan jelas dinyatakan dalam bagian ini kesaksian Roh secara langsung bersaksi dalam diri orang Kristen. Paulus melanjutkan, “Roh itu bersaksi bersama-sama dengan roh kita, bahwa kita adalah anak-anak Allah.”239

Sebagian orang akan menolak kalau Tuhan bisa meletakan pikiran dalam pikiran kita, atau mengontrol pikiran kita. Karena dia mengontrol keadaan yang bisa mempengaruhi cara pikir kita, dan dia mengontrol mekanisme fungsi otak kita, dia pasti bisa mengarahkan pemikiran kita.

Salomo setuju. “Hati raja seperti batang air di dalam tangan TUHAN, dialirkan-Nya ke mana Ia ingini.”240 Tuhan Yesus membuat janji pada muridnya yang mengandung prinsip ini juga. Para murid tidak perlu khawatir ketika dituduh oleh otoritas karena iman mereka, karena Roh Kudus akan mengajar mereka apa yang perlu dikatakan saat itu.241 Dengan kata lain, dia meletakan pikiran dalam otak mereka.

Rasul Yohanes, dalam penglihatannya melihat contoh dramatis dari prinsip ini dalam hidup orang tidak percaya juga. Tentang 10 raja yang ingin suatu hari menggabungkan kekuatan dengan pemimpin dunia masa depan, dia berkata, “Sebab Allah telah menerangi hati mereka untuk melakukan kehendak-Nya.”242 Jika Tuha bisa meletakan rencananya kedalam pikiran orang tidak percaya, dia pasti bisa melakukannya pada orang Kristen. Kita tidak masalah menerima kenyataan bahwa Roh Tuhan bisa menyatakan kehendaknya langsung kedalam pikiran orang percaya.

    Perhatikan Dia Melakukannya

Perhatikan seluruh kitab Kisah Para Rasul dan perhatikan bagaimana Roh Tuhan secara pribadi memimpin pelayannya. Dia berbicara pada pelayan bernama Filipus dan menyuruh dia mendekati kereta kuda dimana disitu ada sida-sida Etiopia membuka injil.243 Dia berbicara pada rasul Petrus dan menyuruh dia menemani 3 orang yang datang dari Caesarea untuk menemui dia.244 Petrus taat, dan menemukan prajurit Roma bernama Cornelius lapar akan kebenaran Tuhan. Saat dia menceritakan ini semua pada teman-temannya di Yerusalem, dia berkata, “Lalu kata Roh kepadaku: Pergi bersama mereka dengan tidak bimbang! Dan keenam saudara ini menyertai aku. Kami masuk ke dalam rumah orang itu.”245

Saat sekelompok nabi dan pengajar digereja antiokia berpuasa dan berdoa, “berkatalah Roh Kudus: Khususkanlah Barnabas dan Saulus bagi-Ku untuk tugas yang telah Kutentukan bagi mereka.’”246 Kemudian, saat Paulus melakukan pekerjaan itu, dia ingin masuk ke Bitinia untuk mengabarkan injil, tapi Roh Kudus kembali berbicara dan menyuruh dia untuk tidak pergi kesana.247 Saat dia kembali dari perjalanan misinya, dia mengatakan pada tua-tua diEfesus bahwa walau kesukaran menantinya, Roh mengharuskan dia pergi ke Yerusalem.248

Buktinya sangat banyak. Roh Tuhan berkomunikasi secara langsung dengan mereka. Sebagian murid sekolah Alkitab percaya bahwa dia berbicara dalam suara yang terdengar telinga, tapi kemungkinan terbesar dia hanya memberi perasaan kuat dalam pikiran mereka. Dan bimbingan seperti itu tidak terbatas pada orang dalam PB. Itu bisa terjadi pada masa sekarang.

Zac Poonen menceritakan tentang seorang pengkhotbah Amerika yang dipimpin Roh untuk tinggal dikamp yang sudah ditinggalkan. Dia sangat yakin pada pimpinan ilahi sehingga dia masuk kedalamnya dan memberitakan injil. Bertahun-tahun kemudian seorang pria mendekati dia di London dan mengingatkan dia tentang hal itu. Dia sedang memasak dikamp itu dan saat itu hanya dia yang ada. Dia bersembunyi diluar jendela, mendengar kotbah itu, kemudian percaya Kristus sebagai Juruselamatnya, dan pergi melayani Tuhan.249

G. Christian Weiss menceritakan tentang seorang misionaris di Amerika Selatan yang menerima perasaan kuat bahwa dia harus melakukan perjalanan kedalam rimba. Saat malam, setelah perjalanan yang jauh dia sampai disebuah gubuk dimana dia menemukan seorang Indian tua ditempat tidurnya hampir mati. “dimana bukunya?” kata Indian tua itu, setelah menceritakan kalau malam sebelumnya dia menangis minta pertolongan Tuhan dan bermimpi tentang seorang pembawa pesan membawa sebuah buku. Dia diberitahu dalam mimpi untuk percaya pada pesan dalam buku itu dan dia akan diselamatkan. Tidak berkata-kata lagi, saat misionaris mengambil Alkitabnya dan membagikan pesan keselamatan, Indian tua itu percaya pada Kristus. Tuhan pasti membimbing dia sampai kegubug itu.250 Ilustrasi seperti ini sangat banyak. Roh Tuhan bisa menyatakan keinginannya dalam pikiran kita.

    Suara lainnya

Tapi ada masalah. Kesan dapat datang dari sumber selain Roh Tuhan. Seperti, kita bisa mendapat kesan kuat bahwa hal itu sebenarnya datang dari keinginan egois kita. Saya ingat seorang ibu muda yang merasakan pimpinan kuat untuk mendapat pekerjaan. Kesan itu bisa dari Tuhan, tapi bisa juga dari keinginan egois untuk melarikan diri dari rutinitas pekerjaan rumah dan perawatan anak, dan untuk menambah daya tarik hidupnya. Dia tidak pernah mempertanyakan sumber kesan itu. Dia langsung mencari kerja. Tindakannya mengakibatkan hasil yang menghancurkan bagi seluruh keluarganya. Saat dia merenungkan hal itu, dia beralasan, “tapi saya merasa dipimpin.” Dengan pernyataan yang sama dia mencoba melepaskan dirinya dari tanggung jawab yang disebabkan penilaiannya yang buruk. Tapi Tuhan tidak menerima dipersalahkan seperti itu. Tidak semua kesan datang dari dia.

Saya ingat seorang muda dengan keluarganya yang merasa dipimpin untuk berhenti dari pekerjaannya dan masuk kepelayanan penuh waktu. Dia tidak memiliki pelatihan bagi pelayanan yang ingin dia masuki, dia khususnya tidak cocok dengan pekerjaan yang ingin dia lakukan, dan tidak ada kesempatan yang ditawarkan dalam pelayanan. Saat saya bertanya padanya, hal itu menjadi jelas bahwa motivasi utama masuk jadi penuh waktu bukan panggilan Tuhan, tapi pekerjaan yang tidak enak dimana dia tidak melihat ada jalan keluar lain.

Kesan kita tidak hanya terpengaruh oleh keinginan kita untuk meningkatkan hidup atau melepaskan diri dari kesulitan, tapi juga dengan hal-hal sederhana seperti jumlah waktu tidur kita, kondisi kesehatan, tingkat kepercayaan diri dan penerimaan diri, pengalaman masa lalu yang tidak bisa kita hapus dari ingatan kita, ketakutan kita, atau tekanan emosional..

Lebih rumit dari itu adalah kecenderungan memuaskan keinginan nafsu kita. Kita bisa meyakinkan diri kita terhadap hampir semua hal untuk memuaskan daging kita. James Dobson bercerita tentang suatu pasangan yang merasa dipimpin untuk melakukan hubungan seksual sebelum kawin karena mereka sudah saling mengasihi. Mereka berkata bahwa mereka telah berdoa dan menerima kepastian dari Tuhan bahwa itu tidak apa-apa.251 Itu suatu penipuan diri.

Kesan bisa datang dari pengaruh orang lain—teman dekat yang kita percayai, kepribadian yang menarik yang bagi kita itu tidak bisa salah, atau mungkin hanya pendapat umum orang disekitar kita. Itu juga bisa dari pendapat orang Kristen lain dalam persekutuan, itu bisa benar atau salah. Atau mungkin dari pendapat duniawi yang memasuki pikiran kita melalui media atau melalui orang tidak percaya yang berhubungan dengan kita.

Dan kemudian pengaruh paling tersembunyi dari semua—yaitu penipu besar. Apakah anda tahu setan bisa menaruh pikirannya dalma otak orang percaya? Itu terdengar menakutkan, tapi itu benar. Setan membuat dirinya seperti malaikat terang,252 yaitu, seorang yang mengaku memiliki informasi yang akurat dan menyediakan nasihat yang kompeten. Kenyataannya dia pangeran kegelapan, dan melalui penipuannya dia mencari keuntungan dari kita.253

Dia melakukannya pada orang yang baru percaya bernama Ananias, dengan meyakinkan dia bahwa tidak apa-apa memberikan sebagian uangnya untuk pekerjaan Tuhan tapi mengatakan sudah semuanya. Dengar kata Petrus: “Ananias, mengapa hatimu dikuasai Iblis, sehingga engkau mendustai Roh Kudus dan menahan sebagian dari hasil penjualan tanah itu?”254 sumber penipuan kesan dalam pikiran ananias panah musuh umat Tuhan, bapa pembohong, setan sendiri.255

Pikiran setan mungkin mengejutkan, seperti seorang gadis yang merasa yakin Tuhan memimpin dia untuk menikah dengan orang yang tidak percaya. Dia menggambarkan itu dalam detil yang tidak biasa, hampir mirip mujizat, keadaan yang terjadi sehingga mereka bertemu. Kejadian yang luar biasa, katanya, pasti dari Tuhan. Tapi setan juga bisa melakukan mujizat untuk meyakinkan kita akan kebohongannya.256 Kesan dari setan bisa sangat kuat, hampir seperti gangguan pikiran.

Kekuatan suatu kesan tidak langsung menjadi kebenaran. Sangat sulit bagi kita untuk mengakui bahwa kesan itu tidak datang dari Tuhan. Kita ingin percaya bahwa Tuhan melakukan suatu yang isitimewa bagi kita. Kita ingin mengatakan pada teman kita tentang bimbingan yang tidak biasa yang kita terima. Dan kebanggaan diri kita membuat kita lebih rentan terhadap hal ini.

Dengan banyaknya sumber kesan yang salah, seharunya kita tidak mempercayai semua pikiran yang datang kepada kita. Dengan mengosongkan pikiran kita dari semua gangguan dan mempercayai semua yang masuk sebagai kehendak Tuhan, seperti yang disarankan sebagian orang, merupakan tindakan yang sangat berbahaya. Ketika pikiran kosong, setan bebas menanamkan pikirannya. Dan tidak ada lain yang dilakukannya selain membuat kita mendengarkan pikirannya dalam otak kita sebagai suara Tuhan.257 Paulus berkata pada kita untuk menguji semua hal dan hanya berpegang pada yang baik.258 Tapi bagaimana kita bisa melakukan itu?

    Pembuktian

Ada banyak cara untuk memeriksa hal ini, dan akan kita bahas di akhir pelajaran kita. Tapi yang cara yang paling penting adalah melalui Firman Tuhan. Yesaya menyatakannya dengan baik saat dia memperingatkan orang dimasanya tentang hal ini “Carilah pengajaran dan kesaksian! Siapa yang tidak berbicara sesuai dengan perkataan itu, maka baginya tidak terbit fajar.”259 Setiap kesan yang datang dari Tuhan selaras dengan FirmanNya. Tidak ada satupun yang berlawanan dengan FirmanNya. Tuhan tidak bisa berlawanan dengan dirinya.

Jadi ukurlah kecenderungan anda terhadap Firman—apakah itu pernyataan kehendak Tuhan, perintah positif atau negative, prinsip umum. Roh Tuhan menggunakan Firman Tuhan untuk memimpin kita, dan semakin banyak Firman yang kita tahu, semakin mampu kita menguji sumber pikiran itu. Keterbukaan pada Firman tidak hanya menolong kita membedakan suara Gembala dari suara yang lain, itu juga menolong kita mengetahui motivasi egois yang menghasilkan kesan itu. Penulis Ibrani menyebutnya “ia sanggup membedakan pertimbangan dan pikiran hati kita.”260

Jika ibu muda telah menyelidiki tanggungjawabnya berdasar Alkitab terhadap anaknya dan membiarkan Firman Tuhan menerangi motivasinya, dia mungkin tidak akan kerja saat itu. Jika orang yang berhenti kerja itu melihat tanggung jawabnya memenuhi kebutuhan keluarganya, dia tidak akan meninggalkan pekerjaannya saat itu. Jika pasangan yang ingin berhubungan seksual sebelum nikah menyerahkan diri pada standar Tuhan, mereka tidak akan mengijinkan hal itu terjadi. Jika gadis yang ingin menikahi orang tidak percaya mendengar kata Tuhan, dia akan tahu bahwa dia tidak diarahkan untuk itu.

Tapi bahkan setelah mempertimbangkan semua kata Firman mengenai masalah itu, kita tetap bingung apa yang harus dilakukan. Kemana kita harus berpaling? Ada satu cara yang digunakan Roh Tuhan dalam membimbing kita yaitu melalui suaranya kedalam pikiran kita.

Saya tidak mengatakan kalau perkataan itu meloncat keluar dari Alkitab dan mengatakan apa yang seharusnya kita lakukan. Itu terjadi kadang saja, tapi itu suatu pengecualian daripada aturan. Maksud saya Tuhan memberikan pikirannya dalam otak kita saat kita membaca Firman dengan hati yang terbuka dan berserah pada kehendaknya. Tema utama atau penekanan suatu bagian Alkitab bisa menarik kita tentang Tuhan, atau keputusan yang tepat.

Saya merasakan pikiran Tuhan tentang kesempatan pelayanan baru yang terbuka bagi saya di Escondido, California, beberapa hal terus terpikir seperti berkat Tuhan dalam pelayanan dimana saya terlibat, hal yang harus saya tinggalkan, ketakutan tentang keadaan yang baru, tidak percaya pada kemampuan sendiri atas pekerjaan baru itu, dan beberapa hal yang tidak menguntungkan ditempat baru. Tapi saat saya bersama dengan Tuhan dalam suatu jangka waktu dan membaca kitab Yesaya, Tuhan sepertinya memberikan suatu terang dalam pikiran saya, pemikiran itu dinyatakan dalam bagian ini: “firman-Nya: Janganlah ingat-ingat hal-hal yang dahulu, dan janganlah perhatikan hal-hal yang dari zaman purbakala!Lihat, Aku hendak membuat sesuatu yang baru, yang sekarang sudah tumbuh, belumkah kamu mengetahuinya? Ya, Aku hendak membuat jalan di padang gurun dan sungai-sungai di padang belantara.”261 Walau berlawanan dengan keinginan saya saat itu, saya taat dan melangkah. Dan ditempat Tuhan tempatkan banyak hal indah terjadi dan merupakan pelayanan paling berbuah dalam hidup saya.

Tuhan mungkin tidak akan memimpin saya dengan cara seperti itu lagi, dan dia mungkin tidak akan memimpin anda seperti itu. Tapi jika kita hanya ingin melakukan kehendak Tuhan dalam hidup anda, apapun yang harus anda korbankan, dan jika kita terbuka terhadap Firman untuk melihat apa yang dia katakana daripadan kemauan kita, kita bisa berharap dia berbicara melaluinya. Dia berjanji kalau Firmannya akan menjadi terang bagi jalan kita.


162 Ibrani 13:20, 21 (NASB)

163 2 Timothy 3:16, 17 (NIV)

164 Mazmur 119:105 (Amp.)

165 Mazmur 119:130 (Amp.)

166 Cf. 1 Corinthians 2:15, 16

167 Christian Weiss, The Perfect Will of God, Moody Press, 1950, p. 80.

168 Alan Redpath, Getting to Know the Will of God, InterVarsity Press, 1954, p. 13.

169 Bilangan 15:32-36

170 Yoh 5:39

171 Kisah 17:11

172 Ibrani 10:25

173 Redpath, op. cit., pp. 13, 14

174 1 Timothy 2:4 (KJV)

175 2 Petrus 3:9 (KJV); cf. also Matius 18:14; Yoh 6:39, 40

176 Luke 19:10

177 Yoh 20:21 (KJV)

178 Bill Bright, Paul Brown Letter, Campus Crusade for Christ, 1963.

179 Efesus 5:17, 18 (NASB)

180 1 Yoh 1:9

181 Roma 12:1

182 Colossians 3:16 (KJV)

183 Luke 4:1 (NIV)

184 1 Thessalonians 4:3 (NASB)

185 1 Corinthians 6:18 (KJV)

186 2 Timothy 2:22 (KJV)

187 1 Thessalonians 5:18 (NASB)

188 Efesus 5:20 (KJV)

189 1 Petrus 2:13-15 (NIV)

190 Kisah 4:18-20; 5:28,29

191 Efesus 6:5, 6; 1 Petrus 2:18

192 Efesus 5:22; 1 Petrus 3:1

193 Ibrani 13:17

194 Efesus 5:21

195 1 Petrus 3:17 (NIV)

196 1 Petrus 4:19 (NIV)

197 Cf. also 1 Petrus 4:14-16

198 Philippians 1:29 (KJV)

199 2 Timothy 3:12 (KJV)

200 Yoh 16:33 (NIV)

201 Yoh 14:15 (NIV); cf. also Yoh 14:21; 15:10; 1 Yoh 5:3; 2 Yoh 6

202 Matius 18:15 (NIV)

203 Yakobus 4:11 (NASB)

204 Philippians 4:8

205 Galatians 6:1

206 Matius 18:16

207 Matius 18:17

208 1 Corinthians 7:10 (NIV)

209 Malachi 2:16

210 1 Corinthians 7:11

211 1 Corinthians 7:11 (NASB)

212 Matius 5:32; 19:9

213 2 Corinthians 6:14 (KJV)

214 1 Corinthians 7:39 (KJV)

215 2 Thessalonians 3:10 (NIV)

216 2 Thessalonians 3:11, 12 (NIV)

217 Ibrani 13:5 (NIV)

218 Cf. Matius 25:21, 23; 1 Corinthians 4:2

219 Efesus 5:15, 16 (NASB)

220 Deuteronomy 8:18

221 1 Chronicles 29:12, 16 (TLB)

222 1 Timothy 6:17

223 Luke 12:13-15 (NIV)

224 1 Timothy 3:15

225 Yoh 14:6

226 Yoh 17:17

227 1 Timothy 4:8 (NIV)

228 Roma 14:21

229 1 Corinthians 6:12

230 1 Corinthians 6:19

231 1 Corinthians 10:23

232 1 Corinthians 10:31

233 Roma 14:23 (NASB)

234 1 Corinthians 12:12 (NIV)

235 1 Corinthians 12:26 (NIV)

236 Galatians 6:2

237 Roma 8:14 (NASB)

238 Cf. v.13

239 Roma 8:16 (NASB)

240 Proverbs 21:1 (NASB)

241 Luke 12:12

242 Revelation 17:17 (TLB)

243 Kisah 8:29

244 Kisah 10:19, 20

245 Kisah 11:12 (NASB)

246 Kisah 13:2 (NASB)

247 Kisah 16:7

248 Kisah 20:22, 23

249 Zac Poonen, Where Do I Go from Here, God? Tyndale House, 1971, p. 46

250 G. Christian Weiss, The Perfect Will of God, Moody Press, 1950, p. 86.

251 Yakobus Dobson, Talks About God’s Will, G/L Publications, 1975, p. 9.

252 2 Corinthians 11:14

253 2 Corinthians 2:11

254 Kisah 5:3 (NASB)

255 Cf. Yoh 8:44

256 Cf. 2 Thessalonians 2:9

257 1 Yoh 4:1

258 1 Thessalonians 5:21

259 Isaiah 8:20 (KJV)

260 Ibrani 4:12 (KJV)

261 Isaiah 43:18,19 (NASB)

Related Topics: Basics for Christians

12. BAGIAN KEEMPAT: PRINSIP PRAKTIS LAINNYA

Bab 12:
Tanya Tuhan

Tempat peperangan semua pengambilan keputusan kita ada dipikiran. Itulah tempat kita bergumul dengan untung dan rugi, dampak keputusan yang kita ambil. Pertimbangan paling berat dan lama ada dalam pikiran biasanya itulah yang menentukan jalur tindakan yang akan kita ambil. Apa yang terjadi didalam pikiran sangat penting!

Itulah kenapa kita harus yakin kalau pikiran kita dikontrol oleh Roh Tuhan. Ingat nasehat Paulus pada jemaat di Efesus? “jangan bodoh,” atau “gunakanlah pikiranmu.” Dan pada ayat berikutnya dia menyuruh, “tapi dipenuhilah dengan Roh.”262 Kita tidak bisa mempercayai perasaan kita jika keinginan kita tidak terlalu berserah pada Roh Kudus sehingga dia bisa mendominasi pikiran kita. Tapi saat dia yang mengontrol, pikiran kita menjadi sama dengan pikiranNya.

Karena pikiran tempat pusat perintah dimana semua keputusan dibuat, itu harus dikontrol oleh Roh, tapi juga deprogram dengan Firman. Kita sudah membahas prinsip itu secara luas. Seperti kata Paulus, “Hendaklah perkataan Kristus diam dengan segala kekayaannya di antara kamu, sehingga kamu dengan segala hikmat mengajar.”263

Tapi ada hal ketiga yang sangat penting mempengaruhi pikiran saat memutuskan sesuatu. Itu harus terhubung dengan Tuhan. Jika kita ingin dia meletakan kepercayaannya dalam pikiran kita, maka kita harus menjadi gelombangnya, dan garis komunikasi harus terus terbuka. Jika kita ingin memastikan bahwa perasaan pikiran kita dari dia dan bukan dari yang lain, maka kita perlu berbicara dengannya tentang hal itu. Pembahasan kita adalah doa.

    Tanya saja

Rasul Yakobus mengatakannya dengan indah: “Tetapi apabila di antara kamu ada yang kekurangan hikmat, hendaklah ia memintakannya kepada Allah, --yang memberikan kepada semua orang dengan murah hati dan dengan tidak membangkit-bangkit--,maka hal itu akan diberikan kepadanya.”264 Hikmat—itulah yang kita butuhkan saat kita berada dipersimpangan hidup dan ingin memutuskan kemana kita akan melangkah. Hikmat dari atas—kita mendapatkannya dengan meminta pada Tuhan.

Tema utama dalam konteks ayat ini adalah penderitaan dalam hidup orang percaya.265 Yakobus menulis kitab ini kepada orang Kristen Yahudi yang dikeluarkan dari rumah mereka dan tersebar diantara bangsa-bangsa. Pada saat itu mereka ditindas karena iman mereka, dan itu berarti ada keputusan yang harus dibuat. Pencobaan selalu menghadapkan kita dengan masalah. Kemana kita harus pergi? Apa yang harus kita lakukan? Dengan siapa saya harus bicara tentang masalah ini? Bagaimana kita mencari pertolongan? Bersama dengan pertanyaan diatas muncul pertanyaan kenapa Tuhan mengijinkan pencobaan itu ada. Kenapa dia mengijinkan orang yang tidak bertuhan tidak menderita sedangkan umatnya sangat menderita?

Dimana kita bisa menemukan hikmat untuk mengatasi kebingungan seperti ini? Minta pada Tuhan. Tanya Tuhan untuk hal itu!

Bagaimana kita bisa mengetahui apa yang harus dilakukan saat Tuhan mengambil seorang yang kita kasihi, atau saat kita menghadapi penyakit yang lama dalam keluarga, atau saat kita kehilangan pekerjaan, atau saat kecelakaan mobil, atau saat bayi jadi sakit, atau tetangga menjadi lekas marah, atau uang kita tidak datang tepat waktu? Kita minta pada hikmat pada Tuhan. Jika kita ingin tahu kehendaknya, kita perlu menanyakannya.

Walau ayat ini konteksnya menunjuk pada pencobaan, ini menyatakan prinsip yang mendasar dan luas yang berhubungan dengan setiap pengambilan keputusan dalam hidup—prinsip yang bisa ditemukan dibagian Alkitab manapun. Yesus berkata, “Mintalah, maka akan diberikan kepadamu; carilah, maka kamu akan mendapat; ketoklah, maka pintu akan dibukakan bagimu.”266 Baik itu suatu keputusan besar dalam hidupmu seperti pemilihan pekerjaan atau pasangan hidup atau hal yang lebih kecil seperti dimana kita pergi makan siang atau harus masak apa malam ini, kita mengundang Tuhan untuk minta hikmatNya.

Yesus melakukan itu. Melihat Dia saat menghadapi keputusan paling penting dalam hidupnya. Ada sekelompok orang diantara banyak murid, tapi dia hanya perlu 12 diantaranya untuk bersama dia terus menerus dan untuk menerima pelatihan intensif untuk melanjutkan pelayanannya saat dia sudah naik. Siapa yang dipilih? Pada waktu itu pergilah Yesus ke bukit untuk berdoa dan semalam-malaman Ia berdoa kepada Allah. Ketika hari siang, Ia memanggil murid-murid-Nya kepada-Nya, lalu memilih dari antara mereka dua belas orang, yang disebut-Nya rasul.”267 Jika Yesus membutuhkan waktu sebanyak itu dihadapan BapaNya saat dia menghadapi keputusan penting, betapa kita juga harus seperti itu.

Baca Mazmur dan dengar tangisan Raja Daud meminta pimpina Tuhan. “TUHAN, tuntunlah aku dalam keadilan-Mu karena seteruku; ratakanlah jalan-Mu di depanku.”268 “Beritahukanlah jalan-jalan-Mu kepadaku, ya TUHAN, tunjukkanlah itu kepadaku. Bawalah aku berjalan dalam kebenaran-Mu dan ajarlah aku, sebab Engkaulah Allah yang menyelamatkan aku, Engkau kunanti-nantikan sepanjang hari.”269 “Tunjukkanlah jalan-Mu kepadaku, ya TUHAN, dan tuntunlah aku di jalan yang rata oleh sebab seteruku.”270

Daud pasti mengetahui bahaya melaksanakan rencananya tanpa berkonsultasi dengan Tuhan. Dan itu tidak mengherankan. Ada pelajaran yang sangat jelas akan bahaya itu dalam sejarah awal Israel, dan Daud mungkin sudah biasa dengan sejarah itu. Saat Yosua memimpin Israel dalam menaklukan tanah perjanjian, penghuni Gibeon menipu mereka dengan membuat perjanjian. Perjanjian itu akan membawa kepedihan ditahun-tahun mendatang, dan Alkitab menceritakan apa yang terjadi: “Lalu orang-orang Israel mengambil bekal orang-orang itu, tetapi tidak meminta keputusan TUHAN.”271 Kita tidak boleh melakukan kesalahan seperti itu lagi jika kita ingin hidup kita berarti bagi Kristus.

Paul Little mengatakan suatu cerita tentang hari kelulusannya saat dia mencari kehendak Tuhan dalam hidupnya. Dia bertemu, bicara dengan orang-orang, membaca buku, dan mencoba mencari formula ajaib yang bisa memunculkan kehendak Tuhan. Kemudian saat di pertemuan Urbana seorang pembicara bertanya, “Berapa banyak dari anda yang ingin mencari kehendak Tuhan menyisihkan waktu 5 menit untuk bertanya dalam doa tentang hal itu?” Kebenaran itu menghantam dia dan dia langsung berdoa.272

Anda juga harus bertanya seperti itu. Apakah anda mencari kehendak Tuhan untuk suatu hal ? apakah anda mau memberikan setidaknya 5 menit setiap hari untuk berbicara denganNya? Itu mungkin hal yang sangat diinginkanNya.

Mungkin anda menghadapi keputusan yang penting dalam hidup anda sekarang. Anda mungkin sibuk mencari bimbingan. Anda merasa diri anda semakin khawatir dan bimbang tentang hal itu. Kekhawatiran anda tidak hanya menghalangi komunikasi anda dengan Tuhan, tapi juga mengurangi kemampuan anda untuk berpikir jernih tentang pilihan anda. Kenapa tidak mendengarkan nasihat Paulus? “Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apapun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur. Damai sejahtera Allah, yang melampaui segala akal, akan memelihara hati dan pikiranmu dalam Kristus Yesus.”273 Bicarakan dengan Tuhan mengenai keputusan itu. Bagikan perasaan dan pikiran anda dengannya. Berterima kasih padanya untuk janji pimpinannya, dan nikmati kedamaian pikiran yang hanya dia yang bisa ber.

Karena doa merupakan elemen penting dalam mengetahui kehendak Tuhan, kita juga harus berdoa dengan iman untuk sesama saat kita menghadapi keputusan hidup. Doa seperti itu diilustrasikan Paulus dalam hubungannya dengan jemaat di Kolose. Saat dia mendengar betapa mereka telah bertumbuh dalam Kristus, dia menulis, “Sebab itu sejak waktu kami mendengarnya, kami tiada berhenti-henti berdoa untuk kamu. Kami meminta, supaya kamu menerima segala hikmat dan pengertian yang benar, untuk mengetahui kehendak Tuhan dengan sempurna.”274 Dan dia meyakinkan mereka bahwa temannya Efapras telah bergabung dengannya atas permintaanya. “yang selalu bergumul dalam doanya untuk kamu, supaya kamu berdiri teguh, sebagai orang-orang yang dewasa dan yang berkeyakinan penuh dengan segala hal yang dikehendaki Allah.”275

Bimbingan merupakan suatu yang berarti untuk saling memohon. Kita harus mengikuti teladan Paulus dan Efapras yang saling mendoakan saat kita mencari kehendaknya. Doa yang mendukung teman anda. Saat anda berdoa, ingat keputusan yang harus kita ambil.

    Tapi Kenapa?

Mungkin sebagian orang bertanya kenapa doa sangat penting, saat Tuhan berjanji memimpin kita. Satu-satunya jawaban yang kita tawarkan adalah Dia menyuruh kita berdoa. Dan umat Tuhan taat. Tapi mungkin ada banyak alasan kenapa dia mensyaratkan itu. Salah satunya, doa merupakan suatu pengakuan kebutuhan. Tuhan ingin memastikan kita mengerti betapa tidak berdayanya kita dengan hikmat kita. Selama kita tidak meminta bimbingannya kita menunjukan kalau kita tahu yang terbaik untuk hidup kita dan bahwa kita bisa menghadapi keputusan kita tanpa pertolongannya. Tapi pengertian manusia saja jauh dari cukup untuk menghadapi besarnya keputusan yang kita hadapi disepanjang hidup.

Salomo menjelsakannya saat dia dia menetapkan dasar bimbingan ilahi: “Percayalah kepada TUHAN dengan segenap hatimu, dan janganlah bersandar kepada pengertianmu sendiri.276 Dengan kata lain, saat kita meminta Tuhan untuk memimpin kita, kita mengakui bahwa kita tidak mampu mengarahkan masa depan kita dan kita butuh pertolongan. Itulah yang diinginkannya—sadar bahwa jauh dari dia kita tidak bisa lakukan apapun.277

Tuhan mungkin memiliki alasan lain dalam meminta kita berdoa. Doa merupakan tempat bertemunya hati kita dengan dia, saat pikiran kita terpusat padanya. Waktu mana lagi dimana dia bisa meletakan pemikirannya kepikiran kita dari saat perenungan kita dihadapannya? Sebagian orang Kristen sulit mendengar suara Tuhan saat Tuhan ingin bicara pada mereka. Mereka bergerak kearah berlawanan. Mereka jarang memberikan waktu bicara dengan dia. Mereka tidak mempedulikannya berhari-hari. Mereka hidup jauh dari persekutuan dengannya. Tapi saat kita membangun kesadaran akan kehadirannya, kita menjadi lebih peka akan suaranya dalam roh kita.

Tuhan mungkin menyatakan kehendaknya saat kita berdoa. Keyakinan mulai terbentuk, masalah mulai terselesaikan, dan kabut mulai terangkat saat kehendak Tuhan menjadi jelas. Jika kita telah mendaftar keuntungan dan kerugian pilihan tertentu, atau alasan kenapa kita ingin pergi kesuatu arah, Tuhan mungkin mengatur kembali prioritas kita atau mentransformasi keinginan kita saat kita berdoa. Walau bimbingan ilhi pada Petrus untuk ke rumah Kornelius datang dalam bentuk penglihatan daripada kesan dalam hati, tapi itu datang saat dia sedang berdoa.278 Dan tidak diragukan lagi itu datangnya dari Tuhan.

Perasaan yang Tuhan letakan dalam pikiran kita melalui doa bukan perasaan yang membawa kita berlari kesuatu tujuan hari ini dan besoknya kearah lain. Mereka merupakan suatu rasa keyakinan kuat yang terbentuk dalam jiwa kita saat kita berkomunikasi dengan Tuhan. Dan jika itu benar-benar dari Tuhan, itu akan menjadi lebih dalam dan lebih kuat saat kita terus menanti dalam doa.

    Cara yang Benar Melakukannya

Tuhan memang menetapkan satu kondisi penting dalam mendoakan kehendaknya, dan kita perlu membahasnya. Setelah nasihat untuk meminta hikmat pada Tuhan, Yakobus menambahkan: “Hendaklah ia memintanya dalam iman, dan sama sekali jangan bimbang, sebab orang yang bimbang sama dengan gelombang laut, yang diombang-ambingkan kian ke mari oleh angin. Orang yang demikian janganlah mengira, bahwa ia akan menerima sesuatu dari Tuhan.”279 Kondisi yang diperlukan adalah iman. Itu juga merupakan kondisi utama Salomo dalam menikmati bimbingan ilahi—“Percayalah kepada TUHAN dengan segenap hatimu.”280

Satu hal yang perlu kita percaya adalah Tuhan pasti menjawab doa kita dan memimpin langkah kita. Cobaan untuk meragukannya ada jika Tuhan menunda, tapi menarik untuk memperhatikan kata yang digunakan Yakobus dalam nasihatnya untuk berdoa. Dia berkata secara literal, “tetaplah meminta.”281 Tuhan tahu waktu terbaik untuk menyatakan kehendaknya, tapi dia ingin kita tetap meminta sampai saat itu datang. Desakan Kristus sama : “Mintalah, maka akan diberikan kepadamu; carilah, maka kamu akan mendapat; ketoklah, maka pintu akan dibukakan bagimu.”282 Kita tidak boleh menyerah karena kita tidak menerima jawaban secepat sangkaan kita. Iman membutuhkan kegigihan.

Maka kita harus percaya bahwa Tuhan bekerja dalam kita, mengubah keinginan kita dan membentuknya sesuai dengan kehendaknya. Itu mungkin sulit untuk dipercaya. Sebagian besar dari kita telah belajar melihat keinginan kita yang egois dan berdosa. Dan dengan alasan yang baik. Kita mengenal hati kita. Kita menyelidiki berapa banyak waktu yang kita habiskan dalam melakukan keegoisan itu. Dan kita mengingat peringatan Tuhan melalui Yesaya bahwa rancangan kita bukan rancangan Tuhan.283 Tapi itu tidak perlu terus menerus terjadi, “karena Allahlah yang mengerjakan di dalam kamu baik kemauan maupun pekerjaan menurut kerelaan-Nya.”284 Kita perlu percaya bahwa Tuhan menggunakan kuasanya dalam hidup kita, menolong kita mengingkan hal yang sama dengan dia.

Apakah anda menyerahkan keinginan anda kepadanya? Apakah anda dengan tulus menginginkan kehendaknya diatas yang lain? Maka, apa yang ingin anda lakukan? Secara mental dimana anda? Apa yang sedang anda pikirkan? Itu mungkin hal yang diinginkan Tuhan dari anda. Percayalah saat anda berdoa meminta hikmatnya.

Tentu saja kita tetap ragu akan ketulusan penyerahan diri kita. Apakah kita benar-benar ingin kehendak Tuhan lebih dari kehendak kita? Apakah kita sungguh-sungguh saat kita menyerahkan diri kita padanya ? buatlah hal itu dalam doa. Akui pada Tuhan bahwa anda memiliki keinginan dan hal yang tidak disukai; katakana padanya tentang keinginan anda dan kehendak anda. Kemudian berdoa lagi seperti doa Yesus di taman, dan buat itu jadi doa anda: “tetapi bukanlah kehendak-Ku, melainkan kehendak-Mulah yang terjadi.”285 Kemudian percayalah bahwa dia akan meletakan kehendaknya dalam hatimu. Dan saat keyakinan akan kehendak Tuhan ada, jangan biarkan setan menghancurkannya dengan keraguan. Tuhan berjanji akan memimpin. Percayalah itu, dan dengan sukacita melakukan kehendaknya.

    Doa dan Puasa

Dalam Alkitab Puasa sering dihubungkan dengan doa. Apakah puasa berkaitan dengan doa untuk mencari kehendak Tuhan? Itu benar saat Roh Tuhan mengatakan pada para nabi dan pengajar di Antiokia untuk mengkuduskan Paulus dan Barnabas untuk tugas khusus. Arahan itu diberikan, “Pada suatu hari ketika mereka beribadah kepada Tuhan dan berpuasa.”286

Puasa juga berperan dalam pernyataan kehendak Tuhan pada Daniel. Dia sedang mempelajari nubuat Yeremia, mencari rencana Tuhan bagi bangsa Israel, tapi dia tidak bisa mengerti sepenuhnya. Jadi dia mencari Tuhan “dengan doa dan permohonan serta berpuasa.”287 Sementara berdoa, Tuhan mengirim Gabriel yang berkata, “Daniel, sekarang aku datang untuk memberi akal budi kepadamu untuk mengerti.”288 Hasil doa dan puasa Daniel merupakan nubuat tentang 70 minggu Israel, garis besar masa depan bangsa itu untuk tahun-tahun kedepan.

Orang percaya sekarang tidak diperintahkan berpuasa, karena itu tidak membuat kita layak dihadapan Tuhan. Tapi saat ingin mengenal kehendak Tuhan sangat penting bagi kita berserah penuh pada Firman dan berdoa tanpa makan, itu menunjukan bahwa kita sangat serius. Dan Tuhan menghargai hal itu.

Puasa juga menolong menjaga pikiran kita tetap pada tujuan. Itu tidak dengan menghilangkan semua makanan. Saya bisa meyakinkan hal itu dari pengalaman saya. Saat saya berpuasa, rasa perut saya membuat saya berpikir untuk makan. Tapi setiap itu terjadi mengingatkan saya kenapa saya berpuasa—untuk memastikan arah yang ditentukan Tuhan bagi saya. Hal itu menolong saya tetap mengingat tujuannya.

Tapi yang paling penting, puasa menjernihkan pikiran kita untuk bisa bebas merenungkan hal tentang Kristus. Darah yang umumnya dibutuhkan untuk mengunyah makanan kita tersedia untuk menajamkan pikiran kita dan meningkatkan keefektifan proses berpikir. Jika anda ingin sepenuhnya bersekutu denganNya saat menghadapi keputusan penting, berdoa dan berpuasa. Itu bukan sihir yang menyediakan jawaban yang cepat dan mudah. Itu bukan pengganti dalam persiapan hati atau pengetahuan Firman. Tapi Roh Tuhan bisa menggunakannya untuk bisa mengerti kehendakNya.

Bab 13:
Cahaya Lampu dan Bunyi Lonceng

Hadiah bagi metode terpopuler dalam mencoba mengerti bimbingan ilahi diantara orang Kristen sekarang ini mungkin melalui penggunaan situasi. Saya mengenal banyak orang Kristen yang mencoba mencari tahu apa yang dikatakan Tuhan melalui peristiwa disekitar mereka atau melalui situasi hidup mereka. Penyelidikan akan kehendak Tuhan tidak lengkap tanpa membahas mengenai perkataan Alkitab tentang situasi.

    Tangan yang Mengatur Dunia

Alkitab mengajar bahwa Tuhan itu berdaulat. Itu berarti dia berada pada kedudukan yang tinggi, berkuasa, dan tidak terbatas. Dia melakukan apa yang dikehendakinya. Yesaya mengatakan bahwa tujuannya tetap dan dia melakukan apa yang dikehendakinya.289 Daud berkata bahwa dia mengatur segala sesuatu.290 Paulus berkata bahwa mengerjakan sesuatu sesuai dengan keputusan kehendaknya.291 Itulah kedaulatan.

Tuhan yang berdaulat jelas berdampak pada keadaan kita jika dia ingin begitu, dan Alkitab menegaskan hal itu. Dia mungkin secara aktif menyebabkan hal yang terjadi untuk mengarahkan hidup kita. Kelihatannya hal-hal yang terjadi merupakan suatu kebetulan, atau orang lain telah menyebabkan suatu situasi terjadi, tapi disetiap saat Tuhan bekerja mengarahkan langkah kita.

Sebagai contoh, kecemburuan saudara Yusuf dan menjual dia menjadi budak dimesir. Mungkin awalnya dia berpikir telah menjadi korban tindakan jahat mereka, tapi bertahun-tahun kemudian dia mengerti kenapa itu terjadi. Dia berkata pada saudaranya, “Tetapi sekarang, janganlah bersusah hati dan janganlah menyesali diri, karena kamu menjual aku ke sini, sebab untuk memelihara kehidupanlah Allah menyuruh aku mendahului kamu.”292 Tuhanlah yang mengatur keadaan itu.

Satu hari seorang suku Benyamin bernama Kish menyadari bahwa keledainya hilang, jadi dia mengirim anaknya Saul untuk menemukannya. Saul mungkin mengira itu hanya peristiwa tidak menyenangkan didalam keseharian dia saat dia mencarinya tanpa disadari dia mengarah ketempat dimana Samuel sedang melayani. Tapi sehari sebelumnya, Tuhan berkata pada Samuel, “Besok kira-kira waktu ini Aku akan menyuruh kepadamu seorang laki-laki dari tanah Benyamin; engkau akan mengurapi dia menjadi raja atas umat-Ku Israel dan ia akan menyelamatkan umat-Ku dari tangan orang Filistin. Sebab Aku telah memperhatikan sengsara umat-Ku itu, karena teriakannya telah sampai kepada-Ku.”293 Tuhan yang mengatur peristiwa itu.

Dimasa gereja awal, penindasan sangat kuat terhadap orang percaya di Yerusalem, memaksa mereka keluar dari rumah mereka dan menyebarkan mereka keseluruh Yudea dan Samaria.294 Tapi dimanapun mereka pergi mereka mengabarkan kabar baik keselamatan dalam Kristus,295 dan demikiannya perintah Yesus dipenuhi sesaat sebelum kenaikannya kesurga.296 Kita harus mengartikan kalau Tuhan yang mengatur keadaan itu untuk mencapai tujuannya.

Dan dia bisa melakukan hal yang sama kepada kita. Keadaan hidup kita mungkin terlihat kebetulan. Sebagai contoh, seorang pria yang memiliki pekerjaan baik dikota lain merasa tidak enak dengan perpindahannya. Maka, tidak diharapkan, dia bertemu seorang percaya dari kota itu yang mengatakan padanya tentang suatu gereja yang membutuhkan sesuatu yang bisa dia penuhi. Kejadian itu merupakan cara Tuhan membuka pikirannya tentang kemungkinan perpindahan.

Sebaliknya, misalkan bosnya mengatakan padanya kalau mereka harus menutup cabangnya dan itu mengharuskan dia pindah kekota lain. Dia menyerahkan dirinya pada berita itu tanpa pikir panjang. Tapi besoknya seorang teman menelepon dia, memberitahunya tentang lowongan pekerjaan yang sesuai dengan dia dikotanya yang sekarang. Itu bisa jadi merupakan cara Tuhan membuka pikiran kita tentang kemungkinan perpindahan perusahaan daripada pindah tempat. Tuhan kadang melakukan hal seperti itu bagi kita.

Kita sering melihat pimpinan Tuhan melalui keadaan seperti pintu yang terbuka dan tertutup. Itu konsep Alkitab. Yohanes melihat Yesus sebagai seorang yang memegang kunci setiap pintu kesempatan dan pelayanan. “apabila Ia membuka, tidak ada yang dapat menutup; apabila Ia menutup, tidak ada yang dapat membuka.”297 Paulus bicara tentang pintu yang terbuka untuk pelayanan keduanya dalam surat.298 Satu kali dia meminta jemaat Kolose untuk berdoa agar Tuhan membuka pintu untuk pesan yang dibawanya.299

Cukup beralasan untuk menduga bahwa Tuhan akan membuka pintu bagi kita untuk terus dalam arah yang telah ditentukan. Dan itu jelas dia bisa menutup pintunya jika dia mau. Dia menutup beberapa pintu bagi Paulus dan rekannya. Seperti yang kita lihat, mereka mencoba masuk ke Asia, tapi Roh Kudus melarang mereka. Kemudian mereka mencoba masuk keBitinia, dan Roh Kudus juga tidak mengijinkannya.300 Alasannya akhirnya terbukti. Tuhan membuka pintu pelayanan yang lebih luas, dan injil masuk kedaratan Eropa untuk pertama kali.

Tuhan bisa melakukan hal yang sama bagi anda. Dengan penolakan aplikasi yang anda kirim kesuatu sekolah untuk tidak lagi jadi pertimbangan. Penolakan atau diterimanya visa, menunjukan pada anda Negara mana yang Dia ingin anda masuki untuk pelayanan misi. Saat istri saya masih remaja dia pikir Tuhan ingin dia jadi misionaris ke Cina, tapi komunis mengambil alih Negara itu sehingga jadi jelas dia tidak bisa melakukannya. Keadaan itu merupakan salah satu factor yang membantu dia memilih untuk menikah dengan saya. Tuhan kita yang berdaulat bekerja dengan cara yang misterius untuk melakukan pekerjaannya yang ajaib. Dan keadaan atau situasi sering memainkan peranan yang penting.

    Tapi Apa Maksud Mereka?

Setelah semua diatas, saya ingin mengatakan bahwa situasi atau keadaan merupakan petunjuk yang tidak pasti. Walau Tuhan mengatur setiap peristiwa dalam hidup kita, sebagian besar peristiwa bisa diartikan macam-macam.

Anda mungkin telah mendengar cerita tentang 2 misionaris baru diatas kapal dengan semua milik mereka, siap berlayar ketempat pelayanan. Sebelum kapal meninggalkan pelabuhan, terjadi kebakaran dan semua milik mereka hancur. Misionaris yang satu mengartikan itu sebagai tanda dari Tuhan kalau mereka harus tetap dirumah dan mengajar disekolah Alkitab—suatu pilihan yang dipilihnya sebelum memutuskan menjadi misionaris. Misionaris yang satunya lagi mengartikan itu sebagai gangguan dari setan, dan kemudian mencari uang untuk peralatan baru dan kembali berlayar ketempat pelayanan beberapa bulan kemudian.

Yang mana yang benar? Keduanya dipakai Tuhan dengan luar biasa ditahun-tahun kemudian. Mungkin keduanya benar. Tapi harus ada factor lain yang terlibat dalam keputusan itu. Keadaan itu sendiri tidak menentukan, karena sangat subjektif oleh berbagai tafsiran.

Berbagai maslaah bisa berdampak pada cara kita melihat keadaan kita. Tekanan dunia, keinginan harta yang menurut kita diperlukan, keegoisan dalam memilih cuaca atau tempat, paksaan dari dalam, belaskasihan yang salah, atau berbagai hal lain yang membuat kita rentan dalam mengartikan keadaan yang cocok dengan kita, dan mencoba menggunakannya untuk membuktikan kalau kita mengikuti pimpinan Tuhan.

Kita harus menganggap kemungkinan bahwa setan bisa memanipulasi keadaan. Tuhan mengijinkan setan melakukan hal itu. Sebagai contoh, Paulus percaya Tuhan ingin dia mengunjungi Tesalonikan, tapi melalui Roh Kudus ditunjukan kalau setan menghalangi dia.301 Setan bisa menghalangi kita melakukan kehendak Tuhan. Dia mungkin bertanggung jawab untuk beberapa hambatan dalam langkah kita, dan kita tidak tahu apakah pintu tertutup itu oleh Tuhan atau halangan setan.

Jika Tuhan yang memimpin, dia pasti membuka semua pintu dan menghilangkan semua halangan. Setiap keadaan pasti mengikuti rencananya. Kita tidak perlu mendobrak pintu atau meminta orang lain melakukan tawarannya. Saat kita bergumul menghancurkan halangan dengan kekuatan kita, kita bisa yakin kalau kita melakukan jalan kita daripada mengikuti jalan Tuhan. Dia ingin mengingatkan kita supaya sabar sampai dia membersihkan jalan dihadapan kita sesuai waktu Tuhan jika kita berjalan dijalurnya. Jika pintu tetap tertutup, Tuhan mungkin ingin kita mengubah jalur kita, atau pergi sejauh mungkin dan tetap mengetuk serta bersabar menantinya. Situasi itu sendiri tidak menyatakan hal itu secara jelas pada kita.

Kadang kebingungan datang dari banyaknya pintu yang terbuka. Jika anda telah diterima di 3 sekolah berbeda, atau anda memiliki tawaran 3 pekerjaan, anda pasti tidak bisa mengambil semunya. Dan tidak ada kepastian yang mana kehendak Tuhan. Setiap pintu yang terbuka mungkin bukan kehendak Tuhan dalam hidup kita.

Hal yang sama dengan kebutuhan kita—situasi yang lain. Sebagian orang berkata bahwa kebutuhan terdiri dari panggilan akan pelayanan tertentu. Tapi ada banyak kebutuhan lain yang kita temui, kebutuhan sangat berbeda-beda disetiap belahan dunia. Jika setiap kebutuhan merupakan pernyataan kehendak Tuhan, kita perlu mengubah arah setiap kebutuhan baru muncul, dan itu akan menghasilkan keputusasaan. Kita tidak bisa memenuhi seluruh kebutuhan pelayanan yang ada, dan Tuhan juga tidak minta itu. Dia mungkin memimpin anda dengan membebani hatimu akan suatu kebutuhan tertentu, tapi dia tidak ingin anda menghabiskan seluruh tenagamu dengan mengikuti setiap situasi yang ada. Rencananya untuk setiap kita termasuk penggunaan waktu yang tepat, dan tugas kita adalah menggunakan waktu kita sesuai perintahnya, menyelesaikan keinginannya, bukan keinginan orang lain. Untuk mengetahui prioritasnya bagi kita sebagai individu, kita perlu sendiri bersama dia, jauh dari tekanan orang dan situasi.

Sebagian orang Kristen merasa bahwa ada berkat Tuhan atau kekurangan berkata merupakan elemen penting adanya pimpinan Tuhan. Tapi untuk digunakan Tuhan tidak selalu berarti dia ingin kita terus melakukannya terus menerus. Tidak untuk Filipus. Dia telah melakukan penginjilan yang berhasil di Samaria302 saat Tuhan menyuruh dia pergi kepadang dan bertemu dengan seorang sida-sida Etiopia.303 Walau Tuhan telah memanggil kita kesuatu pekerjaan atau tempat pelayanan, dia mungkin tidak menginginkan hal itu selamanya. Di Alkitab serign Dia memindahkan orang dari satu tempat ketempat lain, dan dia melakukan hal yang sama saat ini.

Sebaliknya, kekurangan berkat atau tidak enaknya tugas tidak berarti Tuhan ingin kita pindah. Pastor sering merasa Tuhan memimpin mereka pergi ketempat lain saat sebagian orang mulai tidak setuju dengan dia. Tapi bahkan penindasan tidak memindahkan para rasul dimasa gereja awal.304 Walau yang lain lari dari Yerusalem, para rasul tinggal.305 Dan beberapa pelayan Tuhan yang setia melarikan diri karena selama bertahun-tahun berusaha keras tanpa hasil. Janji Tuhan inilah yang membuat mereka tetap tinggal: “Janganlah kita jemu-jemu berbuat baik, karena apabila sudah datang waktunya, kita akan menuai, jika kita tidak menjadi lemah.”306 Dan Tuhan setia pada janjinya.

Pimpinan Tuhan kepada suatu situasi tidak berarti dia ingin kita melakukan hal yang sama disituasi yang sama. Musa mengira karena Tuhan pernah memerintahkan dia memukul batu satu kali untuk mendapatkan air, maka untuk peristiwa yang sama berikutnya dia bisa memukulnya 2 kali. Tapi dia gagal masuk ketanah perjanjian karena asumsinya yang salah.307 Kita perlu mencari pikiran Tuhan dalam setiap keadaan hidup dan jangan percaya begitu saja.

Situasi itu sendiri bisa berarti apa yang Tuhan ingin kita lakukan. Itu mungkin membuka pikiran kita akan kemungkinan yang belum kita pertimbangkan. Itu mungkin membuat arahan umum untuk dicapai. Itu mungkin menegaskan suatu keputusan baik atau salah. Tapi setiap situasi harus sesuai dengan Firman Tuhan, dengan doa, dengan kepekaan kesaksian Roh Tuhan, dan dalam komitmen penuh mengikuti rencanaNya..

Tuhan tidak meminta kita mengerti arti setiap situasi. “Langkah orang ditentukan oleh TUHAN, tetapi bagaimanakah manusia dapat mengerti jalan hidupnya?”308 sebagian jalan Tuhan tidak dimengerti309 Walau kita diminta untuk tetap waspada, kita tidak perlu terus bertanya, “kenapa ini terjadi?” atau “apa yang Tuhan ingin katakan dengan itu?” Kita hanya perlu percaya.

    Tunjukan Pada Saya

Hal percaya membawa kita ketingkatan lain dari pembahasan ini—mencari tanda dari Tuhan. Sebagian orang Kristen mencari Tuhan melalui fenomena supernatural—dari kilat dan guntur, suara dari surga, kejadian ajaib, atau penglihatan. Tuhan memang melakukan hal luar biasa dalam Alkitab. Umat Israel mengikuti awan disiang hari dan api dimalam hari.310 Imam besar mendapat jawaban dari Tuhan dengan menggunakan Urim danThummim.311 Samuel muda mendengar suara yang memberi dia perintah.312 Yusuf mendapat mimpi untuk menikahi Maria.313 Tuhan membimbing pemimpin gereja mula-mula melalui pengundian.314 Saulus dari Tarsus melihat sinar yang besar.315 Petru mendapat penglihatan.316 Apakah Tuhan masih melakukan hal seperti ini dimasa sekarang?

Mungkin tanda yang kita cari tidak terlalu luar biasa. Kita hanya meminta Tuhan sedikit bukti pimpinannya. Pelayan Abraham melakukan itu saat dia mencari pasangan buat Isak. Dia berdiri dekat sumur di Nahor dan berdoa. “Kiranya terjadilah begini: anak gadis, kepada siapa aku berkata: Tolong miringkan buyungmu itu, supaya aku minum, dan yang menjawab: Minumlah, dan unta-untamu juga akan kuberi minum--dialah kiranya yang Kautentukan bagi hamba-Mu, Ishak; maka dengan begitu akan kuketahui, bahwa Engkau telah menunjukkan kasih setia-Mu kepada tuanku itu.317

Yonatan juga melakukan itu saat dia bingung apakah menyerang Filistin atau tidak dengan senjata ditangannya. “Apabila kata mereka kepada kita begini: Berhentilah, sampai kami datang padamu, maka kita tinggal berdiri di tempat kita dan tidak naik mendapatkan mereka, tetapi apabila kata mereka begini: Naiklah ke mari, maka kita akan naik, sebab kalau demikian TUHAN telah menyerahkan mereka ke dalam tangan kita. Itulah tandanya bagi kita.”318 Haruskah kita mencari kepastian kehendak Tuhan seperti itu?

Cerita bulu Gideon sering digunakan untuk membenarkan pencarian tanda. Tuhan mengatakan pada Gideon bahwa Israel akan diselamatkan dari penindasan Midian melalui kepemimpinannya, tapi dia tidak percaya. “Kemudian berkatalah Gideon kepada Allah: Jika Engkau mau menyelamatkan orang Israel dengan perantaraanku, seperti yang Kaufirmankan itu, maka aku membentangkan guntingan bulu domba di tempat pengirikan; apabila hanya di atas guntingan bulu itu ada embun, tetapi seluruh tanah di situ tinggal kering, maka tahulah aku, bahwa Engkau mau menyelamatkan orang Israel dengan perantaraanku, seperti yang Kaufirmankan.”319 Tuhan mau memenuhi permintaan Gideon, tapi dia tetap tidak percaya. Hal yang diminta berikutnya adalah bulu tetap kering sementara tanah basah.

Dan dengan cerita diatas, orang Kristen meminta bermacam tanda dari Tuhan. “Tuhan, jika engkau ingin aku bicara kepada orang itu tentang Kristus, bawalah mereka kerumahku malam ini.” “Tuhan, jika engkau mau saya memberikan uang kegereja, berikanlah saya minggu yang baik dalam bisnis saya.” “Tuhan, jika engkau ingin saya memberikan waktu dihadapanmu, bangunkan aku besok pagi.” Tuhan bisa menggunakan peristiwa seperti ini untuk membuat kita mengerti kehendaknya, tapi cerita Gideon tidak membenarkan kita untuk menuntuk itu.

Biar saya mengingatkan anda bahwa bulu Gideon tidak ada hubungannya dengan kepastian kehendak Tuhan. Dia sudah mengetahui apa yang diinginkan Tuhan untuk dilakukan, dan dia mengakuinya sendiri, “jika engkau ingin menggunakan aku menyelamatkan Israel seperti janjimu . . . ”320 Permintaan untuk suatu tanda merupakan bukti ketidakpercayaannya pada Firman Tuhan. Yesus berkata, “Angkatan yang jahat dan tidak setia ini menuntut suatu tanda.”321 Orang Kristen harus berjalan dalam iman bukan karena melihat,322 dan mencari tanda merupakan berjalan karena melihat.

Alkitab tidak menunjukan ada orang percaya yang mencari kehendak Tuhan melalui tanda setelah hari Pentakosta. Sekarang kita memiliki Roh Kudus dan Firman yang komplit. Kita tidak butuh tanda. Meminta tanda dan menuntunya pada Tuhan adalah mengurangi pembentukan Tuhan, keserupaan dengan Dia. Biarlah Tuhan jadi Tuhan! Dia harus bebas memperlakukan kita sesukanya.

Saya taku sebagian orang Kristen mencari tanda untuk membebaskan diri mereka dari tanggungg jawab tindakan mereka. “Tuhan tidak melakukan apa yang saya minta, jadi pasti dia tidak ingin saya melakukan . . .” Tapi Tuhan tidak selalu menyetujui, pengertian rohani kita yang kurang, atau ketidakpercayaan kita, atau tuntutan kedagingan kita. Dia tidak mengijinkan hubungan pribadi kita dengan dia menjadi seperti mesin dimana kita menekan tombol, jawaban kehendaknya muncul. Dia ingin kita berjalan dalam hubungan dengandia, mengenalnya dengan dekat, dan kemudian percaya pada pimpinannya apapun cara yang digunakannya.

Dia mungkin melakukan suatu yang tidak biasa untuk menegaskan kehendaknya. Itu kelihatannya terjadi pada orang yang baru percaya yang batinnya masih berkembang, yang pengetahuan akan Firman masih kurang, dan yang imannya masih perlu dikuatkan. Tapi umumnya kita tidak perlu meminta tanda atau menunggunya. Kita harus percaya pada Tuhan dan taat pada Firmannya.

    Anda sedang Bermimpi

Mimpi merupakan suatu jenis tanda yang sering ditanyakan orang Kristen. Walau kita tidak menginginkanya atau memintanya. Itu terjadi begitu saja. Bisakah itu dari Tuhan? Dalam Alkitab, Roh Tuhan menyatakan sering menyatakan kehendaknya melalui mimpi dalam tidur, dan melalui penglihatan saat sadar. Bisakah Tuhan menggunakan itu dimasa sekarang?

Dia pasti bisa. Hanya sedikit yang menolak pendapat itu. Dan dia sudah melakukannya. Sebagian telah dibawa keinjil melalui mimpi. Tapi mimpi sangat sulit menjadi petunjuk yang pasti. Para ahli mengatakan bahwa mimpi merupakan ekspresi pikiran kita yang tertanam dibawah sadar, umumnya hasil dari penglihatan atau yang kita pelajari dari prose salami. Dr. James Dobson menulis, “dari cara pandang psikologi, mimpi memiliki 2 tujuan: mencerminkan pemenuhan keinginan, memberikan cermin hal yang sudah lama kita inginkan, dan kedua, mengeluarkan kekhawatiran dan stress yang kita alami selama sadar. Dari cara pandang psikologi, mimpi juga membuat kita tetap tertidur saat kita dibawa kearah kesadaran.”323 Jika mimpin mencerminkan keinginan kita atau kekhawatiran kita, kita pasti tidak ingin menerima itu mentah-mentah sebagai bimbingan Tuhan.

Bahkan jika hal dalam mimpi kita terjadi, itu tidak berarti itu dari Tuhan. Ada banyak yang harus dipelajari tentang mekanisme itu. Bahkan sebelum Roh Tuhan mulai pelayanan dalam diri kita dan sebelum Firman Tuhan komplit, Tuhan sudah memperingatkan tentang mempercayai mimpi. “Nabi yang beroleh mimpi, biarlah menceritakan mimpinya itu, dan nabi yang beroleh firman-Ku, biarlah menceritakan firman-Ku itu dengan benar! Apakah sangkut-paut jerami dengan gandum? demikianlah firman TUHAN!”324 Letakan kepercayaanmu dalam Firman Tuhan, bukan pada mimpi.

Bab 14:
Gunakan Kepala Anda

Firman Tuhan sangat penting dalam bimbingan Ilahi. Dan kesaksian Roh, dinyatakan melalui doa dan diteguhkan dalam situasi, tanpa kecuali berkontribusi terhadap pengertian kita akan rencana Tuhan. Tapi beberapa factor juga mempengeruhi keputusan kita. Sebagian masuk kedalam kategori “jelas terlihat”. Menurut anda apa yang inginkan anda perbuat? Tanyakan pada diri anda pertanyaan itu.

    Apakah Ini Masuk Akal?

Saya tahu bahwa sebagian besar bagian Alkitab yang terkenal tentang perintah Tuhan yang melarang kita untuk bersandar pada pengertian kita sendiri.325 Tapi Salomo tidak menyuruh kita menetralkan sel otak kita kenetral sebelum membuat keputusan. Itu akan sangat bertentangan dengan kebenaran Alkitab. Dibeberapa peristiwa, penulis PB menggunakan kata kerja sophroneo, yang berarti “terdengar masuk akal.” Petrus menggunakannya saat dia berkata, “Kesudahan segala sesuatu sudah dekat. Karena itu kuasailah dirimu dan jadilah tenang, supaya kamu dapat berdoa.”326 Dengan kata lain, gunakan akal sehat.

Paulus menggunakan bentuk kata sifat saat dia mengatakan kalau tua-tua harus “menguasai diri”327 atau secara literal, “memakai otak.” Dia juga menggunakan bentuk itu saat dia mengungkapkan kalau kasih karunia Tuhan mengajar kita untuk “hidup bijaksana.”328 Kita bisa mengharapkan hidup bijaksana karena “Sebab Allah memberikan kepada kita bukan roh ketakutan, melainkan roh yang membangkitkan kekuatan, kasih dan ketertiban.”329 Pikiran yang tertib merupakan pikiran manusia yang telah diterangi dan dikuduskan oleh Roh Kudus. Kita tidak boleh bergantung pada hikmat manusia, dan itulah dampak perkataan Salomo. Tapi saat kita bersandar pada Roh Tuhan, dia menolong kita berpikir dengan jelas dan masuk akal, dan itulah yang seharusnya kita lakukan.

Tuhan memberikan kita otak, suatu yang kita perlukan untuk membuat penilaian yang adil, dan dia tidak ingin itu tidak digunakan. Dia mengharapkan kita menggunakan hal itu. Keputusan tertentu benar karena terdengar masuk akal. Sebagai contoh, jika anda mencoba memutuskan apakah mau pergi kepiknik atau tidak, akan masuk akal kalau melihat ramalan cuaca dan tetap dirumah kalau hujan. Jika anda harus bangun pagi untuk bekerja besok, akan bijaksana kalau pergi tidur lebih awal, dan tidak menonton TV terlalu malam.

Misalkan anak anda mendapat penyakit yang aneh dan hanya ada satu tempat didunia ini untuk mengobatinya. Akan bijaksana untuk pergi kesana agar mendapat perawatan yang dibutuhkan. Jika keuangan menghalangi anda, bicara pada Tuhan tentangitu dan minta dukungan dari orang Kristen yang lain.

Tuhan akan menyingkirkan semua halangan yang menghalangi kita untuk melakukan kehendakNya. Dia melakukan hal-hal yang kita tidak bisa lakukan, tapi dia mengharapkan kita untuk bijaksana terhadap hal yang sudah diberikan. Saat Tuhan menyelamatkan Petrus dari penjara, malaikan secara supernatural memutuskan rantai dan membimbing dia melewati 2 penjaga, kemudian secara ajaib membuka pintu besi dihadapannya. Tapi saat mereka sudah diluar, malaikan pergi dan meninggalkan Petrus sendiri untuk menggunakan otaknya.330 Tuhan tidak akan melakukan hal yang seharusnya bisa kita lakukan sendiri.

Dia mungkin ingin kita mengumpulkan fakta sehingga kita bisa membuat keputusan yang bijak, atau daftarkan berbagai alternative. Singkatnya, jika anda mencoba memutuskan untuk masuk universitas yang mana, anda perlu mengumpulkan beberapa data. Berapa banyak uang yang tersedia? Universitas mana yang sesuai budget anda? Anda tertarik dibidang apa? Sekolah apa yang terbaik dalam bidang itu? Kita harus percaya Tuhan membimbing kita, tapi kita harus bertanggung jawab membuat pilihan yang pintar atas dasar informasi yang kita kumpulkan. Nyatakan dengan jelas alasan anda memutuskan hal itu.

Saat kita pindah ke California, anak tertua saya telah diSMA, ditawarkan masuk kecollege yang berada di Tennessee. Baik nilai SMU dan ujian masuk college menunjukan kemampuannya mengatasi pekerjaan itu dimasa mudanya. Itu merupakan tawaran paling menarik bagi dia sejak dia diijinkan tinggal dekat kami saat dia tumbuh dan untuk menghindari ketidaknyamanan masuk sekolah baru. Tapi saya enggan membiarkan dia pergi. Saya ingin dia bersama keluarga kami selama tahun pertama di tempat pelayanan kami yang baru..

Saya minta padanya untuk bersama dengan Tuhan berdoa membuat daftar alasan kenapa Tuhan ingin dia menerima tawaran itu. Sekitar satu jam kemudian dia datang dengan suatu daftar. Itu termasuk beberapa alasan manusiawi yang sudah saya perkiraan, tapi diantaranya ada beberapa yang bijaksana, merupakan pikiran yang rohani. Pikiran itu, juga janji pertolongan keuangan yang datang dengan tidak terduga hari itu juga, meyakinkan saya bahwa dia telah dibimbing Tuhan untuk masuk college, dan kita mengijinkannya. Peristiwa yang terjadi menyatakan keputusannya benar, tapi itu keputusan yang didasarkan semata atas rasa masuk akal..

Ingat, pikiran manusia bisa salah. Kita tidak bisa yakin bahwa kita sudah mendapat semua fakta, juga sudah mengartikannya dengan benar. Selain itu, Tuhan mungkin menghendaki kita melakukan suatu yang sama sekali berlawanan dengan pikiran manusia. Dia menyuruh Abraham untuk meninggalkan rumahnya, bisnisnya, dan teman-temannya tanpa tahu kemana dia pergi. Itu tidak masuk akal, secara manusia; tapi itu adalah kehendak Tuhan.331

Itu tidak masuk akal bagi orangtua yang belum percaya bahwa anak mereka harus meletakan bisnis keluarga untuk masuk kepelayanan Kristen yang bergaji rendah. Tapi itu mungkin kehendak Tuhan. Itu tidak masuk akal bagi beberapa orang ahli bahasa untuk menghabiskan hidup bekerja di hutan suku Indian primitive. Itu mungkin kehendak Tuhan. Jika keputusan dibuat dengan prinsip Firman Tuhan, itu melebihi hikmat manusia. Semua akal sehat harus tunduk pada pemeriksaan teliti Firman Tuhan.

    Apakah Ini yang Harus Saya Lakukan?

Alkitab mengajarkan nilai dasar moral ada dalam jiwa setiap manusia. Nilai itu bisa berbeda dari orang ke orang atau dari budaya ke budaya, tapi dalam setiap pribadi ada yang disebut kesadaran, yang mengevaluasi prilakunya yang menuduh dia serta membela dia.332 Tuhan bisa menggunakan itu untuk memimpin kita.

Benar bahwa suatu kesadaran bisa hancur karena dosa.333 Itu terjadi saat kita terus menerus tidak memperhatikan peringatannya. Suatu kesadaran bisa menjadi sangat sensitive dan membatasi, melarang hal yang Tuhan ijinkan.334 Itu biasanya hasil dari terlalu terkekang saat masa kecil. Ada juga bahaya dari tercemarnya kesadaran.335 Kurangnya disiplin dimasa kecil bisa mengacaukan kesadarannya sehingga membiarkan hal yang Tuhan larang. Setiap kesadaran seseorang dikondisikan oleh pengetahuan, pengalaman, dan pelatihan jadi itu harus selalu diukur dengan Firman Tuhan.

Tapi didalamnya ada pengekangan. “Saya harus menolong orang buta itu menyebrang jalan.” “Saya tidak boleh makan terlalu banyak saat makan malam. Tubuh saya tidak membutuhkannya.” “Saya harus meluangkan lebih banyak waktu dengan anak saya.” Dengan berdoa perhatikan suara hati. Itu mungkin menyatakan kehendak Tuhan.

Sangat dekat dengan kesadaran adalah rasa tanggung jawab. Untuk hal tertentu itu jelas merupakan kehendak Tuhan karena itu memang benar. Seperti kata Yakobus, “Jadi jika seorang tahu bagaimana ia harus berbuat baik, tetapi ia tidak melakukannya, ia berdosa.”336 Jika anda ada ujian besok dan anda tidak belajar, anda tidak perlu bergumul dengan apakah anda pergi dengan teman atau belajar. Anda memiliki tanggung jawab moral pada orang yang menyekolahkan anda sehingga anda harus belajar sebaik mungkin. Anda bahkan tidak perlu berdoa untuk itu. Langsung saja belajar.

Menurut sebuah buku oleh J. Sidlow Baxter, berdoa minta “bimbingan” saat tugasnya jelas bisa membawa pada dosa yang menyedihkan, delusi, dan penyesalan yang menyedihkan.337 Balak merupakan contoh klasik tentang hal itu. Tuhan sudah menyuruh dia untuk tidak pergi untuk mengutuhk Israel, tapi dia tidak bisa menolak uang. Jadi kita melihat dia kembali bertanya pada Tuhan bertanya apa yang harus dilakukan.338 Tuhan akhirnya membiarkan dia pergi walau itu bertentangan dengan kehendaknya, tapi Balak akibatnya kehilangan uang dan hidupnya. Jika anda sudah tahu keinginan Tuhan, lakukan! Minta maaf pada orang yang anda sudah bersalah. Bagikan injil dengan teman yang hatinya sudah terbuka, perbaiki keran air yang bocor yang sudah disuruh istri anda. Kembalikan uang yang anda pinjam. Anda tidak perlu berdoa bertanya hal itu. Itu sudah tugas anda.

Melakukan tugas kita juga ada aplikasi lain yang didapat. Saat anda menghadapi pilihan sulit dan dengan jujur tidak bisa memutuskan, lakukanlah hal berikut yang harus anda lakukan yang jadi bagian dari tanggung jawab anda. Bimbingan bisa datang dan kesempatan yang lebih besar mungkin terbuka saat anda melakukan tanggung jawab anda itu.

Dalam perumpamaannya, Yesus mengingatkan kita bahwa kesetiaan pada hal-hal kecil akan membuka pelayanan yang lebih besar. Mereka yang dengan setia menginvestasikan 5 talenta dan 2 talenta, dikatakan tuannya, “Baik sekali perbuatanmu itu, hai hambaku yang baik dan setia; engkau telah setia dalam perkara kecil, aku akan memberikan kepadamu tanggung jawab dalam perkara yang besar. Masuklah dan turutlah dalam kebahagiaan tuanmu”339 Cara untuk digunakan Tuhan sesuai kapasitas kita, dan menikmati kepastian dia akan menjaga kita dalam pusat kehendaknya adalah dengan tegar dan bergantung pada hal yang sudah dia berikan pada kita untuk dilakukan. Tetap lakukan tugas anda, dan lakukan itu dengan bauk sampai petunjuk baru datang.

    Apakah Saya Layak Untuk Ini?

Tuhan tidak pernah memanggil kita untuk melakukan suatu pekerjaan dimana kita tidak diperlengkapi untuk itu. Sangat meragukan, kalau dia memanggil engkau untuk pelayanan musik jika anda tidak bisa mencari nada yang tepat. Dia mungkin memanggil anda kepekerjaan sudah melalui penilaian yang cermat tentang ketertarikan anda, karunia, kemampuan, pendidikan, atau pelatihan. Setiap kita memiliki kombinasi keahlian yang unik dan karakteristik pribadi, total keseluruhan pengalaman masa lalu kita, cocok dengan peran yang Tuhan ingin kita isi. Setiap kita memiliki potensi tertentu dari Tuhan, dan kita perlu menemukan apa itu.

Kita mungkin ingin menemui seorang konselor yang bisa melayani bimbingan pekerjaan untuk mengetahui keuntungan apa yang bisa didapat. Kemudian kita ingin mencoba hal berbeda saat kesempatan baru datang. Saya tidak menyarankan seorang berganti-ganti pekerjaan dengan tidak bertanggung jawab untuk mencari pekerjaan yang “sempurna”. Tuhan tidak dimuliakan saat kita menghindari tanggung jawab rutin kita karena itu terlalu monoton. Saya bicara tentang pekerjaan sebagai pelayanan.

Dengan mencoba berbagai hal berbeda, kita mungkin menemukan dimana talenta kita dan dimana kita bisa paling efektif digunakan Tuhan. Tapi tolong lakukan sesuatu! Panggilan Tuhan diberikan untuk dilakukan, bukan diam. Seperti dinyatakan oleh sebagian besar orang, lebih mudah mengemudikan kendaraan yang bergerak daripada yang diam. Selidiki sejarah hubungan Tuhan dengan manusia dalam Firmannya dan anda akan menemukan kalau dia hampir selalu meletakan tanganNya keatas orang yang sudah terlibat dalam kegiatan yang berarti.

Tapi menarik untuk diperhatikan bahwa dia tidak selalu memanggil mereka untuk pelayanan yang sama seperti yang mereka sudah kerjakan sekarang. Sebagian dipanggil untuk tugas yang baru dimana mereka merasa layak. Musa berargumentasi dengan Tuhan tentang memimpin Israel keluar dari perbudakan Mesir. “Ah, Tuhan, aku ini tidak pandai bicara, dahulupun tidak dan sejak Engkau berfirman kepada hamba-Mupun tidak, sebab aku berat mulut dan berat lidah.”340 Dengar jawaban dari Tuhan: “Siapakah yang membuat lidah manusia, siapakah yang membuat orang bisu atau tuli, membuat orang melihat atau buta; bukankah Aku, yakni TUHAN? Oleh sebab itu, pergilah, Aku akan menyertai lidahmu dan mengajar engkau, apa yang harus kaukatakan.”341 Dia bisa menolong kita melakukan apa yang kita tidak mampu lakukan.

Analisa terakhir, tidak terlalu penting apakah kita bisa atau tidak. Hal yang paling penting adalah apakah yang Tuhan kita lakukan dengan hidup kita dan bagaimana dia ingin kita melayani yang lain. Dia bisa menyediakan pelatihan tambahan jika kita memerlukan itu, dan dia bisa memberikan karunia dan kemapuan baru jika dia pikir kita memerlukan itu. Dia bisa mentransformasi kita menjadi apapun yang dia mau. Kita tidak bisa mencapai apapun yang menguntungkan dikekekalan melalui kamampuan kita sendiri. Itu semua harud digerakan dan dilakukan melalui kuasanya. “Dengan diri kami sendiri kami tidak sanggup untuk memperhitungkan sesuatu seolah-olah pekerjaan kami sendiri; tidak, kesanggupan kami adalah pekerjaan Allah.”342

Tuhan mungkin menggunakan pelatihan kita yang lalu jika dia inginkan. Tapi dia mungkin juga memimpin kita kearah yang sama sekali berbeda dengan pelatihan kita yang lalu. Selidiki kelas-kelas diseminari dan lihat keragaman latar belakang orang yang dipersiapkan untuk pelayanan. Disana ada akuntan, ahli kimia, atlit, dokter, sales, dan berbagai perwakilan profesi. Tuhan lebih tertarik dengan penyerahan diri kita kepadanya daripada pendidikan atau pengalaman kita yang lalu.

    Apa yang Dipikirkan Orang Lain?

Seseorang menyarankan bahwa jika anda hanya seorang diri yang berpikir suatu jalur tindakan yang benar, lebih baik anda berhenti dan lebih banyak berdoa tentang hal itu. Itu tidak berarti orang itu salah kalau kebanyakan tidak setuju dengan dia. Tapi itu menunjukan kebenaran komunitas Kristen, bahwa Tuhan telah menjadikan kita satu tubuh sehingga kita bisa melayani satu sama lain.

Kitab Amsal memberikan pernyataan yang keras untuk menasihati yang lain. “Jikalau tidak ada pimpinan, jatuhlah bangsa, tetapi jikalau penasihat banyak, keselamatan ada.”343 “Jalan orang bodoh lurus dalam anggapannya sendiri, tetapi siapa mendengarkan nasihat, ia bijak.”344 “Rancangan gagal kalau tidak ada pertimbangan, tetapi terlaksana kalau penasihat banyak.”345 “Dengarkanlah nasihat dan terimalah didikan, supaya engkau menjadi bijak di masa depan.”346

Penulis PB setuju dengan itu. Paulus menasihati kita untuk saling menegur satu sama lain.347 Kata itu secara literal berarti “saling mengingatkan,” maka, “menegur satu sama lain.” Penulis Ibrani berkata supaya kita saling menasihati satu sama lain. Kata itu berarti “meneguhkan, mendorong atau menghibur.”348

Orang lain yang tidak terlibat dalam situasi kita bisa melihat itu lebih objektif dari kita. Mereka mungkin memiliki pengalaman yang lebih luas dari kita, atau mereka mungkin bisa melihat hal yang terlewat oleh kita. Mereka mungkin memiliki pengertian Alkitab yang lebih dalam atau pengertian tentang nature manusia yang lebih dalam. Jadi carilah nasihat dari teman Kristen yang lebih dewasa—pastors, tua-tua, guru, dan dalam hal orang muda, sponsor muda, ibu, dan ayah. Tuhan menempatkan orang tertentu untuk bertanggung jawab menolong anda, dan suatu kebodohan menolak saran mereka.

Dan hati-hati, jangan membuat kesalahan seperti Ahab, mencari nasihat dari orang yang mengatakan hal yang ingin anda dengar. Saat ingin memutuskan untuk pergi perang atau tidak dengan orang Siria, Yosafat bertanya pada Ahab apakah ada nabi yang benar dari Tuhan dimana mereka bisa minta nasehat selain dari 400 orang Ahab yang selalu berkata “ya” Saat itu dia mengakui, “Masih ada seorang lagi yang dengan perantaraannya dapat diminta petunjuk TUHAN. Tetapi aku membenci dia, sebab tidak pernah ia menubuatkan yang baik tentang aku, melainkan malapetaka. Orang itu ialah Mikha bin Yimla.”349 Kita cenderung menolak nasihat orang yang tidak setuju dengan kita, tapi jika mereka orang yang mengenal Firman, kita baik mendengar mereka.

Sebagian orang menolak mencari nasihat karena mereka pikir itu suatu kelemahan atau ketidakdewasaan, atau kurangnya kerohanian atau kepintaran. Mereka ingin membuktikan bahwa mereka bisa mengatasi masalah mereka sendiri tanpa bantuan orang lain. Tapi itu pada dasarnya adalah kesombongan. Untuk mengakui bahwa kita memiliki masalah yang tidak bisa kita selesaikan, dan mencari pertolongan, jauh lebih pintar dan dewasa.

Dengan membicarakannya dengan orang lain bisa menolong kita menyelesaikan masalah dalam pikiran kita. Tapi selain itu, Tuhan mungkin menggunakan penasihat untuk membawa pandangan baru atas situasi atau menunjukan beberapa kebenaran Alkitab yang berkaitan dengan keputusan kita. Tuhan juga bisa menasihati kita melalui tulisan orang suci dari masa lalu. Membaca bagaimana Tuhan berhubungan dengan mereka. Itu mungkin bisa menolong anda mengerti bagaimana dia behubungan dengan anda.

Itu tidak berarti bahwa nasihat dari orang lain tidak bisa salah. Tidak ada orang yang tahu segalanya, dan setiap orang rentan terhadap kesalahan dan subjektifitas. Timbang semua nasihat yang anda terima dengan cermat dengan Firman Tuhan. Jangan terlalu tergantung pada nasihat orang lain. Kita terutama bertanggung jawab akan pilihan kita, dan kita harus mempertanggung jawabkan apa yang sudah kita putuskan.

Dalam beberapa hal kita wajib minta nasihat orang lain. Orang yang saya maksud adalah orang yang punya otoritas atas kita. Tuhan telah membangun tingkatan otoritas dalam hidup. Terhadap gereja dia berkata, “Taatilah pemimpin-pemimpinmu dan tunduklah kepada mereka.”350 PB mengidentifikasikan pemimpin gereja sebagai tua-tua.351 Tuhan tidak memimpin kita untuk melayani dalam kerangka bergereja dengan cara yang berlawanan dengan kehendak tua-tua. Kita harus tunduk pada mereka. Mereka ada dikedudukan untuk mengevaluasi kita dan mereka bisa melihat keterbatasan kita lebih dari kita. Sebaliknya, jika tua-tua ingin kita mempraktekan karuni rohani kita dalam pelayanan tertentu, kita harus mempertimbangkan itu secara serius dengan berdoa.

Prinsip yang sama berlaku untuk misionaris yang tunduk pada dewan misi. Selama dia menjadi bagian dari organisasi, dia bertanggung jawab melakukan apa yang dikatakan pimpinannya. Dia bisa berdebat secara baik dengan mereka jika dia merasa mereka melakukan kesalahan. Dan jika mereka meminta dia melakukan sesuatu yang berlawanan dengan keyakinan Alkitabnya, dia bisa mengundurkan diri dan mencari organisasi misi baru yang sejalan dengan pandangan Alkitabnya. Selama dia dibawa otoritas mereka, dia memiliki kewajiban untuk tunduk pada mereka..

Tuhan telah menempatkan istri dibawah otoritas suami.352 Kehendak Tuhan bagi istri adalah sebagai penolong suami. Seorang suami yang baik akan minta nasihat istri, mempertimbangkan pendapatnya, dan bertindak tidak egois untuk kepentingan istri. Tapi istri menemukan sukacita terbesar dengan tunduk pada suami.

Saat Tuhan memimpin saya untuk menerima pelayanan di California, sangat sulit bagi istri saya untuk menyesuaikan diri dengan hal itu. Dia merasa kita seharusnya tidak pindah, dan saat saya membagikan alasan yang saya percaya pimpinan Tuhan bagi kita untuk pindah, dia diam dan tidak berjanji. Hari berikut, saat dia melakukan kegiatan sehari-hari, dia terus berdoa dalam hatinya, “Tuhan, tunjukan kehendakmu.”

Tiba-tiba dia menyadari kalau doanya berbeda dari yang sebelumnya. Selama seminggu mendoakan lain dari sebelumnya, “Tuhan, tunjukan Richard kehendakmu.” Saat itu dia sadar Tuhan telah menyatakan kehendaknya, dan kehendaknya adalah dia pergi bersama saya. Sejak itu kami berdua mendapat kedamaian tentang hal itu, dan roh kesatuan menyatukan kita.

Saat seorang suami meminta istri melakukan suatu yang berlawanan dengan Firman Tuhan, istri memiliki hak untuk menolak dengan hormat.353 Sebaliknya, Tuhan ingin istri percaya bahwa Tuhan akan bekerja melalui suaminya melakuka apa yang terbaik bagi istri. Sangat masuk akal hidup sesuai perintah Tuhan.

Bab 15:
Damai seperti Sungai

Umat Tuhan dimasa Yesaya menjadi makmur, sombong, egois, dan memuaskan diri sendiri. Mereka mengaku memuji Tuhan, tapi mereka melakukan itu “bukan dengan sungguh-sungguh dan dengan tulus hati.”354 Hidup mereka bergelimang dosa dan hati mereka keras dan memberontak.

Yesaya dengan setia memanggil mereka untuk bertobat dan mengingatkan mereka akan pembuangan yang sedang mendekat diBabilon. Dengar seruannya: “Beginilah firman TUHAN, Penebusmu, Yang Mahakudus, Allah Israel: Akulah TUHAN, Allahmu, yang mengajar engkau tentang apa yang memberi faedah, yang menuntun engkau di jalan yang harus kautempuh. Sekiranya engkau memperhatikan perintah-perintah-Ku, maka damai sejahteramu akan seperti sungai yang tidak pernah kering, dan kebahagiaanmu akan terus berlimpah seperti gelombang-gelombang laut yang tidak pernah berhenti.”355

Dalam pesan nabi berusia 2,700 tahun ini terdapat kebenaran yang berkaitan dengan kehendak Tuhan bagi orang percaya masa kini. Pelajarannya sederhana, Tuhan ingin memimpin kita, dia menunjukan jalannya pada kita, dan saat kita mengikuti arahannya kita menikmati kedamaian dan kepastian dalam seluruh kepenuhannya, dan kemantapan aliran sungai yang dalam.

Dengan kata lain, konfirmasi bahwa kita berjalan dalam kehendak Tuhan adalah kedamaian. Kita tidak pernah bisa tahu kedamaian sejati kalau kita mengikuti jalan kita. Seperti kata nabi, “Tidak ada damai sejahtera bagi orang-orang fasik.”356 Tapi kalau kita mengikuti jalan Tuhan, ada kedamaian didalamnya.

    Strike One!

Rasul Paulus mengajarkan kebenaran yang sama kepada jemaat Kolose beratus tahun kemudian. Dia mengatakan kepada mereka bagaimana mereka harus hidup, menyebutkan hal-hal yang harus mereka buang dari kehidupan mereka dan hal-hal yang harus mereka ambil kedalam hidup mereka. Tapi ada beberapa kali mereka tidak tahu apa keinginan Tuhan terhadap mereka. Bagaimana mereka memutuskan hal itu? “Hendaklah damai sejahtera Kristus memerintah dalam hatimu.357 Kata memerintah sebenarnya berarti “bertindak seperti wasit, mendamaikan, memutuskan.” Disini Paulus menggunakan istilah teknis dari arena olahraga untuk menolong kita menentukan mana kehendak Tuhan. Dia berkata bahwa seorang wasit yang membawa damai akan membuat keputusan akhir.

Bisakah anda bayangkan liga baseball dunia tanpa seorang wasit? 50 ribu penggemar menontong, pemain dilapangan, dan pukulan pertama berhasil. Penangkap mengatakan itu sah. Penangkap dan pemain lain setuju. Pemain lain mengatakan itu tidak sah. Semua yang ada disamping lapangan mendukung itu tidak sah. Penggemar terbagi dan stadium menjadi berantakan. Sebuah pertandingan tidak bisa berjalan dengan kebingungan seperti itu. Tapi saat wasit memutuskan itu sah ketidakpastian hilang dan kekacauan terhindari. Tidak setiap orang bisa memutuskan, dan mungkin ada sedikit perbedaan pendapat tentang hal itu, tapi itu tidak lama, karena pemain ingin tetap bermain sampai akhir.

Demikian juga, Tuhan telah menyediakan wasit untuk mengakhiri ketidakpastian, menyelesaikan pertengkaran, dan menghindari kebingungan hidup. Saat kita mengejar jalur yang kita pilih, kedamaian dalam diri akan menunjukannya. Suatu keyakinan dari dalam akan bersama kita. Kita akan merasa damai dengan pilihan kita. Pikiran kita tenang. Seperti kata Yesaya damai seperti sungai.

Tapi jika, sebaliknya, gangguan dan ketidaktenangan pikiran menekan kita, itu mungkin tanda dari Tuhan untuk kembali dan memikirkan ulang keputusan kita, kembali kepada Firman, dan kembali berlutut berdoa. Kita mungkin kembali menyelidiki hati dan memeriksa ketulusan penyerahan diri kita.

Misalkan, anda mempertimbangkan suatu perkawinan, tapi ada pertengkaran besar terjadi belakangan ini diantara anda berdua. Pria yang rencananya akan jadi suami anda tidak memperlakukan anda secara baik dan kasih. Atau wanita yang sudah bertunangan dengan anda terus menerus mengganggu anda dengan hal-hal bodoh. Anda mulai merasa tidak nyaman dan tertekan dalam melangsungkan perkawinan ini. Tuhan mungkin menginginkan anda berdua mendapat beberapa nasihat, mengubah kebiasaan pribadi anda, dan menumbuhkan kasih karunianya sedikit sebelum menikah. Tapi perasaan tidak tenang itu juga bisa berarti anda sudah mengikuti jalan anda daripada jalan Tuhan, dan melakukan itu bisa menghasilkan tahun-tahun yang tidak bahagia.

Itu sangat menyakitkan dan memalukan untuk memutuskan pertunangan. Tapi sakit itu kecil dibanding penderitaan seumur hidup dengan orang yang tidak diperuntukan Tuhan bagi anda. Kebanyakan orang memiliki sedikit keraguan sebelum acara. Itu normal. Tapi suatu ketidakpastian yang mendalam tidak boleh dikesampingkan. Tuhan mungkin mencoba menyatakan sesuatu.

Tuhan menggunakan wasuk kedamaian untuk membimbing seorang teman saya menuju gereja baru. Dia sudah pernah berkotbah digereja itu saat dia ada urusan dikota itu. Walau dia tidak ada pikiran untuk mengubah pelayanan atau apa yang diinginkan orang, mereka memilih dia untuk menjadi pastor mereka. Dia dan istrinya berdoa sungguh-sungguh untuk keputusan itu dan mengikuti setiap prinsip bimbingan ilahi yang sudah mereka pelajari, tapi mereka tetap tidak yakin apa yang Tuhan inginkan mereka lakukan. Mereka digunakan Tuhan dengan baik disini, dan tidak ingin pindah. Satu pagi dia bangun dan berkata pada istrinya, “Tuhan tidak menghendaki kita melakukan apa yang tidak ingin kita lakukan bukan?” Istrinya setuju, dan mereka memutuskan untuk tetap melayani ditempat semula.

Dia berangkat kekantor, menulis surat penolakan dimejanya, dan pergi mengajar sebuah kelas digereja. Tapi pikirannya bergolak. Dia bergumul dalam pikiran saat dia melewati kelas-kelas itu, sehingga dia tidak bisa mengajar. “Tuhan,” dia berdoa, “Saya pikir akan mendapat kedamaian kalau saya mengerti kehendakmu. Dimana kedamaian itu?”

Akhirnya, dalam tekanan itu, dia tidak mengajar (muridnya sangat senang), kembali kekantor, merobek surat itu, dan menuliskan yang baru—surat pengunduran diri dari gerejanya. “Tiba-tiba kesadaran indah akan kedamaian Kristus melanda saya,” katanya pada saya. Dan Tuhan segera memberikan dia dan istrinya sukacita besar saat mereka menerima pelayanan baru mereka. Wasit kedamaian telah membuat keputusan akhir.

    Bisakah Kita Mempercayai Perasaan Kita?

Saat saya membagikan pemikiran ini dengan sekelompok murid, seorang muda protes, “bukankah itu terbawa oleh perasaan? Bagaimana kita bisa yakin perasaan itu dari Tuhan?” Itu pertanyaan yang benar dan perlu dijawab.

Jika perasaan damai hanya satu-satunya petunjuk, maka pencarian kehendak Tuhan hanyalah suatu subjektifitas. Tapi kita berasumsi kalau hal yang semestinya sudah dilakukan. Pertama kita sudah melakukan persiapan yang tepat—kita tahu Pembimbingnya; kita telah menyerahkan kehendak kita padanya; dan hidup kita sudah ditransformasi oleh kasih karunianya. Kedua, kita hidup dalam Firmannya, melakukan prinsip kekal terhadap semua masalah yang kita hadapi. Sebagian orang berkata mereka memiliki kedamaian saat mereka melanggar Firman Tuhan. Tapi Tuhan tidak pernah memberikan damainya untuk hal yang berlawanan dengan Firmannya. Perasaan damai harus selalu diuji oleh Firman.

Ketiga, kita membangun hubungan yang mendalam dengan Tuhan melalui doa, meminta pimpinannya. Keempat, dengan akal sehat yang sudah dikuduskan kita menghevaluasi keadaan kita, karunia dan kemampuan kita, dan nasihat dari orang lain. Jika kita telah setia dengan cara ini, kita bisa yakin kalau itu kedamaian dari Tuhan yang ada dalam jiwa anda daripada rasa puas diri. Dia menjanjikan hal itu pada kita!358

Tapi apakah tidak mungkin bagi seseorang atau hal lain, selain Tuhan bisa mengganggu kedamaian yang dia ingin kita rasakan, dan membelokan kita dari rencana hidup buat kita? Ya. Bahkan saat saya sudah yakin akan kehendak Tuhan, saya merasa tidak nyaman karena saya pikir saya akan mendapat pekerjaan yang rendah dan memalukan diri saya. Kesombongan saya menghancurkan kedamaian itu. Disaat lain, kemungkinan pengorbanan diri yang besar, kerja keras, takut akan bahaya fisik—semua hal itu bisa mengganggu kita, dan kita mungkin tidak sadar apa yang menyebabkan hilangnya kedamaian itu.

Bagaimana kita bisa bergantung pada kedamaian sebagai wasit yang baik dalam hal ini ? Seperti kita ketahui sebelumnya, jalan tidak selalu mulus dalam pusat kehendak Tuhan, dan hal yang mengancam kedamaian anda merupakan salah satu masalah yang kita hadapi. Jadi mari kita bahas masalah yang berkaitan dengan kehendak Tuhan.

    Laut yang Bergelora

Bagaimana kita bisa melupakan suatu siang dimana Yesus menyuruh muridnya kekapal menyebrang laut Galilea sementara dia naik kegunung berdoa?359 “Dan setelah orang banyak itu disuruh-Nya pulang, Yesus naik ke atas bukit untuk berdoa seorang diri. Ketika hari sudah malam, Ia sendirian di situ. Perahu murid-murid-Nya sudah beberapa mil jauhnya dari pantai dan diombang-ambingkan gelombang, karena angin sakal.”360 Para murid ada disana oleh paksaan ilahi. Mereka ada dalam kehendak Tuhan, tapi hidup mereka dalam bahaya. Itu menunjukan bahwa angin rebut dan badai laut tidaklah membuktikan kalau kita ada diluar kehendak Tuhan. Mereka mungkin memaksa kita menyelidiki alasan dari jalan yang kita jalani, tapi itu tidak akan mengubanya.

Kita bisa mengharapkan cobaan, kesulitan, pengorbanan dalam kehendak Tuhan. Jangan tenggelam karena itu. Mereka bagian dari rencananya untuk membawa kita kepada kedewasaan. Kenyataannya, saat kita menerima mereka dengan semangat yang tepat, mereka bisa meningkatkan keinginan kita untuk melakukan kehendak Tuhan. Petrus berkata, “karena barangsiapa telah menderita penderitaan badani, ia telah berhenti berbuat dosa--,supaya waktu yang sisa jangan kamu pergunakan menurut keinginan manusia, tetapi menurut kehendak Allah.”361 Pemazmur menyelidiki, “Kemalangan orang benar banyak, tetapi TUHAN melepaskan dia dari semuanya itu.”362

Ilustrasi Alkitab sangat banyak. Sebagai contoh, Tuhan mengirim Yusuf ke Mesir untuk dipenjara sehingga dimasa itu dia bisa menyelamatkan bangsa Israel. Kemudian, Tuhan memimpin bangsa Israel keluar dari Mesir kepadang gurun sehingga dia bisa membawa mereka ketanah perjanjian. Dia mengirim Paulus ke Filipi dimana dia dipukuli dan dipenjara, dan kemudian mengirimnya keYerusalem, mengingatkan dia kalau penderitaan sedang menunggu dia disana. Dan dia mengirim Anaknya kesalib untuk menderita agar dosa kita ditebus.

Kita juga akan menghadapi penderitaan saat kita mengikuti pimpinan Tuhan. Satu hari Yesus sedang berjalan, seorang pria berlari kepadanya dan berkata, “Aku akan mengikut Engkau, ke mana saja Engkau pergi. Yesus berkata kepadanya: Serigala mempunyai liang dan burung mempunyai sarang, tetapi Anak Manusia tidak mempunyai tempat untuk meletakkan kepala-Nya.”363 Dia memberikan kita peringatan yang adil. Untuk menjadi pengikutnya kita harus mau menyerahkan semua milik kita.364 Dan kita bisa melihat harga yang harus ditanggung sebelum dengan sukarela mengikuti kehendaknya.365

Tapi misalkan kita sudah memperhitungkan harganya, memberi dia semuanya, mencari pimpinannya, mendapat kehendaknya, dan sekarang kita dengan sukacita mengikutinya, tapi kemudian masalah datang dan mengganggu kedamaian kita. Bagaimana kita mengatasi itu? Kita harus kembali pada prinsip Salomo tentang bimbingan ilahi: “Percayalah kepada TUHAN dengan segenap hatimu.”366 Jika pimpinan Tuhan jelas saat matahari bersinar, jangan ragukan dia saat badai datang. Percaya bahwa masalah itu sendiri bagian dari rencananya. Tujukan matamu pada Pembimbing daripada halangan, dan melangkahlah dengan iman. Kemudian itu akan mengenyahkan ketidaknyamanan dan mengembalikan kedamaian.

Sebanyak apapun kepercayaan tidak bisa mengembalikan kedamaian dalam hati orang Kristen jika dia dengan sengaja melanggar jalan yang Tuhan pilih. Ketidaknyamanan merupakan cara Tuhan menyatakan padanya kalau dia sudah mengambil jalan yang salah. Itu juga bagian dari cara Tuhan memanggil dia kembali kejalan yang benar. Tapi saat kita berjalan dalam kehendak Tuhan, akan meneguhkan kepercayaannya atas kedaulatan dan pemeliharaannya, kedamaian akan memenuhi hati kita walau seluruh dunia hancur disekeliling kita. Dan maju terus dengan keyakinan dan ketekunan dalam penderitaan sehingga membawa upah yang besar. “Sebab itu janganlah kamu melepaskan kepercayaanmu, karena besar upah yang menantinya. Sebab kamu memerlukan ketekunan, supaya sesudah kamu melakukan kehendak Allah, kamu memperoleh apa yang dijanjikan itu.”367

    Tidak ada Jawaban

Masalah lain yang sering mengganggu kedamaian orang percaya yang mencari pimpinan Tuhan adalah penundaan dalam mendapat jawaban. Mereka ingin melakukan kehendak Tuhan; mereka telah menyiapkan hati mereka, menyelidiki Firman, an mencari Tuhan, tapi tidak ada yang terjadi. Itu seperti menelepon telepon darurat, hanya mendengar bunyi saja tanpa jawaban. Kita menjadi khawatir dan gelisah melihat apa yang terjadi. Dan kita sering seperti itu saat Tuhan tidak menjawab permintaan kita untuk pimpinannya. Itu sering terjadi terhadap mahasiswa tingkat akhir yang belum mengetahui apa yang harus mereka lakukan setelah lulus. Daripada berdiam dengan tenang dalam janji pimpinan Tuhan dan dengan cermat melihat kesempatan yang terbuka bagi mereka, mereka jadi panic dan mulai menerima apapun.

Sebagian besar dari kita tidak suka menunggu. Kita ingin jawabannya sekarang. Kita ingin melakukannya sekarang juga. Jika ada yang menghibur anda, Pemazmur juga tidak suka menunggu. “Mengapa Engkau berdiri jauh-jauh, ya TUHAN, dan menyembunyikan diri-Mu dalam waktu-waktu kesesakan?”368 “Kepada-Mu, ya TUHAN, gunung batuku, aku berseru, janganlah berdiam diri terhadap aku, sebab, jika Engkau tetap membisu terhadap aku, aku menjadi seperti orang yang turun ke dalam liang kubur.”369 Ayub juga punya masalah dengan menunggu. “Ah, semoga aku tahu mendapatkan Dia, dan boleh datang ke tempat Ia bersemayam. Sesungguhnya, kalau aku berjalan ke timur, Ia tidak di sana; atau ke barat, tidak kudapati Dia.”370

Kesalahan kita yang terbesar dalam hidup umumnya disebabkan oleh ketidaksabaran kita menunggu waktu Tuhan. Itulah yang terjadi pada bangsa Israel di Kadesh-Barnea. Saat Tuhan menyatakan pada mereka kalau mereka tidak diijinkan masuk ketanah perjanjian karena ketidakpercayaan mereka, sebagian dari mereka marah karena hal itu. Penundaan lebih dari yang bisa kita hadapi. Mereka pikir karena mereka sudah mengakui dosa mereka mereka bisa langsung melakukannya, disamping peringatan Tuhan. Tapi mereka kehilangan nyawa mereka dalam percobaan itu.371

Penolakan Raja Saul untuk menunggu juga menghancurkan dia. Tuhan ingin menunggu waktunya sampai Samuel datang mengorbankan korban untuk persiapan perang dengan Filistin. Tapi Saul tidak bisa menunggu. Dia melakukan tugas imam, mengorbankan korban sendiri, dan akibatnya kehilangan kerajaannya.372

Kita juga melakukan hal itu. Kita melakukan pilihan yang bodoh dan terburu-buru yang akan kita sesali kemudian karena kita tidak sabar menunggu Tuhan menunjukan kehendakNya. Mungkin tidak ada keputusan lebih penting daripada keputusan untuk menikah. Sebagian orang berpikir mereka tidak akan mendapat kesempatan lagi jika mereka melewatkan yang satu ini. Jadi mereka melakukannya dalam hubungan yang tidak bijak sehingga membawa sakit hati dan kepedihan seumur hidup. Orang lain berhenti bekerja karena alasan yang rapuh, menghabiskan uang dengan tidak bijak, menjual rumah dan pindah kota tanpa pimpinan yang jelas, atau bercerai tanpa pikir panjang akibat atau perkataan Tuhan tentang hal itu dalam Firmannya. Alkitab berkata, “orang yang tergesa-gesa akan salah langkah.”373 Saat kita terburu-buru, kita sering melakukan kesalahan.

Kenapa Tuhan menunda saat kita sangat menginginkannya? Yesaya berpendapat. “Sebab itu TUHAN menanti-nantikan saatnya hendak menunjukkan kasih-Nya kepada kamu; sebab itu Ia bangkit hendak menyayangi kamu. Sebab TUHAN adalah Allah yang adil; berbahagialah semua orang yang menanti-nantikan Dia.”374 Makin lama dia menunggu dan makin kita membutuhkannya, makin kuat dan berkuasa keselamatannya dan semakin kemuliaannya ditinggikan. Dia menunggu supaya kita bisa menyatakan belas kasihannya lebih dramatis untuk memuliakan dirinya. Penundaan yang lama sering diikuti oleh jawaban yang luar biasa.

Masa penantian bisa menjadi saat pertumbuhan rohani, saat iman kita diperkuat, saat kita semakin mengenal Tuhan. Baxter berpendapat bahwa melalui penundaan Tuhan mencoba mengajarkan kita suatu yang lebih baik daripada jawaban itu sendiri.375 Penundaannya selalu memiliki tujuan. Walau kita tidak tahu tujuan itu, dia meminta kita untuk percaya dan menunggu.

Ketidaksabaran kita biasanya berasal dari ketidakpercayaan kita, dan kita kembali lagi kemasa Yesaya untuk melihat hal itu diilistrasikan. Yehuda sedang terancam oleh Asiria. Orang mencari tempat berlindung, atau sekutu seperti Mesir untuk melawan mereka. “Jangan hanya berdiam dan dihancurkan; mari lakukan sesuatu,” itulah mereka. Inilah perkataan Yesaya dari Tuhan: “Sesungguhnya, Aku meletakkan sebagai dasar di Sion sebuah batu, batu yang teruji, sebuah batu penjuru yang mahal, suatu dasar yang teguh: Siapa yang percaya, tidak akan gelisah.”376

Itulah nubuat kedatangan Mesias, tapi itu juga mengingatkan orang-orang itu kalau Tuhan yang mereka sembah di Zion adalah dasar mereka. Jika mereka mau percaya, jika mereka mau meletakan iman mereka padanya, mereka tidak perlu takut dan frustrasi dan membuat perjanjian yang bodoh atau mencari sekutu. Kepercayaan merupakan benteng satu-satunya daripada keputusan yang terburu-buru. Masa kini, satu-satunya cara kita mampu sabar dan tenang menanti pimpinan Tuhan adalah percaya padanya, percaya bahwa jawabannya akan datang saat dibutuhkan.

Kita tidak boleh menentukan waktu bagi Tuhan. Dia tidak selalu bekerja dengan jadwal kita. Kita tidak bisa membuatnya terburu-buru. Orang mungkin berteriak pada kita untuk melakukan sesuatu. Setang mungkin mendesak kita melakukan hal yang bodoh sehingga menghancurkan hidup kita. Kedagingan ingin mengambil alih secepatnya dan melakukan sesuatu yang hebat dan berani sehingga bisa membuktikan kemampuannya mengatasi setiap situasi. Tapi Tuhan berkata, “Percaya saja, dan tunggu.”

Daud mengatakan hal itu seperti ini: “Nantikanlah TUHAN! Kuatkanlah dan teguhkanlah hatimu! Ya, nantikanlah TUHAN!.”377 Dan sepertinya dia melakukan nasihatnya sendiri; karena dia bisa bersaksi: “Aku sangat menanti-nantikan TUHAN; lalu Ia menjenguk kepadaku dan mendengar teriakku minta tolong. Ia mengangkat aku dari lobang kebinasaan, dari lumpur rawa; Ia menempatkan kakiku di atas bukit batu, menetapkan langkahku, Ia memberikan nyanyian baru dalam mulutku untuk memuji Allah kita. Banyak orang akan melihatnya dan menjadi takut, lalu percaya kepada TUHAN.”378

Apakah beberapa keputusan menyebabkan anda menjadi tidak sabar? Percayakan itu pada Tuhan. Katakan padanya anda percaya kalau dia memimpin anda sesuai waktunya. Tanya Tuhan untuk menolong anda bersabar. Dan nikmati kedamaian dari Tuhan.

Bab 16:
Ditempat Anda Berada

Mungkin anda berpikir, “jika saja saya tahu tentang hal ini dimasa lalu, hidup saya akan berbeda. Tapi itu sudah terlambat, dan sudah terlambat mengubah arah.” Saya sudah mendengat hal itu dari orang yang percaya kalau mereka sudah menikahi orang yang salah, atau yang gagal kecollege saat ada kesempatan, atau yang sekarang berpikir mereka mengejar karir yang salah selama ini, atau yang sudah lama telah menutup telinga rohani mereka saat Tuhan memanggil mereka untuk pelayanan. Apa yang terjadi saat mereka melewati kehendak Tuhan?

Kita bisa melewatkan itu. Tuhan menciptakan kita dengan kehendak, dan kita mampu menggunakan kehendak itu berlawanan dengan kehendakNya. Kita bisa membuang rencananya bagi hidup kita. Kita bisa mengikuti jalan kita.

    Keluar Jalur

Alkitab jelas mengatakan pada kita tetnang orang yang menolak kehendak Tuhan. Nyatanya, orang pertama yang kita temukan melakukan hal yang sama. Tuhan menciptakan Adam dan Hawa untuk memuliakan dirinya melalui pujian, persekutuan, dan ketaatan. Tapi mereka memutuskan mengikuti jalan mereka, jadi mereka mempraktekan kehendak mereka yang berlawanan dengan kehendak Tuhan. Keturunan mereka mengikuti jalan mereka sejak saat itu.

Manusia menyatakan kehendak mereka dengan berbagai cara. Abraham mengambil budak istrinya dan mendapat anak dan dia pikir itu baik. Dia ingin seorang anak, dan Tuhan menjanjikan untuk memberikannya, jadi dia pikir Tuhan menjanjikannya melalui Hagar. Tapi dia tidak berpikir untuk menyakannya pada Tuhan.379 Itulah hikmat manusia, alasan kedagingan. Dan kita juga bisa salah jalan karena mendengar hikmat dunia daripada suara Tuhan. Seperti yang diakui seseorang, “Saya pikir Tuhan membutuhkan uang saya lebih dari dia membutuhkan saya. Jadi saya memilih bisnis saat dia memanggil saya kedalam pelayanan, dan sekarang bisnis saya gagal, Tuhan tidak mendapatkan keduanya baik saya maupun uang saya.”

Daud melakukan perzinahan dan membunuh suami perempuan itu. Kedua dosa itu menempatkan dia jauh dari persekutuannya dengan Tuhan. Dan itu semua bermula saat dia gagal memenuhi tanggung jawabnya. Dia seharusnya pergi dengan tentaranya, menyediakan dukungan dan kepemimpinan bagi mereka. Tapi sebaliknya dia berdiri diatas istana.380 Kita juga bisa tergelincir saat kita melalaikan kewajiban yang diberikan Tuhan pada kita. Saya berpikir seperti seorang pria yang gagal menunjukan kasih sayang pada istrinya dimana Tuhan menghendari semua suami Kristen harus melakukannya. Respon negative dari istri membuat dia membenarkan diri untuk bersama dengan wanita lain dan pengalaman berdosanya membawa dia kepada ketidabergunaan.

Yunus melarikan diri dari Tuhan dan merupakan kasus kekerasan hati. Dia tidak ingin melakukan perintah Tuhan. Tuhan telah memerintahkan dia pergi keNiniwe dan berseru melawan kejahatan. Yunus berkata, “Tidak Tuhan, saya ingin keTarsis.” Dan sebagaian dari kita pernah lari dari Tuhan karena kita tidak ingin melakukan apa yang diperintahkan Tuhan.

Petrus menyangkal Tuhannya 3 kali, tapi karena doa permohonan Kristus dia selamat. Itu hasil dari kelemahan manusia—kesombongannya, kebergantungan terhadap diri sendiri. Dia dengan menyedihkan berkeras, “Sekalipun aku harus mati bersama-sama Engkau, aku takkan menyangkal Engkau.”381 Tapi dia menyangkalnya. Kelemahan kita mungkin berbeda dengan Petrus, tapi selain kita mengakuinya dan percaya pada kemenangan Kristus, itu semua bisa membawa kita keluar jalur kehendakNya.

Dua pria lainnya yang bersama dengan Yesus melewatkan rencanaNya bagi hidup mereka karena kelengahan mereka. Yesus ingin mereka mengikutinya dan menjadi muridnya. Satu orang ingin menunggu sampai bapaknya meninggal. Pria satunya lagi ingin pulang dan mengatur semuanya dan kembali kalau sudah selesai.382 Sebagian dari kita sudah meletakan kehendak Tuhan sangat lama sehingga kita yakin itu semua sudah terlambat untuk mengikuti pimpinannya.

Apakah itu berkaitan dengan alasan manusiawi, atau tidak dipenuhinya tanggung jawab kita, atau kekerasan hati, atau kelengahan, atau hal lainnya, ada akibat tertentu dari melalaikan kehendak Tuhan.

    Kesenangan—Untuk Sementara

Cukup mengejutkan, kita awalnya senang dengan hal itu. Abraham mendapat anaknya dengan cara ini, yang kemudian diberi nama Ismail. Daud melakukan itu dengan wanita cantik. Yunus melarikan diri dari pekerjaan yang tidak disetujuinya. Petrus pergi melihat apa yang mereka lakukan terhadap Yesus tanpa membuka identitasnya. Dan 2 orang yang pulang sesuai keinginan mereka.

Kita mungkin sudah mendapatkan semua hal yang kita cari—saat kita mempertimbangkan jalan Tuhan tapi melakukan jalan kita. Kita mungkin memiliki uang, harta benda, status, keamanan, kesenangan fisik, menikah dengan orang yang kita inginkan, atau hal lain yang kita pikir penting. Penulis Ibrani mengakui bahwa ada kesenangan dalam dosa sesaat, dan secara spesifik bicara tentang hal indah yang dilepaskan Musa untuk melakukan kehendak Tuhan—menjadi penting karena ada dalam keluarga istana, dan kekayaan Mesir.383

Anda mungkin memiliki itu. Semua hal yang mendukung keinginan anda. Dan anda senang dengan hal itu. “aku melakukan keinginanku dan berjalan dengan baik. Kenapa saya harus berserah pada kehendak Tuhan?” Biarlah saya mengingatkan anda bahwa permainan belum selesai. Prinsip Alkitab lain berlaku disini, dan itu bisa dimulai kapan saja. Itu adalah prinsip menabur dan menuai. “Jangan sesat! Allah tidak membiarkan diri-Nya dipermainkan. Karena apa yang ditabur orang, itu juga yang akan dituainya.”384

Untuk satu hal kita akan menuai rasa bersalah, dan rasa malu, seperti Petrus saat dia keluar dan menangis dengan sangat. Kemudian kita akan menuai akibat dari dosa kita. Dalam kasus Abraham, Sarah dan budaknya menjadi iri hati; pergolakan masuk kadalam rumah Abraham yang sebelumnya bahagia. Kemudian, Isak lahir dari Sarah, perselisihan mencuat diantara kedua anak—perseteruan yang berlangsung sampai saat ini dalam konflik Arab-Israel. Itu suatu dampak yang berlangsung lama dari tindakan kedagingan seseorang. Beberapa dari anak Daud mengikuti contoh menyedihkan ayahnya dan membawa sakit hati dan penderitaan dalam keluarganya.

Berkeras melakukan kehendak kita sering menghasilkan dampak merusak dalam hidup kita. Tuhan membangun prinsip dasar hidup berhasil. Setelah kita melanggar hal itu kita menyesalinya. Ibu dan bapak, sebagai contoh, yang mengabaikan anak mereka dalam mengejar karir mereka, akhirnya menderita penderitaan batin atas anak mereka. Suami atau istri yang meninggalkan pasangan mereka untuk orang lain sering terperangkap dalam kekusutan jaring yang mereka tinggalkan. Inilah beberapa dampak dari dosa, dan tidak ada cara yang bisa menghapus tanda yang ditinggalkan mereka dalam hidup ini.

Kadang Tuhan secara langsung turut campur dengan mendisiplin mereka seperti yang dia lakukan terhadap Yunus saat dia mengirim badai besar, menetapkan undian para pelaut, menunjuk Yunus sebagai penyebab bencana ini dan menyiapkan ikan besar untuk menelan dia.

Tuhan bisa mengatur suatu tragedy seperti itu untuk menghentikan kita dari jalur dan mengembalikan kita kearah yang benar. Dan dia melakukan itu karena kasihnya pada kita.385 Dia tahu kalau kita bisa bahagia hanya dalam melakukan kehendakNya, dan dia ingin kita mendapat kepenuhan sukacita itu. Tapi disiplin itu sendiri bukan pengalaman yang menyenangkan. “Memang tiap-tiap ganjaran pada waktu ia diberikan tidak mendatangkan sukacita, tetapi dukacita, penulis Ibrani mengingatkan kita.386 Berkeras pada cara kita membawa kehancuran.

    Suatu yang Indah

Mungkin anda berkata, “itu benar – saya diluar kehendak Tuhan, dibawa tangan disiplinnya, dan merasa sengsara karena itu. Saya tidak tahan lagi. Apa yang bisa aku lakukan?” Untuk itu anda perlu yakin bahwa kesalahan anda tidak mengejutkan Tuhan. Dia mahatahu! Dan dia tahu dari kekekalan bahwa anda akan melanggarnya dan mengikuti jalan anda, jadi dia sudah siap untuk itu. Dia tahu Adam dan Hawa akan berdosa sebelum dia menciptakan mereka, dan sebelum dia menciptakan dunia tempat mereka hidup dimana dia sudah punya rencana untuk menyelamatkan mereka dan keturunan mereka.387 Itu cara terbaik menyatakan kemuliaan kasih karunianya.

Dia Tuhan seperti itu. Dia tahu tentang keberdosaan kita sebelum dia membuat kita hidup. Dan dia mampu mengampuni dosa kita yang lalu dan kesalahan masa depan kita sehingga akan memuliakan dirinya. Seperti kata pemazmur, “Sesungguhnya panas hati manusia akan menjadi syukur bagi-Mu.”388 Semua yang terjadi diijinkan oleh Tuhan. Dan dia menjanjikan untuk menggunakan semuanya agar tujuannya tercapai. Itulah maksud Paulus saat dia berkata bahwa semua bekerja menurut keputusan kehendakNya.389 “semua hal” termasuk dosa kita dan segalanya. Tuhan bisa membuat dosa kita untuk memuji dia.

Apakah anda pernah bermain suatu permainan dimana seorang mencoret-coret beberapa garis dikertas, kemudian orang lain menggambar disekitarnya, menggunakan coret-coretan itu sebagai bagian dari gambar? Tuhan merupakan pemilik semua itu! Dia penyadur yang agung. Sebelum kita dilahirkan, dia sudah mengantisipasi semua kekacauan yang akan kita buat dalam hidup kita, dan merencanakan rencana alternative sehingga ketidaktaatan kita akhirnya menghasilkan tujuannya.

Kristus bisa menggunakan hidup yang berantakan dan memperbaharuinya kebentuk yang indah. Kenyataannya, kesalahan dan kegagalan kita bisa membuat kita melihat betapa lemah dan berdosanya kita, dan hanya saat kita mengakui kelemahan kita, kita bisa mengenal kuasa Kristus.390

Jadi tidak ada perbedaannya darimana anda berasal atau dimana anda sekarang. Tuhan memiliki rencana bagi anda dari saat ini, dan itu rencana terbaik yang bisa anda dapat. Itu juga meliputi apa yang Tuhan inginkan anda perbuat pada awalnya, seperti yang dia lakukan pada Yunus, yang akhirnya pergi keNiniwe, dimana Tuhan memberkati pelayanannya.

Tapi jika tidak mungkin lagi bagi anda untuk kembali dan mulai dari awal, Tuhan memiliki alternative lain bagi anda. Saya tidak ingin mengatakan itu “terbaik kedua” seperti yang dilakukan beberapa orang, karena saat ini hal terbaiklah yang bisa anda lakukan. Anda mungkin telah kehilangan kesempatan dan sukacita yang tidak pernah datang kembali. Tapi Tuhan memiliki rencana bagi anda sejak saat ini dan itu sempurna. Itu harus begitu, karena rencananya sempurna.

Jadi jangan lihat kebelakang dengan penyesalan. Memenuhi pikiran dengan kesalahan masa lalu hanya akan membawa kegagalan dimasa depan. Jangan biarkan masa lalu menghancurkan anda dari berkata saat ini. Ikuti teladan Paulus: “aku melupakan apa yang telah di belakangku dan mengarahkan diri kepada apa yang di hadapanku, dan berlari-lari kepada tujuan untuk memperoleh hadiah, yaitu panggilan sorgawi dari Allah dalam Kristus Yesus.”391

Tapi bagaimana kita bisa melupakan masa lalu yang sudah terbuang? Bagaimana kita bisa melupakan perselisihan dan sakit hati yang ditinggalkan? Hanya ada satu jalan, yaitu mengakui dosa kita pada Tuhan, sungguh-sungguh melupakannya, dan menerima anugrah pengampunan yang ditawarkan. “Jika kita mengaku dosa kita, maka Ia adalah setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan.”392 Dia mengatakan bahwa dia akan membuang dosa kita sejauh timur dari barat.393 Dia berkata kalau dia tidak akan mengingat dosa kita lagi.394 Dia bekata kalau dia akan membuangnya kekedalaman laut.395 Jika Tuhan ingin mengampuni dan melupakan, setidaknya yang bisa kita lakukan adalah menerimanya dan mulai dari baru lagi.

Itulah yang dilakukan Daud. Dosanya dengan Betsyeba membuat dia sengsara, “sampai” katanya “Dosaku kuberitahukan kepada-Mu dan kesalahanku tidaklah kusembunyikan; aku berkata: Aku akan mengaku kepada TUHAN pelanggaran-pelanggaranku, dan Engkau mengampuni kesalahan karena dosaku.”396 Dan Tuhan senang menyelamatkan hidupnya dan memberkati dia. Dia melakukan hal yang sama kepada Yunus dan Petrus, dan dia ingin melakukan itu pada anda. Jika anda mau mengakui dosa anda, anda bisa menikmati kepastian pengampunannya. Jika anda mau menyerahkan diri anda, dia akan membawa anda ditempat seharusnya, membuat hal indah bagi anda, dan mulai menggunakan anda untuk kemuliaannya. Tidak ada kata terlambat dalam melakukan kehendak Tuhan.

Kenapa Pusing!

Mungkin beberapa orang berpikir, “yah, jika Tuhan bisa menyelamatkan hidup saya kapanpun dan menggunakan saya untuk kemuliaannya, biarlah saya terus melakukan cara saya lebih lama lagi. Dia bisa menyelesaikan masalah yang saya timbulkan dan anugrahnya lebih dinyatakan dari sebelumnya.” Rasul Paulus takut kita akan berpikir seperti itu, jadi dia mengatakan sesuatu dalam surat Roma. “Jika demikian, apakah yang hendak kita katakan? Bolehkah kita bertekun dalam dosa, supaya semakin bertambah kasih karunia itu? Sekali-kali tidak! Bukankah kita telah mati bagi dosa, bagaimanakah kita masih dapat hidup di dalamnya?”397

Orang percaya sejati berbagi dalam kematian Kristus, dan dia mati untuk menyelamatkan mereka dari dominasi manusia lama mereka. Sangat sulit dimengerti seorang yang sudah diselamatkan berkata, “saya akan melakukan dosa lagi agar anugrah Tuhan menjadi lebih nyata.” Prilaku seperti itu memberikan keraguan akan keselamatannya. Suatu keinginan melakukan kehendak Tuhan merupakan bukti utama keselamatan sejati. Saat keinginan itu nyata, itu membawa kepastian; waktu itu tidak ada, itu menyebabkan keraguan. Dan salah satu alasan orang Kristen memiliki banyak keraguan tentang keselamatan mereka adalah mereka melakukan kehendak mereka sendiri daripada kehendak Tuhan.

Yesus berkata, “Bukan setiap orang yang berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan! akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku yang di sorga.”398 Diwaktu lain dia menyatakan bahwa hanya mereka yang melakukan kehendak Tuhan berasal dari dia.399 Rasul Yohanes menambahkan, “Dan dunia ini sedang lenyap dengan keinginannya, tetapi orang yang melakukan kehendak Allah tetap hidup selama-lamanya.”400 Ayat ini tidak mengatakan bahwa melakukan kehendak Tuhan bisa menyelamatkan kita, tapi itu menunjukan kalau kita sudah selamat memperoleh hidup kekal dengan bukti melakukan apa yang Tuhan inginkan. Salah satu keuntungan mengikuti rencana Tuhan, adalah berkat jaminan keselamatan kalau kita milik dia. “Karena itu, saudara-saudaraku, berusahalah sungguh-sungguh, supaya panggilan dan pilihanmu makin teguh.”401

    Pemenang dan Pecundang

Motivasi kuat lainnya yang dinyatakan oleh Paulus: “Sebab kita semua harus menghadap takhta pengadilan Kristus, supaya setiap orang memperoleh apa yang patut diterimanya, sesuai dengan yang dilakukannya dalam hidupnya ini, baik ataupun jahat.”402 Kata itu berarti “untuk dinyatakan” Suatu hari setiap orang Kristen akan berdiri dihadapan Kristus. Disana kualitas hidup akan dibuka. Apa yang dibuka saat itu akan menjadi dasar pemberian upah. Orang yang sudah melakukan kehendak Tuhan melalui kuasa Roh Kudus dan untuk kemuliaan Tuhan akan menerima upahnya.403 Orang yang hidup untuk diri sendiri dan masuk dalam hidup yang tidak bernilai kekal akan kehilangan,404 hadiah.

Seorang pernah berkata, “saya tidak peduli dengan hadiah. Jika saya sudah disana; itu yang penting bagi saya.” Apakah anda sadar artinya ini? Pikirkan sebentar. Apakah anda menikmati pujian dan penghargaan ? Bukankah sangat berarti bagi anda saat seorang berkata hal yang baik, atau hal yang menyenangkan ? Sama sekali tidak adanya pujian merupakan suatu penderitaan yang tidak terkira. Mereka ingin pujian. Hidup tanpa pujian bisa membawa depresi dan putus asa.

Bisakah anda bayangkan apa yang terjadi ditahta penghakiman Kristus, saat Tuhan Yesus, mengevaluasi hidup kita? “baik dan setia hambaku ini!” dia mengatakannya didepan orang disekitar kita. “Inilah upahmu.” Satu persatu pelayan Tuhan yang setia akan dipuji dan disalami. Dan kemudian giliran anda. Apa yang akan Tuhan katakana? Masalahnya bukan pada apakah anda sudah kegereja setiap minggu atau telah memberikan persepuluhan. Itu masalah apakah kehendak anda sudah diserahkan sepenuhnya pada Tuhan. Apakah anda bersedia melakukan perintahnya? Apakah hidup anda “melakukan kehendak Tuhan dari hati”?405

Yohanes menyatakan bahwa mungkin itu suatu yang memalukan bagi yang lain. “Maka sekarang, anak-anakku, tinggallah di dalam Kristus, supaya apabila Ia menyatakan diri-Nya, kita beroleh keberanian percaya dan tidak usah malu terhadap Dia pada hari kedatangan-Nya.”406 Malu! Suatu pikiran yang menakutkan—berdiri dihadapan Tuhan Yesus Kristus dengan malu, malu karena seluruh hidup disalah gunakan, salah arah, terbuang. Ketakutan itu harus menakutkan hati kita dan membuat kita melakuakan kehendak Tuhan. Itulah apa yang dikatakan Paulus saat berkata, “Kami tahu apa artinya takut akan Tuhan, karena itu kami berusaha meyakinkan orang.”407

Paulus membawa kita kestadium. “Tidak tahukah kamu, bahwa dalam gelanggang pertandingan semua peserta turut berlari, tetapi bahwa hanya satu orang saja yang mendapat hadiah? Karena itu larilah begitu rupa, sehingga kamu memperolehnya! Tiap-tiap orang yang turut mengambil bagian dalam pertandingan, menguasai dirinya dalam segala hal. Mereka berbuat demikian untuk memperoleh suatu mahkota yang fana, tetapi kita untuk memperoleh suatu mahkota yang abadi.”408

Dalam pertandingan Olimpiade, tidak semua pelari menang dan menerima medali. Hanya 3 pemenang setiap pertandingan. Tapi pertandingan orang Kristen berbeda. Setiap orang bisa menang jika dia mau. Kenyataannya, satu-satunya cara untuk kalah adalah dengan memutuskan untuk kalah dengan menolak kehendak Tuhan. Kenapa jadi pecundang kalau anda bisa jadi pemenang dan menerima hadiah? Hadiah itu sendiri janganlah jadi motivasi utama kita, tapi Alkitab mengatakan pada kita tentang itu dan mendorong kita untuk lari begitu rupa sehingga memperolehnya.

Itu merupakan hal yang indah jika datang akhir hidup kita dan kita bisa berkata seperti Paulus, “Aku telah mengakhiri pertandingan yang baik, aku telah mencapai garis akhir dan aku telah memelihara iman. Sekarang telah tersedia bagiku mahkota kebenaran yang akan dikaruniakan kepadaku oleh Tuhan, Hakim yang adil, pada hari-Nya; tetapi bukan hanya kepadaku, melainkan juga kepada semua orang yang merindukan kedatangan-Nya.”409

    Terbaik dari Semua

Tapi ada satu motivasi utama melakukan kehendak Tuhan. Dan sekali lagi Paulus yang menyatakannya: “Sebab kasih Kristus yang menguasai kami, karena kami telah mengerti, bahwa jika satu orang sudah mati untuk semua orang, maka mereka semua sudah mati. Dan Kristus telah mati untuk semua orang, supaya mereka yang hidup, tidak lagi hidup untuk dirinya sendiri, tetapi untuk Dia, yang telah mati dan telah dibangkitkan untuk mereka.”410 Kasih Kristus! Diatas segalanya, kasihnyalah yang membungkus kita dan membuat kita hidup untuk dia.

Kasihnyalah yang membawa dia dari kemuliaannya disorga kedunia berdosa ini yang kemudian menghina dan mempermalukan dia. Kasihnyalah yang membawa dia ke Kalvari, dimana dia menanggung murka Tuhan yang menakutkan mengganti tempat kita. Kasihnyalah yang menyebabkan dia menawarkan pengampunan dan hidup saat kita patut dihukum. Dan saat kita menangkap luasnya kasih itu, kita tidak lagi hidup untuk diri kita sendiri, tapi untuk dia yang benar-benar mengasihi kita.

Melakukan kehendak Tuhan bukan masalah mengatakan: “jika saya harus melakukannya, saya harus melakukan itu!” Tapi memikirkan Dia yang memberikan segalanya untuk memastikan berkat kekekalan dan kemudian meresponnya dengan sukacita padanya. Dia mengasihi anda, sebagaimana anda ada, dengan semua keberdosaan dan kegagalan anda. Dia siap menerima anda saat anda memberikan tubuh anda sebagai persembahan yang hidup. Dia ingin mentransformasi anda, menggunakan anda, untuk mencapai tujuan kekekalannya. Serahkan diri anda padanya. Kemudian anda bisa berkata dengan keyakinan seperti pemazmur, “aku suka melakukan kehendak-Mu, ya Allahku.”411


262 Efesus 5:17,18

263 Colossians 3:16 (NIV)

264 James 1:5 (NIV)

265 Cf. v. 2

266 Matius 7:7 (NIV)

267 Luke 6:12, 13 (NASB)

268 Mazmur 5:8 (TLB)

269 Mazmur 25:4, 5 (TLB)

270 Mazmur 27:11 (TLB); cf. also Mazmur 31:3; 43:3; 139:24; 143:10

271 Joshua 9:14 (NASB); cf. 2 Samuel 21:1-9

272 Paul E. Little, Affirming the Will of God, InterVarsity Press, 1971, p. 17.

273 Philippians 4:6, 7 (NASB)

274 Colossians 1:9 (NIV)

275 Colossians 4:12 (NIV)

276 Amsal 3:5 (NASB)

277 Cf. Yohanes 15:5

278 Kisah 10:9

279 James 1:6, 7 (NIV)

280 Amsal 3:5

281 James 1:5

282 Matius 7:7

283 Isaiah 55:8, 9

284 Philippians 2:13 (NASB)

285 Luke 22:42 (KJV)

286 Kisah 13:2 (NASB)

287 Daniel 9:3

288 Daniel 9:22 (NASB)

289 Isaiah 46:10

290 Mazmur 103:19

291 Efesus 1:11

292 Kejadian 45:5 (NASB)

293 1 Samuel 9:16 (NASB)

294 Kisah 8:1

295 Kisah 8:4

296 Kisah 1:8

297 Wahyu 3:7 (NIV)

298 1 Corinthians 16:9; 2 Corinthians 2:12

299 Colossians 4:3

300 Kisah 16:6, 7

301 1 Thessalonians 2:18

302 Kisah 8:5-8

303 Kisah 8:26

304 Cf. Kisah 4:1-31; 5:17-42

305 Kisah 8:1

306 Galatians 6:9 (NIV)

307 Keluaran 17:6; Bilangan 20:7-12

308 Amsal 20:24 (KJV)

309 Romans 11:33 (NIV)

310 Keluaran 13:21

311 Keluaran 28:30; Bilangan 27:21

312 1 Samuel 3:1-10

313 Matius 1:20

314 Kisah 1:23-26; cf. Amsal 16:33

315 Kisah 9:3

316 Kisah 10:10, 11, 17

317 Kejadian 24:14 (NASB)

318 1 Samuel 14:9, 10 (NASB)

319 Judges 6:36, 37 (TLB)

320 Cf. Judges 6:12, 14, 16, 23

321 Matius 12:39 (NASB)

322 2 Corinthians 5:7

323 Dr. James Dobson Talks About God’s Will, G/L Publication, 1975, p. 11.

324 Jeremiah 23:28 (TLB)

325 Amsal 3:5, 6

326 1 Petrus 4:7 (NASB)

327 Titus 1:8 (NASB)

328 Titus 2:12 (NASB)

329 2 Timothy 1:7 (Amp.)

330 Kisah 12:5-19

331 Kejadian 12:1

332 Romans 2:14, 15

333 1 Timothy 4:1, 2

334 Romans 14:1, 2; 1 Corinthians 8:12

335 Titus 1:15

336 James 4:17 (NIV)

337 J. Sidlow Baxter, Does God Still Guide? Zondervan, 1968, p. 35.

338 Bilangan 22:19

339 Matius 25:21, 23 (NIV)

340 Keluaran 4:10 (NASB)

341 Keluaran 4:11, 12 (NASB)

342 2 Corinthians 3:5 (NASB)

343 Amsal 11:14 (KJV); cf. also Amsal 24:6

344 Amsal 12:15 (TLB)

345 Amsal 15:22 (NASB)

346 Amsal 19:20 (TLB)

347 Colossians 3:16

348 Ibrani 10:25

349 1 Kings 22:8 (TLB)

350 Ibrani 13:17 (NIV)

351 Cf. Kisah 20:17, 28; 1 Timothy 3:5; 5:17; 1 Petrus 5:1-3

352 Efesus 5:22, 24; Colossians 3:18; Titus 2:5; 1 Petrus 3:1, 5

353 Cf. Kisah 5:29

354 Isaiah 48:1 (Berk.)

355 Isaiah 48:17,18 (Berk.)

356 Isaiah 48:22 (Berk.)

357 Colossians 3:15 (NIV)

358 Cf. Philippians 4:6, 7

359 Matius 14:22, 23

360 Matius 14:23, 24 (NIV)

361 1 Petrus 4:1, 2 (NIV)

362 Mazmur 34:19 (KJV)

363 Luke 9:57, 58 (NIV)

364 Luke 14:33

365 Luke 14:28

366 Amsal 3:5 (NASB)

367 Ibrani 10:35, 36 (NIV)

368 Mazmur 10:1 (TLB)

369 Mazmur 28:1 (TLB)

370 Job 23:3, 8 (TLB)

371 Bilangan 14:39-45

372 1 Samuel 13:8-14

373 Amsal 19:2 (RSV)

374 Isaiah 30:18 (KJV)

375 J. Sidlow Baxter, Does God Still Guide? Zondervan, 1968, p. 134.

376 Isaiah 28:16 (Berk.)

377 Mazmur 27:14 (KJV)

378 Mazmur 40:1-3 (TLB)

379 Kejadian 16:14, 15

380 2 Samuel 11:1, 2

381 Markus 14:31 (NIV)

382 Luke 9:59-61

383 Ibrani 11:24-26

384 Galatians 6:7 (NIV)

385 Ibrani 12:6

386 Ibrani 12:11 (NIV)

387 1 Petrus 1:18-20

388 Mazmur 76:10 (KJV)

389 Efesus 1:11

390 2 Corinthians 12:10

391 Philippians 3:13, 14 (NIV)

392 1 Yohanes 1:9 (NIV)

393 Mazmur 103:12

394 Jeremiah 31:34

395 Micah 7:19

396 Mazmur 32:5 (TLB)

397 Romans 6:1, 2 (NIV)

398 Matius 7:21 (NIV)

399 Markus 3:35

400 1 Yohanes 2:17 (NIV)

401 2 Petrus 1:10 (NASB)

402 2 Corinthians 5:10 (NIV)

403 1 Corinthians 3:14

404 1 Corinthians 3:15

405 Efesus 6:6

406 1 Yohanes 2:28 (KJV)

407 2 Corinthians 5:11 (NASB)

408 1 Corinthians 9:24, 25 (NIV)

409 2 Timothy 4:7, 8 (NASB)

410 2 Corinthians 5:14, 15 (NIV)

411 Mazmur 40:8 (KJV)

Related Topics: Basics for Christians

1. Which Articles Should I Translate?

Related Media

Since YOU are the one doing the translating, here is our guidance and advice:

1. Choose any article on Bible.org that you would like to translate. Perhaps you would like to translate something that would personally be of help to you in your life or ministry. Since you will be spending a bit of time working on this article you have the freedom to choose whatever article you would like to translate. 

2. If you would like suggestions or guidance we have prepared a listing of articles that we would really like to see made available in each language (see below for a web version of this list). This listing is also available in an Excel spreadsheet (in the Related Media for this article) if you would like a downloadale version (Readable in Microsoft Excel, or the freely downloadable program Open Office). It has links to each of the articles just like the version below. 

    A. In this list our first priority is "God's Plan of Salvation" by Hampton Keathley, III

    B. After that salvation message article, we would encourage you to pick one article from each of the categories listed in our spreadsheet to translate so that a variety of subjects are made available. This way we will not have, for instance, ten articles available on Bible study but none on Prayer. After each subject has a translated article in the new language we can go back and translate the "missing" articles. 

3. After picking an article to translate be sure to let us know which one you are working on so that we do not accidentally receive duplicate translations from different translators.

*PTSM # = Path to Spiritual Maturity + step number 

Related Topics: Administrative and Organization

2. Dictionary Resources To Improve Translating

Translating can be a tough job. Correctly understanding what is being originally said is crucial to being able to translate it accurately into the second language. When dealing with the Bible and theological studies words are often used that are not words used in everyday activity. To help you with this here are a few links to online dictionaries and resources that may be of help should you need some clarification. (See Below)

 


Bible.org’s Dictionary database, 6 dictionaries accessible through one search function.

Dictionary of Theology, a database being put together by the Christian Apologetics & Research Ministry.

Webster’s 1828 Dictionary, an old but good dictionary that took into account English theological definitions quite well.

Oxford Dictionaries, a good general English dictionary.

Dictionary.com, another helpful online dictionary. 


Related Topics: Administrative and Organization

1. Readings on Discipleship

Purpose: The purpose of this session is to give you biblical understanding of the nature of discipleship. These two readings will introduce you to the characteristics of a disciple and the primacy of discipleship in your Christian life.

Objectives

1. The disciple will know the source of our calling.

2. The disciple will understand the characteristics of a disciple according to the scriptures.

3. The disciple will see the importance of producing reproducers in the process of discipleship.

4. The disciple will be challenged by these two readings to obey Christ’s call to be active throughout your life in personalized discipling.

Scripture Memory

Going on a little farther, he saw James, the son of Zebedee, and John his brother in their boat mending nets. Immediately he called them, and they left their father Zebedee in the boat with the hired men and followed him.

Matthew 28:19-20

Agenda

1. Mutual sharing, accountability, and prayer.

2. Discus the readings.

3. Discuss the questions.

4. Share Scripture memory.

The Marks Of A Disciple
By Lorne Sanny

Lorne Sanny headed The Navigator ministry in Seattle, Washington, served as vice-president of The Navigators, and worked closely with Billy Graham. Mr. Sanny became president of The Navigators in 1956, after the death of Dawson Trotman, the founder. Mr. Sanny served in that position until 1986.

"And Jesus came and spake unto them, saying, All power is given unto Me in heaven and in earth. Go ye therefore, and teach all nations, baptizing them in the name of the Father, and of the Son, and of the Holy Ghost: Teaching them to observe all things whatsoever I have commanded you: and, lo, I am with you always, even unto the end of the world" (Matthew 28:18-20).

"Go ye therefore, and teach all nations", or as another translation puts it, "Go therefore and make disciples of all nations."

Jesus came to this earth to be an example. He came here to show us the Father. He came here to take our sins in His own body on the cross and He came to destroy the works of the devil. And while He went about His ministry, along the way He also gathered up people to follow Him - called disciples.

Jesus was popular. "And there went great multitudes with Him” (Luke 14:25). Yet He told them, "If any man come to Me, and hate not his father, and mother, and wife, and children, and brethren, and sisters, yea, and his own life also, he cannot be My disciple. And whosoever doth not bear his cross, and come after Me, cannot be My disciple" (Luke 14:26-27). He also said, "So likewise, whosoever he be of you that forsaketh not all that he hath, he cannot be My disciple" (Luke 14:33).

He turned to the crowds that were following Him and three times He said to them, "...cannot be My disciple," "...cannot be My disciple," "...cannot be My disciple." It's as if He said, "I am not looking for crowds; I'm looking for disciples."

Columnist Walter Lippman once said, "There are only two kinds of people in the world that really count today, and they are the dedicated Christians and the dedicated communists." And Time magazine reported that the French columnist Roger Garaudy feels that there are only two major forces in the world today - communism and Christianity.

And I know that among the Christians, the ones who really count are the disciples. As a friend of mine, a Christian leader, said, "Lorne, you don't find many disciples. But when you find one, there's almost no limit to what God can do through him."

How do you recognize a disciple? What does he look like? What are his characteristics? Are you a disciple? Am I a disciple?

I have studied seven or eight passages in the Scripture having to do with the characteristics of a disciple. They can conveniently be boiled down to three marks of discipleship. When you see these three, you have a disciple.

Copyright ©1975 by Lorne Sanny; re-printed with permission from The Navigators, all rights reserved.

Identified with Christ

The first mark of a disciple is that he is someone who is identified with the Person of Jesus Christ - someone who will openly admit that he belongs to Christ. Now whatever else you may think about baptism, it is a public identification with Jesus Christ. When you are baptized, you are saying I take my stand with, I am on the side of, I belong to Jesus Christ.

A friend of mine told me of a Jewish man he led to Christ in Dallas. A few weeks later my friend told another Jewish man, a non-Christian about the first one. Immediately the second man asked, "Has he been baptized yet?" When my friend said, "No, he hasn't," he replied, "Well, he'll never last." It was later, when the first Jew was baptized, that his family cut him off. He had made open identification with Jesus Christ.

"If thou shalt confess with thy mouth the Lord Jesus, and shalt believe in thine heart that God hath raised Him from the dead, thou shalt be saved. For with the heart man believeth unto righteousness; and with the mouth confession is made unto salvation" (Romans 10:9,10). An open identification with Jesus Christ. Jesus promised, "Whosoever therefore shall confess Me before men, him will I confess also before My Father which is in heaven" (Matthew 10:32).

A friend told me that when he went with Billy Graham, who was to speak to 500 men at the Jewish Rotary Club of New York City, he wondered what in the world Mr. Graham would speak on to a Jewish club. When the time came, Billy stood up and spoke on "Christ, the Fulfillment of the Old Testament Prophecies". At the close they gave him a standing ovation. He had identified himself unashamedly with Jesus Christ.

On one occasion Jesus asked the disciples, "Who do you say that I am?" Peter answered, "You are the Christ" (Mark 8:29). It seems everything in His ministry led up to this.

But the thing that strikes me is that then "He began to teach them that the Son of man must suffer many things, and be rejected of the elders, and of the chief priests, and scribes, and be killed, and after three days rise again”

(Mark 8:31). A little later He called the multitude and His disciples to Him and said, "Whosoever will come after Me, let him deny himself, and take up his cross, and follow Me...Whosoever therefore shall be ashamed of Me and of My words in this adulterous and sinful generation, of him also shall the Son of man be ashamed, when He cometh in the glory of His Father with the holy angels" (Mark 8:34, 38).

Some years ago when I was with the Billy Graham team in a crusade, a businessman came forward one night and received Christ. The following Sunday night he went to a church that he sometimes attended. After the service he walked up to one of the leading elders in this church and told him, "I was at the Billy Graham meeting last week out at the ball park. I went forward and received Christ."

"I heard about it and I am delighted," the elder replied.

Then the businessman asked the elder, "How long have you and I been associated in business?"

"About 23 years, I think."

"Have you known Christ as your Savior all those years?" the man asked the elder.

"Yes, I have," he answered.

"Well, I don't remember your ever speaking to me about Christ during those years," the man said. The elder hung his head, and the man continued, "I have thought highly of you. In fact, I thought so highly of you that I felt if anyone could be as fine a man as you and not be a Christian, then I didn't have to be a Christian either."

This elder had lived a good life before his friend, but he had not taken the added step of openly identifying with the One Who enabled him to live that kind of life. Here was a fine man, but he did not have this first mark of a disciple of Jesus Christ.

When Jesus asks you to deny yourself, take up your cross daily and follow Him, what do you think it means? Whatever else it means, I think it means to be identified with Christ, not only when it's popular but when it's unpopular. Not only when it's the thing to do but when it seems as if it's not the thing to do. I like the way the New English Bible puts Revelation 1:9. John writes, "I was on the island called Patmos because I had preached God's Word and borne my testimony to Jesus.”

I once talked to the Chief of Police of Stockholm, who was a Christian, and discovered he had been a delegate to Panmunjom back when the Korean truce was first signed. He had interviewed some of the Chinese soldiers as to whether or not they wanted to be repatriated. He told me about a soldier who came through one day and gave his testimony to the interrogators concerning his faith in Jesus Christ. There in the Red Chinese army was a disciple.

A friend of mine traveling by train from Finland to Moscow tried to smuggle in three suitcases full of Bibles. But the Russian colonel at the border took rather unkindly to this idea. In fact, he was a little upset. My friend Jack asked him, "Well, what are you so worried about? Why do you get so upset about someone bringing a Bible into your country?"

"It's a fairy story, nothing but fairy tales," the colonel replied.

"Don't you have fairy story books in Russia?" Jack asked.

"Oh, yes."

"Well, what's the matter with another one?"

"Ay," said the colonel, "if they believe that Bible, they won't believe in communism."

So after warning him not to preach and scaring him a little bit, Jack said they let him go on his way.

A few hours later a couple of conductors came by and began to sell them on the merits of communism. It wasn't long before Jack couldn't stand it any longer. He began to preach back to them. After he'd preached to them for awhile, one of the conductors pointed to another conductor at the other end of the car and said, "Now, he's one of yours. That conductor, he's one of your kind."

Later Jack talked to this conductor. Sure enough, he was a born-again Christian. They asked him if he had a Bible. He replied, "No, the last Bible in our town was owned by my grandmother. She tore it up into segments and distributed it to Christians around the town so it couldn't be confiscated all at once."

They asked if he'd like a Bible. (The colonel had confiscated only two of the suitcases of Bibles they had with them.) When they handed him a Bible, he wept and kissed it. Then he wrapped it in newspaper to take it off the train so it wouldn't be taken away from him.

I believe the striking thing about this story is that not only was there a Christian conductor on that train, but the other conductors knew he was a Christian. There was a disciple, identifying himself with the Person of Jesus Christ.

Do you take an opportunity to admit that you are a follower of Jesus Christ? Why not determine that at the first opportunity this week you will quietly, graciously, but openly identify yourself with Jesus Christ? I believe this is a mark of a disciple.

One morning I spoke to the SWAP (Salesmen With A Purpose) Club in Colorado Springs. They call in various speakers to tell how selling applies to their business. I spoke on how it applies to the Gospel. In the process I explained the Gospel. After I had spoken, they introduced the guests. One of them was a friend of mine, Will Perkins, a Plymouth dealer. It was his first time there. When he was introduced he stood and said, "Gentlemen, two years ago I heard a presentation similar to the one you heard this noon. I bought it, and it has changed my life." Then he sat down. I thought to myself, how many Christians would have taken that little opportunity to identify themselves with the Person of Jesus Christ?

Obedient to the Word

A disciple is not only a believer who is visibly identified with the Person of Christ, he is also obedient to the Word of Christ - to the Scriptures. "Go therefore and make disciples of all nations...teaching them to observe all that I have commanded you."

"Teaching them to observe all that I have commanded you." Jesus said, "If ye continue in My Word, then are ye My disciples indeed" (John 8:31). If you observe it and apply it to your life, then you are My disciple.

Luke records what happened one day when a crowd of people listened to the Lord Jesus preach. One woman in the crowd was probably middle-aged or a little beyond (I'm interpreting a little bit here.) As she listened to Jesus, something welled up within her. Perhaps she had a son who was wayward, and as she looked at the Lord Jesus, she wished her son were like Him. Or maybe she had never had a son and had always wanted to have one. Anyway she spoke up - she sort of burst out - and said, "Happy is the woman who was Your mother" (Luke 11:27).

Jesus' answer to her was significant. He said, "Yea rather, blessed are they (or happy are they) that hear the Word of God, and keep it" (Luke 11:28). That's real happiness. That's real blessedness - to hear what God has to say and to do it.

I enjoyed reading a book by the late Sam Shoemaker, Extraordinary Living for Ordinary Men. In it he says that Christians who are half-committed are half-happy. But to be really happy you need to go all the way in commitment. And this means to be obedient to the Word of Christ.

Obedience is necessary also for stability. The greatest sermon ever preached was the Sermon on the Mount. And notice how Jesus concluded it. He said, "Therefore whosoever heareth these sayings of Mine, and doeth them, I will liken him unto a wise man, which built his house upon a rock: And the rain descended, and the floods came, and the winds blew, and beat upon that house; and it fell not: for it was founded upon a rock. And every one that heareth these sayings of mine and doeth them not, shall be likened unto a foolish man, which built his house upon the sand: And the rain descended, and the floods came, and the winds blew, and beat upon that house; and it fell: and great was the fall of it" (Matthew 7:24-27).

What made the difference between the wise man and the foolish man? It wasn't knowledge, because they both heard the same sermon. They went to the same conference; they had the same knowledge. They both heard the Word. Not only that, they had the same circumstances. It says that the rain descended, the floods came, the winds blew and beat upon the house of the foolish man. The circumstances were the same. One couldn't say, "Well, you don't know how tough it is where I come from." "Well, you don't know what kind of a family life I've got." "You don't know how I suffer down at work." It wasn't their circumstances that made the difference. One thing made the difference between wisdom and foolishness. One obeyed the Word; the other one did not.

Jesus said, "He that hath My commandments, and keepeth them, he it is that loveth Me: and he that loveth Me shall be loved of My Father, and I will love him, and will manifest Myself to him" (John 14:21). What does that mean? It means Jesus will make Himself real to him. To whom? To the one who has His Word and keeps it.

So a disciple does more than attend meetings. He does more than take notes. (He does that, incidentally, in my opinion, though I don't have any Scripture to prove that.) But he finds out what the Bible says and does it. Suppose he's going through Proverbs in his morning quiet time, and he comes to Proverbs 3:9,10, "Honor the Lord with thy substance; and with the firstfruits of all thine increase: So shall thy barns be filled with plenty, and thy presses shall burst out with new wine."

Early in my marriage, a Christian doctor in Seattle said, "Now let me make a suggestion about handling your family finances. Honor the Lord with your substance, and with the firstfruits of all your increase. Set aside money for the Lord before you pay the rent. Before you buy the food. Even when you think you don't have enough money left to pay the rent and to buy the food. You watch. God will see to it that you have money for the rent and for the food."

Now will He or won't He? Well, the Word promised that He would, and He did.

A friend of mine was looking over the family bills and they looked pretty big. He and his wife prayed and decided that the first thing they ought to do to get out of debt was to increase their giving. And they are out of debt. They proved that God can fulfill His Word.

Another illustration of the truth that a disciple must be obedient to the Word of Christ is in these words of Jesus, "Therefore if thou bring thy gift to the altar, and there rememberest that thy brother hath ought against thee: leave there thy gift before the altar, and go thy way; first be reconciled to thy brother, and then come and offer thy gift" (Matthew 5:23,24).

When was the last time you went and made something right with someone else? When did you admit to your wife or your children that that fit of temper was sin? It's amazing to me when couples say that neither one has ever asked forgiveness of the other. If you don't find some times when you've got to make some things right, you're about ready for heaven right now. A disciple has a conscience void of offense toward God and man.

Let's go back to "Go therefore and make disciples of all nations." I don't know why it is that some people think the day of missions is over. In one recent year, independent missions in America, not the denominational but independent missions, needed 4,000 missionary candidates that they didn't get. Have you ever considered the possibility that obedience to the Word of Christ might mean leaving your business?

Bob Potter owned a supermarket down in Oklahoma City. If he and his wife hadn't sold it and gone into the Lord's work, maybe God would have used someone else. But many people have been blessed by the ministry of Bob Potter through The Navigators.

The Navigators could use double our number of representatives right now. But don't apply. We don't take applications. Many times as I've gone around with the Billy Graham Crusades, young fellows have come up and said, "Mr. Sanny, do you know of any openings in Christian work?"

"Yep, I do."

They'd ask, "Where?"

And I'd say, "Right where you live. Your neighborhood. Where you go to school." I find that God usually leads you to the next step after you take this one. That's where you start.

I'm not speaking of going to the mission field because you're so sick and tired of the office you can't stand it, or because the boss has bugged you for two years and any change would be an improvement. I'm speaking of obedience to the Word of Christ, wherever it may lead and when the going is tough. That's a mark of a disciple.

After Moses died, Joshua had the job of taking three million people into the Promised Land. That included women, children and livestock. God gave him some instructions. You'd think the Lord would say, "Now, look, here's how you'd handle this problem, here's how you do this, here's how you do that." But, no. He said, "Joshua, one thing above all else is going to take a lot of courage — and it's not leading all these people and facing all the enemies that are in the land. That isn't what's going to take courage." But, "Only be thou strong and very courageous, that thou mayest observe to do according to all the law" (Joshua 1:7).

You may think it doesn't take courage to be obedient to the Word of God. But I wonder how obedient we really are to the Word. We live in a Christ-rejecting world, and anyone who lives in obedience to this Book is going to come into conflict with it. That's how you recognize a disciple. He does more than hear the Word. He puts into practice what he's heard.

The Navigators are kind of rabid on this subject. Year after year you'll hear us beat certain drums all the time. One is that we need to come to know the Bible and apply it. That's why we publish Bible courses and Scripture memory programs. We need to make up our minds that God helping us with the power of the Holy Spirit, we are going to be obedient to the Word of Christ. That's a mark of a disciple. He seeks to follow the Bible and do what it says.

Fruitful for Christ

So a disciple is one who is openly identified with the Person of Christ. Second, he is obedient to the Word of Christ. And third, he is bearing fruit in the work of Christ. "By this My Father is glorified, that you bear much fruit, and so prove to be My disciples" (John 15:8).

Now it seems to me that there are two kinds of fruit here. First, the fruit of character, the fruit of the Spirit - love, joy, peace, long-suffering, gentleness, goodness, faith, meekness, temperance (Galatians 5:22,23). And, second, there's fruit by way of influencing the lives of others for Christ. "Ye have not chosen Me, but I have chosen you, and ordained you, that ye should go and bring forth fruit, and that your fruit should remain" (John 15:16).

I really threw a curve ball to my Sunday School class one Sunday morning. I intended to. We were talking about Jesus sending out the twelve two by two. He gave them authority over unclean spirits. They went out and preached that men should repent. They cast out demons and anointed with oil many that were sick and healed them. Then I asked, "Do you think Judas did this? Do you think Judas went out and preached to people to repent? Do you think Judas cast out demons and healed the sick?"

Some feel they can prove that Judas was never saved. Let's assume they're right. Did Judas then preach that people should repent? Did he cast out demons? Did he heal the sick? Could he have?

Look at Jesus's words: "On that day many will say to me, 'Lord, Lord, did we not prophesy in Your name, and cast out demons in Your name, and do many mighty works in Your name?' And then will I declare to them, 'I never knew you; depart from Me, you evildoers!'" (Matthew 7:22,23).

My point was that we get so carried away with the spectacular that we think the spectacular is the supreme evidence that we are real disciples or Spirit-filled. But the real evidence is shown in our character - love, joy, peace, long-suffering, gentleness, goodness, faith, meekness, temperance. We're considering here the character of a disciple.

I've heard it said that the Apostle Paul before he was converted, would pray something like this every day, "God, I thank You that I am not a Gentile, that I am not a slave and that I am not a woman." But look at how God changed his attitude. In his first letter he wrote, "There is neither Jew nor Greek, there is neither bond nor free, there is neither male nor female: for ye are all one in Jesus Christ" (Galatians 3:28). Here is evidence of the fruit of the Spirit in the way of character.

This is what it means to be a disciple of Jesus Christ. It includes one's whole attitude, outlook, character and relationship to others. By this shall all men know that you are My disciples, if you can work great miracles? No. "By this shall all men know that ye are My disciples, if ye have love one to another" (John 13:55).

When Jesus talked about His ministry and what He came to do, He quoted from Isaiah 61:1,3, "The Spirit of the Lord God is upon Me; because the Lord hath anointed Me to preach good tidings unto the meek; He hath sent Me to bind up the brokenhearted, to proclaim liberty to the captives, and the opening of the prison to them that are bound...to give unto them beauty for ashes, the oil of joy for mourning, the garment of praise for the spirit of heaviness."

Take this world in which we live with all of its glitter, and its tinsel and veneer. Strip all of this away, and how would you characterize the real world underneath? Brokenhearted, captive, bound, anxious, sad, depressed.

A disciple is one who gets involved in that kind of world, who is bearing fruit in the work of Christ. He shows the fruit of the Spirit in a Christlike character - love, joy, peace, long-suffering, gentleness, goodness, faith, meekness, temperance. How we need that in the world in which we live!

The Greatest Is Love

What did Jesus say was the greatest identifying mark of all in a disciple? Love. "By this shall all men know that ye are My disciples" — if you do what? "If ye have love one to another."

One of the greatest illustrations of this that I have seen was on the television special "James Emory Bond". It was an entire one-hour interview with a black man who was an ex-truck driver. He was in his seventies at the time of the interview. Apparently he lived in Baltimore. One night he watched a panel discussion with some of the city leaders, mayor, chief of police and others on television. They discussed the race and juvenile delinquency problems in Baltimore. As he watched, his heart was really moved.

The next day he went down to the television station. He wanted to talk to somebody because he had been so moved by their discussion. He said he knew the answer, but he didn't know whom to tell. At the station they had the good sense not only to interview him, but also to videotape it. All you saw was this gray-haired gentleman as he answered questions coming from off camera.

He said, among other things, that when he was a young fellow growing up on the edge of Baltimore, the white boys would throw rocks at him as he was on his way to school. He began to hate white people. As a young man he started working as a truck driver. One morning when he saw the milk truck go by, he thought how nice it would be if he could just have a little milk before he went to work in the morning.

He stopped the milkman, who was a white man, one day and asked him if he would leave him a quart of milk. He said, "No, I don't deliver milk to niggers."

"So," Bond said, "I called up the milk company, and I asked the man I talked with if this was true, that they didn't give milk to black people. He said, 'No, that's not right. We do deliver milk to black people, and we'll see that he delivers the milk.'"

"So," he said, "the milk came, a quart each morning. Several weeks went by and I realized that he wasn't leaving me a bill, and I wanted to pay for it. So I stopped him one morning and said, 'I want you to give me a bill so I can pay for this.' And the milkman said, 'I don't take money from niggers.' So I said, 'Well, I've got to pay you, you've just got to let me pay you.'"

"Well," the milkman said, "tell you what you do. You put the money on the fence post."

James Emory Bond said, "I thought I'd have a little fun with him, so I said, 'Now I won't feel like I paid you unless I put it in your hand.' 'Nossir,' he said, 'put it on the post.' So I said, 'OK.' And I put it on the post. When the milkman reached out to take the change, I just laid my hand on top of his. And he jerked it away."

Then he said, "Later on, one of God's servants by the name of Billy Sunday came to our town, and he told how Jesus Christ died on the cross to take away man's sin and his enmity of heart toward his fellowman. As I heard that, I realized that I needed this, and I walked the sawdust trail. And you know, God took the hate out of my heart for the white man. He put love there."

Apparently a few days later, unknown to him, the milkman went to hear Billy Sunday. He went forward in the meeting, received Christ, and a couple of days later pulled up in front of James Emory Bond's little place. With tears streaming down his face, he apologized for the way he had treated him. And this dear old black man said, "I have loved him, and he has loved me ever since."

Now that's what discipleship means. There is a mark of a disciple. Bearing fruit in the work of Christ. By this shall all men know that ye are Christ's. "By this shall all men know that ye are My disciples, if ye have love one to another." When we begin to see more disciples sprinkled around America and around the world, what a difference it will make! Real genuine disciples who will turn the world upside down. There are many already, and we ought to be praying for them.

But not only is there the fruit of Christ-like character, but also the fruit of the Spirit in the lives of others. Jesus said, "Ye have not chosen Me, but I have chosen you, and ordained you, that ye should go and bring forth fruit, and that your fruit should remain" (John 15:16).

Go and bring forth fruit. Paul wrote to the Romans of his desire, "That I might have some fruit among you also" (Romans 1:13). I think he meant lives influenced for Christ.

Once while I was thinking about this, two events took place that drove the truth home to me. One was something I read about Dr. Charles F. McKoy of Oyster Bay, Long Island. After fifty years of fruitful ministry as a pastor and evangelist, this 71-year-old bachelor began looking around for a retirement home. A bishop from India came to his church to plead for missionary help for India. Dr. McKoy prayed earnestly that God might lay it on the heart of someone in the congregation to respond to this call and go to India. After the third message the bishop turned to Dr. McKoy and said, "I don't think God is looking for someone in the congregation. I think he is looking for the man in the pulpit."

Dr. McKoy could hardly believe his ears. He said, "Bishop, are you losing your mind? I'm 71, I've never been overseas; I've never been on the ocean. The thought of flying terrifies me." But soon a new missionary was on his way to India, green and seasick, but on his way - at age 71. Fifteen years later, Dr. McKoy died. Between the ages of 71 to 86 he had gone around the world nine or ten times winning people to Christ in the most difficult places. He was a real disciple in old age also. And I think one reason it struck me was that I was reading in Psalm 92:14, "They still bring forth fruit in old age, they are ever full of sap and green." Your life can be fruitful to the very end.

The same week, we received word from Virginia that a young fellow named Teed Radin, 23 years of age, a graduate of Virginia Polytechnic Institute, who would soon be on The Navigator staff, had been in a head-on collision. Teed was killed instantly and his fiancée died within the hour. One of the fellows wrote that while at V.P.I. Teed had led 25-30 men to Christ. Among them, five were dedicated, trained, effective men of the Cross who, according to this person, would be willing at a moment's notice to die for the cause of Christ.

Dr. McKoy — an old man, a disciple to the end. Teed Radin — a young man, a disciple early in life. In fact, there's no better time to become a disciple than right now. But deep down in our hearts - that's where real business is done with God — we must determine that by God's grace and with the help of the Holy Spirit, we will be true followers of Jesus Christ.

Let's ask ourselves, Am I a true disciple?

Am I willing to be openly identified with the Person of Jesus Christ?

Am I seeking to be obedient to the Word of Christ in my everyday life?

Am I bearing fruit in the work of Christ by way of Christlike character and by influencing the lives of others?

I want to be a disciple. I want to have these marks and characteristics in my life. The only thing I'd like to do beyond that is to help make disciples and to get them to help make others. That's what Jesus wants done. "Go therefore and make disciples of all nations."

Copyright ©1975 by Lorne Sanny; re-printed with permission from The Navigators, all rights reserved.

Born To Reproduce
By Dawson Trotman

Dawson Trotman, converted at age 20, gave 30 years to vigorous pursuit of the goal "to know Christ and make Him known". Daws was a man who believed God, who asked Him for great things and saw God answer. The ministry of The Navigators is one of those answers. It began when another man asked Daws to teach him what he saw practiced in Daws' life.

A few years ago, while visiting Edinburgh, Scotland, I stood on High Street just down from the castle. As I stood there, I saw a father and a mother coming toward me pushing a baby carriage. They looked very happy, well-dressed and apparently were well-to-do. I tried to catch a glimpse of the baby as they passed and, seeing my interest, they stopped to let me look at the little, pink-cheeked member of their family.

I watched them for a little while as they walked on and thought how beautiful it is that God permits a man to choose one woman who seems the most beautiful and lovely to him, and she chooses him out of all the men whom she has ever known. Then they separate themselves to one another, and God in His plan gives them the means of reproduction! It is a wonderful thing that a little child should be born into their family, having some of the father's characteristics and some of the mother's, some of his looks and some of hers. Each sees in that baby a reflection of the one whom he or she loves.

Seeing that little one made me feel homesick for my own children whom I dearly love and whose faces I had not seen for some time. As I continued to stand there I saw another baby carriage, or perambulator as they call it over there, coming in my direction. It was a secondhand affair and very wobbly. Obviously the father and mother were poor. Both were dressed poorly and plainly, but when I indicated my interest in seeing their baby, they stopped and with the same pride as the other parents let me view their little, pink-cheeked, beautiful-eyed child.

I thought as these went on their way, "God gave this little baby whose parents are poor everything that He gave the other. It has five little fingers on each hand, a little mouth and two eyes. Properly cared for, those little hands may someday be the hands of an artist or a musician."

Then this other thought came to me, "Isn't it wonderful that God did not select the wealthy and the educated and say, 'You can have children,' and to the poor and the uneducated say, 'You cannot.' Everyone on earth has that privilege.

The first order ever given to man was that he "be fruitful and multiply". In other words, he was to reproduce after his own kind. God did not tell Adam and Eve, our first parents, to be spiritual. They were already in His image. Sin had not yet come in. He just said, "Multiply. I want more just like you, more in My own image."

Of course, the image was marred. But Adam and Eve had children. They began to multiply. There came a time, however, when God had to destroy most of the flesh that had been born. He started over with eight people. The more than two billion people who are on the earth today came from the eight who were in the ark because they were fruitful and multiplied.

Copyright ©1975 by The Navigators; re-printed with permission from The Navigators, all rights reserved.

Hindrances

Only a few things will ever keep human beings from multiplying themselves in the physical realm. One is that they never marry. If they are not united, they will not reproduce. This is a truth which Christians need to grasp with reference to spiritual reproduction. When a person becomes a child of God, he should realize that he is to live in union with Jesus Christ if he is going to win others to the Savior.

Another factor that can hinder reproduction is disease or impairment to some part of the body that is needed for reproductive purposes. In the spiritual realm sin is the disease that can keep one from winning the lost.

One other thing that can keep people from having children is immaturity. God in His wisdom saw to it that little children cannot have babies. A little boy must first grow to sufficient maturity to be able to earn a living, and a little girl must be old enough to care for a baby.

Everyone should be born again. That is God's desire. God never intended that man should merely live and die—be a walking corpse to be laid in the ground. The vast majority of people know that there is something beyond the grave, and so each one who is born into God's family should seek others to be born again.

A person is born again when he receives Jesus Christ. "But as many as received Him, to them gave He power to become the sons of God...Which were born, not of blood, nor of the will of the flesh, nor of the will of man, but of God" (John 1:12-13)—the new birth. It is God's plan that these new babes in Christ grow. All provision is made for their growth into maturity, and then they are to multiply—not only the rich or the educated, but all alike. Every person who is born into God's family is to multiply.

In the physical realm when your children have children, you become a grandparent. Your parents are then great-grandparents, and theirs are great-great-grandparents. And so it should be in the spiritual.

Spiritual Babes

Wherever you find a Christian who is not leading men and women to Christ, something is wrong. He may still be a babe. I do not mean that he does not know a lot of doctrine and is not well informed through hearing good preaching. I know many people who can argue the pre-, the post- and the amillennial position and who know much about dispensations, but who are still immature. Paul said of some such in Corinth, "And I, brethren, could not speak unto you as unto spiritual (or mature), but as unto carnal, even as unto babes..." (1 Corinthians 3:1).

Because they were babes, they were immature, incapable of spiritual reproduction. In other words, they could not help other people to be born again. Paul continued, "I have fed you with milk, and not with meat: for hitherto ye were not able to bear it...ye are yet carnal (or babes): for...there is among you envying, and strife, and divisions..." (1 Corinthians 3:2,3). I know a lot of church members, Sunday school teachers and members of the women's missionary society who will say to each other, "Have you heard about so and so?" and pass along some gossip. Such have done an abominable thing in the sight of God. How horrible it is when a Christian hears something and spreads the story! The Book says, "These six things doth the Lord hate: yea, seven are an abomination unto Him...a lying tongue..."(Proverbs 6:16,17). Oh, the Christians I know, both men and women, who let lying come in!

"...he that soweth discord among brethren" (Proverbs 6:19) is another. This is walking as a babe, and I believe that it is one of the basic reasons why some Christians do not have people born again into God's family through them. They are sick spiritually. There is something wrong. There is a spiritual disease in their lives. They are immature. There is not that union with Christ.

But when all things are right between you and the Lord, regardless of how much or how little you may know intellectually from the standpoint of the world, you can be a spiritual parent. And that, incidentally, may even be when you are very young in the Lord.

A young lady works at the telephone desk in our office in Colorado Springs. A year and a half ago she was associated with the young Communist league in Great Britain. She heard Billy Graham and accepted the Lord Jesus Christ. Soon she and a couple other girls in her art and drama school were used of the Lord to win some girls to Christ. We taught Pat and some of the others, and they in turn taught the girls whom they led to Christ. Some of these have led still other girls to Christ, and they too are training their friends. Patricia is a great-grandmother already, though she is only about a year and four months old in the Lord.

We see this all the time. I know a sailor who, when he was only four months old in the Lord, was a great-grandfather. He had led some sailors to the Lord who in turn led other sailors to the Lord, and these last led still other sailors to the Lord--yet he was only four months old.

How was this done? God used the pure channel of these young Christians' lives in their exuberance and first love for Christ, and out of their hearts the incorruptible seed of the Word of God was sown in the hearts of other people. It took hold. Faith came by the hearing of the Word. They were born again by faith in the Lord Jesus Christ. They observed those Christians who led them to Christ and shared in the joy, the peace and the thrill of it all. And in their joy, they wanted someone else to know.

In every Christian audience, I am sure there are men and women who have been Christians for five, ten or twenty years but who do not know of one person who is living for Jesus Christ today because of them. I am not talking now about merely working for Christ, but about producing for Christ. Someone may say, "I gave out a hundred thousand tracts." That is good, but how many sheep did you bring in?

Some time ago I talked to 29 missionary candidates. They were graduates of universities or Bible schools or seminaries. As a member of the board I interviewed each one over a period of five days, giving each candidate from half an hour to an hour. Among the questions I asked were two which are very important. The first one had to do with their devotional life. "How is your devotional life?" I asked them. "How is the time you spend with the Lord? Do you feel that your devotional life is what the Lord would have it to be?"

Out of this particular group of 29 only one person said, "I believe my devotional life is what it ought to be." To the others my question then was, "Why is your devotional life not what it should be?"

"Well, you see, I am here at this summer institute," was a common reply. "We have a concentrated course. We do a year's work in only ten weeks. We are so busy."

I said, "All right. Let's back up to when you were in college. Did you have victory in your devotional life then?"

"Well, not exactly."

We traced back and found that never since they came to know the Savior had they had a period of victory in their devotional lives. That was one of the reasons for their sterility—lack of communion with Christ.

The other question I asked them was. "You are going out to the foreign field. You hope to be used by the Lord in winning men and women to Christ. Is that right?"

"Yes."

"You want them to go on and live the victorious life, don't you? You don't want them just to make a decision and then go back into the world, do you?"

"No."

"Then may I ask you something more? How many persons do you know by name today who were won to Christ by you and are living for Him?"

The majority had to admit that they were ready to cross an ocean and learn a foreign language, but they had not won their first soul who was going on with Jesus Christ. A number of them said that they got many people to go to church; others said they had persuaded some to go forward when the invitation was given.

I asked, "Are they living for Christ now?" Their eyes dropped. I then continued, "How do you expect that by crossing an ocean and speaking in a foreign language with people who are suspicious of you, whose way of life is unfamiliar, you will be able to do there what you have not yet done here?"

These questions do not apply to missionaries and prospective missionaries only. They apply to all of God's people. Every one of His children ought to be a reproducer.

Are you producing? If not, why not? Is it because of a lack of communion with Christ, your Lord, that closeness of fellowship which is part of the great plan? Or is it some sin in your life, an unconfessed something, that has stopped the flow? Or is it that you are still a babe? "For when for the time ye ought to be teachers, ye have need that one teach you again..." (Hebrews 5:12).

How to Produce Reproducers

The reason that we are not getting this Gospel to the ends of the earth is not because it is not potent enough.

Twenty-three years ago we took a born-again sailor and spent some time with him, showing him how to reproduce spiritually after his kind. It took time, lots of time. It was not a hurried, 30-minute challenge in a church service and a hasty good-bye with an invitation to come back next week. We spent time together. We took care of his problems and taught him not only to hear God's Word and to read it, but also how to study it. We taught him how to fill the quiver of his heart with the arrows of God's Word, so that the Spirit of God could lift an arrow from his heart and place it to the bow of his lips and pierce a heart for Christ.

He found a number of boys on his ship, but none of them would go all out for the Lord. They would go to church, but when it came right down to doing something, they were "also rans" (ones who make a weak attempt and fail). He came to me after a month of this and said, "Dawson, I can't get any of these guys on the ship to get down to business."

I said to him, "Listen, you ask God to give you one. You can't have two until you have one. Ask God to give you a man after your own heart."

He began to pray. One day he came to me and said, "I think I've found him." Later he brought the young fellow over. Three months from the time that I started to work with him, he had found a man of like heart. This first sailor was not the kind of man you had to push and give prizes to before he would do something. He loved the Lord and was willing to pay a price to produce. He worked with this new babe in Christ, and those two fellows began to grow and spiritually reproduce. On that ship 125 men found the Savior before it was sunk at Pearl Harbor. Men off that first battleship are in four continents of the world as missionaries today. It was necessary to make a start, however. The devil's great trick is to stop anything like this if he can before it gets started. He will stop you, too, if you let him.

There are Christians whose lives run in circles who, nevertheless, have the desire to be spiritual parents. Take a typical example. You meet him in the morning as he goes to work and say to him, "Why are you going to work?"

"Well, I have to earn money."

"What are you earning money for?" you ask.

"Well," he replies, "I have to buy food."

"What do you want food for?"

"I have to eat so as to have strength to go to work and earn some more money."

"What do you want more money for?"

"I have to buy clothes so that I can be dressed to go to work and earn some more money."

"What do you want more money for?"

"I have to buy a house or pay the rent so I will have a place to rest up, so I will be fit to work and earn some more money." And so it goes. There are many Christians like that who are going in big circles. But you continue your questioning and ask, "What else do you do?"

"Oh, I find time to serve the Lord. I am preaching here and there." But down behind all of this he has the one desire to be a spiritual father. He is praying that God will give him a man to teach. It may take six months. It need not take that long, but maybe it takes him six months to get him started taking in the Word and giving it out and getting ready to teach a man himself.

So this first man at the end of six months has another man. Each man starts teaching another in the following six months. At the end of the year, there are just four of them. Perhaps each one teaches a Bible class or helps in a street meeting, but at the same time his main interest is in his man and how he is doing. So at the end of the year the four of them get together and have a prayer meeting and determine, "Now, let's not allow anything to sidetrack us. Let's give the Gospel out to a lot of people, but let's check up on at least one man and see him through."

So the four of them in the next six months each get a man. That makes eight at the end of a year and a half. They all go out after another and at the end of two years there are 16 men. At the end of three years there are 64; the 16 have doubled twice. At the end of five years there are 1,024. At the end of fifteen and a half years there are approximately 2,147,500,000. That is the present population of the world of persons over three years of age.

But wait a minute! Suppose that after the first man, A, helps B and B is ready to get his man while A starts helping another, B is sidetracked, washes out and does not produce his first man. Fifteen and one-half years later you can cut your 2,147,500,000 down to 1,073,750,000 because the devil caused B to be sterile.

God promised Abraham "...in Isaac shall thy seed be called" (Genesis 21:12), so Abraham waited a long, long time for that son. God's promise to make Abraham the father of many nations was all wrapped up in that one son, Isaac. If Hitler had been present and had caused Isaac's death when Abraham had his knife poised over him on Mount Moriah, Hitler could have killed every Jew in that one stroke.

I believe that is why Satan puts all his efforts into getting the Christian busy, busy, busy, but not producing.

Men, where is your man? Women, where is your woman? Where is the one whom you led to Christ and who is now going on with Him?

There is a story in 1 Kings, chapter 20 about a man who gave a prisoner to a servant and instructed the servant to guard the prisoner well. But as the servant was busy here and there the prisoner made his escape.

The curse of today is that we are too busy. I am not talking about being busy earning money to buy food. I am talking about being busy doing Christian things. We have spiritual activity with little productivity. And productivity comes as a result of what we call "follow-up".

Majoring in Reproducing

Five years ago Billy Graham came to me and said, "Daws, we would like you to help with our follow-up. I've been studying the great evangelists and the great revivals and I fail to see that there was much of a follow-up program. We need it. We are having an average of 6,000 people come forward to decide for Christ in a month's campaign. I feel that with the work you have done you could come in and help us."

I said, "Billy, I can't follow up 6,000 people. My work is always with individuals and small groups."

"Look, Daws," he answered, "everywhere I go I meet Navigators. I met them in school in Wheaton. They are in my school right now. (He was president of Northwestern Schools at that time.) There must be something to this."

"I just don't have the time," I said.

He tackled me again. The third time he pled with me and said, "Daws, I am not able to sleep nights for thinking of what happens to the converts after a crusade is over."

At that time I was on my way to Formosa and I said, "While I am there I will pray about it, Billy." On the sands of a Formosan beach I paced up and down two or three hours a day praying, "Lord, how can I do this? I am not even getting the work done You have given me to do. How can I take six months of the year to give to Billy?" But God laid the burden upon my heart.

Why should Billy have asked me to do it? I had said to him that day before I left for Formosa, "Billy, you will have to get somebody else."

He took me by the shoulders and said, "Who else? Who is majoring in this?" I had been majoring in it.

What will it take to jar us out of our complacency and send us home to pray, "God, give me a girl or man whom I can win to Christ, or let me take one who is already won, an infant in Christ, and try to train that one so that he or she will reproduce!"

How thrilled we are to see the masses fill up the seats! But where is your man? I would rather have one "Isaac" alive than a hundred dead, or sterile, or immature.

Beginning of Follow-up

One day years ago, I was driving along in my little Model T Ford and saw a young man walking down the street. I stopped and picked him up. As he got into the car, he swore and said, "It's sure tough to get a ride." I never hear a man take my Savior's name in vain but what my heart aches. I reached into my pocket for a tract and said, "Lad, read this."

He looked up at me and said, "Haven't I seen you somewhere before?"

I looked at him closely. He looked like someone I should know. We figured out that we had met the year before on the same road. He was on his way to a golf course to caddy when I picked him up. He had gotten into my car and had started out the same way with the name "Jesus Christ." I had taken exception to his use of that name and had opened up the New Testament and shown him the way of salvation. He had accepted Jesus Christ as His Savior. In parting I had given him Philippians 1:6, "Being confident of this very thing, that He which hath begun a good work in you will perform it until the day of Jesus Christ." "God bless you, son. Read this," I said, and sped on my merry way.

A year later, there was no more evidence of the new birth and the new creature in this boy than if he had never heard of Jesus Christ.

I had a great passion to win souls and that was my great passion. But after I met this boy the second time on the way to the golf course, I began to go back and find some of my "converts". I want to tell you, I was sick at heart. It seemed that Philippians 1:6 was not working.

An Armenian boy came into my office one day and told me about all the souls he had won. He said that they were all Armenians and had the list to prove it.

I said, "Well, what is this one doing?"

He said, "That one isn't doing so good. He is backslidden."

"What about this one?" We went all down the list and there was not one living a victorious life.

I said, "Give me your Bible." I turned to Philippians and put a cardboard right under the 6th verse, took a razor blade out of my pocket and started to come down on the page. He grabbed my hand and asked, "What are you going to do?"

"I'm going to cut this verse out," I said. "It isn't working."

Do you know what was wrong? I had been taking the 6th verse away from its context, verses 3 through 7. Paul was not just saying, "All right, the Lord has started something, He will finish it." But you know, that is what some people tell me when they win a soul. They say, "Well, I just committed him to God."

Suppose I meet someone who has a large family and say to him, "Who is taking care of your children?"

"My family? Oh, I left them with the Lord."

Right away I would say to that one, "I have a verse for you: 'But if any provide not for his own, and specially for those of his own house, he...is worse than an infidel' (1 Timothy 5:8)."

Paul said to the elders of the church at Ephesus, "Take heed...to all the flock, over the which the Holy Ghost hath made you overseers..." (Acts 20:28). You cannot make God the overseer. He makes you the overseer.

We began to work on follow-up. This emphasis on finding and helping some of the converts went on for a couple or three years before the Navigator work started. By that time our work included fewer converts but more time spent with the converts. Soon I could say as Paul said to the Philippians, "I thank my God upon every remembrance of you, Always in every prayer of mine for you all making request with joy, for your fellowship in the Gospel from the first day until now" (Philippians 1:3-5). He followed up his converts with daily prayer and fellowship. Then he could say, "Being confident of this very thing, that He which hath begun a good work in you will perform it until the day of Jesus Christ" (Philippians 1:6). In keeping with this the 7th verse reads: "Even as it is meet (or proper) for me to think this of you all, because I have you in my heart..."

Before I had forgotten to follow up the people God had reached through me. But from then on I began to spend time helping them. That is why sometime later when that first sailor came to me, I saw the value of spending three months with him. I saw an Isaac in him. Isaac had Jacob, and Jacob had the twelve, and all the rest of the nation came through them.

It Takes Time to Do God's Work

You can lead a soul to Christ in from 20 minutes to a couple of hours. But it takes from 20 weeks to a couple of years to get him on the road to maturity, victorious over the sins and the recurring problems that come along. He must learn how to make right decisions. He must be warned of the various "isms" that are likely to reach out with their octopus arms and pull him in and sidetrack him.

But when you get yourself a man, you have doubled your ministry—in fact, you have more than doubled your ministry. Do you know why? When you teach your man, he sees how it is done and he imitates you.

If I were the minister of a church and had deacons or elders to pass the plate and choir members to sing, I would say, "Thank God for your help. We need you. Praise the Lord for these extra things that you do," but I would keep pressing home the big job—"Be fruitful and multiply." All these other things are incidental to the supreme task of winning a man or woman to Jesus Christ and then helping him or her to go on.

Where is your man? Where is your woman? Do you have one? You can ask God for one. Search your hearts. Ask the Lord, "Am I spiritually sterile? If I am, why am I?"

Don't let your lack of knowledge stand in the way. It used to be the plan of The Navigators in the early days that whenever the sailors were with us for supper each fellow was asked at the end of the meal to quote a verse.

I would say it this way, "Quote a verse you have learned in the last 48 hours if you have one. Otherwise, just give us a verse." One evening as we quoted verses around the table, my little three-year-old daughter's turn came. There was a new sailor next to her who did not think about her quoting Scripture, so without giving her an opportunity, he began. She looked up at him as much as to say, "I am a human being," then she quoted John 3:16 in her own way. "For God so loved the world, that He gave His only begotten Son, that whosoever believeth in Him should not perish, but have everlasting life." She put the emphasis on the "whosoever" because when she was first taught the verse she could not pronounce that word.

Days later that sailor came over and said to me, "You know, I was going to quote that verse of Scripture. It was the only one I knew. But I didn't really know it, not until little Ruthie quoted it. When she said 'whosoever', I thought, 'that means me'. Back on the ship I accepted the Lord." Today that young man is a missionary in South America.

Until several years after we were married, my wife's father did not know the Lord. Here again God used children to reach a hungry heart. When Ruthie was three and Bruce was five, they went to visit Grandpa and Grandma. Grandpa tried to get them to repeat nursery rhymes. He said, "Mary had a little lamb" and "Little Boy Blue", but the children just looked at him and asked, "Who is Little Boy Blue?" He thought they did not know very much.

Their mother said, "They know some things. Quote Romans 3:23, Bruce." This Bruce did. Then he asked, "Shall I quote another one, Grandpa?"

"Sure," said Grandpa.

Bruce began to quote verses of Scripture, some 15 in all, and Ruth quoted some in between. This delighted Grandpa. He took them over to the neighbors and to the aunts and uncles, showing them how well these children knew the Scriptures. In the meantime the Word of God was doing its work. It was not long before the Holy Spirit, through the voices of babes, planted the seed in his heart. "Out of the mouth of babes and sucklings hast Thou ordained strength..." (Psalm 8:2).

Soulwinners are not soulwinners because of what they know, but because of the Person they know, how well they know Him and how much they long for others to know Him.

"Oh, but I am afraid," someone says. Remember, "The fear of man bringeth a snare: but whoso putteth his trust in the Lord shall be safe" (Proverbs 29:25). Nothing under heaven except sin, immaturity and lack of communion will put you in a position where you cannot reproduce. Furthermore, there is not anything under heaven that can keep a newly born again one from going on with the Lord if he has a spiritual parent to take care of him and give him the spiritual food God has provided for his normal growth.

Effects obey their causes by irresistible laws. When you sow the seed of God's Word you will get results. Not every heart will receive the Word but some will and the new birth will take place. When a soul is born, give it the care that Paul gave new believers. Paul believed in follow-up work. He was a busy evangelist, but he took time for follow-up. The New Testament is largely made up of the letters of Paul which were follow-up letters to the converts.

James believed in it. "But be ye doers of the Word, and not hearers only," he said in James 1:22. Peter believed in it. "As newborn babes, desire the sincere milk of the Word, that ye may grow thereby" (1 Peter 2:2). John believed in it, "I have no greater joy than to hear that my children walk in truth" (III John 4). All the writings of Peter, Paul, James and most of John's are food for the new Christian.

The Gospel spread to the known world during the first century without radio, television or the printing press, because these produced men who were reproducing. But today we have a lot of pew-sitters—*-people think that if they are faithful in church attendance, put good-sized gifts into the offering plate and get people to come, they have done their part.

Where is your man? Where is your woman? Where is your boy? Where is your girl? Every one of us, no matter what age we are, should get busy memorizing Scripture. In one Sunday school class a woman 72 years of age and another who was 78 finished The Navigators Topical Memory System. They then had something to give.

Load your heart with this precious Seed. You will find that God will direct you to those whom you can lead to Christ. There are many hearts ready for the Gospel now.

 

Copyright ©1975 by The Navigators; re-printed with permission from The Navigators, all rights reserved.

Questions for Review and Discussion

1. Consider the three marks of a disciple discussed by Lorne Sanny.

Someone who is:

a. ______________ with Christ.

How would you describe your identification with Christ?

How would you like to see yourself?

b. _____________ to the Word.

Yourself now?

Describe how you would like to live.

c. ______________ for Christ.

How would you portray your fruitfulness?

2. Is it reasonable to conclude from Scripture that God wants only a few Christians to disciple? Matthew 10:32; Matthew 28:18-20; Mark 8:34, 38; John 8:31; Hebrews 5:12a.________________

Please explain:

3. Christ calls us to prove to be His disciples in John 15:8. He has chosen believers to “bring forth fruit...[that] should remain,” John 15:16. Think about the calling of believers to discipleship.

a. What can you conclude about being called to a lifestyle of discipling others by the Great Provider?

b. Of those of us who trust in Christ, He says that His Father is glorified when we bear much fruit. Complete and personalize the logic statement: If God calls us to bear ______________, then ______ can have the resources to bear much fruit—various references including John 1:12-13.

4. In all likelihood, you received the Lifestyle Discipleship materials because of someone who has become a discipler. As you consider Dawson Trotman’s mathematical progression of bearing fruit that will last, what do you think of your personal priorities as reflected in your calendar and your checkbook? If they are not where you want them, what would be the change you would make to them?

Life Application

This is a significant moment in each person’s life. Which way shall I go? Whether I’ve just met Christ or have known Him for many years, what shall I do with this material? This material is not for everyone at every time. If you are not involved in reproducing spiritually mature Christians, perhaps it is because your own spiritual maturity is not developed. This course may be just what you need. Or, perhaps you already have other commitments—perhaps you are even discipling others. The possibilities are endless yet the calling remains the same: One who trusts Christ is called to make disciples and to bear fruit that continues to produce. Remember the words of Christ in Luke 14: 26, 27 and 33 where we are tested in our faith to count the cost, and upon considering it, to commit ourselves fully to Him and to His commands—or we cannot be His disciple. The materials in Lifestyle Discipleship are for those ready to be discipled, or put another way, for those ready to know a systematic way of learning about Him and a good method for passing it on to others.

Our goals are as Lorne Sanny said, to be identified with Christ, obedient to his word and bearing fruit that lasts. If you are not ready for one reason or another, please talk with your discipler about it so he can move to someone who is ready. A last thought: Being ready is not the same as being prepared. Your discipler and those who have gone before him or her have prayed for this moment of your decision. We are eager to make disciples for His glory—and eager for you.

Discuss this item with your discipler. How would you describe your readiness to begin the journey of discipling?

Related Topics: Discipleship

2. The Six Main Points of the Gospel

Purpose: This session is to teach the disciple a formula for understanding and sharing the Gospel of Christ. One must learn and experience the Gospel before sharing it.

Objectives

1. The disciple will understand the Gospel in an easy outline for learning and sharing.

2. The disciple will practice sharing the Gospel.

3. The disciple will know where to go from the basic sharing of the Gospel to full assurance.

4. The disciple will learn enough Scripture to back up each point of the

Gospel shared.

Scripture Memory

But to all who have received him - those who believe in his name - he has given the right to become God’s children.

John 1:12

Agenda

1. Prayer together and mutual sharing of requests.

2. Discuss the worksheet.

3. Discuss new terms.

4. Discuss the questions at the end of the worksheet.

Introduction

The Gospel is made up of certain truths that must be heard, understood, believed and acted upon in order for someone to come to saving faith. Understanding each aspect of the Gospel is imperative if one is to be a disciple of Jesus Christ. The following are the six main points of the Gospel.

1. The fact of sin. Romans 3:10,23; James 4:17; Galatians 3:10; James 2:10.

2. The penalty of sin. Romans 5:12; Romans 6:23; Ezekiel 18:20.

3. The penalty must be paid. Hebrews 9:27; Hebrews 2:2,3, 9:22; Romans 2:12.

4. The penalty was paid by Christ. Romans 5:8; 1 Peter 2:24; 1 Peter 3:18; Isaiah 53:5-6.

5. Salvation is a free gift. Ephesians 2:8-9; Romans 3:24; Titus 3:5; John 3:16.

6. You must accept. Revelation 3:20; John 1:12; John 6:37; 1 John 5:11- 12.

Men may try other means such as good works, ritualism, church attendance, the "sacraments,” sacrifice, and morality to earn their salvation, but Isaiah 64:6 says all these are worthless—they are "human goodnesses" and are as unclean things.

There are three things necessary for saving faith:

1. Knowledge—awareness of the plan of salvation: the Gospel.

2. Belief—giving mental assent—accepting it as true.

3. Volition—acting upon what you believe.

New words to learn well:

1. Reconciliation

2. Atonement (the Old Testament word for reconciliation)

3. Mental assent

4. Volition

5. Grace

6. Sacrament

7. Death—the basic meaning of the word "death" is separation. There are at least six types of death mentioned in the New Testament.

a. Physical death—the separation of the body from soul and spirit.

b. Spiritual death—the state of man who is unregenerate—apart from God.

c. Eternal death—the eternal separation of a man from God when he experiences physical death while in the state of spiritual death.

d. Temporal death—being out of fellowship with God because of sin. This is the opposite of temporal fellowship, Ephesians 5:14, James 1:15. (Remember death means separation.)

e. Judicial death—Romans 6. This is God's decree that believers are dead to sin.

f. Sin unto physical death, James 5:19-20.

Worksheet

This session will enable you to become somewhat familiar with the plan of salvation, and the Scriptures that support it. Look up the verses and answer the questions as best you can.

The First Point—the Fact of Sin

The first point in understanding the Gospel is that which relates to the condition of man. Men view themselves in varying ways, depending upon one's self-concept and theological background. The word "understand" is a crucial word. Men think they understand themselves and like to think they understand God or whomever their "supreme being" is.

1.What does Romans 3:11 say about man's understanding of a "supreme being?"

2.Concerning man's ability to meet the standards of Jehovah God, we are all _______________ and fail in meeting the standards of___________ Romans 3:23.

3.We think of sin in terms of doing what we shouldn't do. James 4:17 casts more light on the nature of sin and greatly broadens the concept. Here we are told that ____________________________________________ is sin! In this approach to understanding the nature of sin, we can do nothing and yet sin.

4.But what if a person tries to keep the Ten Commandments? What is the problem when we approach God in this way, Galatians 3:10? James 2:10?

Where do these Scripture passages leave men?

The Second Point—the Penalty of Sin

The second and truly significant point is related to the penalty of sin. It is important to understand this, inasmuch as one needs to realize his "lostness" before he can see his true spiritual needs and hopelessness.

1. What was the effect of Adam's sin, Romans 5:12?

2. How do I become a sinner just because Adam sinned, Romans 5:19?

3. Jesus was born as a result of what promise, Gen. 3:15?

4. Why was it necessary that He be born of "the seed of a woman" rather than of the "seed of man"?

The problem relating to the virgin birth of Jesus is involved in this question. The Gospels say that He was conceived by the Holy Spirit rather than through a human father. Mary contributed 23 chromosomes through the egg she held, and the Holy Spirit gave the other 23 in a miraculous way. In this way, she bore One who was the God-man without sin. This was apparently necessary to keep Christ from having a sinful nature. We are not sinners because we sin, but we sin because we are born sinners; we were born with a sinful nature.

5. What is the penalty for sin, Romans 6:23?

What is the meaning conveyed in the concept of "death" as stated in this verse? Look at the verse carefully. When does one experience this penalty according to the teaching of this verse?

6.What does Ezekiel 18:20 teach about the absolute certainty of this penalty?

Where does this leave me, a guilty sinner?

The Third Point—the Penalty Must Be Paid

The third point is also vital in the ongoing development of understanding of the Gospel. The charges of sin are not going to be dropped for anyone. That would be a violation of the holiness of God! God seems to require that all sin everywhere must be paid by someone somewhere. Simply not having knowledge of the Gospel does not excuse men.

1. In terms of the above reality, what does Romans 2:12 teach us?

2. What possibility of escape exists for us, Hebrews 2:2-3?

3. What additional truths are taught in Hebrews 9:22, 27?

4. In a real sense, no sin is ever forgiven, because God requires payment for sin. The sinner is forgiven. The sin is paid for by Christ, the perfect sacrifice.

The Fourth Point—The Penalty Was Paid by Christ

The fourth point is the work that Christ has done to eliminate the problems that man has which are so basic to his life and existence in this world. But before we look at God's solution to this problem, let's look at some of man's feeble efforts to solve his problem.

1. Men have offered to God good works, sacrificial living involving self denial, regular church attendance, moral lives (in societies' thinking), and other good deeds. It is not that these things do not have value in our society. They certainly do. But before a holy and righteous God, they have what kind of value? Isaiah 64:6.

These are simply of no value whatsoever in helping man reach God or please Him. They are as worthless as filthy rags in pleasing Him.

You will remember we stated that no sin is ever forgiven. It is paid for either by the sinner or by Christ. This brings us to God's provision for the problem of man and how He has brought about reconciliation, Eph. 1:7.

2. The greatest problem God ever sought to solve was how He could be __________ and yet be the One who _____________ those who believe in Jesus, Romans 3:26.

3. What was the grandest expression of God's love for us sinners? Romans 5:8.

4.On the cross, Christ bore _________ __________ that we might ________________________________________________, 1 Peter 2:24.

5.The purpose of Calvary is stated as being that, _____ _____ _____ _____ _____, 1 Peter 3:18.

6.We are likened to ______________ , and the Lord has laid on Christ ______ ____________ _____ _____ _____ , Isaiah 53:6.

The Fifth Point—Salvation is a Free Gift

The fifth point of the Gospel is one that is almost universally misunderstood. For good reason, the god of this age (Satan) has put into the minds of people the idea that works are needed to please the Father. The reality of salvation being a free gift is totally foreign to the thinking of humans. It is built into the structure of our unregenerate thinking that something must be done to merit life. After all, as the saying goes, “that's the way we would do it if we were God.”

1. If salvation then is a gift, how can it become ours? _______________________________, Ephesians 2:8-9. Both this verse, and Romans 3:24 tell us that salvation is purely a matter of ! The word "grace" has special meanings for us and will become one of the most important words in the entire structure of salvation. Suffice to say for now, it means "everything for nothing for those who don't deserve anything.” It is God who accomplishes our salvation through the Holy Spirit.

2. Titus 3:5 tells us that ____________________ have nothing to do with our salvation. The Holy Spirit is active in our salvation in what ways?

Write in your own words what this has meant in your own life in a practical sense.

The Sixth Point—You Must Accept

The sixth point of the Gospel is our required action. If understanding has been adequate to this point and the individual is truly moved by the Holy Spirit, there will be relatively good understanding that salvation is a ________  ________, Romans 6:23.

1. The one thing I must do to get a gift is __________ _____ John 1:12. What will happen if I try to add works to it? Romans 11:6

2. What promise is given to all who simply come to Jesus? John 6:37

3. What assures us of eternal life? 1 John 5:10; The testimony that _________ has given.

4. All that one must do to have the Son is __________ __________, John 1:12.

There is never a reason for us to be rejected if one accepts Christ into his life.

Christ will not _____ _______ John 6:37.

Three Things Necessary for Saving Faith

To be sure one’s faith is "saving faith" there are three distinct elements that are necessary and observable.

1. Romans 10:17 says faith comes by_____________. When I hear something, I become a_________ of it. I therefore have k______________ of the plan of salvation. In view of this, the first element of a faith that brings eternal life is _________________.

2. I can obviously be aware of an idea or a body of information and yet have some doubt as to its authenticity. I must _____________ this information if it is going to mean something that will be life-changing for me, 1 Peter 1:8.

3. But simply being aware and giving mental assent are yet insufficient. There must be an action on my part that appropriates the work of Christ. This action is spoken of in John 1:12 as ___________ ______. Much of the world believes that Jesus lived and that He was a good man. Many attest belief in His resurrection and that He is the Son of God and died as a sacrifice for the sins of man. This is not enough! There must be an appropriation of His work for us and this is only accomplished through receiving Him as Personal Savior — inviting Him into my life and confessing Him as Lord, Romans 10:9-10.

Questions for Review and Discussion

1. Can something that is a gift ever be withdrawn if no conditions are attached to receiving it?

2. When do we receive eternal life? 1 John 5:11,12

3. At what point in the suffering of Christ on the cross did He actually bear our sins? Matthew 27:35-46

4. What part does Lordship play in salvation?

5. How can one know his faith is "saving faith?"

6. What is the problem when we mix faith and works? Romans 11:6

7. What was the dilemma God faced in providing salvation for mankind? Romans 3:26

8. What two basic attributes of God were involved in His provision of salvation?

9. Man is portrayed to be dead in trespasses and sins. How can a dead man believe? Eph. 2:4-5

Related Topics: Discipleship

3. The Bridge

Purpose: The purpose of this session is to introduce the disciple to the Bridge presentation of the Gospel.

Objectives

1. The disciple will familiarize himself with the Bridge as an evangelism tool.

2. The disciple will memorize important verses associated with the Bridge.

3. The disciple will become confident in his use of the Bridge.

Agenda

1. Mutual sharing, accountability and prayer.

2. Demonstration of the Bridge by discipler to disciple.

3. Discuss difficulties disciple may have.

4. Disciple presents the Bridge.

Introduction

The Bridge diagram is simply a tool used by many believers to explain the plan of salvation to a non-believer. It is a visual expression to aid the understanding of the spiritual concept of salvation.

It is important that every believer be confident of his ability to explain the Gospel and give clear direction about how one is to respond in order to obtain salvation.

Once someone is familiar and comfortable using this tool, it will enable him to give a clear, concise presentation in a relatively short period of time. All that is needed is a pencil and something to write on: paper, napkin, business card (a little small but still a possibility).

As you draw the lines of your Bridge diagram, you speak spiritual truths from the Word of God, thus providing a pictorial representation of the process of salvation that the person can take home.

Opportunities for Presenting the Bridge

Often we find ourselves in a position where we have an wonderful opportunity for sharing our faith and we get so nervous and afraid that we’ll say the wrong thing that we end up saying nothing at all! This will never be the case again once you know how to present the Bridge and have practiced it. Perhaps you enter into a discussion with a non-Christian friend and you have the opportunity to tell him what you believe. You might say, “May I draw this diagram to help you understand what I’m saying?” Or maybe you feel the

necessity to ask a question like, “Do you know if you were to die tonight that you would go to heaven?” If the answer is “no,” then you might offer to show them the Bridge diagram to help explain that God says in the Bible that you can know you have eternal life. The Bridge illustration can be given in approximately 15 minutes.

Presenting the Bridge

The Bridge is presented in four sections:

God’s Love

Man’s Problem

God’s Remedy

Man’s Response

Each section has appropriate Scripture to be memorized and used so that your presentation will be smooth and full of the powerful Word of God. . As you learn and practice presenting the Bridge, it will become very natural to you. Remember this is only a tool to help tell the Good News of Jesus Christ It is the Holy Spirit Who moves hearts and gives understanding.

Presenting the Bridge

Draw two lines with the word “God” on the right, and “ Man” on the left.

Major Point—God’s Love

  • Talk about God first and explain that the Bible teaches that God loves us, and that He wants us to live life to the full. Recite John 10:10
  • Man was created to spend time with God to be His friend, and experience His love. Genesis 1:27
  • Man was not created as a robot. God gave man free will

Sample Questions

  • What does it mean to live life to the full?
  • How many of your friends are living life to the full?
  • When you think of God, Who is He and what is He like?

Major Point— Man’s Problem

  • Man has turned his back on God. Isaiah 53:6
  • The result of man’s sin is separation from God, Romans 3:23
  • The payment for sin is death Romans 6:23
  • Appointed for men to die once and after this comes judgment. Hebrews 9:27
  • All men are in the same hopeless situation.
  • God’s opinion is the only one that counts.

Sample Questions

  • Would you agree that everyone has sinned somehow?
  • How would you define sin?
  • In your opinion what are the consequences of sin?
  • When you think of death, what do you think of?

Major Point—God’s Remedy

  • Discuss the fact that God still loves us and desires that we know Him personally.
  • There is nothing we can do to bridge the gap.
  • Jesus Christ is God and also man.
  • When Christ died voluntarily on the cross, he took our place. He paid the penalty for our sins and bridged the gap for us.

Sample Questions

  • If death is separation from God, what is life?
  • What is your understanding of who Christ is and why he died?
  • Are you familiar with Christ’s death as substitutionary as taught in the Bible?

Major Point—Man’s Response

  • Christ made it possible for us to cross over to God, but we need to take action that demonstrates that we believe what Christ has done for us.
  • Praying to God, we need to agree with God that we have sinned, and receive Jesus as payment for our sins.
  • Believing in Christ also means trusting what He says in Scripture is true.

Sample Questions

  • What do we receive when we hear and believe?
  • According to these verses, how does one cross over to God
  • Where would you place yourself in this illustration?
  • Is there any reason why you should not receive Jesus and His gift of eternal life?

 

Presenting the Bridge To Life Illustration, Copyright ©1969, 2007 by The Navigators; re-printed with permission from NavPress, all rights reserved.

Life Application

Practice using the Bridge illustration until you are very comfortable with it and familiar with all the Scripture to use. Refresh your memory often so that you will always be ready to help someone understand God’s plan of salvation. Use the diagram below to practice your own presentation of the Bridge.

Related Topics: Discipleship

4. The New Life I Have in Christ

Purpose: The Bridge to Life was a session that addressed the plan of salvation. This session helps the believer know some of the things that happened to him when he received Christ.

Objectives

1. The disciple will understand that his life has become new life.

2. The disciple will learn many things that have happened to him.

3. The disciple will understand some of the unique and important things about his life that are for today and some that are yet future.

4. The disciple will understand that what has happened will be the object of God’s purpose of revelation for eternity.

Scripture Memory

Since the eyes of your heart have been enlightened - so that you may know what is the hope of his calling, what is the wealth of his glorious inheritance in the saints, and what is the incomparable greatness of his power toward us who believe, as displayed in the exercise of his immense strength.

Ephesians 1:18-19

Agenda

1. Mutual sharing, accountability and prayer.

2. Discuss the session material.

3. Discuss the questions at the end of the worksheet.

4. Discuss any new terms.

Worksheet

You have trusted Christ and have settled that issue. What does the Scripture say has happened to you? See 2 Corinthians 5:17

What meaning does this have in your life.

How many things are new according to Paul and his statement in verse 17?

1. I have had an encounter with the Holy Spirit of God. The Holy Spirit is God — one of the members of God’s triune being. What part has the Holy Spirit played in my coming to Christ? See John 3:5. The Holy Spirit con_________ me of my s_________, brings me to life, and gives me faith to ______________, John 16:8-9.

2. The Holy Spirit has put me into a very special body, 1 Corinthians 12:12-13. This body is called the _______________ . The church is made up of every true believer regardless of his denominational affiliation. I am a member by virtue of my new birth. This church is the body of Christ.

3. I have quality __________, 1 John 5:11-12. Quality life refers to its superiority both in the nature of this life, and its endurance. It is life that is ___________, John 3:36, and life that is _______________, John 10:10. This life has brought me forgiveness of sin, Ephesians 1:7. I am not only innocent, I also have the covering of Christ righteousness, and I am seen as perfect in God’s sight.

4. I am now a member of the family of God as a ___________ in the family, John 1:12. I am no longer a stranger or ___________, Ephesians 2:19. In this family, I have many privileges that are really innumerable. Some are, however, very evident.

I have the privilege of _______________________, John 16:24. I can approach God at any time and know that He is listening. If I ask according to His will, I will receive what I ask.

He has a wonderful _____________ for my life, Psalm 32:8. It should be my desire to seek that plan, follow it, and do His will for me. His will is always _____________, _______________, and _____________, Romans 12:2. Because of this, and because of His sovereignty, He can make all things work _______ for _____, Romans 8:28. What does this promise mean to you? And remember, when He puts forth His own sheep, ____ ________ ____ ________,John 10:4. This new life has a more than adequate map to guide me. What is this map? _______________________________

2 Timothy 3:16-17. I have, as it were, a tour guide who is always with me and helps me if the map is difficult to follow. Who is this “tour guide?” _____ _______ ____ _________John 16:13.

The Holy Spirit is in me and becomes my ___________, John 14:26. As my Teacher, he helps me understand the written instructions in the map I am given — the Bible.

5. I am no longer a slave to _________, Romans 6:6. With my release from the dominion of sin, I can now choose to not sin in any situation. Before I came to Christ, I could only sin.

Now, knowing Him, I have freedom to yield my will to ____________, and not sin, Romans 6:13-14. This freedom characterizes my whole life as a Christian. Perhaps it is important at this point to say that as long as I am in the flesh, I can sin. But I must also say that if I do, it will be my choice, and I can choose not to sin as well.

6. As I think of what God has done for me, I must also speak of His deliverance from the ________ ___ __________, Hebrews 2:15. This seems to be the universal dread of mankind. This is not true for believers. We will ____________________________, 1 Thessalonians 4: 17-18. We have the assurance that to die is ____________, Philippians 1:21. We also have assurance concerning a future ________________ of our bodies, 1 Thessalonians 4:17. These bodies will be perfect.

7. He has called me to ministry (service). In doing this, at the point of my entry into the body of Christ, He has also given me ____________. These gifts are sovereignly given just as ___ ________ for the very ministries to which He calls me, 1 Corinthians 12:11. These gifts can work in concert with my talents. As I discover and sharpen the use of these gifts, I aid the functioning of Christ’s body, the Church.

8. We become ___________ of _____ and _________ ________ with Christ, Romans 8:16-17. Many of us will be heirs of nothing that is material. We have, however, confidence that we will be heirs of God and ________ ________ with Christ. Our inheritance is linked with Christ’s inheritance. The only reason we would not receive our inheritance is related to Him not receiving His inheritance. We are the heritage of the Great Creator. Both Christ’s and our inheritance are certain.

9. I am introduced to a particular group of people. These are people I love and they are like me. This group calls each other ________________________, 1 John 2:9-10. In reality, one of the ways we know we truly possess eternal life is that we love the brethren. This is an indicator that we have truly entered relationship with God. We find that these people have kindred spirits and we desire to be with them. Meeting, sharing and prayer is called ________________. We have this with one another, 1 John 1:3.

10. I have __________ for the first time, Romans 5:1. This peace is both positional and p______________. Practical peace comes as a result of God’s instructions concerning how I handle stress. What does Philippians 4:6-7 say concerning practical peace? How does Psalm 55:22 reiterate this same truth?

11. Finally, although certainly not the end of things that have happened to me, God gives me the enabling to live the life He has given me. Jesus says in Matthew 11:28-29 that this life is characterized as ______ and _________. Rest certainly eliminates great effort and struggle.

My new life is called rest in Hebrews 4:1. We will learn more about this in a future study on the practice of spirituality. Your new life has given you an abundance of possibilities waiting for you to explore. May these considerations excite you and cause you to be stimulated to grow.

Questions for Review and Discussion

1. What was your chief expectation the day you trusted Christ?

2. What surprises have you encountered since you have become a Christian?

3. Of the things considered in this session, which seems most difficult to believe?

4. With the knowledge of what we have discussed, how will your life be different from this point?

Summary and Key Concepts

Jesus says that coming to Him is like entering a yoke that makes your labors easy. The results of coming to Him include things you will spend all eternity discovering. God’s word says that you are a new creation when you come to Him. You begin to understand this when you see the many things He has accomplished through the decision you have made.

Related Topics: Discipleship

5. Assurance of Salvation

Purpose: The purpose of this session is to help the disciple know that he has eternal life. He need never doubt his salvation.

Objectives

1. The disciple will understand that it is God’s will that he know he has eternal life.

2. He will see that there are experiential ways that can give us assurance, although these are subjective.

3. He will see and understand that there are objective ways one can have assurance, and these ways can never fail.

Scripture Memory

And this is the testimony: God has given us eternal life, and this life is in his Son. The one who has the Son has this eternal life; the one who does not have the Son of God does not have this eternal life. I have written these things to you who believe in the name of the Son of God so that you may know that you have eternal life.

1 John 5:11-13

Agenda

1. Prayer, sharing, and mutual accountability.

2. Discuss the worksheets and questions.

3. Discuss any new terms.

4. Share Scripture memory verse.

Assurance of salvation is the first essential in living an effective Christian life. Without assurance, one is self-centered, anxious, and unable to focus totally upon Christ. Lack of assurance will disable his walk in the Christian life.

Two Basic Means of Personal Assurance

I. Experience — indicators — what may be true of us.

A. What we love, 1 John 2:15. I am told that if I love the world, the love of the Father is not in me. An indicator of personal salvation can be “what” I love. Certainly things related to the world-system will not be a controlling factor in my life.

B. Those we love, 1 John 3:14. This tells us we know we have passed from death to life because we love “the brethren.” My joy will relate to my fellowship with believers.

C. The general tenor of my life concerning practicing obedience is an indicator. 2 Corinthians 5:17; 1 John 2:3. Salvation with commitment to the Lordship of Christ will bring a change in the life of the individual. Obedience becomes a reality.

D. The witness of the Spirit, Romans 8:16-17. Witness is born by the Holy Spirit with my spirit that I am a child of God. It’s like “I’m standing in Jesus’ shoes and He’s standing in mine.”

E. Scripture takes on new meaning, 1 Corinthians 2:14-15. I now seem to understand Scripture and it speaks to me. I am developing a love for it.

It must be remembered that each of these is only an indicator .

II. The Scripture itself is the ultimate basis of assurance. God is faithful to His Word. Psalm 119:89 says,

“Forever, O Lord, your word is settled in heaven.”

With this assurance and trust in the written Word, see 1 John 5:10-13; John 5:24; John 6:37, you can reason your way to assurance. The following are crucial in the use of these verses:

A. The Savior casts none out when they come to Him.

B. If He doesn’t cast us out, He takes us in, and we have Him!

C. If we have the Son, we have life. We can’t have one without the other. His life is eternal.

D. We receive the witness of men — for example, we use a notary public to verify a document. The Scripture is the witness of our Father God. 1 John 5:10-13 is our legal document. To disbelieve is to call God a liar and doubt the most ultimate source of truth in all the universe. When all else fails, I can firmly rest upon the Scriptures for assurance.

“Eternal life” refers to both endurance and quality of life. Please note that it is a present possession. This is very important to emphasize. Being a present possession, there is not a time in my future that I will ever be in a position where I cannot have fellowship with God the Father. There is no reality in the doctrine of “soul-sleeping.” See John 11:25-26. “Soul sleeping” is the doctrine that says there is no consciousness beyond death until Christ returns. This teaching is erroneous.

Worksheet

You have recently worked through the “Bridge” illustration of salvation on your own. Hopefully, in doing this, your understanding of the gospel should be much clearer. You have a rather concise and personal outline you will be able to use in sharing Christ with another person.

The next most important thing is that you have assurance that what you have learned is your own experience. You need to have no doubt about it and it is truly yours. It is not presumptuous to say that “I know that I have eternal life.” In fact, it is most important that you do know. Without assurance, one will be continually looking within himself, wondering if his life is good enough or if he has really “done” enough to have obtained God’s salvation. Salvation does not, of course, rest upon what we have done apart from faith. It is what God has done. The intent of this session, however, is to give you a foundation upon which you may be assured that you have eternal life, and that the issue of your destiny is settled forever.

List the ways you think you might know you have eternal life before proceeding further. After doing this study, come back and see if what you have written above is included in this study.

1.

2.

3.

There are several things the Scripture says about knowing we have life. These we are going to look at and analyze. But let’s do some review first. If salvation were a matter of my works, I could never have assurance. I would not find out until I die and experience judgment. But there is no teaching in Scripture that would lead me to believe that. If I had to work my way into God’s favor, I would have to be _________, James 2:10 and Galatians 3:10. Therefore how “good” I am really does not help assure me that I have eternal life. Others feel they are saved because they see God as “good,” and a ___________ __________ would not condemn them. There is, of course, no basis for an argument like this, nor can one gain assurance from such an argument. It is the _______________ of God that leads men to ____________________, Romans 2:4, and this means an acknowledgment of sinfulness and a desire to turn from it. Repentance means changing my attitude or thinking about sin or a particular sin. It leads me to turn to God from that sin or lifestyle.

The Basic Means of Assurance

The first means has to do with changes that have taken place in my life as a result of my acceptance of Christ. But I must be careful as I look at these things. While it is true that in all probability, most or all of these things may be true of a life sometime, it is likewise certainly true that most may be missing from a life from time to time if he is walking as a carnal Christian. So we call the indicators experiential because they have to do with what I ___________ . Therefore, we call them _________________ because they are related to my experience as a Christian. They are merely indicators that may or may not be present in my life. Their presence is often related to the quality of my Christian life...whether I am carnal or spiritual. This is enlarged upon later.

I. Experiential Indicators

A. The first experiential indicator is found in 1 John 2:15. This verse says the love of the Father is seen to be in me if I do not _____________ the _____________. It is obvious that the word “world” in this context does not mean the physical world in which I live. We are at home on this planet and adapted to living in the environment as we know it. We speak of loving the mountains, the ocean, flowers, fresh air, etc. This verse has to do with a ______________ system. It speaks of an age over which the “god” of this world system rules. This ruler is none other than ________________ , the chief enemy of God, Jehovah. The devil is behind the world system involving materialism, pleasure, money, etc. As a true Christian, my chief involvement in life — my goals— are not those of this present evil world. In contrast to the goals of an ordinary man, a Christian’s goals are God centered. If this is true, this is an indication that I am a Christian. This is an _______________ indicator. So we are taught that understanding ______________ we love will also help us know that we have eternal life.

B. The second ________________ indicator is seen in 1 John 3:14, where it says we _______ we have eternal life because we love _______ _________. In the previous verse, what we love is a crucial indicator. Now we see that ______ we love also plays an important part in my assurance of salvation. This is a verse that relates to “inter-family” relationships. What groups of people in this world do I most enjoy being with? The present verse says I know I have eternal life if I love my brothers. This is a very special group. When I came to Christ, I be-came a son of God. Anyone who ____________ Jesus becomes a child of God, John 1:12. This means that as sons and daughters in a family, I have many sisters and _______________. The point of this verse is that if I truly am a child of God, I will know it because I __________ my brothers and sisters, and I feel most at home with them.

C. The third point involving how we know also relates to an ___________ indicator. We mean by this that it may or may not be true, but if things are as they should be, it will be true. Again we look at this Scripture in 1 John (which was written for the expressed purpose of helping us know we have eternal life). This time we go to chapter 2:3. This has to do with my behavior overall or in a general sense. I will be assured I have eternal life if I keep ____________ _________________________. Once again we look at something that has to do with my ____________. And because experience is not the most dependable thing in the world, and because I am yet a ____________, Romans 3:23, this is not always true of my life. This verse probably speaks of my attitude more than anything else. Psalm 119: 97 says “O how I _______ __________ _________.” There will be a desire to be obedient. This is what brings about what Paul describes in 2 Corinthians 5:17. As a new creature, the old things ______ ____________, _________ _________ have come. There will be change in my life, and that change will take the form of more careful ___________ to Christ, John 14:21.

D. Closely associated with the previous thought is one that is inferred in 1 Corinthians 2:14-15. These verses teach me that a ___________ _________ does not understand the things of God. Actually they are _______________ to him. But this is not true of a _______________ man. The spiritual man is one who __________ _______ _____________, vs. 15. As I begin to study Scripture and have its truth opened, I can be assured that I am a child of God. Nevertheless, there are times when my life becomes dry and I lose something of the ability that I have to understand the Scriptures. Therefore, since this too is tied to my experience, we see it as more ex-___________, and not an absolute indicator.

E. We have looked at indicators that are more _______________ because they are tied to human experience. There is a final experiential indicator to be introduced. Romans 8:16-17 tells us of a permanent Heavenly Guest who comes to indwell us. This One is the _______ __________. The Holy Spirit comes to indwell every believer. No believer is without the Holy Spirit, Romans 8:9b. He is in my life for many purposes, but basic in His indwelling is His desire to be manager of my life. As He fulfills that purpose, He assures me of my salvation and as such _________________________ with our spirit, vs. 16. This is a mutual witness that He bears with my spirit. It is fragile and probably depends upon my not ____________ or ____________ Him, Ephesians 4:30; 1 Thessalonians 5:19. And because of this — because it will vary in terms of my walk — this is only an experiential indicator, though one which we would not want to be without.

II. Objective indicators

The second broad category is more objective and does not relate to what I experience on a daily basis. It is, rather, based upon the faithfulness of God to His own Word. Several statements from Scripture provide the planks in this platform of assurance.

A. Psalm 119:89 says that the Word is ____________ ____ __________.

B. 1 John 5:13 states that the things written in 1 John were written in order that I might _______ I have ______________ _________.

C. Again, the faithfulness of our Heavenly Father comes into the picture. James 1:17b says that with Him there is no __________ or __________ ___________. We can depend on Him. His very nature and reputation are at stake when we trust Him and His Word.

D. And what does His Word say? 1 John 5:11-12 make it clear that eternal life is related to __________ the Son. Let’s look at 1 John 5:9-13 very closely. Vs. 9 says we accept man’s ______________. What are some of the testimonies of man that you or others accept? If I want to prove I am married, I must ultimately produce, not my wife, nor the minister that married us, but my ________ _________. This becomes a witness of man and anyone will accept it. If I go to the grocery store and buy groceries and write a check, I must produce proper identification, usually in the form of a current _____________ _______________ and this becomes a “witness of men.” It is accepted. I am a university graduate. I produced my framed degree which has on it the name of Arizona State University and the board of regents’ signatures. That diploma or degree is a _____________ of men and attests that I am a graduate of that university. Everyone accepts it. There can be no doubt that we generally do accept the witness of men in good faith. Vs. 9 tells us that if we accept the witness of men, and we do, the witness of God is _____________, so we are anxious to see what the witness of God is concerning us and His Son. Vs. 10 says that not believing the witness of God causes us to accuse Him of __________. We accept the witness of men — not to accept God’s witness is to put our finger in His face and say, “Father, you are lying.” And what is His witness? See vs. 11. God has given us _______________ ________ and this life is in His __________. What is central as far as having life is concerned? _________ _______ __________. How can I have the Son? John 1:12 If I receive Him, Who do I have? __________________What promise is crucial in John 6:37? If He doesn’t cast me out, what does He do? _____________ __________________ Who has whom? ____________________________ And of what does this assure me? _____________ _________ 1 John 5:11,12. Therefore, 1 John 5:11,12 is the witness that we must believe or else we make God a liar. The purpose of all this is found in vs. 13, which says?

Someone once asked Luther, “Do you feel your sins are forgiven?” He replied, “No, but I’m as sure of it as heaven, for feelings come and feelings go, and feelings are deceiving: My faith is in the Word of God, nothing else is worth believing.”

Questions for Review and Discussion

1. Why is it absolutely essential to effective Christian living to know that you have eternal life? Write a statement that will give adequate reason.

2. Write out word for word what the “witness of God” is.

What is the absolutely crucial factor in this witness?

3. There are two kinds of indicators or ways we can know we have eternal life. What are these?

4. Write a statement about the failure of experiential indicators in our lives.

5. What effect will unconfessed sin have in the life of an individual who desires to have assurance?

6. List other things or conditions that could rob an individual of assurance.

a.

b.

c.

7. What effect will “backsliding” have on assurance?

Key Concepts

The first thing that is significant in this material is the importance of “knowing” that I have eternal life. Try to understand that a person not having assurance will be a person who will not experience the rest that Jesus promised, and over time, this can lead to much anxiety. Being self-centered does not translate into a healthy Christian life. Christ-centeredness must accompany a healthy Christian life. Only with assurance will I know this life. The matter of my assurance must be settled forever through my ultimate faith in what God says.

There are two basic ways one can experience assurance of salvation. Of course, the new birth is an essential precursor of assurance. It is probably possible for one who has never studied the Bible to generate his own ideas about God and assume that a God of love will never damn anyone. Assurance of salvation assumes that one has experienced the new birth as presented in the “Bridge”. The first are called “experiential” indicators since they relate to our experience. They will vary, depending upon our knowledge and experience in the life. They are simply indicators that may or may not be present during periods of time. The second indicator is more objective and relates to what the Scripture says, and the very nature of Scripture which is unchanging.

We need to emphasize again 1 John 5 which states that we can know we have eternal life. Think through the process that took place when you accepted Christ. “If He didn’t cast you out what did He do?” “Who has whom?” “What does having Him mean?” The witness of God is in 1 John 5:9-13. This is God’s legal witness given to us that we have eternal life.

Feelings are important, but they have little to do with assurance which in a final sense, rests upon the Word of God and nothing else. When all experiential indicators fail, I still have the witness of God, the Scriptures.

Related Topics: Soteriology (Salvation), Discipleship, Assurance

6. Positional Truth

Purpose: It is the purpose of this session to acquaint the disciple with truths relating to standing and state to better grasp the reality of trusting Christ.

Objectives

1. The disciple will learn the doctrine of justification by faith.

2. The disciple will learn the truth of his sanctification.

3. The disciple will learn that one is clothed with garments fit for heaven.

4. The disciple will begin to learn doctrine that relates to his permanent standing before God.

Scripture Memory

For by one offering he has perfected for all time those who are made holy.

Hebrews 10:14

Agenda

1. Prayer and sharing.

2. Discuss questions.

3. Scripture memorization.

4. Discuss new terms.

Positional Truth

Standing and State

It is important for every Christian to understand the difference between standing and state. Standing deals with my position with God by virtue of the new birth which I have experienced, John 1:12. This position is one of perfection, since I am justified. (Be sure you understand the meaning of the word justification which is a central doctrine of salvation.) Because the righteousness of Christ has been imputed or reckoned to me, I am just as perfect as Christ in the Father’s sight. As Christ is, so am I in this world, 1 John 4:17. Finally, this standing is one of permanence, Romans 5:2. I don’t “step in and out of grace.” The permanence of my relationship with Christ is spoken of also in Romans 8: 1,38-39.

State is quite another matter. State deals with my condition in this world. It is involved with what kind of a child I am as a member of God’s family. What is the nature of my walk with the Lord? At best, one can say it is imperfect. It will vary from day to day. I may or may not be efficient in my practice of spirituality — keeping step with the Spirit.

State has to do with practical sanctification. The writer of Proverbs states: “But the path of the righteous is like the light of dawn, that shines brighter and brighter until the full day,” Proverbs 4:18. Hopefully this practical sanctification will bring one’s state or condition to be more consistent with his standing. But the two will never be equal until we experience glorification with the Lord, 1 John 3:2. Then, “we will be like Him, because we will see Him just as He is.”

The following are words that you should learn and understand if you do not know them. They are included in the section Definition of Terms.

1. Standing - position

2. State - condition

3. Justification - a legal declaration that I am innocent and righteous. No direct feelings are experienced when we are justified.

4. Sanctification - positional sanctification is being set apart for God. Practical or progressive sanctification is the process of being made holy.

5. Glorification - a state of perfection involving both standing and state which will become a reality when I am with the Lord.

6. Saint - God calls me a saint when I experience new birth, and through practical sanctification I am learning to live like one.

These are words that occur in theological writings and some of them in Scripture. They are necessary for our understanding of biblical truth that relates to our salvation. You should learn them well.

Worksheet

One of the most basic understandings necessary for effective functioning as a Christian is that which involves the difference between where I am (in Christ) and how I function in the world today. Another way of stating this is how God sees me in the world today as opposed to how I and others see me.

This is a study of positional truth. My position has to do with where I am in the Father’s sight and this is called my standing. __________has to do with how God sees me in this world, and this is central in what we call ____________ truth. What I experience on a day-by-day basis is different, however. This is called my state. _________ relates to my every day experience in the world. It relates to how I see and experience myself in this world. My ____________is how God sees me; my ___________ is how I and the world see me.

Standing and state are usually quite different, at least at the beginning of one’s spiritual journey. The purpose of this session is to help each Christian recognize the difference. This recognition can make the difference between peace in a person’s life, or having great personal anxiety. Understanding these differences can literally set me free.

Let’s first look carefully at the position I have as a Christian. Central to an understanding of this (where I am) is the doctrine of justification. Justification is a key doctrine in understanding my ____________ as apposed to my ______________. The only thing I can do to give me adequate positional relationship with Christ is to ____________, Romans 4:5. When I come to Christ by faith, I become a _________ of God, John 1:12. I can look into His face and call Him________________, Romans 8:15.

In this position as a ___________ of God, I now have many things. Perhaps the most important possession I have is the _____________, 1 John 5:12. We have already seen in a previous study that to have Him is to have __________ ___________, 1 John 5:11. But this is not all I have, however wonderful that might be. There is much more. Not only do I have position in the family of God, I also have a position that is perfect because I have been given the __________________of God, Romans 3:22

His righteousness and life give me a _______________ standing or position, Hebrews 10:14. Because I stand in the righteousness of Christ, I am just as righteous in the Father’s sight as is _____________. For this reason, I can have ______________ in the day of judgment, 1 John 4:17. One whose standing is ______________ need never, never fear_______________, John 3:18.

A final and wonderful truth about my standing or position is that it has been settled forever. Look again at Hebrews 10:14. He has __________ ____ _____ _______ those who are sanctified (being made holy). For how long will this transaction last? For how long am I a son of God in His family? Write in your own words what the words “forever” and “eternal” mean to you.

It is a wonderful thing to understand truth related to my position. I am a child of God with perfect standing and righteousness. I am secure because this is going to continue forever. No charge can ever be laid out against me by an adversary, Romans 8:33. But I am aware that my life in practical ways does not seem to correspond with my position in Christ. I am justified — declared both innocent and righteous. Yet I sin on a daily basis. How am I to understand this seeming discrepancy with what the Scriptures teach about my position. Consider again Hebrews 10:14. “Sanctified” is in the present tense in the original and can just as well be translated b_______ s____________. This is a process that will continue for the rest of my earthly life. It is described in the Old Testament in Proverbs 4:18. Write what this verse says about the process going on in your life, in your own words.

These words are a biblical description of my ______________ rather than my standing or position. It is a description of my day-by-day experience in the world as I do battle with my spiritual enemies. What does 1 John 1:8 say that makes us liars?

Ecclesiastes 7:20 says there is not a righteous man on earth who __________ _________. So we seem to be stuck with being _______________. This means that my condition, in contrast with my perfect standing, might well be seen as im____________. This condition of imperfection has its “ups and downs” on a daily basis. Some days are better than others, but every day is characterized by _________________. In contrast with my perfect standing, my state or condition is highly __________________. It changes from day to day. Remember, the process of helping my state approach my standing is called sanctification, whereby we are being _______________, Hebrews 10:14. This is practical ________________, as opposed to___________ sanctification which makes me a saint. Practical sanctification is a process which begins when ___________________, and continues until I go to be with the Lord,

1 John 3:2. The rest of this discipling ministry has to do with how I can help my state be more consistent with my standing. This should be our earnest desire and basic effort in the world since we are representatives of the King of Kings and have made Him our Lord, Romans 10:9-10.

Questions for Review and Discussion

1. To which does justification relate - standing, state or both?

2. To which does sanctification relate - standing, state or both?

3. To which does glorification relate - standing, state or both?

4. To which does being a saint relate - standing, state or both?

5. How does my condition affect my position?

6. What kinds of things might happen to me if I pay no attention to my state and continue on in a life that never experiences progress in practical sanctification?

7. God declares when He justifies me that I am righteous. How can this be? What does He do?

8. Which is more basic—justification or sanctification? Why?

9. What is the relationship between justification and any future judgment for the believer in Jesus? Romans 8:1,2; John 5:24

10. In your own words, contrast justification and sanctification.

11. React to this statement in relation to the doctrines of justification and sanctification: “That person is really a saintly person; her life is one of Godly concern and faithfulness.”

Positional Truth
The Christian’s Foundation to Stability in the Christian Life

The casual observer of Christians and the Christian life is quickly aware of the halting and stumbling of most of us in our Christian walk. It seems we will begin our walk with vigor, only to falter soon and slip into lives that characterize mediocrity. We find ourselves doing battle with our three arch enemies: the world, the flesh and the devil. Many become discouraged and fall away.

This brief article is a statement of truth that is basic to the effective functioning of a Christian in this world. It is an effort to develop some basic teaching in a way that makes sense and help it become a part of the stabilizing force that will make one’s walk with Christ more successful. These are the doctrines of justification and sanctification. They are readily recognized as theological axioms, but inadequately understood as far as their place in our lives is concerned.

These truths are not new truths. Indeed, they are as old as salvation itself. Nor are they unnecessary truths. They are practical and important in our experience of Jesus Christ today. They are neither peripheral nor secondary truths. They are as central and important as the doctrine of reconciliation through the blood of Christ. But they are much neglected truths. We need to understand them for our walk with God through a world in which we struggle to be free from the carnage of sin.

What Is Positional Truth?

We have already stated that positional truth is a consideration of the doctrines of justification and sanctification and their impact upon those of us who are followers of the Lord Jesus Christ. Let me attempt to make this understandable and practical.

Positional truth has to do with the difference between what I have in Christ as a child of God, as opposed to my actual condition in the world. Another way to express this is to say it defines the difference between how God sees me in this world as one of His own, as opposed to how I and those around me see me, and what I experience in the world. For the purpose of this study, these are called my standing and my state. Our first comparison and the primary distinctions of this discussion relate to these two terms. Let’s remember that justification has to do with my position or standing, whereas sanctification has to do with my state or condition.

We first consider the doctrine of justification. This is a cardinal doctrine in the broad scope of salvation and regeneration. Paul says in Romans 5:1, “Therefore, having been justified by faith, we have peace with God through our Lord Jesus Christ,” and in, Romans 3:24, “being justified as a gift of His grace through the redemption which is in Christ Jesus.” Other verses tell us we are not justified by the law or the works of the law, (Rom. 11:6), and of course this doctrine became a focal doctrine in the movement we call the Reformation that initiated Protestantism.

What is the meaning of this doctrine? Why is understanding justification so very central to the body of teaching regarding my position in Christ? Do I experience justification when it happens? These are some of the questions I will attempt to answer in this discourse.

First, it is important to understand the nature of justification. This doctrine is not something we experience. It’s a legal term describing what God does. The results of this declaration may have everything to do with how I live. The Father declares that something is true. When this term was first used in Scripture, it was spoken in relation to Abraham because he believed the promise God gave him concerning his son Isaac, (Genesis 15:6).

Some have attempted to make the understanding of the word simple by saying the meaning may be remembered easily if you say “just-as-if-I’d-never-sinned.” When we are justified, it is just as if I’d never sinned! Now that would be wonderful indeed. We are all sinners and long for the ability to reverse many of the deeds of our lives. Words have gone from our lips that we can never retract. Works relating to the darkness of this world have been acted out and tears cannot remove them. We are all in the same place as far as our guilt is concerned. Time can never be reversed. But our Father’s remedy for this is in the doctrine of justification. Our God declares that I am innocent when I receive His Son. For me now, it is just as if I’d never sinned! This is part of the glory of His true forgiveness. When God forgives, He does not tuck the record away to be brought out at some distant date to incriminate me again. When He forgives, He chooses to not remember! He casts my sin behind His back...He remembers them no more. I truly am “just as if I’d never sinned.” How wonderful that One who knows everything can also choose to not remember! Psalm 130:3 says, “If you Lord, should mark iniquities (kept a record of sin), O Lord, who could stand?” This certainly implies innocence before Him. But this is not the only truth in the doctrine of justification.

There is another declaration that comes from the Father when He justifies me. Not only am I forgiven--declared innocent, but I am also declared righteous by the Father. This He does as a result of Christ’s resurrection. See Romans 4:25. Because of His resurrection, He can clothe me with garments that are suitable for heaven. I have the righteousness of God, Romans 3:22. The Father literally covers me with His righteousness and gives me perfect standing in His presence. Because of this, I need never fear future judgment. 1 John 4:17b declares, “...we may have confidence in the day of judgment; because as He is, so also are we in this world.” And He is altogether righteous!

This truth is vividly illustrated in the Chinese word for righteousness. Many years ago, I was teaching my class in the Vineyard at the First Presbyterian Church in Honolulu on Sunday and was trying to share the meaning of “righteousness.” Somewhere I had heard that the Chinese word for righteousness was two words—lamb over man. I mentioned this that day. It happened that the Professor of Chinese Linguistics at the University of Hawaii was present in that class, and he corrected me. The correct rendering is wounded lamb over me. How personal and how strange and interesting that in a language of a people in darkness—even today, there is a structure that conveys the truth we desire to illustrate in this writing. It is “wounded lamb over me.” It could never be anything else.

The offering of the Savior for sinful man has made it possible for the Father to declare us righteous in His sight, and this is because He sees us through the righteousness of His own beloved Son. His canopy over us is love demonstrated through the offering of His Son and the covering His blood affords. And as the Father sees me now, He sees me through the righteousness of Christ that is my covering. So the Scripture declares, “Because by one sacrifice He has made perfect forever those who are being made holy,” Hebrews 10:14(NIV).

Now let’s look back and review. I have come to Jesus by faith (John 1:12). Because of this, I am made a member of His family. In this position, I am justified. As one who is justified, I am declared innocent and righteous. I am no longer guilty before the Father and He has covered me with the righteousness of His Son. I now have clothing fit for heaven. I probably don’t feel it, but it’s true. I don’t need to feel it for it to be true. I simply need to believe it. And the glory of this is the sufficiency of His work and offering. It is forever! See Hebrews 10:14, once again. His one offering need never be repeated! My salvation is assured. Throughout the Greek text, the word apax is used. This word means “once for all,” and that’s the emphasis of the Hebrews passage. God has perfected forever those who believe. We have perfect standing before Him because we are justified. So justification is a legal declaration by God that I am no longer guilty. I am innocent. It is also a declaration that I am just as righteous as His Son because I am covered with Christ’s righteousness.

To summarize, then, my standing relates to my position as a child of God. That position is perfect. It is also permanent. This summarizes the meaning of the doctrine of justification. It needs to be learned well. It is the most practical basic understanding of a new child of God. It is absolutely necessary to understand for effective living as a Christian.

The Growing Side of Positional Truth

There is a practical side to positional truth. This involves the doctrine of sanctification. This is how the world and I see me on a day-by-day basis. This is the growing part of my life in Christ. The original text says those who are perfected forever are “being sanctified” (being made holy). Although sanctification has a positional aspect—we are set apart for Christ—it has practical aspects as well. I am in the process of being sanctified. Sanctification begins the moment I place my faith and trust in the Lord Jesus and it continues on until the day I am with the Lord.

Paul speaks of sanctification in terms of our ultimate glorification, Romans 8:29, and as the process involved in reaching glorification when Christ comes for us. Once again the process of practical sanctification is found in Proverbs 4:18, “The path of the righteous is like the light of dawn, that shines brighter and brighter until the full day.”

Think of the typical experience of coming into relationship with God. The description of the “path of the righteous” in the above verse is something like this description. In the beginning, there is joy—joy that is hard to contain—that is different than anything I have ever experienced. The burden of sin is gone. There is understanding that I now have eternal life. It seems that all things are indeed new (2 Corinthians 5:17). Then there is something of a slump and things are now almost as before, though I struggle to keep my joy if I can. And then from nowhere I am hit with the most horrendous trial I’ve ever known. Something that is worse than anything ever experienced as an unbeliever. Needless to say, I don’t understand it. I am now a Christian. Why should I have things like this coming into my life? I am not well enough acquainted as a babe in Christ to understand that it is through the process of trial that I am brought to perfection—that the Father sanctifies me! James is a very practical epistle involving the Christian life and difficulties encountered as a Christian. Trials are the first problem considered in his writings (James 1:2).

What do I learn from this? Could it be that this is one of the ways “God causes all things to work together for good,” Romans 8:28,29? Could it just be that this is the way God is now beginning my process of living a life that will burn brighter and brighter to the bursting of full day? Might this experience produce the peaceful fruit of righteousness for those who have been trained by it, Hebrews 12:11? So I learn—pick myself up—and go on. I discover that although I have been made a new creature in Christ Jesus, this has not exempted me from the trials of daily life. I turn to the Word of God for further understanding and I find myself increasing in knowledge. The Word is sweet to my taste and there is a preciousness about it I have now discovered. It has become “the joy and rejoicing of my life.” I begin to learn how to “walk in the Spirit,” to allow this Heavenly Guest Who lives within me to manage my life. I have not relished the ideas of being controlled by anyone to this point in my life, but now it seems reasonable in the light of confessing Him as Lord, to let Him be my Lord and God. This is new and strange to me, and I must learn how to do this. I learn to acknowledge my sin and confess when I fail Him (1 John 1:9). I am involved in a process when I enter the state of “being” sanctified. This is far different from my standing which is perfect and settled once and for all—it is very unsettled and imperfect.

Therefore, standing and state might take the following form. My standing with the Father is absolute—perfect. My state, my sanctification, is a matter of growth or degrees. It is highly relative. What I am actually involved with is working to bring my state nearer the level of my standing. In the course of these workings, which will take a lifetime, I will have many ups and downs. I will slip and fall, but the Lord upholds me with His hand. I will learn to walk in the Spirit only to make choices that again involve carnality. Hopefully I will learn lessons from each failure that will enable me to follow the Savior more closely. As I make the Scriptures a part of my life, I will be cleansed, John 15:3, Psalm 119:9,11. But at best, my state is characterized by many failures, yet hopefully a gradual movement toward a perfection that will be mine when I am with the Lord. At that point, the process of sanctification and glorification is complete.

Justification is a declaration by the Father that I have perfect standing with Him because He has forgiven me and declared me righteous. He can do this and be just because of the death of Christ for me, and His resurrection, (Romans 4:25). What He has done with regard to this has given me perfect standing forever. I need never fear judgment or any condemnation in the future, Romans 8:1.

My life in a practical sense is different. I have experienced new birth. I am in the process of being sanctified and this is a daily matter of my walk with Him. Central aspects of this include my growth toward spiritual maturity and my ability to learn to “walk in the Spirit.” Because I am a sinner and actually imperfect in my walk, this is an up and down process. Some days my walk is more effective than other days. Until I am with the Lord, my walk will need work in order that it be more consistent with the perfect standing I have in the Father’s eyes.

Finally, there is no truth in theological thought more practical than the truth found in the simple terms “standing” and “state.” Assurance and peace are found in the teaching of this brief writing. And if both of these are necessary in a fruitful walk and a life of victory, there is no way they will sooner be a part of one’s experience than to grasp an intellectual and spiritual understanding of these principles. In the doctrine surrounding standing and state are the mighty and meaty implications of justification and sanctification. Do not let these teaching slip from your grasp. They are basic investments for eternity! Your life will find a stability in the understanding of them.

Key Thoughts and Concepts

The understanding of positional truth is absolutely necessary in building a sound theological base for a person. Therefore it is necessary to understand basic concepts and doctrines that are involved in the teaching.

Positional truth begins with the doctrine of justification. Remember that justification is a legal declaration that one is innocent (including the forgiveness of sin and restoration to Adam’s innocence) and righteous (I am just as righteous as is Jesus, because I am covered with His righteousness, Romans 3:22). It is important to understand and remember these two aspects of justification. It is also important to emphasize that justification is not something felt by us. It is a declaration that relates to my new position in the Lord Jesus and the family of God. Therefore the writer of the book of Hebrews states that I am “perfected forever.”

Justification gives me perfect standing with the Father. Nothing could ever be added that would make it more perfect. It is as perfect as it will ever be for all eternity. I am “in Christ,” a “son of God” in His family, “accepted in the beloved.” Each of these statements relate to my position. My position also relates to my being a “saint.” With positional relationship, I can understand that I am now a saint.

Positional truth must also include the doctrine of sanctification. Sanctification – the reality that I am a saint – is also related to my position. A saint, according to Scripture is anyone who has made a covenant with God by blood, Ephesians 2 13, 19. There are positional aspects to sanctification, which have a basic meaning of being set apart for God. Sanctification also relates to my state or condition. In this respect, it is the progressive aspect of positional truth, and is never perfect. The latter part of Hebrews 10:14 says I am “being sanctified.” This is relatively accomplished during my lifetime, and it has to do with my ability to learn to walk efficiently in the Christian life. It will never be fully accomplished until I am with the Lord.

The basic truth that needs emphasizing is that my state does not affect my standing or position. I am perfected forever! This does not mean that I will have no concern of sin in my life. Rather, because I am a child of God forever, I will have every concern that my life might be pleasing to Him.

Glorification has to do with the ultimate movement of my state in becoming equal with my standing or position. When I am with the Lord, the process of sanctification will be complete—position and condition will be equal. I will be glorified and that will be my eternal state.

Life Application

You may be a mature believer or perhaps you are a new Christian. Wherever you are in your growth, make a list of all the things you can think of that are yours because you have been born from above.

It is important to remember that there is never a time on earth when I can become sinless. It is not a matter of reaching a place where I cannot sin. But Christ has set me free and now I am able to NOT sin. I can choose to not sin in any situation, Galatians 5:16 and 1 Corinthians 6:18-20. I sin when I choose to not follow the leadership of the Holy Spirit and the Word of God.

 

Related Topics: Discipleship

Pages