MENU

Where the world comes to study the Bible

1.5. Kepastian Mengenai Pemeliharaan Allah Setiap Hari

    Pendahuluan

Pada saat kita menerima Kristus sebagai Juruselamat kita, kita dilahirkan kembali dan menjadi anak dalam keluarga Allah. Sejak saat itu kita pemeliharaan Allah, sebagai Bapa kita yang mengasihi, menjadi bagian kita.

Yohanes 1:12-13 Tetapi semua orang yang menerima-Nya diberi-Nya kuasa supaya menjadi anak-anak Allah, yaitu mereka yang percaya dalam nama-Nya; orang-orang yang diperanakkan bukan dari darah atau dari daging, bukan pula secara jasmani oleh keinginan seorang laki-laki, melainkan dari Allah.

Roma 8:15-16 Sebab kamu tidak menerima roh perbudakan yang membuat kamu menjadi takut lagi, tetapi kamu telah menerima Roh yang menjadikan kamu anak Allah. Oleh Roh itu kita berseru: "ya Abba, ya Bapa!" Roh itu bersaksi bersama-sama dengan roh kita, bahwa kita adalah anak-anak Allah.

Galatia 3:26 Sebab kamu semua adalah anak-anak Allah karena iman di dalam Yesus Kristus.

Matius 7:7-11 Mintalah, maka akan diberikan kepadamu; carilah, maka kamu akan mendapat; ketoklah, maka pintu akan dibukakan bagimu. Karena setiap orang yang meminta, menerima dan setiap orang yang mencari, mendapat dan setiap orang yang mengetok, baginya pintu dibukakan. Adakah seorang dari padamu yang memberi batu kepada anaknya, jika ia meminta roti, atau memberi ular, jika ia meminta ikan? Jadi jika kamu yang jahat tahu memberi pemberian yang baik kepada anak-anakmu, apalagi Bapamu yang di sorga! Ia akan memberikan yang baik kepada mereka yang meminta kepada-Nya."

Karena Allah kita adalah sempurna maka demikian pula pemeliharaanNya terhadap kita adalah sempurna dan lengkap. Pelajaran berikut ini akan menyoroti aspek pemeliharaan Allah terhadap orang-orang percaya, yang telah menjadi anak-anakNya yang dikasihi. Kebenaran-kebenaran yang kita akan selidiki berikut ini sangat penting dipahami oleh setiap orang yang percaya.

    Janji Pemeliharaan Allah

Sebagai anak Allah, setiap orang percaya berada dalam tanggung jawab pemeliharaan Allah yang penuh hikmat dan kuasa. Janji dalam 1 Petrus 5:7 merupakan akibat dari nasihat atau perintah dalam ayat 6. Janji ini harus dipahami dan diterapkan berdasarkan konteks ini. Marilah kita memperhatikan tiga aspek yang terkandung dalam janji ini: tanggung jawab, akarnya, dan alasannya.

1 Petrus 5:6-7 Karena itu rendahkanlah dirimu di bawah tangan Tuhan yang kuat, supaya kamu ditinggikan-Nya pada waktunya. Serahkanlah segala kekuatiranmu kepada-Nya, sebab Ia yang memelihara kamu.

      Tanggung jawab atau Nasihat

Janji tentang pemeliharaan Allah muncul sebagai akibat dari ayat sebelumnya yang berisikan perintah ini, “Rendahkanlah dirimu di bawah tangan Tuhan yang kuat, supaya kamu ditinggikan-Nya pada waktunya.” Kita diperintahkan untuk merendahkan diri di bawah kekuasaan Allah yang penuh hikmat. Sebenarnya dalam bahasa Yunani, kata kerjanya berbentuk perintah pasif. Artinya, kita tidak disuruh agar “merendahkan diri kita,” melainkan “membiarkan diri kita menjadi rendah” Konteks dalam 1 Petrus ini adalah mengenai penganiayaan dan penderitaan karena nama Kristus. Penderitaan merupakan proses yang digunakan Allah untuk melatih kita, seperti halnya api yang digunakan untuk memurnikan logam. Dalam hal ini penderitaan digunakan Allah untuk memurnikan dan menumbuhkan iman kita. Tentu saja hal ini merupakan proses perendahan karena proses ini akan menjadikan kita semakin bergantung kepada Allah. Mengenai konsep pemurnian ini, perhatikan pula 1 Petrus 1:6-9.

Bergembiralah akan hal itu, sekalipun sekarang ini kamu seketika harus berdukacita oleh berbagai-bagai pencobaan. Maksud semuanya itu ialah untuk membuktikan kemurnian imanmu--yang jauh lebih tinggi nilainya dari pada emas yang fana, yang diuji kemurniannya dengan api--sehingga kamu memperoleh puji-pujian dan kemuliaan dan kehormatan pada hari Yesus Kristus menyatakan diri-Nya. Sekalipun kamu belum pernah melihat Dia, namun kamu mengasihi-Nya. Kamu percaya kepada Dia, sekalipun kamu sekarang tidak melihat-Nya. Kamu bergembira karena sukacita yang mulia dan yang tidak terkatakan, karena kamu telah mencapai tujuan imanmu, yaitu keselamatan jiwamu.

Kesombongan seseorang akan nyata melalui berbagai usaha yang dilakukannya menurut pemikirannya sendiri tanpa mau bergantung atau berserah kepada Allah. Sebagai ilustrasi, ketika seseorang mengalami penganiayaan atau penderitaan, biasanya ia cenderung membalas atau mencari jalan sendiri dalam mengatasinya, tanpa mau berserah kepada pertolongan Tuhan. Petrus menunjuk kepada Tuhan Yesus sebagai teladan kerendahan dan ketaatan sebagaimana tertulis dalam 1 Petrus 2:21-25. Perintah dalam ayat 6 ini mengajak kita untuk membiarkan Allah mengajar kita tentang kerendahan melalui penderitaan-penderitaan yang dialami dalam kehidupan ini:

1 Petrus 2:21-25 Sebab untuk itulah kamu dipanggil, karena Kristuspun telah menderita untuk kamu dan telah meninggalkan teladan bagimu, supaya kamu mengikuti jejak-Nya. Ia tidak berbuat dosa, dan tipu tidak ada dalam mulut-Nya. Ketika Ia dicaci maki, Ia tidak membalas dengan mencaci maki; ketika Ia menderita, Ia tidak mengancam, tetapi Ia menyerahkannya kepada Dia, yang menghakimi dengan adil. Ia sendiri telah memikul dosa kita di dalam tubuh-Nya di kayu salib, supaya kita, yang telah mati terhadap dosa, hidup untuk kebenaran. Oleh bilur-bilur-Nya kamu telah sembuh. Sebab dahulu kamu sesat seperti domba, tetapi sekarang kamu telah kembali kepada gembala dan pemelihara jiwamu.

      Akar atau Landasannya

Akar atau landasan dari ketaatan dan kerendahan di bawah tangan Allah yang berkuasa tersirat dalam perkataan, “Serahkanlah segala kekuatiranmu kepada-Nya.” Dengan kata lain ayat ini mengajak kita, “jadilah rendah hati ......dengan menyerahkan segala kekuatiranmu kepada Tuhan.” Pengertian ini tampak lebih jelas dalam susunan kalimat bahasa Yunaninya. Menyerahkan segala kekuatiran kita kepada Tuhan merupakan landasan dan sarana bagi proses perendahan.

Selain itu dalam teks bahasa Yunani, “segala kekuatiranmu” menunjuk kepada “kekuatiran atau kesusahan secara menyeluruh dan utuh.” Maksudnya kita tidak disuruh untuk menyerahkan setiap kekuatiran kepada Tuhan, melainkan kita harus datang kepada suatu titik di mana kita harus meletakkan seluruh kehidupan dengan segala beban, permasalahan, ketakutan, kesusahannya di bawah tangan Allah yang penuh kasih dan kuasa. Kita diajak bukan menyelesaikan permasalahan kita sendiri, dengan berusaha memanipulasi atau menaklukkan orang-orang lain dan berusaha mengatasi keadaan di sekitar kita dengan kemampuan kita sendiri, melainkan kita diperintahkan agar menyerahkan seluruh kehidupan kita dengan segala permasalahannya di bawah pemeliharaan, tujuan-tujuan dan waktu Allah. Pada saat kita melakukannya, kita akan dimampukan untuk merendahkan diri di bawah tangan Allah yang berkuasa sehingga tujuan-tujuanNya akan dapat terlaksana di dalam dan melalui kehidupan kita. Sebaliknya apabila kita tidak mau merendahkan diri, kita akan menjadi sombong dan angkuh, karena kita selalu berusaha mengatasi setiap keadaan dengan cara dan kemampuan kita sendiri, khususnya ketika mengalami penderitaan atau penganiayaan.

Dalam 1 Samuel menceritakan bahwa Allah mengangkat Daud menjadi raja menggantikan Saul karena ketidaktaatannya (lihat 1 Sam. 15-16). Saul adalah orang yang tidak rela menyerahkan kehidupannya di bawah kekuasaan tangan Allah melainkan selalu berupaya menyelesaikan permasalahannya sendiri. Ia adalah seorang yang cenderung senang menaklukkan atau mengatasi sendiri. Kita patut mengakui bahwa sering sifat seperti ini ada di dalam kita. Namun Allah tidak ingin Daud menjadi seperti Saul, karena itu Allah menggunakan Saul dan penganiayaannya terhadap Daud untuk memberantas sifat-sifat Saul ini yang ada di dalam diri Daud. Dalam dua peristiwa yang berbeda, Saul pernah melemparkan tombak kepada Daud dengan maksud mau membunuhnya. Apa sebenarnya maksud Saul ini? Ia berusaha mau mengatasinya sendiri. Ia tak rela berserah kepada kehendak Allah. Lalu apa yang Daud lakukan? Apakah ia memungut kembali tombak itu dan menusukkannya kepada Saul? Tidak. Ia menyerahkan semua permasalahannya itu kepada Tuhan. Dengan berbuat demikian ia merendahkan dirinya di bawah tangan Allah yang berkuasa. Kemudian ia pergi.

1 Samuel 18:10-20 Keesokan harinya roh jahat yang dari pada Allah itu berkuasa atas Saul, sehingga ia kerasukan di tengah-tengah rumah, sedang Daud main kecapi seperti sehari-hari. Adapun Saul ada tombak di tangannya. Saul melemparkan tombak itu, karena pikirnya: "Baiklah aku menancapkan Daud ke dinding." Tetapi Daud mengelakkannya sampai dua kali. Saul menjadi takut kepada Daud, karena TUHAN menyertai Daud, sedang dari pada Saul Ia telah undur. Sebab itu Saul menjauhkan Daud dari dekatnya dan mengangkat dia menjadi kepala pasukan seribu, sehingga ia berada di depan dalam segala gerakan tentara. Daud berhasil di segala perjalanannya, sebab TUHAN menyertai dia. Ketika dilihat Saul, bahwa Daud sangat berhasil, makin takutlah ia kepadanya; tetapi seluruh orang Israel dan orang Yehuda mengasihi Daud, karena ia memimpin segala gerakan mereka. Berkatalah Saul kepada Daud: "Ini dia anakku perempuan yang tertua, Merab; dia akan kuberikan kepadamu menjadi isterimu, hanya jadilah bagiku seorang yang gagah perkasa dan lakukanlah perang TUHAN." Sebab pikir Saul: "Janganlah tanganku memukul dia, tetapi biarlah ia dipukul oleh tangan orang Filistin." Tetapi Daud berkata kepada Saul: "Siapakah aku dan siapakah sanak saudaraku, kaum ayahku, di antara orang Israel, sehingga aku menjadi menantu raja?" Tetapi ketika tiba waktunya untuk memberikan Merab, anak Saul itu, kepada Daud, maka anak perempuan itu diberikan kepada Adriel, orang Mehola, menjadi isterinya. Tetapi Mikhal, anak perempuan Saul, jatuh cinta kepada Daud; ketika hal itu diberitahukan kepada Saul, maka iapun menyetujuinya.

      Alasan atau Penjelasan

Alasan kita harus merendahkan diri kepada Tuhan dan menyerahkan segala kekuatiran kita kepadaNya tampak dalam perkataan, “sebab Ia yang memelihara kamu.” Arti literalnya dalam bahasa Yunani adalah, “sebab Ia menaruh perhatian kepadamu.” Ini berarti anda dan saya menjadi objek perhatianNya. Dengan kata lain kita sangat berharga kepada Allah karena kita menjadi pusat perhatianNya. Apabila Allah memperhatikan kita, mengapa kita harus kuatir? Sikap tidak mempercayai pemeliharaan Allah pada dasarnya merupakan keangkuhan. Ini sama dengan bertindak seolah-olah kita lebih tahu dari pada Allah dan kita berusaha melakukan apa yang kita anggap Allah tak dapat lakukan. Atau sama dengan mengatakan, kita kuatir dengan apa yang Allah akan lakukan sehingga kita tak mau mempercayakan kehidupan kita kepadaNya. Mungkin kita berpikir Ia akan mengambil sesuatu yang kita sangat butuhkan. Namun apabila Allah sendiri telah berbuat hal yang terbesar bagi kita, sehingga Ia rela memberikan AnakNyayang tunggal bagi kita, masakan Ia tidak akan memelihara kita sebagai anak-anakNya.

Roma 8:32 Ia, yang tidak menyayangkan Anak-Nya sendiri, tetapi yang menyerahkan-Nya bagi kita semua, bagaimanakah mungkin Ia tidak mengaruniakan segala sesuatu kepada kita bersama-sama dengan Dia?

Roma 5:8-11 Akan tetapi Allah menunjukkan kasih-Nya kepada kita, oleh karena Kristus telah mati untuk kita, ketika kita masih berdosa. Lebih-lebih, karena kita sekarang telah dibenarkan oleh darah-Nya, kita pasti akan diselamatkan dari murka Allah. Sebab jikalau kita, ketika masih seteru, diperdamaikan dengan Allah oleh kematian Anak-Nya, lebih-lebih kita, yang sekarang telah diperdamaikan, pasti akan diselamatkan oleh hidup-Nya! Dan bukan hanya itu saja! Kita malah bermegah dalam Allah oleh Yesus Kristus, Tuhan kita, sebab oleh Dia kita telah menerima pendamaian itu.

    Janji Pemenuhan Segala kebutuhan Kita

Oleh karena Allah sangat menaruh perhatian kepada kita sebagai anak-anakNya yang telah mengalami penebusanNya, Rasul Paulus mengajak kita untuk melihat bahwa perhatianNya itu juga mencakup kebutuhan-kebutuhan kita sehari-hari (bukan keserakahan kita). Paulus menulis, “Allahku akan memenuhi segala keperluanmu menurut kekayaan dan kemuliaan-Nya dalam Kristus Yesus.” (Fil. 4:19). Janji ini disampaikan dalam dalam konteks bantuan keuangan yang telah diberikan oleh jemaat Filipi kepada Paulus untuk pelayanan penginjilan. Paulus ingin meyakinkan mereka bahwa pemberian mereka itu tidak akan membuat mereka berkekurangan. Allah berjanji akan memenuhi kebutuhan-kebutuhan mereka, dan dasar pemenuhanNya itu adalah “menurut kekayaan dan kemuliaan-Nya dalam Kristus Yesus.” Pemenuhan kebutuhan oleh Allah ini adalah berdasarkan kekayaan Allah yang telah diberikanNya kepada kita dalam Kristus. Hal ini mengingatkan kita tentang Roma 8:32.

Tuhan Yesus memperingatkan kita tentang kekuatiran akan kebutuhan kita sehari-hari. Untuk itu Ia ingatkan kita akan pemeliharaan Allah, dan janji pemenuhan setiap kebutuhan pokok kita dalam Matius 6:25-34. Tiga kali Ia menasihatkan kita agar “Jangan kuatir” (6:25, 31 dan 34). Agar hal ini menjadi lebih jelas maka ada lima pertanyaan yang diajukan dalam ayat-ayat ini yang menunjukkan bahwa kuatir itu tak ada gunanya dan sia-sia.

Matius 6:25-34 "Karena itu Aku berkata kepadamu: Janganlah kuatir akan hidupmu, akan apa yang hendak kamu makan atau minum, dan janganlah kuatir pula akan tubuhmu, akan apa yang hendak kamu pakai. Bukankah hidup itu lebih penting dari pada makanan dan tubuh itu lebih penting dari pada pakaian? Pandanglah burung-burung di langit, yang tidak menabur dan tidak menuai dan tidak mengumpulkan bekal dalam lumbung, namun diberi makan oleh Bapamu yang di sorga. Bukankah kamu jauh melebihi burung-burung itu? Siapakah di antara kamu yang karena kekuatirannya dapat menambahkan sehasta saja pada jalan hidupnya? Dan mengapa kamu kuatir akan pakaian? Perhatikanlah bunga bakung di ladang, yang tumbuh tanpa bekerja dan tanpa memintal, namun Aku berkata kepadamu: Salomo dalam segala kemegahannyapun tidak berpakaian seindah salah satu dari bunga itu. Jadi jika demikian Allah mendandani rumput di ladang, yang hari ini ada dan besok dibuang ke dalam api, tidakkah Ia akan terlebih lagi mendandani kamu, hai orang yang kurang percaya? Sebab itu janganlah kamu kuatir dan berkata: Apakah yang akan kami makan; Apakah yang akan kami minum; Apakah yang akan kami pakai; Semua itu dicari bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah. Akan tetapi Bapamu yang di sorga tahu, bahwa kamu memerlukan semuanya itu. Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu. Sebab itu janganlah kamu kuatir akan hari besok, karena hari besok mempunyai kesusahannya sendiri. Kesusahan sehari cukuplah untuk sehari.

Mengapa kuatir itu adalahsikap yang bodoh? Kuatir itu adalah sikap yang bodoh dan tak ada gunanya, bila kita menyadari akan pemeliharaan Allah dan perhatianNya terhadap setiap kebutuhan kita (lihat 6:25, 26, 27, 28, 30). Ia menyatakan bahwa kekuatiran merupakan sifat yang mewarnai orang-orang yang “kurang percaya.” Kekuatiran adalah akibat kegagalan memahami pemeliharaan Allah terhadap kita sebagai umat kepunyaanNya. Yesus di sini juga menunjukkan bahwa apabila burung di udara dan bunga di padang dipelihara Allah, masakan kita sebagai anak-anakNya tidak dipeliharaNya. Akhirnya, Ia menunjukkan bahwa berdasarkan pemeliharaan Allah yang penuh kasih dan keadaan dunia yang jahat dan bersifat sementara ini maka prioritas dan perhatian utama kita haruslah kepada hal-hal rohani yang menyangkut kerajaan Allah (6:33-34).

    Janji Pemenuhan Melalui Doa

Sebagai anggota-anggota keluarga Allah, kita bisa langsung berhubungan dengan Allah sebagai Bapa sorgawi kita melalui Imam Besar kita, Tuhan Yesus Kristus. Meskipun Allah telah mengetahui setiap kebutuhan kita sebelum kita memintanya (Mat. 6:32), dan Ia menaruh perhatian yang sangat besar terhadap kita, namun kita diajak untuk menyampaikan setiap kebutuhan kita dan orang-orang lain kepada Allah dalam doa kita.

Ibrani 4:16 Sebab itu marilah kita dengan penuh keberanian menghampiri takhta kasih karunia, supaya kita menerima rahmat dan menemukan kasih karunia untuk mendapat pertolongan kita pada waktunya.

1 Petrus 5:7 Serahkanlah segala kekuatiranmu kepada-Nya, sebab Ia yang memelihara kamu.

Matius 7:7-11 Mintalah, maka akan diberikan kepadamu; carilah, maka kamu akan mendapat; ketoklah, maka pintu akan dibukakan bagimu. Karena setiap orang yang meminta, menerima dan setiap orang yang mencari, mendapat dan setiap orang yang mengetok, baginya pintu dibukakan. Adakah seorang dari padamu yang memberi batu kepada anaknya, jika ia meminta roti, atau memberi ular, jika ia meminta ikan? Jadi jika kamu yang jahat tahu memberi pemberian yang baik kepada anak-anakmu, apalagi Bapamu yang di sorga! Ia akan memberikan yang baik kepada mereka yang meminta kepada-Nya."

1 Yohanes 5:14-15 Dan inilah keberanian percaya kita kepada-Nya, yaitu bahwa Ia mengabulkan doa kita, jikalau kita meminta sesuatu kepada-Nya menurut kehendak-Nya. Dan jikalau kita tahu, bahwa Ia mengabulkan apa saja yang kita minta, maka kita juga tahu, bahwa kita telah memperoleh segala sesuatu yang telah kita minta kepada-Nya.

Filipi 4:6-8 Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apapun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur. Damai sejahtera Allah, yang melampaui segala akal, akan memelihara hati dan pikiranmu dalam Kristus Yesus. Jadi akhirnya, saudara-saudara, semua yang benar, semua yang mulia, semua yang adil, semua yang suci, semua yang manis, semua yang sedap didengar, semua yang disebut kebajikan dan patut dipuji, pikirkanlah semuanya itu.

Apabila Allah telah mengetahui setiap kebutuhan kita dan memperhatikan kita, mengapa berdoa? Jawabannya ialah karena Ia ingin bekerja dalam kehidupan kita melalui doa. Yakobus 5:16 menyatakan bahwa doa orang benar itu besar kuasanya. Doa adalah sarana persekutuan dan merupakan bukti iman dan penyerahan kita. Juga doa merupakan sarana untuk memfokuskan hati kita kepada Tuhan dan kepada tujuan-tujuan serta pemeliharaanNya terhadap kita.

Kebanyakan fasal dalam kitab Mazmur merupakan ratapan atau permohonan. Biasanya dalam fasal-fasal itu menyoroti sesuatu kesulitan atau kekecewaan terhadap permasalahan yang menerpa pemazmur. Namun dalam doa pemazmur, ketika ia mencurahkan isi hatinya kepada Tuhan, ia menatap kepada Pribadi Allah, ajaran-ajaranNya, dan janji-janjiNya. Hasilnya, ia mendapatkan pandangan yang segar dan baru. Kemudian dalam mazmur-mazmur ituberakhir dengan ungkapan keyakinan dan pengharapan serta sukacita dalam Tuhan. Allah memang tidak pernah berubah, namun yang berubah adalah pribadi dan sikap pemazmur itu setelah melalui proses (lihat Maz. 3:1-8; 5:1-12; 6:1-10; 7:10, 13). Bila kita sungguh-sungguh ingin mencari wajah Allah, doa merupakan tempatnya dan melalui doa Allah menempa, mengubah dan membentuk kita menurut kehendakNya.

Doa juga merupakan sarana kita mengakui dosa-dosa, menyampaikan ucapan syukur kita kepada Allah, dan menyampaikan setiap kebutuhan kita. Namun kebutuhan terbesar kita adalah pembentukan untuk menjadi serupa dengan gambar Yesus Kristus, AnakNya. Tuhan berjanji bahwa Allah sebagai Bapa kita, tidak akan memberikan batu apabila kita meminta roti, atau memberikan ular bila kita meminta ikan. Berdasarkan kasih dan hikmatNya yang sempurna, Ia hanya akan memberikan apa yang terbaik bagi kita. Namun kita harus sadar pula bahwa apa yang sering kita anggap sebagai roti atau ikan, mungkin itu sebenarnya akan menjadi batu atau ular bagi kita. Itulah sebabnya Allah sering tidak menjawab permintaan kita. Itulah sebabnya juga doa kita harus sesuai dengan kehendakNya.

Matius 7:9-11 Adakah seorang dari padamu yang memberi batu kepada anaknya, jika ia meminta roti, atau memberi ular, jika ia meminta ikan? Jadi jika kamu yang jahat tahu memberi pemberian yang baik kepada anak-anakmu, apalagi Bapamu yang di sorga! Ia akan memberikan yang baik kepada mereka yang meminta kepada-Nya.

Yakobus 4:3 Atau kamu berdoa juga, tetapi kamu tidak menerima apa-apa, karena kamu salah berdoa, sebab yang kamu minta itu hendak kamu habiskan untuk memuaskan hawa nafsumu.

Dalam doa sering butuh waktu menanti jawabannya. Mungkin itulah sebabnya Allah memberikan tiga gambaran tentang doa, meminta, mencari dan mengetuk, dalam Matius 7:7-8.

"Mintalah, maka akan diberikan kepadamu; carilah, maka kamu akan mendapat; ketoklah, maka pintu akan dibukakan bagimu. Karena setiap orang yang meminta, menerima dan setiap orang yang mencari, mendapat dan setiap orang yang mengetok, baginya pintu dibukakan.

Doa bukan sekedar meminta-minta saja, melainkan dalam doa kita memohon pimpinan dan kehendak Allah. Dalam menantikan jawaban dari Dia digambarkan seperti seorang yang mengetuk pintu dan menanti seseorang mendengar ketukan kita dan membukakan pintu. karena itu kita dinasihatkan untuk teruslah meminta, dan bersabar, serta pastikan bahwa apa yang anda minta itu sesuai dengan kehendakNya. Jadi persoalan penting dalam doa ini adalah apakah hal yang saya mintakan itu adalah yang terbaik dan sesuai dengan maksud dan kehendak Allah yang mengetahui segala-galanya?

    Halangan-Halangan Terhadap Doa

Berikut ini beberapa hal yang menghalangi kehidupan doa kita:

(1) Tidak Sesuai dengan pimpinan Roh Kudus.

Yohanes 4:22-23 Kamu menyembah apa yang tidak kamu kenal, kami menyembah apa yang kami kenal, sebab keselamatan datang dari bangsa Yahudi. Tetapi saatnya akan datang dan sudah tiba sekarang, bahwa penyembah-penyembah benar akan menyembah Bapa dalam roh dan kebenaran; sebab Bapa menghendaki penyembah-penyembah demikian.

Yudas 20 Akan tetapi kamu, saudara-saudaraku yang kekasih, bangunlah dirimu sendiri di atas dasar imanmu yang paling suci dan berdoalah dalam Roh Kudus.

Efesus 6:18 dalam segala doa dan permohonan. Berdoalah setiap waktu di dalam Roh dan berjaga-jagalah di dalam doamu itu dengan permohonan yang tak putus-putusnya untuk segala orang Kudus.

Mazmur 66:18 Seandainya ada niat jahat dalam hatiku, tentulah Tuhan tidak mau mendengar.

Efesus 4:30 Dan janganlah kamu mendukakan Roh Kudus Allah, yang telah memeteraikan kamu menjelang hari penyelamatan.

1 Yohanes 1:9 Jika kita mengaku dosa kita, maka Ia adalah setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan.

(2) Tidak sesuai dengan Firman Allah (lihat juga Maz. 119)

Amsal 28:9 Siapa memalingkan telinganya untuk tidak mendengarkan hukum, juga doanya adalah kekejian.

Yohanes 15:7 Jikalau kamu tinggal di dalam Aku dan firman-Ku tinggal di dalam kamu, mintalah apa saja yang kamu kehendaki, dan kamu akan menerimanya.

(3) Tidak berdoa dengan iman.

Matius 21:22 Dan apa saja yang kamu minta dalam doa dengan penuh kepercayaan, kamu akan menerimanya.

1 Yohanes 5:14-15 Dan inilah keberanian percaya kita kepada-Nya, yaitu bahwa Ia mengabulkan doa kita, jikalau kita meminta sesuatu kepada-Nya menurut kehendak-Nya. Dan jikalau kita tahu, bahwa Ia mengabulkan apa saja yang kita minta, maka kita juga tahu, bahwa kita telah memperoleh segala sesuatu yang telah kita minta kepada-Nya.

Yakobus 1:5-7 Tetapi apabila di antara kamu ada yang kekurangan hikmat, hendaklah ia memintakannya kepada Allah, --yang memberikan kepada semua orang dengan murah hati dan dengan tidak membangkit-bangkit--,maka hal itu akan diberikan kepadanya. Hendaklah ia memintanya dalam iman, dan sama sekali jangan bimbang, sebab orang yang bimbang sama dengan gelombang laut, yang diombang-ambingkan kian ke mari oleh angin. Orang yang demikian janganlah mengira, bahwa ia akan menerima sesuatu dari Tuhan.

Ibrani 11:6 Tetapi tanpa iman tidak mungkin orang berkenan kepada Allah. Sebab barangsiapa berpaling kepada Allah, ia harus percaya bahwa Allah ada, dan bahwa Allah memberi upah kepada orang yang sungguh-sungguh mencari Dia.

(4) Kegagalan doa karena sikap kita yang tak mau berserah (angkuh).

Yakobus 4:2 Kamu mengingini sesuatu, tetapi kamu tidak memperolehnya, lalu kamu membunuh; kamu iri hati, tetapi kamu tidak mencapai tujuanmu, lalu kamu bertengkar dan kamu berkelahi. Kamu tidak memperoleh apa-apa, karena kamu tidak berdoa.

(5) Tidak berdoa dengan motif yang benar, dan tak sesuai dengan kehendak Allah.

Yakobus 4:3 Atau kamu berdoa juga, tetapi kamu tidak menerima apa-apa, karena kamu salah berdoa, sebab yang kamu minta itu hendak kamu habiskan untuk memuaskan hawa nafsumu.

Yakobus 4:15 Sebenarnya kamu harus berkata: "Jika Tuhan menghendakinya, kami akan hidup dan berbuat ini dan itu."

1 Korintus 4:19 Tetapi aku akan segera datang kepadamu, kalau Tuhan menghendakinya. Maka aku akan tahu, bukan tentang perkataan orang-orang yang sombong itu, tetapi tentang kekuatan mereka.

Matius 6:10 datanglah Kerajaan-Mu, jadilah kehendak-Mu di bumi seperti di sorga.

Matius 26:42 Lalu Ia pergi untuk kedua kalinya dan berdoa, kata-Nya: "Ya Bapa-Ku jikalau cawan ini tidak mungkin lalu, kecuali apabila Aku meminumnya, jadilah kehendak-Mu!"

(6) Tidak tekun, cepat kecewa, putus asa.

Lukas 18:1 Yesus mengatakan suatu perumpamaan kepada mereka untuk menegaskan, bahwa mereka harus selalu berdoa dengan tidak jemu-jemu.

1 Samuel 27:1-3 Tetapi Daud berpikir dalam hatinya: "Bagaimanapun juga pada suatu hari aku akan binasa oleh tangan Saul. Jadi tidak ada yang lebih baik bagiku selain meluputkan diri dengan segera ke negeri orang Filistin; maka tidak ada harapan bagi Saul untuk mencari aku lagi di seluruh daerah Israel dan aku akan terluput dari tangannya." Bersiaplah Daud, lalu berjalan ke sana, ia dan keenam ratus orang yang bersama-sama dengan dia itu, kepada Akhis bin Maokh, raja kota Gat. Daud dan semua orangnya menetap pada Akhis di Gat, masing-masing dengan rumah tangganya; Daud dengan kedua orang isterinya, yakni Ahinoam, perempuan Yizreel, dan Abigail, bekas isteri Nabal, perempuan Karmel.

Yesaya 40:31 tetapi orang-orang yang menanti-nantikan TUHAN mendapat kekuatan baru: mereka seumpama rajawali yang naik terbang dengan kekuatan sayapnya; mereka berlari dan tidak menjadi lesu, mereka berjalan dan tidak menjadi lelah.

(7) Menyimpan dendam, tak mau mengampuni.

Markus 11:25-26 Dan jika kamu berdiri untuk berdoa, ampunilah dahulu sekiranya ada barang sesuatu dalam hatimu terhadap seseorang, supaya juga Bapamu yang di sorga mengampuni kesalahan-kesalahanmu." (Tetapi jika kamu tidak mengampuni, maka Bapamu yang di sorga juga tidak akan mengampuni kesalahan-kesalahanmu.)

(8) Kemunafikan, berpura-pura, untuk mencari pujian orang lain.

Matius 6:5-8 "Dan apabila kamu berdoa, janganlah berdoa seperti orang munafik. Mereka suka mengucapkan doanya dengan berdiri dalam rumah-rumah ibadat dan pada tikungan-tikungan jalan raya, supaya mereka dilihat orang. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya mereka sudah mendapat upahnya. Tetapi jika engkau berdoa, masuklah ke dalam kamarmu, tutuplah pintu dan berdoalah kepada Bapamu yang ada di tempat tersembunyi. Maka Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu. Lagipula dalam doamu itu janganlah kamu bertele-tele seperti kebiasaan orang yang tidak mengenal Allah. Mereka menyangka bahwa karena banyaknya kata-kata doanya akan dikabulkan. Jadi janganlah kamu seperti mereka, karena Bapamu mengetahui apa yang kamu perlukan, sebelum kamu minta kepada-Nya.

    (9) Doa yang hanya diulang-ulang, memperbagus kata-kata, sekedar memenuhi tuntutan upacara keagamaan.

Matius 6:7 Lagipula dalam doamu itu janganlah kamu bertele-tele seperti kebiasaan orang yang tidak mengenal Allah. Mereka menyangka bahwa karena banyaknya kata-kata doanya akan dikabulkan.

1 Raja-Raja 18:26-29 Mereka mengambil lembu yang diberikan kepada mereka, mengolahnya dan memanggil nama Baal dari pagi sampai tengah hari, katanya: "Ya Baal, jawablah kami!" Tetapi tidak ada suara, tidak ada yang menjawab. Sementara itu mereka berjingkat-jingkat di sekeliling mezbah yang dibuat mereka itu. Pada waktu tengah hari Elia mulai mengejek mereka, katanya: "Panggillah lebih keras, bukankah dia allah? Mungkin ia merenung, mungkin ada urusannya, mungkin ia bepergian; barangkali ia tidur, dan belum terjaga." Maka mereka memanggil lebih keras serta menoreh-noreh dirinya dengan pedang dan tombak, seperti kebiasaan mereka, sehingga darah bercucuran dari tubuh mereka. Sesudah lewat tengah hari, mereka kerasukan sampai waktu mempersembahkan korban petang, tetapi tidak ada suara, tidak ada yang menjawab, tidak ada tanda perhatian.

Roma 10:2-3 Sebab aku dapat memberi kesaksian tentang mereka, bahwa mereka sungguh-sungguh giat untuk Allah, tetapi tanpa pengertian yang benar. Sebab, oleh karena mereka tidak mengenal kebenaran Allah dan oleh karena mereka berusaha untuk mendirikan kebenaran mereka sendiri, maka mereka tidak takluk kepada kebenaran Allah.

(10) Ketidakharmonisan dalam keluarga.

1 Petrus 3:7 Demikian juga kamu, hai suami-suami, hiduplah bijaksana dengan isterimu, sebagai kaum yang lebih lemah! Hormatilah mereka sebagai teman pewaris dari kasih karunia, yaitu kehidupan, supaya doamu jangan terhalang.

    Kesimpulan

Di akhir kehidupan George McCluskey, ia sangat terbeban untuk anak-anaknya. Karena itu setiap hari ia meluangkan sejam berdoa dari jam 11 sampai 12 mendoakan mereka satu demi satu. Ia berdoa bukan hanya untuk anak-anaknya, tetapi juga untuk cucu-cucunya, dan buyut-buyutnya yang belum lahir pada saat itu. Ia berdoa agar mereka akan mengenal Allah yang benar di dalam Yesus, AnakNya, dan sungguh-sungguh menyerahkan hidup mereka bagi pelayananNya. Dari keempat generasi keturunannya, ternyata setiap anaknya menjadi pendeta atau kawin dengan seorang pendeta, terkecuali satu. Orang itu adalah Dr. James Dobson, yang terkenal dan mungkin tak asing lagi bagi kita. Tak banyak yang mengenal George McCluskey, namun karena doanya ribuan bahkan jutaan orang dalam generasi sekarang ini mendapat berkat yang besar.

Related Topics: Basics for Christians, Comfort

1.8. Kepastian Mengenai Pahala Kekal

Pengajaran tentang Bema

Pelajaran berikut ini yang akan membahas mengenai Pahala dan Takhta Pengadilan Kristus merupakan doktrin utama dalam Perjanjian Baru. Ajaran ini sering diabaikan, atau kalaupun diajarkan sering disalahartikan karena menyebut tentang “pengadilan” yang meruakan terjemahan dari bahasa Yunaninya. Mengenai hal ini, Samuel Hoyt berkomentar:

Di kalangan gereja masa kini tampak adanya silang pendapat mengenai sifat pengadilan atau pemeriksaan yang dilakukan ketika seseorang menghadap takhta pengadilan Kristus. Perkataan “takhta pengadilan Kristus” bisa mengakibatkan kesimpulan keliru mengenai sifat dan tujuan pemeriksaan yang dilakukan. Kekeliruan yang biasa muncul adalah bahwa Allah akan menjatuhkan ganjaran yang setimpal dengan dosa-dosa yang dilakukan oleh orang-orang percaya, yang berakibat penjatuhan hukuman sebagai pembalasan atas dosa-dosa mereka.12

Kita akan melihat nanti bahwa meskipun dalam Pengadilan akan membawa akibat-akibat serius, namun Takhta Pengadilan Kristus itu bukanlah tempat penjatuhan hukuman terhadap dosa-dosa orang-orang percaya, melainkan pemberian pahala bagi orang-orang percaya yang ditentukan berdasarkan kesetiaan dan amal baktinya.

Dalam 1 Tesalonika 2:19-20, Rasul Paulus mengakui bahwa ia termotivasi oleh fakta tentang pemberian pahala-pahala pada kedatangan Kristus bagi orang-orang percaya. Hal ini selalu disinggungnya dalam setiap fasal suratnya ini dan juga menjadi pokok bahasan utama dalam 2 Tesalonika. Memang peristiwa kedatangan Kristus kedua kali dan maknanya bagi dunia dan diri kita secara pribadi merupakan pokok penting dalam Perjanjian Baru.

1 Tesalonika 2:19-20 Sebab siapakah pengharapan kami atau sukacita kami atau mahkota kemegahan kami di hadapan Yesus, Tuhan kita, pada waktu kedatangan-Nya, kalau bukan kamu? Sungguh, kamulah kemuliaan kami dan sukacita kami.

Juga penting diperhatikan dalam ayat-ayat terakhir Kitab Wahyu, sebagai kitab terakhir, kita menemukan perkataan ini dari Tuhan kita: “Sesungguhnya Aku datang segera dan Aku membawa upah-Ku untuk membalaskan kepada setiap orang menurut perbuatannya” (Wah. 22:12).

Kendati keselamatan merupakan pemberian Allah, namun tersedia pula pahala-pahala yang akan diberikan karena kesetiaan kita kepada Tuhan atau hilang karena ketidaksetiaan kita. Pemberian pahala merupakan faktor pendorong bagi kehidupan Kristen. Namun kita perlu memahami sifat pahala-pahala dengan benar agar kita pun termotivasi secara benar. Sebagian orang menjadi agak risih bila membicarakan tentang pahala-pahala karena pokok ini seakan lebih menekankan “jasa” kita manusia dari pada “kasih karunia” Allah, dan juga mereka berpendapat bahwa melayani Tuhan itu harus dilakukan berdasarkan kasih dan untuk kemuliaan Allah.

Memang kita harus melayani Tuhan berdasarkan kasih kepadaNya dan untuk kemuliaan Allah. Pemahaman mengenai sifat pahala-pahala itu akan membantu kita ke arah itu. Namun demikian kita tidak bisa menghindar dari kenyataan bahwa Alkitab menjanjikan pahala bagi kita. Allah mengaruniakan keselamatan untuk kita. Itu merupakan pemberian Allah melalui iman, namun juga Ia memberikan pahala untuk setiap perbuatan baik kita. Allah, berdasarkan kemurahanNya, telah memberikan sarana bagi kita untuk melayani Dia. Allah jugalah yang mengerjakan di dalam kita kemauan maupun pekerjaan berdasarkan kasih karuniaNya, namun keputusan untuk mau melayani, dan ketekunan kita dalam melakukannya merupakan tanggung jawab dan peran kita. Allah melihat hal-hal ini sebagai perbuatan yang patut diberi pahala. Coba simak ayat-ayat berikut ini:

Filipi 2:12-13 Hai saudara-saudaraku yang kekasih, kamu senantiasa taat; karena itu tetaplah kerjakan keselamatanmu dengan takut dan gentar, bukan saja seperti waktu aku masih hadir, tetapi terlebih pula sekarang waktu aku tidak hadir, karena Allahlah yang mengerjakan di dalam kamu baik kemauan maupun pekerjaan menurut kerelaan-Nya.

1 Korintus 3:11-15 Karena tidak ada seorangpun yang dapat meletakkan dasar lain dari pada dasar yang telah diletakkan, yaitu Yesus Kristus. Entahkah orang membangun di atas dasar ini dengan emas, perak, batu permata, kayu, rumput kering atau jerami, sekali kelak pekerjaan masing-masing orang akan nampak. Karena hari Tuhan akan menyatakannya, sebab ia akan nampak dengan api dan bagaimana pekerjaan masing-masing orang akan diuji oleh api itu. Jika pekerjaan yang dibangun seseorang tahan uji, ia akan mendapat upah. Jika pekerjaannya terbakar, ia akan menderita kerugian, tetapi ia sendiri akan diselamatkan, tetapi seperti dari dalam api.

1 Korintus 15:10 Tetapi karena kasih karunia Allah aku adalah sebagaimana aku ada sekarang, dan kasih karunia yang dianugerahkan-Nya kepadaku tidak sia-sia. Sebaliknya, aku telah bekerja lebih keras dari pada mereka semua; tetapi bukannya aku, melainkan kasih karunia Allah yang menyertai aku.

Kolose 1:29 Itulah yang kuusahakan dan kupergumulkan dengan segala tenaga sesuai dengan kuasa-Nya, yang bekerja dengan kuat di dalam aku.

Roma 14:10-11 Tetapi engkau, mengapakah engkau menghakimi saudaramu? Atau mengapakah engkau menghina saudaramu? Sebab kita semua harus menghadap takhta pengadilan Allah. Karena ada tertulis: "Demi Aku hidup, demikianlah firman Tuhan, semua orang akan bertekuk lutut di hadapan-Ku dan semua orang akan memuliakan Allah."

2 Korintus 5:9-10 Sebab itu juga kami berusaha, baik kami diam di dalam tubuh ini, maupun kami diam di luarnya, supaya kami berkenan kepada-Nya. Sebab kita semua harus menghadap takhta pengadilan Kristus, supaya setiap orang memperoleh apa yang patut diterimanya, sesuai dengan yang dilakukannya dalam hidupnya ini, baik ataupun jahat.

1 Yohanes 2:28 Maka sekarang, anak-anakku, tinggallah di dalam Kristus, supaya apabila Ia menyatakan diri-Nya, kita beroleh keberanian percaya dan tidak usah malu terhadap Dia pada hari kedatangan-Nya.

Wahyu 3:11-12 Aku datang segera. Peganglah apa yang ada padamu, supaya tidak seorangpun mengambil mahkotamu. Barangsiapa menang, ia akan Kujadikan sokoguru di dalam Bait Suci Allah-Ku, dan ia tidak akan keluar lagi dari situ; dan padanya akan Kutuliskan nama Allah-Ku, nama kota Allah-Ku, yaitu Yerusalem baru, yang turun dari sorga dari Allah-Ku, dan nama-Ku yang baru.

    Pengertian Tentang Pengadilan Bema

Roma 14:10 dan 2 Korintus 5:10 berbicara tentang “takhta pengadilan.” Ini adalah terjemahan dari istilah Yunani, Bema. Meskipun istilah Bema digunakan dan Injil-Injil dan Kisah Para Rasul tentang sebuah panggung tempat penguasa Romawi duduk untuk menjatuhkan vonis, namun penggunaannya dalam surat-surat Paulus lebih tepat menggambarkan penggunaan aslinya. Orang-orang Yunani menggunakan Bema sebagai tempat pemberian medali (piala) dalam sebuah perlombaan atau pertandingan olah raga.

Roma 14:10 Tetapi engkau, mengapakah engkau menghakimi saudaramu? Atau mengapakah engkau menghina saudaramu? Sebab kita semua harus menghadap takhta pengadilan Allah.

2 Korintus 5:10 Sebab kita semua harus menghadap takhta pengadilan Kristus, supaya setiap orang memperoleh apa yang patut diterimanya, sesuai dengan yang dilakukannya dalam hidupnya ini, baik ataupun jahat.

Istilah Bema diambil dari pertandingan-pertandingan Isthmian di mana para kontestan olah raga bertanding untuk mendapatkan piala. Piala atau medali diberikan menurut penilaian atau pengawasan para hakim yang mengamati apakah setiap peraturan pertandingan telah dipatuhi dengan baik. Pemenang yang telah bertanding sesuai aturan akan dipanggil naik ke atas panggung yang disebut Bema. Di atas panggung itu, hakimnya akan mengalungkan kalung yang terbuat dari dedaunan ke atas kepalanya sebagai tanda kemenangan.

2 Timotius 2:5 Seorang olahragawan hanya dapat memperoleh mahkota sebagai juara, apabila ia bertanding menurut peraturan-peraturan olahraga.

1 Korintus 9:24-25 Tidak tahukah kamu, bahwa dalam gelanggang pertandingan semua peserta turut berlari, tetapi bahwa hanya satu orang saja yang mendapat hadiah? Karena itu larilah begitu rupa, sehingga kamu memperolehnya! Tiap-tiap orang yang turut mengambil bagian dalam pertandingan, menguasai dirinya dalam segala hal. Mereka berbuat demikian untuk memperoleh suatu mahkota yang fana, tetapi kita untuk memperoleh suatu mahkota yang abadi.

    Dalam ayat-ayat ini Paulus menggambarkan orang percaya sebagai atlit yang bertanding dalam sebuah perlombaan rohani. Seorang atlit Yunani yang menang akan menghadap Bema untuk menerima piala atau medali yang akan layu. Demikian pula orang Kristen akan menghadap Bema Kristus untuk menerima pahala yang tidak akan layu. Hakim yang berdiri di Bema itu akan memberikan mahkota kepada para pemenang. Namun Hakim itu tidak mencambuk mereka yang kalah.13

Juga ia tidak akan menghukum mereka, misalnya, dengan kerja paksa.

Dengan kata lain, Bema itu merupakan tempat pemberian mahkota atau pahala. Di tempat itu akan ditetapkan apakah pelomba itu akan menerima mahkota atau akan kehilangan mahkota lewat proses penilaian. Bema bukan tempat penghukuman atas dosa-dosa yang dilakukan orang-orang percaya. Pandangan ini tidak konsisten dengan karya Kristus di salib yang telah selesai dikerjakanNya untuk membayar hukuman atas dosa-dosa mereka. Chafer dan Walvoord mengomentari hal ini dengan sangat jelas:

Mengenai dosa, Kitab Suci mengajarkan bahwa seorang anak Tuhan, berdasarkan kasih karuniaNya, telah terlepas dari hukuman (Yoh.3:18; 5:24; 6:37; Rom. 5:1; 8:1; 1 Kor. 11:32); juga karena kedudukannya di hadapan Allah, dan karena hukuman atas seluruh dosa-dosanya – masa lampau, sekarang, dan yang akan datang (Kol. 2:13) telah ditanggung oleh Kristus, Pengganti kta yang sempurna, maka orang percaya tidak hanya terlepas dari hukuman melainkan juga diterima dalam kesempurnaan Kristus berdasarkan keberadaannya di dalam Kristus (1 Kor. 1:30; Ef. 1:6; Kol. 2:10; Ibr. 10:14) serta dikasihi oleh Allah sebagaimana Kristus dikasihi (Yohanes 17:23).14

Selain itu, mengenai Bema, Chafer menulis, “Dapat dikatakan bahwa pengadilan itu sama sekali tak berkaitan dengan permasalahan dosa, melainkan lebih berkaitan dengan pemberian pahala (mahkota) dari pada penolakan karena kegagalan.”15

    Kapan Pengadilan Bema Dilaksanakan?

Pelaksanaan Bema terjadi segera setelah rapture (pengangkatan orang percaya) atau kebangkitan orang percaya, sebagaimana dinyatakan dalam 1 Tesalonika 4:13-18:

Selanjutnya kami tidak mau, saudara-saudara, bahwa kamu tidak mengetahui tentang mereka yang meninggal, supaya kamu jangan berdukacita seperti orang-orang lain yang tidak mempunyai pengharapan. Karena jikalau kita percaya, bahwa Yesus telah mati dan telah bangkit, maka kita percaya juga bahwa mereka yang telah meninggal dalam Yesus akan dikumpulkan Allah bersama-sama dengan Dia. Ini kami katakan kepadamu dengan firman Tuhan: kita yang hidup, yang masih tinggal sampai kedatangan Tuhan, sekali-kali tidak akan mendahului mereka yang telah meninggal. Sebab pada waktu tanda diberi, yaitu pada waktu penghulu malaikat berseru dan sangkakala Allah berbunyi, maka Tuhan sendiri akan turun dari sorga dan mereka yang mati dalam Kristus akan lebih dahulu bangkit; sesudah itu, kita yang hidup, yang masih tinggal, akan diangkat bersama-sama dengan mereka dalam awan menyongsong Tuhan di angkasa. Demikianlah kita akan selama-lamanya bersama-sama dengan Tuhan. Karena itu hiburkanlah seorang akan yang lain dengan perkataan-perkataan ini.

Argumentasi atau Alasan-Alasan Yang Mendukung Pandangan Ini:

(1) Dalam Lukas 14:12-14, pahala itu dikaitkan dengan kebangkitan dan pengangkatan orang percaya.

Lukas 14:12-14 Dan Yesus berkata juga kepada orang yang mengundang Dia: "Apabila engkau mengadakan perjamuan siang atau perjamuan malam, janganlah engkau mengundang sahabat-sahabatmu atau saudara-saudaramu atau kaum keluargamu atau tetangga-tetanggamu yang kaya, karena mereka akan membalasnya dengan mengundang engkau pula dan dengan demikian engkau mendapat balasnya. Tetapi apabila engkau mengadakan perjamuan, undanglah orang-orang miskin, orang-orang cacat, orang-orang lumpuh dan orang-orang buta. Dan engkau akan berbahagia, karena mereka tidak mempunyai apa-apa untuk membalasnya kepadamu. Sebab engkau akan mendapat balasnya pada hari kebangkitan orang-orang benar."

(2) Dalam Wahyu 19:8, ketika Tuhan datang kembali bersama dengan mempelaiNya di akhir masa Tribulasi, tampak mempelai wanita telah diberi pahala atau mahkota. Pahalanya digambarkan sebagai kain lenan halus, perbuatan-perbuatan yang benar dari orang-orang kudus. Perkataan ini menunjukkan akibat dari pemberian pahala.

Wahyu 19:8 Dan kepadanya dikaruniakan supaya memakai kain lenan halus yang berkilau-kilauan dan yang putih bersih!" (Lenan halus itu adalah perbuatan-perbuatan yang benar dari orang-orang kudus.).

(3) Dalam 2 Timotius 4:8 dan 1 Korintus 4:5, pahala itu berkaitan dengan “hariNya” atau hari kedatangan Tuhan. Sekali lagi hal ini menunjuk kepada peristiwa yang disebutkan dalam 1 Tesalonika 4:13-18.

2 Timotius 4:8 Sekarang telah tersedia bagiku mahkota kebenaran yang akan dikaruniakan kepadaku oleh Tuhan, Hakim yang adil, pada hari-Nya; tetapi bukan hanya kepadaku, melainkan juga kepada semua orang yang merindukan kedatangan-Nya.

1 Korintus 4:5 Karena itu, janganlah menghakimi sebelum waktunya, yaitu sebelum Tuhan datang. Ia akan menerangi, juga apa yang tersembunyi dalam kegelapan, dan Ia akan memperlihatkan apa yang direncanakan di dalam hati.

Jadi urutan peristiwanya adalah (a) pengangkatan, termasuk pemuliaan atau kebangkitan tubuh kita, (b) pengangkatan ke angkasa untuk pergi bersama-sama dengan Tuhan, (c) menghadap pengadilan Bema dan (d) pemberian kompensasi atau pahala.

    Dimana Pengadilan Bema Dilaksanakan?

Bema itu akan terjadi di angkasa di hadapan hadirat Tuhan. Hal ini dinyatakan dalam ayat-ayat berikut:

1 Tesalonika 4:17 sesudah itu, kita yang hidup, yang masih tinggal, akan diangkat bersama-sama dengan mereka dalam awan menyongsong Tuhan di angkasa. Demikianlah kita akan selama-lamanya bersama-sama dengan Tuhan

Wahyu 4:2 Segera aku dikuasai oleh Roh dan lihatlah, sebuah takhta terdiri di sorga, dan di takhta itu duduk Seorang.

Wahyu 19:8 Dan kepadanya dikaruniakan supaya memakai kain lenan halus yang berkilau-kilauan dan yang putih bersih!" (Lenan halus itu adalah perbuatan-perbuatan yang benar dari orang-orang kudus.).

    Siapa Yang Akan Menghadap Pengadilan Bema?

Setiap ayat yang berbicara tentang Bema selalu terkait dengan orang-orang percaya atau jemaat Tuhan. Perhatikan penekanan tentang perbuatan-perbuatan baik.

Roma 14:10-12 Tetapi engkau, mengapakah engkau menghakimi saudaramu? Atau mengapakah engkau menghina saudaramu? Sebab kita semua harus menghadap takhta pengadilan Allah. Karena ada tertulis: "Demi Aku hidup, demikianlah firman Tuhan, semua orang akan bertekuk lutut di hadapan-Ku dan semua orang akan memuliakan Allah." Demikianlah setiap orang di antara kita akan memberi pertanggungan jawab tentang dirinya sendiri kepada Allah..

1 Korintus 3:12-15 Entahkah orang membangun di atas dasar ini dengan emas, perak, batu permata, kayu, rumput kering atau jerami, sekali kelak pekerjaan masing-masing orang akan nampak. Karena hari Tuhan akan menyatakannya, sebab ia akan nampak dengan api dan bagaimana pekerjaan masing-masing orang akan diuji oleh api itu. Jika pekerjaan yang dibangun seseorang tahan uji, ia akan mendapat upah. Jika pekerjaannya terbakar, ia akan menderita kerugian, tetapi ia sendiri akan diselamatkan, tetapi seperti dari dalam api.

2 Korintus 5:9-10 Sebab itu juga kami berusaha, baik kami diam di dalam tubuh ini, maupun kami diam di luarnya, supaya kami berkenan kepada-Nya. Sebab kita semua harus menghadap takhta pengadilan Kristus, supaya setiap orang memperoleh apa yang patut diterimanya, sesuai dengan yang dilakukannya dalam hidupnya ini, baik ataupun jahat.

1 Yohanes 2:28 Maka sekarang, anak-anakku, tinggallah di dalam Kristus, supaya apabila Ia menyatakan diri-Nya, kita beroleh keberanian percaya dan tidak usah malu terhadap Dia pada hari kedatangan-Nya.

1 Tesalonika 2:19-20 Sebab siapakah pengharapan kami atau sukacita kami atau mahkota kemegahan kami di hadapan Yesus, Tuhan kita, pada waktu kedatangan-Nya, kalau bukan kamu? Sungguh, kamulah kemuliaan kami dan sukacita kami.

1 Timotius 6:18-19 Peringatkanlah agar mereka itu berbuat baik, menjadi kaya dalam kebajikan, suka memberi dan membagi dan dengan demikian mengumpulkan suatu harta sebagai dasar yang baik bagi dirinya di waktu yang akan datang untuk mencapai hidup yang sebenarnya.

Titus 2:12-14 Ia mendidik kita supaya kita meninggalkan kefasikan dan keinginan-keingina duniawi dan supaya kita hidup bijaksana, adil dan beribadah di dalam dunia sekarang ini dengan menantikan penggenapan pengharapan kita yang penuh bahagia dan penyataan kemuliaan Allah yang Mahabesar dan Juruselamat kita Yesus Kristus, yang telah menyerahkan diri-Nya bagi kita untuk membebaskan kita dari segala kejahatan dan untuk menguduskan bagi diri-Nya suatu umat, kepunyaan-Nya sendiri, yang rajin berbuat baik.

Peristiwa kebangkitan yang berkaitan dengan pemberian pahala kepada orang-orang kudus masa Perjanjian Lama akan terjadi setelah masa Tribulasi, yakni setelah orang-orang kudus masa gereja berada di surga, kemudian diberikan pahala, dan kembali bersama dengan Tuhan untuk menghakimi isi bumi ini (lihat juga Mat. 24).

Wahyu 19:8 Dan kepadanya dikaruniakan supaya memakai kain lenan halus yang berkilau-kilauan dan yang putih bersih!" (Lenan halus itu adalah perbuatan-perbuatan yang benar dari orang-orang kudus.).

Daniel 12:1-2 Pada waktu itu juga akan muncul Mikhael, pemimpin besar itu, yang akan mendampingi anak-anak bangsamu; dan akan ada suatu waktu kesesakan yang besar, seperti yang belum pernah terjadi sejak ada bangsa-bangsa sampai pada waktu itu. Tetapi pada waktu itu bangsamu akan terluput, yakni barangsiapa yang didapati namanya tertulis dalam Kitab itu. Dan banyak dari antara orang-orang yang telah tidur di dalam debu tanah, akan bangun, sebagian untuk mendapat hidup yang kekal, sebagian untuk mengalami kehinaan dan kengerian yang kekal.

Semua orang percaya, tanpa melihat tingkat kerohanian mereka, akan diangkat dan menghadap pengadilan Bema untuk mempertanggung-jawabkan kehidupan mereka. Pada saat itu akan ditentukan apakah mereka akan menerima pahala atau kehilangan pahala. Sebagian menganut pandangan partial rapture (pengangkatan parsial) mengajarkan bahwa hanyalah mereka yang memiliki tingkat kerohanian tertentu yang berlayak mengalami pengangkatan. Ini terjadi sebagai hukuman bagi orang-orang percaya yang berbuat dosa. Sebagaimana telah dinyatakan sebelumnya, pandangan ini tidak hanya bertentangan dengan karya Kristus yang telah selesai dikerjakanNya untuk membayar hukuman bagi dosa-dosa, melainkan juga bertentangan dengan ajaran dalam 1 Tesalonika 5:8-17:

Tetapi kita, yang adalah orang-orang siang, baiklah kita sadar, berbajuzirahkan iman dan kasih, dan berketopongkan pengharapan keselamatan. Karena Allah tidak menetapkan kita untuk ditimpa murka, tetapi untuk beroleh keselamatan oleh Yesus Kristus, Tuhan kita, yang sudah mati untuk kita, supaya entah kita berjaga-jaga, entah kita tidur, kita hidup bersama-sama dengan Dia. Karena itu nasihatilah seorang akan yang lain dan saling membangunlah kamu seperti yang memang kamu lakukan. Kami minta kepadamu, saudara-saudara, supaya kamu menghormati mereka yang bekerja keras di antara kamu, yang memimpin kamu dalam Tuhan dan yang menegor kamu; dan supaya kamu sungguh-sungguh menjunjung mereka dalam kasih karena pekerjaan mereka. Hiduplah selalu dalam damai seorang dengan yang lain. Kami juga menasihati kamu, saudara-saudara, tegorlah mereka yang hidup dengan tidak tertib, hiburlah mereka yang tawar hati, belalah mereka yang lemah, sabarlah terhadap semua orang. Perhatikanlah, supaya jangan ada orang yang membalas jahat dengan jahat, tetapi usahakanlah senantiasa yang baik, terhadap kamu masing-masing dan terhadap semua orang. Bersukacitalah senantiasa. Tetaplah berdoa.

Perhatikan ayat 9 dan 10. Konteksnya berbicara tentang kembalinya Kristus bagi jemaatNya —peristiwa pengangkatan (1 Tes. 4:13-18). Pengangkatan merupakan sarana kelepasan kita dari murka yang dinyatakan dalam fasal 5:1-3. Selain itu, perkataan “berjaga-jaga atau tidur” dalam ayat 10 menunjuk kepada kondisi spiritual atau moral, bukan apakah orang itu hidup atau mati pada saat Kristus datang, seperti dijelaskan dalam 4:13-14. Ini jelas terlihat dalam konteks 5:4-8 dan perubahan istilah dalam bahasa Yunani yang digunakan Paulus untuk istilah “tidur.” Dalam 5:10, Paulus menggunakan istilah Yunani katheudo, bukan koimao, yang bermakna metaforis dalam 4:13-14 mengenai kematian jasmani. Meskipun istilah katheudo digunakan untuk tidur secara jasmani atau kematian, istilah ini juga biasa digunakan untuk menggambarkan sikap apathi spiritual atau kelalaian terhadap perkara-perkara rohani. Ini jelas terlihat dalam konteks fasal 5. Jadi kesimpulannya adalah ini: Berdasarkan karya Kristus yang telah selesai dikerjakanNya secara sempurna di atas salib (perhatikan perkataan “yang sudah mati untuk kita” dalam ayat 10), entah kita berjaga-jaga secara rohani atau tidak, kita akan hidup bersama-sama dengan Dia melalui pengangkatan untuk menghadap pengadilan Bema.

    Siapa Hakim Dalam Pengadilan Bema?

Hakimnya tak lain adalah Tuhan Yesus Kristus yang pada masa sekarang pun sedang mengamati kehidupan kita. Ia jugalah yang akan mengadakan penilaian terhadap setiap perbuatan kita dan kehidupan kita secara keseluruhan ketika kita menghadap Pengadilan Bema. Dalam Roma 14:10, Rasul Paulus menyebut penilaian ini sebagai saat Bema Allah sedangkan dalam 2 Korintus 5:10, Paulus menyebutnya sebagai Bema Kristus. Kesimpulannya adalah Yesus yang adalah Allah akan menjadi hakim kita dan pemberi pahala bagi kita.

1 Korintus 4:5 Karena itu, janganlah menghakimi sebelum waktunya, yaitu sebelum Tuhan datang. Ia akan menerangi, juga apa yang tersembunyi dalam kegelapan, dan Ia akan memperlihatkan apa yang direncanakan di dalam hati. Maka tiap-tiap orang akan menerima pujian dari Allah.

2 Korintus 5:10 Sebab kita semua harus menghadap takhta pengadilan Kristus, supaya setiap orang memperoleh apa yang patut diterimanya, sesuai dengan yang dilakukannya dalam hidupnya ini, baik ataupun jahat.

1 Yohanes 2:28 Maka sekarang, anak-anakku, tinggallah di dalam Kristus, supaya apabila Ia menyatakan diri-Nya, kita beroleh keberanian percaya dan tidak usah malu terhadap Dia pada hari kedatangan-Nya.

Roma 14:10 Tetapi engkau, mengapakah engkau menghakimi saudaramu? Atau mengapakah engkau menghina saudaramu? Sebab kita semua harus menghadap takhta pengadilan Allah.

    Tujuan dan Alasan Pengadilan Bema

Tujuan dan alasan pengadilan Bema ini merupakan pokok yang paling santer dibicarakan, khususnya karena pembahasannya akan mengarah kepada aspek-aspek praktis pengadilan Bema ini. Pertanyaan-pertanyaan penting yang biasanya muncul adalah: Mengapa kita harus menghadap Bema? Apakah hanya untuk penerimaan pahala atau kehilangan pahala? Apakah ada hukuman yang dijatuhkan? Akan adakah dukacita yang dialami? Apakah dasar pelaksanaan Bema itu? Apakah karena dosa, perbuatan-perbuatan baik atau apa?

Di kalangan gereja masa kini, muncul silang pendapat mengenai sifat dari pengadilan Bema itu. Penggunaan istilah “takhta pengadilan,” kurangnya pemahaman latar belakang historis dan kulturis mengenai Bema dan teologia yang kabur mengenai karya Kristus di salib merupakan faktor-faktor penyebab perbedaan-perbedaan pendapat ini. Dalam hal ini Allah hanya dipandang sebagai pemberi pembalasan terhadap dosa-dosa orang percaya atau dosa yang tidak diakui.

      Tiga Pandangan Mengenai Bema

Sebagai tinjauan singkat ketiga pandangan ini, saya ingin mengutip tulisan Samuel L. Hoyt dalam Bibliotheca Sacra.

Sebagian sarjana Alkitab melihat takhta pengadilan ini sebagai tempat yang diwarnai dukacita mendalam, ketakutan, dan tempat Kristus akan membeberkan seluruh dosa-dosa orang percaya ( dosa-dosa yang tidak diakui) di hadapan orang-orang kudus yang telah dibangkitkan dan mengalami pengangkatan. Sebagian lagi malah mengemukakan bahwa orang-orang Kristen harus mengalami semacam penderitaan karena dosa-dosa mereka pada saat menghadapi pengadilan ini.

Di pihak lain, sebagian lagi yang menganut kronologi eskatologis yang sama berpendapat bahwa peristiwa ini merupakan semacam upacara pemberian penghargaan. Mahkota akan diberikan kepada setiap orang percaya. Akibatnya setiap orang Kristen akan dipenuhi rasa syukur untuk mahkota yang diterimanya, sehingga ia tidak akan berasa malu.

Para sarjana Alkitab lainnya mengemukakan pandangan tengah. Mereka mengakui adanya pengadilan atau pemeriksaan namun hal yang lebih ditekankan adalah aspek penghargaan dalam pengadilan tersebut. Mereka menekankan pentingnya kesetiaan dan ketekunan dalam kehidupan Kristen sekarang ini namun menolak konsep adanya penjatuhan hukuman jasmaniah dalam pengadilan Bema. Yang ditekankan adalah bahwa setiap orang Kristen harus mempertanggung-jawabkan kehidupannya di hadapan Kristus yang mahatahu dan kudus. Segala perbuatan yang dilakukan menurut kekuatan daging ini tidak akan mendapatkan pahala, namun segala perbuatan yang dilakukan dalam kuasa Roh Kudus akan mendapatkan pahala. Mereka yang menganut pandangan ini percaya bahwa orang-orang Kristen akan dimuliakan di hadapan Kristus tanpa sifat berdosa. Demikian pula setiap orang percaya akan berdiri tanpa rasa bersalah karena ia telah dibenarkan dalam Kristus. Tak perlu ada lagi hukuman jasmani karena Kristus telah menanggung seluruh murka Allah terhadap dosa-dosa orang-orang percaya selama-lamanya.16

Saya percaya pandangan yang terakhir ini lebih sesuai dengan ajaran Kitab Suci. Alasan-alasannya akan dibahas ketika kita mempelajari tentang sifat, tujuan dan dasar pengadilan Bema. Namun untuk saat ini, agar kita tidak menarik kesimpulan yang keliru, kita perlu selalu ingat bahwa Firman Allah mengajarkan adanya konsekuensi-konsekuensi temporal (sekarang) dan futural (akan datang) terhadap dosa atau ketidaktaatan kita. Meskipun dosa kita tidak akan dihukum ketika menghadap Bema karena Kristus telah menanggungnya bagi kita, namun kita tak boleh meremehkan dosa, mengingat konsekuensi-konsekuensinya yang serius.

      Konsekuensi-Konsekuensi Dosa Sekarang

Uraian berikut ini tidaklah mendalam, karena hanya bertujuan untuk menunjukkan bahwa dosa dalam kehidupan orang percaya bukanlah hal yang kecil.

      1. Hilangnya Persekutuan Dengan Tuhan

Dosa yang diperbuat orang percaya akan mengakibatkan hilangnya persekutuan yang akrab dengan Tuhan dan hilangnya sukacita dan damai.

Mazmur 32:3-4 Selama aku berdiam diri, tulang-tulangku menjadi lesu karena aku mengeluh sepanjang hari; sebab siang malam tangan-Mu menekan aku dengan berat, sumsumku menjadi kering, seperti oleh teriknya musim panas. Sela.

      2. Disiplin Dari Tuhan

Kita tidak boleh memandang disiplin dari Tuhan sebagai hukuman. Disiplin dari Allah sebagai Bapa kita bertujuan mendidik dan memperbaiki anak-anakNya. Terkadang disiplin ini datang dalam bentuk ujian, pencobaan, kegagalan, dan kesusahan, yang Ia gunakan untuk memperbaiki dan melatih kita. Namun apabila kita tetap terus berbuat dosa, itu akan menambah kemalangan kita. Namun tujuan disiplinNya selalu untuk mengembalikan kita kepadaNya. Apabila orang percaya tidak mau bertobat, ini dapat saja meningkat menjadi dosa yang membawa maut (kematian) seperti yang dialami Ananias dan Safira (Kisah 5), dan beberapa orang percaya di Korintus yang tidak mau mengakui dosa mereka dan membereskannya dengan Tuhan.

Ibrani 12:5-11 Dan sudah lupakah kamu akan nasihat yang berbicara kepada kamu seperti kepada anak-anak: "Hai anakku, janganlah anggap enteng didikan Tuhan, dan janganlah putus asa apabila engkau diperingatkan-Nya; karena Tuhan menghajar orang yang dikasihi-Nya, dan Ia menyesah orang yang diakui-Nya sebagai anak." Jika kamu harus menanggung ganjaran; Allah memperlakukan kamu seperti anak. Di manakah terdapat anak yang tidak dihajar oleh ayahnya? Tetapi, jikalau kamu bebas dari ganjaran, yang harus diderita setiap orang, maka kamu bukanlah anak, tetapi anak-anak gampang. Selanjutnya: dari ayah kita yang sebenarnya kita beroleh ganjaran, dan mereka kita hormati; kalau demikian bukankah kita harus lebih taat kepada Bapa segala roh, supaya kita boleh hidup? Sebab mereka mendidik kita dalam waktu yang pendek sesuai dengan apa yang mereka anggap baik, tetapi Dia menghajar kita untuk kebaikan kita, supaya kita beroleh bagian dalam kekudusan-Nya. Memang tiap-tiap ganjaran pada waktu ia diberikan tidak mendatangkan sukacita, tetapi dukacita. Tetapi kemudian ia menghasilkan buah kebenaran yang memberikan damai kepada mereka yang dilatih olehnya.

1 Korintus 11:28-30 Karena itu hendaklah tiap-tiap orang menguji dirinya sendiri dan baru sesudah itu ia makan roti dan minum dari cawan itu. Karena barangsiapa makan dan minum tanpa mengakui tubuh Tuhan, ia mendatangkan hukuman atas dirinya. Sebab itu banyak di antara kamu yang lemah dan sakit, dan tidak sedikit yang meninggal.

1 Yohanes 5:16-17 Kalau ada seorang melihat saudaranya berbuat dosa, yaitu dosa yang tidak mendatangkan maut, hendaklah ia berdoa kepada Allah dan Dia akan memberikan hidup kepadanya, yaitu mereka, yang berbuat dosa yang tidak mendatangkan maut. Ada dosa yang mendatangkan maut: tentang itu tidak kukatakan, bahwa ia harus berdoa. Semua kejahatan adalah dosa, tetapi ada dosa yang tidak mendatangkan maut.

      3. Hilangnya Kuasa dan Keberbuahan

Bila kita tak mau menyelesaikan dosa kita melalui pengakuan yang jujur, kita mendukakan Roh Kudus dan memadamkan kuasaNya di dalam kehidupan kita. Selain itu, akibatnya kita akan menjalani kehidupan ini dalam kekuatan dan keinginan daging, bukannya dengan iman kepada Allah. Kita akan mengandalkan cara kita sendiri dalam mengahadapi setiap permasalahan hidup. Tentu saja sikap dan cara seperti ini hanya akan menghasilkan perbuatan-perbuatan daging dengan segala akibatnya yang dahsyat dan sia-sia. Firman Tuhan mengajarkan bahwa apabila kita tidak tinggal di dalam Dia, yakni hidup dalam iman dan ketaatan kepada Tuhan, kita tak akan dapat berbuat apa-apa dan hidup kita akan hampa.

Galatia 3:1-5 Hai orang-orang Galatia yang bodoh, siapakah yang telah mempesona kamu? Bukankah Yesus Kristus yang disalibkan itu telah dilukiskan dengan terang di depanmu? Hanya ini yang hendak kuketahui dari pada kamu: Adakah kamu telah menerima Roh karena melakukan hukum Taurat atau karena percaya kepada pemberitaan Injil? Adakah kamu sebodoh itu? Kamu telah mulai dengan Roh, maukah kamu sekarang mengakhirinya di dalam daging? Sia-siakah semua yang telah kamu alami sebanyak itu? Masakan sia-sia! Jadi bagaimana sekarang, apakah Ia yang menganugerahkan Roh kepada kamu dengan berlimpah-limpah dan yang melakukan mujizat di antara kamu, berbuat demikian karena kamu melakukan hukum Taurat atau karena kamu percaya kepada pemberitaan Injil?

Galatia 5:1-5 Supaya kita sungguh-sungguh merdeka, Kristus telah memerdekakan kita. Karena itu berdirilah teguh dan jangan mau lagi dikenakan kuk perhambaan. Sesungguhnya, aku, Paulus, berkata kepadamu: jikalau kamu menyunatkan dirimu, Kristus sama sekali tidak akan berguna bagimu. Sekali lagi aku katakan kepada setiap orang yang menyunatkan dirinya, bahwa ia wajib melakukan seluruh hukum Taurat. Kamu lepas dari Kristus, jikalau kamu mengharapkan kebenaran oleh hukum Taurat; kamu hidup di luar kasih karunia. Sebab oleh Roh, dan karena iman, kita menantikan kebenaran yang kita harapkan.

Galatia 5:19-21, 26 Perbuatan daging telah nyata, yaitu: percabulan, kecemaran, hawa nafsu, penyembahan berhala, sihir, perseteruan, perselisihan, iri hati, amarah, kepentingan diri sendiri, percideraan, roh pemecah, kedengkian, kemabukan, pesta pora dan sebagainya. Terhadap semuanya itu kuperingatkan kamu--seperti yang telah kubuat dahulu--bahwa barangsiapa melakukan hal-hal yang demikian, ia tidak akan mendapat bagian dalam Kerajaan Allah.… . dan janganlah kita gila hormat, janganlah kita saling menantang dan saling mendengki.

Yeremia 2:12-13 Tertegunlah atas hal itu, hai langit, menggigil dan gemetarlah dengan sangat, demikianlah firman TUHAN. Sebab dua kali umat-Ku berbuat jahat: mereka meninggalkan Aku, sumber air yang hidup, untuk menggali kolam bagi mereka sendiri, yakni kolam yang bocor, yang tidak dapat menahan air.

Yohanes 15:1-7 "Akulah pokok anggur yang benar dan Bapa-Kulah pengusahanya. Setiap ranting pada-Ku yang tidak berbuah, dipotong-Nya dan setiap ranting yang berbuah, dibersihkan-Nya, supaya ia lebih banyak berbuah. Kamu memang sudah bersih karena firman yang telah Kukatakan kepadamu. Tinggallah di dalam Aku dan Aku di dalam kamu. Sama seperti ranting tidak dapat berbuah dari dirinya sendiri, kalau ia tidak tinggal pada pokok anggur, demikian juga kamu tidak berbuah, jikalau kamu tidak tinggal di dalam Aku. Akulah pokok anggur dan kamulah ranting-rantingnya. Barangsiapa tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia, ia berbuah banyak, sebab di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa. Barangsiapa tidak tinggal di dalam Aku, ia dibuang ke luar seperti ranting dan menjadi kering, kemudian dikumpulkan orang dan dicampakkan ke dalam api lalu dibakar. Jikalau kamu tinggal di dalam Aku dan firman-Ku tinggal di dalam kamu, mintalah apa saja yang kamu kehendaki, dan kamu akan menerimanya.

      4. Hilangnya Kesempatan-Kesempatan

Bila keinginan kita sendiri yang mengendalikan kehidupan kita, bukannya Tuhan, kita akan menjadi tidak sensitif terhadap orang lain sehingga hilang kesempatan untuk melayani. Dengan kata lain, kita kehilangan visi. Orang-orang Kristen duniawi tidak memiliki visi selain hanya mengejar ambisi atau urusan pribadi mereka sendiri.

Yohanes 4:34-38 Kata Yesus kepada mereka: "Makanan-Ku ialah melakukan kehendak Dia yang mengutus Aku dan menyelesaikan pekerjaan-Nya. Bukankah kamu mengatakan: Empat bulan lagi tibalah musim menuai? Tetapi Aku berkata kepadamu: Lihatlah sekelilingmu dan pandanglah ladang-ladang yang sudah menguning dan matang untuk dituai. Sekarang juga penuai telah menerima upahnya dan ia mengumpulkan buah untuk hidup yang kekal, sehingga penabur dan penuai sama-sama bersukacita. Sebab dalam hal ini benarlah peribahasa: Yang seorang menabur dan yang lain menuai. Aku mengutus kamu untuk menuai apa yang tidak kamu usahakan; orang-orang lain berusaha dan kamu datang memetik hasil usaha mereka."

      5. Hilangnya Keinginan dan Motivasi Pelayanan

Orang-orang percaya yang duniawi dan dikuasai keinginan daging (karnal) biasanya hanya dikendalikan oleh keinginan-keinginan diri mereka sendiri. Mungkin tepat dan cocok sekali topik tentang hal mementingkan diri sendiri dan pahala-pahala dibahas di sini karena sebagian orang memandang pahala sebagai hal yang mengarah kepada kepentingan diri sendiri dan bersifat karnal.

Galatia 5:16-17 Maksudku ialah: hiduplah oleh Roh, maka kamu tidak akan menuruti keinginan daging. Sebab keinginan daging berlawanan dengan keinginan Roh dan keinginan Roh berlawanan dengan keinginan daging--karena keduanya bertentangan--sehingga kamu setiap kali tidak melakukan apa yang kamu kehendaki.

Zane Hodges memiliki pemikiran yang baik mengenai konsep ini:

Kitab Suci tidak mengajar kita untuk tidak tertarik kepada kebahagiaan atau kesenangan diri kita. Keinginan untuk melepaskan diri dari hukuman kekal itu sendiri merupakan minat pribadi yang sah dan penting. Naluri untuk menjaga dan memelihara kehidupan kita pun demikian. Juga kesenangan dan penikmatan bukanlah pengalaman-pengalaman yang haram.

Ketika Allah menempatkan Adam dan Hawa di taman Eden, Ia menyediakan bagi mereka “berbagai-bagai pohon dari bumi, yang menarik dan yang baik untuk dimakan buahnya” (Kej. 2:9). Mereka dapat menikmatinya dengan leluasa asalakan mereka tidak memakan buah dari pohon yang dilarang. Demikian pula, Paulus meberkata kepada orang-orang kaya bahwa “Allah yang dalam kekayaan-Nya memberikan kepada kita segala sesuatu untuk dinikmati.” (1 Tim. 6:17).

Mementingkan atau mengasihi diri sendiri tak boleh diartikan hanya sebagai pengejaran kepentingan diri kita sendiri. Hal ini harus diartikan sebagai pengejaran kepentingan diri sendiri menurut cara kita sendiri, bukannya menurut cara Allah. Oleh karena “kasih” merupakan sifat yang baik yang merupakan bagian dari iman Kristen, sering kali hal mementingkan diri sendiri diartikan sebagai pengejaran kepentingan diri sendiri yang melanggar hukum kasih.17

Mengejar kepentingan (keinginan) diri sendiri menurut cara atau petunjuk Allah adalah hal yang sah. Namun orang yang hanya bersikap mementingkan diri sendiri biasanya terlalu dikuasai oleh keinginan dirinya sendiri dengan mengorbankan orang-orang lain dan kehendak Allah. Paad saat Adam dan Hawa makan buah pohon pengetahuan baik dan jahat, tindakan mereka itu mencerminkan keterpusatan kepada keinginan diri sendiri. Sikap tersebut adalah dosa dan dapat disamakan dengan penyembahan berhala. Ketika mereka ditempatkan di taman yang indah itu dan menikmati buah pohon-pohon dengan segala keindahan dan kenyamanan taman itu, mereka bertindak menuruti keinginan (selera) diri mereka sendiri namun mereka melakukannya dengan bergantung kepada Tuhan dan dalam ketaatan kepadaNya.

      6. Hubungan-Hubungan Yang Rusak dan Ketidakharmonisan

Perilaku duniawi akan berakibat rusaknya hubungan-hubungan dan membawa penderitaan terhadap orang-orang di sekitar kita – keluarga kita, sahabat-sahabat kita, teman-teman sekerja kita, dan teman-teman seiman kita dalam tubuh Kristus.

Galatia 5:15 Tetapi jikalau kamu saling menggigit dan saling menelan, awaslah, supaya jangan kamu saling membinasakan.

Ibrani 12:15-17 Jagalah supaya jangan ada seorangpun menjauhkan diri dari kasih karunia Allah, agar jangan tumbuh akar yang pahit yang menimbulkan kerusuhan dan yang mencemarkan banyak orang. Janganlah ada orang yang menjadi cabul atau yang mempunyai nafsu yang rendah seperti Esau, yang menjual hak kesulungannya untuk sepiring makanan. Sebab kamu tahu, bahwa kemudian, ketika ia hendak menerima berkat itu, ia ditolak, sebab ia tidak beroleh kesempatan untuk memperbaiki kesalahannya, sekalipun ia mencarinya dengan mencucurkan air mata.

      7. Hilangnya Kesehatan Jasmani dan Vitalitas

Tentu saja tidak semua sakit penyakit, kelemahan, atau penderitaan selalu disebabkan oleh perbuatan dosa, namun hal itu bisa saja terjadi dan bahkan sering kali terjadi.

1 Korintus 11:29-30 Karena barangsiapa makan dan minum tanpa mengakui tubuh Tuhan, ia mendatangkan hukuman atas dirinya. Sebab itu banyak di antara kamu yang lemah dan sakit, dan tidak sedikit yang meninggal.

1 Yohanes 5:16-17 Kalau ada seorang melihat saudaranya berbuat dosa, yaitu dosa yang tidak mendatangkan maut, hendaklah ia berdoa kepada Allah dan Dia akan memberikan hidup kepadanya, yaitu mereka, yang berbuat dosa yang tidak mendatangkan maut. Ada dosa yang mendatangkan maut: tentang itu tidak kukatakan, bahwa ia harus berdoa. Semua kejahatan adalah dosa, tetapi ada dosa yang tidak mendatangkan maut.

Amsal 17:22 Hati yang gembira adalah obat yang manjur, tetapi semangat yang patah mengeringkan tulang.

Amsal 14:30 Hati yang tenang menyegarkan tubuh, tetapi iri hati membusukkan tulang.

      8. Hilangnya Mahkota Ketika Menghadap Bema

Akan ada orang percaya yang kehilangan pahala sebagaimana dinyatakan dalam ayat-ayat berikut:

1 Korintus 3:13-15 sekali kelak pekerjaan masing-masing orang akan nampak. Karena hari Tuhan akan menyatakannya, sebab ia akan nampak dengan api dan bagaimana pekerjaan masing-masing orang akan diuji oleh api itu. Jika pekerjaan yang dibangun seseorang tahan uji, ia akan mendapat upah. Jika pekerjaannya terbakar, ia akan menderita kerugian, tetapi ia sendiri akan diselamatkan, tetapi seperti dari dalam api.

    Tujuan Bema (Lanjutan)

Pengadilan Bema itu tidak bersifat menghukum. Bema bukan penghakiman orang percaya karena sesuatu perbuatan dosa yang dilakukannya.

Kitab Suci mengajar bahwa bagi orang percaya, keadilan Allah terhadap dosa orang percaya, telah digenapi Kristus secara sempurna untuk selama-lamanya di atas salib. Apabila Allah harus menghukum lagi orang percaya untuk dosa-dosanya yang telah dibayar oleh Kristus, berarti Allah menuntut dua pembayaran untuk dosa sehingga hal ini akan bertentangan dengan keadilanNya. Konsep tentang penghukuman dosa orang percaya mengaburkan kecukupan dan khasiat kematian Kristus di atas salib.18

Kristus telah membayar hukuman bagi dosa-dosa orang percaya pra dan pasca pertobatan. Orang percaya dapat kehilangan pahala yang seharusnya ia terima, namun ia tidak tidak harus menjalani hukuman lagi untuik “membayar” dosa-dosanya.

Kitab Suci mengajar bahwa setiapdosa, yang diakui maupun tidak diakui, telah diampuni dan dibereskan melalui karya Kristus di salib, sehingga orang percaya tidak perlu diperhadapkan lagi dengan dosa-dosanya pada pengadilan Bema. Ayat-ayat berikut menjelaskan prinsip mendasar mengenai sifat dari Karya Kristus yang sempurna dan lengkap itu.

Ibrani 10:14 Sebab oleh satu korban saja Ia telah menyempurnakan untuk selama-lamanya mereka yang Ia kuduskan.

Roma 5:19 Jadi sama seperti oleh ketidaktaatan satu orang semua orang telah menjadi orang berdosa, demikian pula oleh ketaatan satu orang semua orang menjadi orang benar.

Kolose 2:10 dan kamu telah dipenuhi di dalam Dia. Dialah kepala semua pemerintah dan penguasa.

Ibrani 8:12 Sebab Aku akan menaruh belas kasihan terhadap kesalahan mereka dan tidak lagi mengingat dosa-dosa mereka.".

Ibrani 10:17-18 dan Aku tidak lagi mengingat dosa-dosa dan kesalahan mereka." Jadi apabila untuk semuanya itu ada pengampunan, tidak perlu lagi dipersembahkan korban karena dosa.

Yesaya 38:17 Sesungguhnya, penderitaan yang pahit menjadi keselamatan bagiku; Engkaulah yang mencegah jiwaku dari lobang kebinasaan. Sebab Engkau telah melemparkan segala dosaku jauh dari hadapan-Mu.

Yesaya 44:22 Aku telah menghapus segala dosa pemberontakanmu seperti kabut diterbangkan angin dan segala dosamu seperti awan yang tertiup. Kembalilah kepada-Ku, sebab Aku telah menebus engkau!

Mazmur 103:12 sejauh timur dari barat, demikian dijauhkan-Nya dari pada kita pelanggaran kita.

Kita tidak akan mengalami hukuman lagi. Mengapa? Karena Kristus telah menanggung hukuman kita dengan menanggung kutuk karena kita.

Roma 5:1 Sebab itu, kita yang dibenarkan karena iman, kita hidup dalam damai sejahtera dengan Allah oleh karena Tuhan kita, Yesus Kristus.

Yohanes 3:18 Barangsiapa percaya kepada-Nya, ia tidak akan dihukum; barangsiapa tidak percaya, ia telah berada di bawah hukuman, sebab ia tidak percaya dalam nama Anak Tunggal Allah.

Yohanes 5:24 Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa mendengar perkataan-Ku dan percaya kepada Dia yang mengutus Aku, ia mempunyai hidup yang kekal dan tidak turut dihukum, sebab ia sudah pindah dari dalam maut ke dalam hidup.

Jika demikian mengapa kita harus mengakui dosa kita? Dan mengapa Allah harus menghukum orang-orang percaya karena dosa yang tidak diakui seperti halnya Ananias dan Safira dalam Kisah 5 dan beberapa orang percaya di Korintus dalam 1 Korintus 11:28? Pertanyaan-pertanyaan ini merupakan permasalahan yang sama sekali lain atau berbeda.

Dosa yang tidak diakui ada kaitannya dengan persekutuan kita dengan Tuhan selama kita berada dalam kehidupan di dunia ini, tidak berkaitan dengan kedudukan kita di hadapan Allah. Dosa yang tidak diakui akan menghambat persekutuan dan pengendalianNya atas kehidupan kita. Sebagaimana Amos 3:3 mengatakan, “Berjalankah dua orang bersama-sama, jika mereka belum berjanji?” Jelas jawabannya adalah tidak.

Pengakuan berarti kita setuju dengan Allah mengenai dosa kita dan dalam pengakuan ini kita mau menunjukkan keinginan kita untuk kembali berada di bawah kontrol Allah. “Pengampunan sehari-hari bagi mereka yang termasuk dalam keluarga Allah harus dibedakan dengan pengampunan yudisial dam posisional terhadap dosa-dosa seseorang yang terjadi pada saat ia percaya kepada Tuhan Yesus Kristus” (Hoyt, hal.38). Kita perlu membedakan antara pengampunan horisontal dan pengampunan vertikal ketika Allah membenarkan kita dan memberikan kita kedudukan karena Kristus.

Ayat-ayat Kunci:

Ibrani 12:5-11 Dan sudah lupakah kamu akan nasihat yang berbicara kepada kamu seperti kepada anak-anak: "Hai anakku, janganlah anggap enteng didikan Tuhan, dan janganlah putus asa apabila engkau diperingatkan-Nya; karena Tuhan menghajar orang yang dikasihi-Nya, dan Ia menyesah orang yang diakui-Nya sebagai anak." Jika kamu harus menanggung ganjaran; Allah memperlakukan kamu seperti anak. Di manakah terdapat anak yang tidak dihajar oleh ayahnya? Tetapi, jikalau kamu bebas dari ganjaran, yang harus diderita setiap orang, maka kamu bukanlah anak, tetapi anak-anak gampang. Selanjutnya: dari ayah kita yang sebenarnya kita beroleh ganjaran, dan mereka kita hormati; kalau demikian bukankah kita harus lebih taat kepada Bapa segala roh, supaya kita boleh hidup? Sebab mereka mendidik kita dalam waktu yang pendek sesuai dengan apa yang mereka anggap baik, tetapi Dia menghajar kita untuk kebaikan kita, supaya kita beroleh bagian dalam kekudusan-Nya. Memang tiap-tiap ganjaran pada waktu ia diberikan tidak mendatangkan sukacita, tetapi dukacita. Tetapi kemudian ia menghasilkan buah kebenaran yang memberikan damai kepada mereka yang dilatih olehnya.

1 Korintus 11:28-32 Karena itu hendaklah tiap-tiap orang menguji dirinya sendiri dan baru sesudah itu ia makan roti dan minum dari cawan itu. Karena barangsiapa makan dan minum tanpa mengakui tubuh Tuhan, ia mendatangkan hukuman atas dirinya. Sebab itu banyak di antara kamu yang lemah dan sakit, dan tidak sedikit yang meninggal. Kalau kita menguji diri kita sendiri, hukuman tidak menimpa kita. Tetapi kalau kita menerima hukuman dari Tuhan, kita dididik, supaya kita tidak akan dihukum bersama-sama dengan dunia.

Ayat-ayat ini menjelaskan mengenai sifat hukuman atas orang-orang percaya selama dalam kehidupan ini. Ini berupa pengenaan disiplin yang bertujuan memperbaiki dan mengembalikan kita kepada persekutuan yang akrab dengan Allah. Ayat-ayat ini juga penyebab utama pengenaan disiplin itu yakni karena kegagalan kita dalam membereskan dan mengakui dosa. Dosa selalu menghalangi persekutuan kita dengan Allah.

Perkataan dalam 1 Korintus 11:32, “dihukum bersama-sama dengan dunia” kemungkinan besar menunjuk kepada penghukuman yang disebut dalam Roma 1:24 dst., yakni kebobrokan moral dan semakin hancurnya nilai-nilai moral manusia ketika mereka menjauh bahkan menentang Tuhan. Demikian juga yang terjadi dalam kehidupan orang-orang percaya, namun melalui disiplin, Allah berupaya menghentikan prosesnya.

1 Korintus 11:32 Tetapi kalau kita menerima hukuman dari Tuhan, kita dididik, supaya kita tidak akan dihukum bersama-sama dengan dunia.

Roma 1:24-32 Karena itu Allah menyerahkan mereka kepada keinginan hati mereka akan kecemaran, sehingga mereka saling mencemarkan tubuh mereka. Sebab mereka menggantikan kebenaran Allah dengan dusta dan memuja dan menyembah makhluk dengan melupakan Penciptanya yang harus dipuji selama-lamanya, amin. Karena itu Allah menyerahkan mereka kepada hawa nafsu yang memalukan, sebab isteri-isteri mereka menggantikan persetubuhan yang wajar dengan yang tak wajar. Demikian juga suami-suami meninggalkan persetubuhan yang wajar dengan isteri mereka dan menyala-nyala dalam berahi mereka seorang terhadap yang lain, sehingga mereka melakukan kemesuman, laki-laki dengan laki-laki, dan karena itu mereka menerima dalam diri mereka balasan yang setimpal untuk kesesatan mereka. Dan karena mereka tidak merasa perlu untuk mengakui Allah, maka Allah menyerahkan mereka kepada pikiran-pikiran yang terkutuk, sehingga mereka melakukan apa yang tidak pantas: penuh dengan rupa-rupa kelaliman, kejahatan, keserakahan dan kebusukan, penuh dengan dengki, pembunuhan, perselisihan, tipu muslihat dan kefasikan. Mereka adalah pengumpat, pemfitnah, pembenci Allah, kurang ajar, congkak, sombong, pandai dalam kejahatan, tidak taat kepada orang tua, tidak berakal, tidak setia, tidak penyayang, tidak mengenal belas kasihan. Sebab walaupun mereka mengetahui tuntutan-tuntutan hukum Allah, yaitu bahwa setiap orang yang melakukan hal-hal demikian, patut dihukum mati, mereka bukan saja melakukannya sendiri, tetapi mereka juga setuju dengan mereka yang melakukannya.

Allah tidak menghukum dosa-dosa kita dalam arti mengharuskan kita membayar hukuman bagi dosa itu.

Kitab Suci mengajar bahwa kematian Kristus sudah cukup dan telah memenuhi secara sempurna murka Allah terhadap dosa orang percaya. Permasalahan dosa dalam kaitannya dengan keadilan Allah telah terpenuhi selama-lamanya melalui pengorbanan AnakNya. Hukuman terhadap dosa-dosa orang percaya telah dibayar penuh oleh Kristus, sebagai pengganti orang percaya. Orang percaya telah menjalani pengadilan, dan telah dijatuhi hukuman melalui penggantinya yaitu Yesus Kristus. Allah tak mengharuskan lagi pembayaran hukuman untuk dosa untuk kedua kalinya karena pembayarannya telah lunas dibayar oleh Kristus. Orang percaya dipandang oleh Bapa sebagai orang yang telah mengenakan pakaian kebenaran Kristus. Karena itu Allah tak melihat alasan lagi untuk mendakwa orang Kristen secara hukum karena semuanya telah digenapi di dalam kematian Yesus Kristus. Karena itu ketika orang percaya menghadap takhta pengadilan Kristus, hukuman untuk dosa-dosa orang percaya tak perlu dijatuhkan lagi.19

Namun Allah mendisplin kita seperti halnya seorang bapa mendisiplin anak-anaknya, dengan maksud mengembalikan kita kepada persekutuan dan membentuk kita menjadi serupa dengan gambaran AnakNya. Jadi ini merupakan persoalan keluarga.

      Aspek-Aspek Positif Dari Bema

    Untuk Menilai Pekerjaan Orang-Orang Percaya

Bema merupakan tempat penilaian kualitas dari setiap pekerjaan orang percaya apakah baik atau buruk. Setiap pekerjaan kita akan dinilai apakah berkenan sehingga patut diberi imbalan pahala, atau tak berkenan, sehingga tak patut mendapatkan pahala. Sebenarnya proses penilaian itu sudah sedang berlangsung sekarang ini oleh Tuhan (Lihat Wah. 2-3).

    Untuk Menghilangkan Buah Yang Tak Berkenan

Bema juga adalah tempat penghilangan atau penghancuran buah-buah yang tak berkenan yang digambarkan dengan simbol kayu, rumput kering, dan jerami. Setiap perbuatan, pikiran, dan motif yang jahat, maupun setiap perbuatan baik yang dikerjakan berdasarkan kekuatan daging akan hangus terbakar seperti halnya kayu, rumput kering dan jerami dalam api, karena semuanya tak berlayak untuk diberi pahala. Mengapa? Kita akan menemukan jawabannya ketika kita menyelidiki tentang dasar penerimaan atau hilangnya pahala.

    Untuk Memberikan Pahala Kepada Orang Percaya

Pengadilan Bema juga merupakan tempat pemberian imbalan pahala kepada orang-orang percaya untuk setiap perbuatan baik yang telah mereka kerjakan. Hal ini terlihat dalam simbol emas, perak dan batu permata yang sangat berharga dan dapat bertahan dalam ujian api tanpa hangus terbakar. Jenis pekerjaan dalam kategori ini adalah pekerjaan-pekerjaan itu dilakukan di bawah pimpinan dan kendali Roh Kudus.

1 Korintus 3:13-15 sekali kelak pekerjaan masing-masing orang akan nampak. Karena hari Tuhan akan menyatakannya, sebab ia akan nampak dengan api dan bagaimana pekerjaan masing-masing orang akan diuji oleh api itu. Jika pekerjaan yang dibangun seseorang tahan uji, ia akan mendapat upah. Jika pekerjaannya terbakar, ia akan menderita kerugian, tetapi ia sendiri akan diselamatkan, tetapi seperti dari dalam api.

Perkataan “nampak” dalam bahasa Yunani adalah phaneros yang berarti “dikenal, kelihatan, dinyatakan.” Perkataan “hari itu” menunjuk kepada hari pelaksaaan Bema yakni setelah pengangkatan jemaat atau orang-orang percaya. Perkataan “menyatakannya” adalah deloo yang berarti “memperjelas, membuatnya menjadi nyata atau jelas.” Istilah Yunani lain untuk “nampak” yang digunakan di sini adalah apokalupto yang berarti “membukakan.” “Ujiaan” adalah dokimazo yang berarti “menguji untuk diadakan penilaian.” “Kualitas” adalah hopoion, suatu keterangan tentang mutu untuk mengetahui “apa jenisnya.”

1 Korintus 4:5 Karena itu, janganlah menghakimi sebelum waktunya, yaitu sebelum Tuhan datang. Ia akan menerangi, juga apa yang tersembunyi dalam kegelapan, dan Ia akan memperlihatkan apa yang direncanakan di dalam hati. Maka tiap-tiap orang akan menerima pujian dari Allah.

“Menerangi” dalam bahasa Yunani adalah photizo, yang berarti “membawa sesuatu kepada terang, membuatnya kelihatan.” Istilah “memperlihatkan” adalah phaneroo, berarti “menyatakan, membukakan.” Pokok utama di sini sangat jelas terlihat dalam dua ayat berikut ini yaitu: Bahwa Tuhan akan menilai kualitas dan sifat dari setiap pekerjaan kita.

2 Korintus 5:10 Sebab kita semua harus menghadap takhta pengadilan Kristus, supaya setiap orang memperoleh apa yang patut diterimanya, sesuai dengan yang dilakukannya dalam hidupnya ini, baik ataupun jahat.

Wahyu 22:12 "Sesungguhnya Aku datang segera dan Aku membawa upah-Ku untuk membalaskan kepada setiap orang menurut perbuatannya.”

      Aspek-Aspek Negatif dari Bema

Ada beberapa ayat yang menunjukkan aspek negatif dari Bema yang perlu penjelasan. Dalam ayat-ayat ini ada pernyataan seperti “memberi pertanggungan jawab bagi dirinya,” “menderita kerugian,” “malu” dan “mendapat pembalasan untuk setiap perbuatan .... baik atau jahat.”

Akankah orang-orang percaya mengalami rasa malu, sedih, menyesal ketika menghadap Bema? Jika demikian, bagaimana kita menyesuaikan pernyataan-pernyataan ini dengan ayat seperti Wahyu 7:17, “Allah akan menghapus segala air mata dari mata mereka”, dan Wahyu 21:4, “Dan Ia akan menghapus segala air mata dari mata mereka, dan maut tidak akan ada lagi; tidak akan ada lagi perkabungan, atau ratap tangis, atau dukacita, sebab segala sesuatu yang lama itu telah berlalu,” atau dengan Yesaya 65:17, "Sebab sesungguhnya, Aku menciptakan langit yang baru dan bumi yang baru; hal-hal yang dahulu tidak akan diingat lagi, dan tidak akan timbul lagi dalam hati.”?

Efek-efek negatif pengadilan Bema adalah sebagai berikut:

    Hilangnya Pahala

Kerugian yang disebutkan dalam 1 Korintus 3:15 menunjukkan hilangnya pahala bukan keselamatan karena ayat berikutnya menjelaskan tentang hal ini. Perhatikan bahwa perkataan “ia akan menderita kerugian” lebih tepat diartikan “rugi dalam arti tidak menerima pahala.”

1 Korintus 3:15 Jika pekerjaannya terbakar, ia akan menderita kerugian, tetapi ia sendiri akan diselamatkan, tetapi seperti dari dalam api.

    Diskualifikasi

Diskualifikasi yang disebutkan dalam 1 Korintus 9:27 berarti didiskualifikasi dari pahala, bukan kehilangan keselamatan. Ini tampak lebih jelas dalam konteks dan analogi yang digunakan mengenai pertandingan olahraga Yunani.

1 Korintus 9:27 Tetapi aku melatih tubuhku dan menguasainya seluruhnya, supaya sesudah memberitakan Injil kepada orang lain, jangan aku sendiri ditolak.

    Pembalasan (Imbalan) Setimpal

Perkataan “apa yang patur diterimanya” dalam 2 Korintus 5:10 menunjukkan penerimaan pahala atau hilangnya pahala. Kata kerja yang digunakan di sini adalah komizo yang berarti “memikul dengan selamat,” “memikulnya sebagai barang rampasan.” Dalam bentuk middle voice seperti dalam ayat ini, istilah ini berarti “memikul untuk diri sendiri,”20 atau “menerima kembali apa yang menjadi miliknya.”21

2 Korintus 5:10 Sebab kita semua harus menghadap takhta pengadilan Kristus, supaya setiap orang memperoleh apa yang patut diterimanya, sesuai dengan yang dilakukannya dalam hidupnya ini, baik ataupun jahat.

Matius 25:27 Karena itu sudahlah seharusnya uangku itu kauberikan kepada orang yang menjalankan uang, supaya sekembaliku aku menerimanya serta dengan bunganya.

Efesus 6:8 Kamu tahu, bahwa setiap orang, baik hamba, maupun orang merdeka, kalau ia telah berbuat sesuatu yang baik, ia akan menerima balasannya dari Tuhan.

Makna pemberian pahala ini juga jelas terlihat dalam istilah-istilah Yunani yang digunakan dalam 2 Korintus 5:10. Istilah “baik”, agathos artinya berharga seperti buah yang baik sedangkan istilah “jahat” – phaulos — artinya buruk (busuk), seperti buah busuk yang tak dapat dimakan. Maknanya istilah-istilah inii bukan baik dalam pengertian benar lawan jahat karena berdosa. Bila arti ini yang dimaksudkan oleh Paulus maka lebih tepat menggunakan istilah kalos, “baik” dan kakos, “jahat.” Untuk perbuatan-perbuatan baik, yang berharga, ibarat buah yang baik, kita akan menerima imbalan pahala (mahkota), sedangkan untuk perbuatan-perbuatan jahat, busuk dan tak berharga, tidak akan mendapat imbalan pahala.

Pengertian ini mungkin dapat dilukiskan seperti seorang siswa yang mengerjakan tugas pelajaran yang buruk sehingga mendapat nilai yang buruk. Hasil pekerjaannya yang jelek atau buruk itu mendapatkan imbalan yang sesuai dengan kualitas pekerjaannya. Jika buruk, nilainya juga buruk, jika baik, nilainya baik. Ketika saya belajar di Seminari Theologia Dallas, ada sebuah tulisan di kantor bagian akademik yang mengatakan, “Keselamatan adalah oleh anugerah ...... Penamatan adalah oleh pekerjaan.”

    Merasa Malu

Istilah lain yang menunjukkan aspek negatif dari Bema terdapat dalam 1 Yohanes 2:28. Ayat ini pasti menunjuk kepada Bema. Dalam ayat ini dikemukakan kita beroleh keberanian karena kita tinggal di dalam Kristus. Sedangkan rasa malu di hadapan Tuhan merupakan akibat kegagalan untuk tetap tinggal di dalam Dia.

1 Yohanes 2:28 Maka sekarang, anak-anakku, tinggallah di dalam Kristus, supaya apabila Ia menyatakan diri-Nya, kita beroleh keberanian percaya dan tidak usah malu terhadap Dia pada hari kedatangan-Nya.

“Anak-anakku” merupakan perkataan kasih sayang yang diucapkan Yohanes tentang para pembacanya dan panggilan ini mengartikan bahwa mereka adalah orang-orang yang sudah mengalami kelahiran baru.

Perkataan “tinggal di dalam Dia” sinonim dengan bersekutu dengan Dia. Ini yang menjadi pokok pembicaraan utama dalam suratnya ini (1:3-7). Tinggal di dalam Dia berarti menjadikan kehidupan Kristus sebagai sumber kehidupan kita dan mentaatiNya sebagai akibat penyerahan kita kepadaNya. Inilah dasar pemberian pahala. Bila kita tidak tinggal di dalam Dia maka kita akan kehilangan pahala. Perihal tinggal di dalam Kristus atau berserah penuh kepadaNya merupakan pokok yang penting kita ingat.

Kata “supaya” menunjukkan tujuan, yaitu kedatangan Kristus dengan segala maknanya bagi kita.

Kemudian perkataan “apabila Ia menyatakan diriNya.” Kata “apabila” menunjuk kepada saat kedatangan Tuhan yang dapat saja terjadi sewaktu-waktu. Aspek kondisional dari pernyataan dalam ayat ini tak meragukan realita kedatangan Kristus, melainkan aspek waktunya (kapan) yang bisa terjadi setiap saat. Istilah “menyatakan” menunjuk kepada peristiwa pengangkatan yang akan membawa kita untuk menghadap Bema.

“Kita beroleh keberanian percaya.” Istilah Yunani untuk “keberanian” adalah parresia yang berarti “keberanian berbicara.” Meskipun tak ada dari kita yang sempurna namun kesetiaan atau ketekunan untuk tetap tinggal dan hidup dalam ketaatan kepada Tuhan memberikan kepastian (jaminan) penerimaan pahala.

“Dan tidak usah malu terhadap Dia pada hari kedatangan-Nya (kehadiranNya).” Perhatikan beberapa hal dalam kalimat ini. Menurut kata kerjanya dalam bahasa Yunani yang berbentuk aorist subjunctive, serta arti dari kata kerjanya sesuai tata bahasanya, ini menunjuk kepada perbuatan (tindakan) pada masa yang akan datang, bukan tindakan yang sedang berlangsung. Bentuk kata kerjanya adalah pasif. Artinya orang yang disebut di sini akan menjadi objek penerima tindakan, yaitu orang itu akan dipermalukan. Namun bagaimana caranya? Ada dua pandangan yang dikemukakan:

(1) Orang percaya yang tidak tinggal di dalam Dia akan malu di hadapan Tuhan, atau Ia akan dipermalukan oleh Tuhan. Pandangan ini agak bersifat punitif (menghukum) dan kurang cocok dengan tujuan Bema itu dan juga tidak sesuai dengan janji Tuhan bahwa orang percaya tidak akan mengalami hukuman.

(2) Orang percaya yang tidak tinggal di dalam Dia akan dipermalukan melalui pembeberan perbuatannya di hadapan pengadilan Bema. Namun perasaan malu ini muncul oleh kesadarannya sendiri akan kegagalan dan dosanya yang telah mengakibatkan hilangnya pahala. Namun semuanya ini hanya berlangsung sementara berdasarkan ayat-ayat berikut:

Wahyu 7:17 Sebab Anak Domba yang di tengah-tengah takhta itu, akan menggembalakan mereka dan akan menuntun mereka ke mata air kehidupan. Dan Allah akan menghapus segala air mata dari mata mereka."

Wahyu 21:4 Dan Ia akan menghapus segala air mata dari mata mereka, dan maut tidak akan ada lagi; tidak akan ada lagi perkabungan, atau ratap tangis, atau dukacita, sebab segala sesuatu yang lama itu telah berlalu."

Yesaya 56:12 "Datanglah," kata mereka, "aku akan mengambil anggur, baiklah kita minum arak banyak-banyak; besok akan sama seperti hari ini, dan lebih hebat lagi!"

Hoyt menyimpulkan dengan baik ayat-ayat ini sebagai berikut:

Alkitab mengemukakan bahwa akan ada tingkat perasaan malu yang bervariasi ketika menghadap pengadilan Bema. Ini bergantung kepada tingkat ketidaksetiaan setiap orang percaya. Karena itu setiap orang percaya harus berupaya hidup berkenan kepada Tuhan dalam segala hal. Meskipun perasaan malu ini telah dialami orang-orang percaya selama di dunia ini, namun mereka juga perlu menyadari apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang. Pemahaman tentang apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang ini menjadi sumber sukacita yang luar biasa bagi orang-orang percaya. English mengemukakan penjelasan yang seimbang tentang pokok ini sebagai berikut.

Sukacita pasti akan menjadi perasaan yang mendominasi kehidupan bersama dengan Tuhan; namun saya percaya ketika perbuatan-perbuatan kita menjadi nyata pada pengadilan Bema itu, akan ada dukacita yang bercampur dengan sukacita. Kita akan merasa malu ketika kita menderita kerugian. Namun kita juga akan bersukacita ketika menyadari bahwa pahala-pahala yang diberikan juga merupakan bentuk ekspresi lain dari kasih karunia (anugerah) Tuhan kita; karena pada hakekatnya kita sebenarnya adalah hamba-hamba (pelayan-pelayan) yang tidak berguna.22

Unsur-unsur penyesalan, dukacita, rasa malu memang tak dapat dihindari ketika kita menghadap Hakim kita pada pengadilan Bema. Namun dukacita ini bersifat relatif karena orang-orang Kristen yang paling saleh sekalipun sadar bahwa pasti akan ada sesuatu dalam kehidupannya yang menyebabkan ia berdukacita atau menyesal ketika berhadapan dengan terang kekudusan Allah yang tak terhampiri. Jika demikian, ini berarti bahwa orang Kristen yang paling saleh sekalipun juga akan mengalami dukacita. Namun ini bukanlah gambaran Perjanjian Baru mengenai surga. Perasaan yang mendominasi surga adalah sukacita dan syukur. Meskipun tak dapat disangkal bahwa akan ada tingkat dukacita dan penyesalan, namun ini bukanlah perasaan yang mendominasi dalam sepanjang kekekalan.

Kondisi emosional orang-orang percaya adalah kebahagiaan yang sempurna dan kekal. Perasaan ini terbit dari kesadaran akan fakta-fakta yang terjadi yang dialami secara pribadi. Pengharapan akhirnya akan berubah menjadi realita bagi mereka yang telah ditebus dari perhambaan dosa dan kebinasaan dan memasuki terang kemuliaan anak-anak Allah (Rom. 8:18-25). Penghapusan kutuk, penderitaan dan kematian (maut) juga akan menghapus dukacita, air mata dan ratap tangis (Wah. 21:4).

Takhta Pengadilan Kristus dapat disamakan dengan acara wisuda. Pada hari wisuda itu akan ada tingkat perasaan kecewa dan penyesalan karena seorang mahasiswa mungkin tidak belajar baik atau bekerja lebih keras. Namun pada hari wisuda itu, perasaan yang mendominasi adalah sukacita, kesenangan, bukan penyesalan atau kekecewaan. Para wisudawan tidak meninggalkan ruangan dengan menangis karena tidak mendapatkan nilai yang lebih baik. Sebaliknya mereka diliputi rasa syukur karena mereka telah berhasil tamat, dan mereka senang dengan apa yang mereka telah capai. Terlalu menekankan aspek dukacita dan penyesalan ketika menghadap Takhta Pengadilan Kristus sama dengan menjadikan surga itu neraka. Terlalu menekankan aspek dukacita sama dengan menjadikan makna kesetiaan itu menjadi kabur atau hampa.23

    Sifat dari Mahkota

Apakah yang dimaksud dengan pahala-pahala? Apa penjelasan Alkitab tentang pahala-pahala ini? Hal yang kita pelajari tentang pahala-pahala dalam Kitab Suci agak bersifat umum:

(1) Janji tentang mahkota. Mahkota biasanya digunakan sebagai simbol kemenangan, kekuasaan dan tanggungjawab.

(2) Janji tentang harta surgawi. Ini menekankan nilai dan jaminan kekal mahkota itu.

Matius 6:20 Tetapi kumpulkanlah bagimu harta di sorga; di sorga ngengat dan karat tidak merusakkannya dan pencuri tidak membongkar serta mencurinya.

1 Petrus 1:4 untuk menerima suatu bagian yang tidak dapat binasa, yang tidak dapat cemar dan yang tidak dapat layu, yang tersimpan di sorga bagi kamu.

(3) Janji tentang penghargaan atau pujian. Ini nyata dalam ayat-ayat yang menjelaskan tentang pemberian pahala dalam bentuk ucapan pujian seperti “Baik sekali perbuatanmu itu, hai hambaku yang baik dan setia …”

Matius 25:21 Maka kata tuannya itu kepadanya: Baik sekali perbuatanmu itu, hai hambaku yang baik dan setia; engkau telah setia dalam perkara kecil, aku akan memberikan kepadamu tanggung jawab dalam perkara yang besar. Masuklah dan turutlah dalam kebahagiaan tuanmu.

Lukas 19:17 Katanya kepada orang itu: Baik sekali perbuatanmu itu, hai hamba yang baik; engkau telah setia dalam perkara kecil, karena itu terimalah kekuasaan atas sepuluh kota.

1 Korintus 4:5 Karena itu, janganlah menghakimi sebelum waktunya, yaitu sebelum Tuhan datang. Ia akan menerangi, juga apa yang tersembunyi dalam kegelapan, dan Ia akan memperlihatkan apa yang direncanakan di dalam hati. Maka tiap-tiap orang akan menerima pujian dari Allah.

(4) Janji-janji kepada mereka yang menang. Ini menunjukkan pahala-pahala khusus bagi orang-orang percaya yang menang atas berbagai pencobaan dan ujian dari pada sekedar janji umum bagi seluruh orang percaya.

Wahyu 2:7 Siapa bertelinga, hendaklah ia mendengarkan apa yang dikatakan Roh kepada jemaat-jemaat: Barangsiapa menang, dia akan Kuberi makan dari pohon kehidupan yang ada di Taman Firdaus Allah."

Wahyu 2:11 Siapa bertelinga, hendaklah ia mendengarkan apa yang dikatakan Roh kepada jemaat-jemaat: Barangsiapa menang, ia tidak akan menderita apa-apa oleh kematian yang kedua."

Wahyu 2:17 Siapa bertelinga, hendaklah ia mendengarkan apa yang dikatakan Roh kepada jemaat-jemaat: Barangsiapa menang, kepadanya akan Kuberikan dari manna yang tersembunyi; dan Aku akan mengaruniakan kepadanya batu putih, yang di atasnya tertulis nama baru, yang tidak diketahui oleh siapapun, selain oleh yang menerimanya."

Wahyu 2:26 Dan barangsiapa menang dan melakukan pekerjaan-Ku sampai kesudahannya, kepadanya akan Kukaruniakan kuasa atas bangsa-bangsa;

(5) Janji tentang tanggung jawab dan kekuasaan atas milik Tuhan.

Matius 19:28 Kata Yesus kepada mereka: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya pada waktu penciptaan kembali, apabila Anak Manusia bersemayam di takhta kemuliaan-Nya, kamu, yang telah mengikut Aku, akan duduk juga di atas dua belas takhta untuk menghakimi kedua belas suku Israel.

Matius 24:45-47 "Siapakah hamba yang setia dan bijaksana, yang diangkat oleh tuannya atas orang-orangnya untuk memberikan mereka makanan pada waktunya? Berbahagialah hamba, yang didapati tuannya melakukan tugasnya itu, ketika tuannya itu datang. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya tuannya itu akan mengangkat dia menjadi pengawas segala miliknya.

Matius 25:21, 23 Maka kata tuannya itu kepadanya: Baik sekali perbuatanmu itu, hai hambaku yang baik dan setia; engkau telah setia dalam perkara kecil, aku akan memberikan kepadamu tanggung jawab dalam perkara yang besar. Masuklah dan turutlah dalam kebahagiaan tuanmu....... Maka kata tuannya itu kepadanya: Baik sekali perbuatanmu itu, hai hambaku yang baik dan setia, engkau telah setia memikul tanggung jawab dalam perkara yang kecil, aku akan memberikan kepadamu tanggung jawab dalam perkara yang besar. Masuklah dan turutlah dalam kebahagiaan tuanmu.

Lukas 19:17-19 Katanya kepada orang itu: Baik sekali perbuatanmu itu, hai hamba yang baik; engkau telah setia dalam perkara kecil, karena itu terimalah kekuasaan atas sepuluh kota. Datanglah yang kedua dan berkata: Tuan, mina tuan telah menghasilkan lima mina. Katanya kepada orang itu: Dan engkau, kuasailah lima kota.

Lukas 22:29-30 Dan Aku menentukan hak-hak Kerajaan bagi kamu, sama seperti Bapa-Ku menentukannya bagi-Ku, bahwa kamu akan makan dan minum semeja dengan Aku di dalam Kerajaan-Ku dan kamu akan duduk di atas takhta untuk menghakimi kedua belas suku Israel.

Wahyu 2:26 Dan barangsiapa menang dan melakukan pekerjaan-Ku sampai kesudahannya, kepadanya akan Kukaruniakan kuasa atas bangsa-bangsa.

      Analogi-Analogi Yang Patut Direnungkan

(1) Pesta Perjamuan. Dalam sebuah pesta, setiap orang yang diundang menyantap makanan dengan porsi yang berbeda-beda, namun setiap orang puas dan kenyang. Setelah mengalami pemuliaan, kita tak lagi memiliki sifat berdosa yang biasanya memproduksi perasaan dengki, atau iri, atau kemarahan, atau kepahitan, atau ketidakpuasan. Semua orang percaya akan diliputi perasaan kagum akan Allah dan keadaan kita yang telah mengalami pemuliaan.

(2) Seorang anak lelaki pada pertandingan baseball. Setiap anak lelaki yang menyenangi olah raga baseball mengidamkan untuk menjadi pemain dalam suatu turnamen baseball, dan ia tak akan iri atau marah apabila ia tidak menjadi bintang lapangan. Ia pasti akan merasa puas hanya dengan bisa masuk sebagai salah satu pemain dan ia akan senang dengan peran apa saja yang diberikan kepadanya.

(3) Acara wisuda. Semua wisudawan akan hadir dan diliputi perasaan bahagia karena dapat mengikuti penamatan. Namun ketika ijazah diberikan, mungkin ada dukacita yang dialami, namun dukacita itu akan dengan sendirinya tenggelam oleh sukacita yang menguasai acara itu.

(4) Karunia-karunia rohani kita. Pahala-pahala yang akan kita terima dapat disamakan dengan karunia-karunia rohani yang kita terima. Pahala-pahala itu akan dipandang lebih sebagai tanggung jawab atau sebagai kesempatan dari pada sekedar sebagai tanda penghargaan atau medali yang dikenakan kepada tentara yang telah berjasa. Ingatlah bahwa seluruh mahkota kita akan diserahkan di bawah kaki Kristus, karena hanya Dia yang berlayak menerimanya. Dalam Matius 25:21, 23 dan Lukas 19:17-19 menyatakan bahwa pahala itu bisa berupa kekuasaan atas banyak kota. Mungkin pula kekuasaan atas suatu kawasan di jagat raya ini. Semua orang percaya akan mendiami kerajaan millenium dan mewarisi kekekalan bersama dengan Tuhan. Sebagian akan memerintah dengan Dia, namun sebagian tidak karena kehilangan pahala.

Wahyu 4:10-11 maka tersungkurlah kedua puluh empat tua-tua itu di hadapan Dia yang duduk di atas takhta itu, dan mereka menyembah Dia yang hidup sampai selama-lamanya. Dan mereka melemparkan mahkotanya di hadapan takhta itu, sambil berkata: "Ya Tuhan dan Allah kami, Engkau layak menerima puji-pujian dan hormat dan kuasa; sebab Engkau telah menciptakan segala sesuatu; dan oleh karena kehendak-Mu semuanya itu ada dan diciptakan."

Matius 25:21-23 Maka kata tuannya itu kepadanya: Baik sekali perbuatanmu itu, hai hambaku yang baik dan setia; engkau telah setia dalam perkara kecil, aku akan memberikan kepadamu tanggung jawab dalam perkara yang besar. Masuklah dan turutlah dalam kebahagiaan tuanmu. Lalu datanglah hamba yang menerima dua talenta itu, katanya: Tuan, dua talenta tuan percayakan kepadaku; lihat, aku telah beroleh laba dua talenta. Maka kata tuannya itu kepadanya: Baik sekali perbuatanmu itu, hai hambaku yang baik dan setia, engkau telah setia memikul tanggung jawab dalam perkara yang kecil, aku akan memberikan kepadamu tanggung jawab dalam perkara yang besar. Masuklah dan turutlah dalam kebahagiaan tuanmu.

Lukas 19:17-19 Katanya kepada orang itu: Baik sekali perbuatanmu itu, hai hamba yang baik; engkau telah setia dalam perkara kecil, karena itu terimalah kekuasaan atas sepuluh kota. Datanglah yang kedua dan berkata: Tuan, mina tuan telah menghasilkan lima mina. Katanya kepada orang itu: Dan engkau, kuasailah lima kota.

(5) Dalam Kitab Suci, jemaat Tuhan disebut sebagai imamat yang rajani. Ini mungkin menunjukkan tentang kekuasaan kita. Kita mungkin akan memerintah bersama Kristus atas suatu galaxi, benda angkasa di langit, dan yang pasti atas malaikat-malaikat, dan dunia.

1 Korintus 6:2-3 Atau tidak tahukah kamu, bahwa orang-orang kudus akan menghakimi dunia? Dan jika penghakiman dunia berada dalam tangan kamu, tidakkah kamu sanggup untuk mengurus perkara-perkara yang tidak berarti? Tidak tahukah kamu, bahwa kita akan menghakimi malaikat-malaikat? Jadi apalagi perkara-perkara biasa dalam hidup kita sehari-hari

1 Korintus 4:8 Kamu telah kenyang, kamu telah menjadi kaya, tanpa kami kamu telah menjadi raja. Ah, alangkah baiknya kalau benar demikian, bahwa kamu telah menjadi raja, sehingga kamipun turut menjadi raja dengan kamu.

Tak diragukan bahwa kita akan memerintah atas sesuatu bagian dalam kerajaan millenium dan kerajaan kekal sebagaimana dinyatakan dalam Matius 25:21; Lukas 19:17-19 (lihat di atas).

Daniel 7:18, 22, 27 sesudah itu orang-orang kudus milik Yang Mahatinggi akan menerima pemerintahan, dan mereka akan memegang pemerintahan itu sampai selama-lamanya, bahkan kekal selama-lamanya.… 22 sampai Yang Lanjut Usianya itu datang dan keadilan diberikan kepada orang-orang kudus milik Yang Mahatinggi dan waktunya datang orang-orang kudus itu memegang pemerintahan.… . 27 Maka pemerintahan, kekuasaan dan kebesaran dari kerajaan-kerajaan di bawah semesta langit akan diberikan kepada orang-orang kudus, umat Yang Mahatinggi: pemerintahan mereka adalah pemerintahan yang kekal, dan segala kekuasaan akan mengabdi dan patuh kepada mereka.

    Mahkota Dalam Perjanjian Baru

      Istilah-Istilah Yang Digunakan Untuk Mahkota

    Stephanos

Ini adalah mahkota seorang pemenang, yang berbentuk kalung dari dedaunan yang dikenakan oleh Hakim pada Pengadilan Bema kepada seorang atlit yang menang. Istilah ini digunakan untuk mahkota yang dijanjikan bagi orang-orang percaya karena kesetiaan mereka dalam kehidupan Kristen.

    Diadema

Ini adalah mahkota seorang raja. Istilah ini digunakan untuk ketujuh diadema yang dikenakan oleh Binatang dalam Wahyu 12:3 dan 13:1. Sebagai bukti bahwa Kristus adalah Raja di atas segala raja, Ia mengenakan diadema pada waktu kedatanganNya kembali ke dunia.

Wahyu 19:21 Dan semua orang lain dibunuh dengan pedang, yang keluar dari mulut Penunggang kuda itu; dan semua burung kenyang oleh daging mereka.

Tuhan Yesus adalah Pemenang, dan kemenangan kita sebenarnya adalah kemenanganNya yang kita peroleh melalui iman. Mahkota diberikan sebagai pahala atas kesetiaan kita dalam memanfaatkan anugerah Allah dan kemenangan Kristus dalam kehidupan kita. Mahkota-mahkota ini mengingatkan kita tentang tanggung jawab kita agar tetap tinggal di dalam pokok anggur.

      Pentingnya Mahkota

    Mahkota Duri

Mahkota duri ini berbicara tentang karya Kristus di salib yang sekaligus mengartikan kemenanganNya atas dosa, Setan, dan maut.

Matius 27:29 Mereka menganyam sebuah mahkota duri dan menaruhnya di atas kepala-Nya, lalu memberikan Dia sebatang buluh di tangan kanan-Nya. Kemudian mereka berlutut di hadapan-Nya dan mengolok-olokkan Dia, katanya: "Salam, hai Raja orang Yahudi!"

Markus 15:17 Mereka mengenakan jubah ungu kepada-Nya, menganyam sebuah mahkota duri dan menaruhnya di atas kepala-Nya.

Yohanes 19:2, 5, 2 Prajurit-prajurit menganyam sebuah mahkota duri dan menaruhnya di atas kepala-Nya. Mereka memakaikan Dia jubah ungu; … 5 Lalu Yesus keluar, bermahkota duri dan berjubah ungu. Maka kata Pilatus kepada mereka: "Lihatlah manusia itu!"

    Mahkota Yang Tidak Akan Binasa

Ini menjelaskan tentang sifat seluruh mahkota. Ini berbeda dengan mahkota-mahkota di dunia ini yang hanya bersifat sementara. Mahkota ini khusus diberikan bagi mereka setia dan tekun dalam perlombaan iman dan menunjukkan pengendalian diri dalam melayani Tuhan.

1 Korintus 9:25 Tiap-tiap orang yang turut mengambil bagian dalam pertandingan, menguasai dirinya dalam segala hal. Mereka berbuat demikian untuk memperoleh suatu mahkota yang fana, tetapi kita untuk memperoleh suatu mahkota yang abadi.

    Mahkota Kemegahan

Mahkota ini diberikan kepada mereka yang giat bersaksi dan melayani. Di satu sisi jemaat di Tesalonika merupakan mahkota Paulus, dan ketika menghadap Bema akan ada sukacita serta kebanggaan atas kehadiran mereka di surga.

1 Tesalonika 2:19 Sebab siapakah pengharapan kami atau sukacita kami atau mahkota kemegahan kami di hadapan Yesus, Tuhan kita, pada waktu kedatangan-Nya, kalau bukan kamu?

Filipi 4:1 Karena itu, saudara-saudara yang kukasihi dan yang kurindukan, sukacitaku dan mahkotaku, berdirilah juga dengan teguh dalam Tuhan, hai saudara-saudaraku yang kekasih!

Namun apakah yang dimaksudkan Paulus ketika ia menyebut jemaat Tesalonika sebagai mahkotanya? Berdasarkan penggunaan istilah “mahkota” (stephanos, mahkota pemenang) dalam ayat-ayat lain, dan fakta bahwa orang-orang percaya akan meletakkan mahkota-mahkota mereka di hadapan Tuhan, Paulus mungkin memikirkan tentang sebuah mahkota pribadi yang ia akan terima karena keberhasilannya dalam mengantar orang kepada Kristus. Meskipun dalam ayat ini Paulus tidak mengatakan bahwa ia akan menerima mahkota, namun pemikiran ini tersirat dalam ayat ini dan juga dalam ayat-ayat lain. Meskipun mereka yang telah dihentarnya kepada Kristus mungkin belum hidup sesuai yang diinginkan Tuhan, namun menyaksikan keberadaan dan kehadiran mereka di surga membawa sukacita yang sangat besar.

Wahyu 4:10 maka tersungkurlah kedua puluh empat tua-tua itu di hadapan Dia yang duduk di atas takhta itu, dan mereka menyembah Dia yang hidup sampai selama-lamanya. Dan mereka melemparkan mahkotanya di hadapan takhta itu,

    Mahkota Kehidupan

Mahkota ini diberikan kepada mereka yang sabar menanggung ujian (pencobaan) dan godaan (Yak. 1:12; Wah. 2:10). Mahkota yang dimaksud di sini bukan kehidupan kekal karena kehidupan kekal diberikan melalui iman kepada Kristus. Mahkota ini merupakan pahala yang mereka terima karena kesabaran dalam menanggung pencobaan dan kemenangan atas godaan.

Yakobus 1:12 Berbahagialah orang yang bertahan dalam pencobaan, sebab apabila ia sudah tahan uji, ia akan menerima mahkota kehidupan yang dijanjikan Allah kepada barangsiapa yang mengasihi Dia.

Wahyu 2:10 Jangan takut terhadap apa yang harus engkau derita! Sesungguhnya Iblis akan melemparkan beberapa orang dari antaramu ke dalam penjara supaya kamu dicobai dan kamu akan beroleh kesusahan selama sepuluh hari. Hendaklah engkau setia sampai mati, dan Aku akan mengaruniakan kepadamu mahkota kehidupan.

Yohanes 4:10 Jawab Yesus kepadanya: "Jikalau engkau tahu tentang karunia Allah dan siapakah Dia yang berkata kepadamu: Berilah Aku minum! niscaya engkau telah meminta kepada-Nya dan Ia telah memberikan kepadamu air hidup."

Roma 3:24 dan oleh kasih karunia telah dibenarkan dengan cuma-cuma karena penebusan dalam Kristus Yesus;

Roma 5:15-17 Tetapi karunia Allah tidaklah sama dengan pelanggaran Adam. Sebab, jika karena pelanggaran satu orang semua orang telah jatuh di dalam kuasa maut, jauh lebih besar lagi kasih karunia Allah dan karunia-Nya, yang dilimpahkan-Nya atas semua orang karena satu orang, yaitu Yesus Kristus. Dan kasih karunia tidak berimbangan dengan dosa satu orang. Sebab penghakiman atas satu pelanggaran itu telah mengakibatkan penghukuman, tetapi penganugerahan karunia atas banyak pelanggaran itu mengakibatkan pembenaran. Sebab, jika oleh dosa satu orang, maut telah berkuasa oleh satu orang itu, maka lebih benar lagi mereka, yang telah menerima kelimpahan kasih karunia dan anugerah kebenaran, akan hidup dan berkuasa oleh karena satu orang itu, yaitu Yesus Kristus.

Roma 6:23 Sebab upah dosa ialah maut; tetapi karunia Allah ialah hidup yang kekal dalam Kristus Yesus, Tuhan kita.

Efesus 2:8 Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah,

    Mahkota Kebenaran

Mahkota ini merupakan pahala yang diberikan kepada mereka yang setia dan giat menggunakan karunia-karunia dan memanfaatkan kesempatan-kesempatan dalam melayani pekerjaan Tuhan. Dan juga mahkota ini diberikan kepada mereka yang merindukan kedatanganNya. Perhatikan bahwa kedua hal ini tak dapat dipisahkan. Merindukan kedatanganNya sama dengan hidup dalam terang kedatanganNya.

2 Timotius 4:8 Sekarang telah tersedia bagiku mahkota kebenaran yang akan dikaruniakan kepadaku oleh Tuhan, Hakim yang adil, pada hari-Nya; tetapi bukan hanya kepadaku, melainkan juga kepada semua orang yang merindukan kedatangan-Nya.

    Mahkota Kemuliaan

Mahkota kemuliaan dijanjikan kepada para penatua atas kesetiaan mereka dalam menjalankan tugas dan tanggungjawab menggembalakan jemaat.

1 Petrus 5:4 Maka kamu, apabila Gembala Agung datang, kamu akan menerima mahkota kemuliaan yang tidak dapat layu.

    Peletakkan Mahkota-Mahkota

Oleh karena hanya Kristus yang berlayak dan karena kita hanya dapat berbuah apabila kita tinggal di dalam Dia dan membiarkan kehidupanNya mengisi kehidupan kita, maka setiap orang percaya akan meletakkan seluruh mahkotanya dihadapan Kristus sebagai pengakuan bahwa semua perbuatan dan pelayanan kita adalah karena kasih karuniaNya semata.

Wahyu 4:10-11 maka tersungkurlah kedua puluh empat tua-tua itu di hadapan Dia yang duduk di atas takhta itu, dan mereka menyembah Dia yang hidup sampai selama-lamanya. Dan mereka melemparkan mahkotanya di hadapan takhta itu, sambil berkata: "Ya Tuhan dan Allah kami, Engkau layak menerima puji-pujian dan hormat dan kuasa; sebab Engkau telah menciptakan segala sesuatu; dan oleh karena kehendak-Mu semuanya itu ada dan diciptakan."

    Banyak Mahkota (Diadema-Diadema)

Ini adalah mahkota-mahkota kerajaan yang menunjukkan Yesus Kristus sebagai Raja di atas segala raja dan Tuhan atas segala yang dipertuan, yang satu-satunya berlayak dan berhak memerintah dan menghakimi dunia.

Wahyu 19:12 Dan mata-Nya bagaikan nyala api dan di atas kepala-Nya terdapat banyak mahkota dan pada-Nya ada tertulis suatu nama yang tidak diketahui seorangpun, kecuali Ia sendiri.

    Kesimpulan

Bagian ini mengakhiri pelajaran kita tentang berbagai cara Allah dalam memberikan kita jaminan kepastian tentang pemeliharaan dan kasihNya yang sempurna. Kita telah mempelajari bahwa jaminan kepastian dari Allah ini mencakup masa lampau keselamatan kita, masa sekarang dengan berbagai jenis kebutuhan hidup kita – misalnya, perlindungan, pemeliharaan setiap hari, keampunan, kemenangan atas dosa, dan tuntunan melintasi badai-badai kehidupan. Namun tidak berhenti di sini saja karena dalam pelajaran terakhir ini kita telah belajar bahwa jaminan kepastian dari Allah ini juga menembusi kekekalan masa yang akan datang. Melalui pelajaran ini kita juga mendapatkan kepastian bahwa segala jerih payah kita tidak sia-sia di dalam Tuhan. Allah mempunyai program untuk memberikan pahala kepada orang-orang percaya yang setia dalam pelayananNya dan menang karena iman kepada anugerahNya yang tak terbatas itu.

Tidaklah heran apabila penulis Ibrani menyebut keselamatan kita dalam Kristus sebagai “keselamatan yang sebesar” itu (Ibr. 2:3). Namun tepat pula apabila kita mengakhiri pelajaran ini dengan merenungkan peringatannya mengenai “keselamatan yang sebesar itu” yang telah kita peroleh. Ia mengatakan:

Ibrani 2:1-4 Karena itu harus lebih teliti kita memperhatikan apa yang telah kita dengar, supaya kita jangan hanyut dibawa arus. Sebab kalau firman yang dikatakan dengan perantaraan malaikat-malaikat tetap berlaku, dan setiap pelanggaran dan ketidaktaatan mendapat balasan yang setimpal, bagaimanakah kita akan luput, jikalau kita menyia-nyiakan keselamatan yang sebesar itu, yang mula-mula diberitakan oleh Tuhan dan oleh mereka yang telah mendengarnya, kepada kita dengan cara yang dapat dipercayai, sedangkan Allah meneguhkan kesaksian mereka oleh tanda-tanda dan mujizat-mujizat dan oleh berbagai-bagai penyataan kekuasaan dan karena Roh Kudus, yang dibagi-bagikan-Nya menurut kehendak-Nya.

Kitab Suci, dengan perantaran malaikat, telah menyatakan mengenai umat Allah pada masa Perjanjian Lama bahwa mereka telah menerima pembalasan yang setimpal dari Allah karena ketidaktaatan mereka, namun janganlah kita berpikir bahwa sebagai umat masa Perjanjian Baru bahwa kita akan luput dari akibat-akibat seperti itu bila kita menyia-nyiakan keselamatan yang sebegitu besar yang telah dikerjakan Kristus di atas salib bagi kita. Selain kita beroleh keselamatan, Allah juga memberikan kita kepastian kepastian mengenai pemeliharaanNya baik masa lampau, sekarang, dan masa yang akan datang. Sebagai abdi-abdi atau pelayan-pelayan yang baik dari berkat-berkat yang Allah, kita diberikan suatu tanggung jawab yang besar dan mulia untuk bertindak berdasarkan kehidupan baru yang telah kita terima dalam Kristus. Allah telah berkenan menjadikan kita resipien (penerima) keselamatan yang sebegitu besar itu.

Dalam kaitan dengan peringatan ini, Zane Hodges menjelaskan:

Apabila para pembaca tidak memandang kepada kemenangan akhir dan kelepasan yang telah dijanjikan yang adalah kemenangan akhir dari Anak Allah itu sendiri, mereka dapat mengharapkan pembalasan yang setimpal. Namun tentang sifat dari pembalasan itu tidak dijelaskan oleh penulis, namun agak sulit untuk mengatakan bahwa penulis berbicara tentang neraka dalam hal ini. Perkataan “kita” yang sering ditemukan dalam ayat-ayat ini menunjukkan bahwa penulis pun memasukkan dirinya sendiri di antara mereka yang harus memperhatikan peringatan ini.

Tentu saja “keselamatan” yang disebutkan dalam ayat ini sama dengan dalam 1:14, yang mengindikasikan keikutsertaan para pembaca dalam kemenangan Putra Allah, karena adanya sebutan Ia memiliki “teman-teman sekutu” (lihat 1:9). Tuhan Yesus Kristus sendiri, ketika berada di bumi, banyak berbicara tentang kerajaanNya yang akan datang dan keikutsertaan para pengikutNya yang setia dalam pemerintahanNya dalam kerajaan itu (lihat, misalnya, Lukas 12:31-32; 22:29-30). Namun pengalaman keselamatan ini, yang pertama diberitakan oleh Tuhan, juga diteguhkan melalui berbagai mujizat dan tanda ajaib yang dikerjakan oleh mereka yang mendengarkanNya, yaitu murid-muridNya yang pertama. Dalam membicarakan hal ini, penulis Ibrani menganggap mujizat-mujizat ini sebagai kuasa-kuasa Zaman yang akan datang (lihat Ibr. 6:5) dan, tak berbeda dengan orang-orang Kristen pertama dalam Kitab Kisah para Rasul, mereka melihat mujizat-mujizat ini sebagai pekerjaan dari Dia yang berkuasa yang telah naik dan duduk di sebelah kanan Allah (lihat “tanda-tanda,” atau “mujizat-mujizat” dalam Kisah 2:43; 4:30; 5:12; 6:8; 8:6, 13; 14:3; 15:12; juga lihat 2 Kor. 12:12). Bahwa penulis berpikir tentang “dunia yang akan datang” juga dijelaskan dalam Ibrani 2:5.24

Pokok pembahasan di sini bukan mengenai hilangnya keselamatan, yang telah terjamin kekal dalam Kristus, melainkan penulis menyampaikan peringatan tentang kegagalan hidup oleh iman, kegagalan untuk ikut serta dalam kuasa dan kehidupanNya yang penuh kemuliaan, dan kegagalan dalam memandang kepada pahala-pahala kekal yang akan diterima dalam kerajaanNya yang akan datang.


12 Samuel Hoyt, “The Judgment Seat of Christ in Theological Perspective, Part 1,” Bibliotheca Sacra, January-March, 1980, electronic media, hal. 32.

13 Hoyt, 37.

14 Lewis Sperry Chafer, Major Bible Themes: 52 Vital Doctrines of the Scripture Simplified and Explained, direvisi oleh John F. Walvoord, Zondervan, Grand Rapids, 1974, hal. 282.

15 Lewis Sperry Chafer, Systematic Theology, Vol. 4: Ecclesiology-Eschatology, Dallas Seminary Press, Dallas, TX, 1948, hal. 406.

16 Hoyt, hal. 32-33.

17 Zane C. Hodges, “We Believe in: Rewards,” Journal of the Grace Evangelical Society, Vol. 4, No. 2, Autumn 1991, hal. 7.

18 Hoyt, hal. 33-34.

19 Hoyt, hal. 38.

20 G. Abott-Smith, A Manual Greek Lexicon of the New Testament, 3rd ed., T. & T. Clark, Edinburgh, 1937, hal. 252.

21 Fritz Rienecker, A Linguistic Key to the Greek New Testament, ed. Cleon L. Rogers, Jr., Regency, Grand Rapids, 1976, hal. 468.

22 E. Schuyler English, “The Church At the Tribunal,” dalam Prophetic Truth Unfolding Today, ed. Charles Lee Feinberg, Fleming H. Revell Co., Old Tappan, NJ, 1968, hal. 29.

23 Samuel Hoyt, “The Judgment Seat of Christ in Theological Perspective,” Bagian 2, Bibliotheca Sacra, electronic media, hal. 131.

24 Zane Hodges, The Bible Knowledge Commentary, editor John F. Walvoord dan Roy B. Zuck, Scripture Press, Wheaton, Illinois, 1983, 1985 hal. 783.

Related Topics: Basics for Christians, Rewards

1. Acts 1:1-11

So teach us to consider our mortality, so that we might live wisely.

Psalm 90:12 (NET Bible)

God gives each of us a certain number of days measured in years. Each year is a new beginning, a new opportunity to become God’s woman and to overcome past obstacles. Today is your new beginning! As you begin a new venture, it is wise to assess your goals for the year as well as possible hindrances. What is your Bible study goal for the year? What do you foresee as possible obstacles? What has hindered you in the past? How can you be an overcomer? A wise woman carefully considers how she will spend the time God gives her each day. This study is designed to work for women in a variety of circumstances. The three levels allow you to choose what will work best for you.

Let’s Begin

Open your Bible to Acts chapter 1. Before you begin each lesson, pray that God would open your heart to the truths He has for you from this text.

As you study, observe that each lesson contains different kinds of questions.

Observation Questions-- Some questions will ask you to make simple observations from the text. You may be tempted to think this a waste of time. However, scholars emphasize the importance of observing what is happening in the text before you try to understand what the text means or how to apply it to your life. If you are careless with the observation step, you may easily misinterpret the meaning and then apply erroneously. God forbid! The questions will lead you methodically through the text, asking you to observe thoroughly, interpret wisely, and apply passionately. This method trains you to be a diligent Bible student.

Make every effort to present yourself before God as a proven worker who does not need to be ashamed, teaching the message of truth accurately. 2 Timothy 2:15 (NET Bible)

Opinion Questions--Some questions will challenge your thinking or cause you to articulate an opinion and back it up. If you will take your time on these questions, you will train yourself to better express your views and convictions. Soon you will notice that you can defend what you believe with greater clarity and insight. Developing your mind will open doors of opportunity where God can use you.

Application Questions--Some questions will challenge patterns in your life. Your initial response may be resistance or water-skiing over the question. DON’T! Again, take your time. Give the Holy Spirit a chance to work in you, to refine and teach you. God’s Word is designed to change you and enable you to use your days wisely.

Above all, rejoice that you have the Bible in your hands, God’s love letter to you. As you study wholeheartedly, he will change you into the woman He wants you to be!

Acts of the Holy Spirit
Lesson 1

The New Plan
Acts 1:1-11

Acts is a fast-paced, action adventure book which chronicles the birth and growth of the early church from the Jewish center of Jerusalem to the Gentile capital Rome. In addition, it is a bridge-like sequel to the Gospels that precede it and background for the epistles that follow. But most of all, Acts is a tribute to the transforming power of God, as evidenced in the Apostles’ lives. Observing the changes in their lives from fearful weaklings to irrepressible dynamos gives us hope and encouragement today.

Read Acts 1:1-11

    1. A. What did Luke deal with in his first book? (1:1)

    B. Where did that book end? What was the last thing Jesus did on earth? (1:2)

    C. (Digging Deeper) Who is Theophilus? What does the name mean? What is his ethnic background? How does his background relate to the purpose of the book?

    2. Now Luke gives us a more detailed account of those last 40 days on earth.

    A. What was Jesus doing? (1:3)

    B. What command did the risen Lord give His disciples in verse 4?

    3. Jesus said He had talked to His followers about this “gift” previously.

Read John 16:5-16.

    A. Why was it good for Jesus to physically leave them? (John 16:7)

    B. What are some of the ministries of the “Counselor”? (John 16:8, 13, 14; John 14:16-18, 26)

    C. (Summit) The Holy Spirit is the main character who dominates the whole book of Acts. Look up “Holy Spirit” in a concordance and study the verses. Do a character study on Him. How is he different from the Father and the Son? How is he the same?

    D. Can you recall a specific experience when the Holy Spirit ministered to you? If so, please share.

    4. A. With Jesus vindicated as the Messiah by His resurrection, the Apostles’ question in Acts 1:6 is natural. What was the question? What kind of kingdom do you think they had in mind?

    B. Jesus did not deny that he would one day establish that kingdom in 1:7. However, who did he say would determine its timing? (See also Mark 13:32)

    C. Are you anxious for God to fulfill a desire of your heart in your timing? If so, how might Jesus’ answer in verse 7 help you?

    5. A. In the meantime while they were waiting for the kingdom, what were Jesus’ followers to do? Who would be their source of strength and power? (1:8)

    B. What is a “witness”? Have you ever been someone’s “witness”? Is so, what did you do? In what ways can we be a “witness” for Christ? Discuss.

    C. (Summit: Personal Project) Prepare yourself to be a witness. Write out your personal testimony. Choose a tract such as “The Four Spiritual Laws” or write your own. Learn to use it. Practice presenting the gospel to a family or group member. This preparation will equip you to be a “witness” for Christ when the opportunity arises.

    D. (Digging Deeper) List the places where the Apostles would be witnesses in 1:8. Look at the map. Do you see any significance in the order? What can you learn about missions and/or evangelism from this list?

Locate a first century map. Where is Jerusalem? Judea? Samaria? the ends of the earth?

Note: Acts 1:8 is actually an outline of the book:

Acts 1:1 through 6:7 describes the believers’ witness in Jerusalem.

Acts 6:8 through 9:31 describes the believers’ witness in all Judea and Samaria.

Acts 9:32 through 28:31 describes the believers’ witness to the ends of the earth: Rome.

    6. A. What happened in verse 9? Try to envision the event. What do you think the Eleven were feeling as Jesus left them?

    B. Who joined the Apostles as they watched Jesus ascend? (1:10) What question did they ask? (1:11a) In your opinion, why?

    C. What assurance is given the Eleven in 1:11b?

    D. (Summit) When and where will this happen? Relate any interesting insight concerning this event. (Revelation 1:7; Luke 21:25-27; Zechariah 14:3-11)

    7. According to the account in Luke 24:50-52, what was the emotional state of the Apostles after the Ascension? What did they do as a result? Picture yourself as one of them. How would you have felt?

    8. (Summit) Read the book of Acts, or view “Acts--the Visual Bible” by Visual Entertainment, or listen to an audio tape of the book. Make a chart of major divisions or chapters. Label each to help you see the book as a whole.

    9. (Optional personal assignment) “Acts” chronicles the history of the acts of the Holy Spirit in the first century church. What are the “acts of the Spirit” in your personal history? Make a time line of your life highlighting the “acts of the Spirit.”

    10. (Optional group assignment) Choose a scribe to keep a record of the “acts of the Spirit” in your group this year. Periodically ask the scribe to review what God is doing in the life of your group. This is your praise journal.

    11. (Optional group assignment) Choose a scribe to keep a record of the prayer requests of the group as well as answered prayer. Periodically ask the scribe to review how God is working through prayer in your group. This is your prayer journal.

    12. This study, “Acts of the Spirit,” is calling you to a spirit-filled life. Self-sufficiency and independence are great sins against God. On a scale of 1-10, with 1 representing self reliance and 10 representing dependence on God, how do you rate? Choose a situation this week and analyze your response according to this scale.

The Call of God will never take you where the grace of God cannot sustain you.

Related Topics: Pneumatology (The Holy Spirit), Curriculum

2. Acts 1:12-26

The New Power
Acts 1:12-2:41

After Jesus’ ascension, the eleven Apostles walked less than a mile back to Jerusalem to await the promised gift. Ask God what “gift” He has for you in this lesson.

Read Acts 1:12-26

    1. A. Where were they? What groups were present? Note the total number of people. (1:12, 13, 15)

    B. Why do you think it was important that they be together?

    The New Power
    Acts 1:12-2:41

    After Jesus’ ascension, the eleven Apostles walked less than a mile back to Jerusalem to await the promised gift. Ask God what “gift” He has for you in this lesson.

    Read Acts 1:12-26

      1. A. Where were they? What groups were present? Note the total number of people. (1:12, 13, 15)

      B. Why do you think it was important that they be together?

      C. (Summit) Do a time line, labeling the key events from the most recent Passover to Pentecost.

      D. (Digging Deeper) What woman is specifically mentioned in verse 14? Chronicle her life over the last two months.

      E. Jesus had given the Eleven a colossal mandate in 1:8, and then what seemed to be a contradictory command in 1:4. Why do you think they needed to wait? What are the implications for us? Share an experience in God’s “waiting room”?

      F. What were they all doing as they waited? (1:14) Have you ever prayed with others toward a common goal? If so, describe the experience. How do you feel about praying together with your group?

      2. A. During the ten days of waiting, Peter raised the issue of a replacement for Judas. (1:15-17, 20) Why did Peter see the need for another Apostle? (Matthew 19:28)

      B. What do 1:18 and 19 (which is an explanatory parenthesis) tell us about the way Judas was remembered by the people?

      C. (Summit) Do a character study of Judas. In a concordance find and study the related references. Why do you think God allowed one of the Twelve to betray Jesus?

      D. What is the specific qualification for apostleship, according to Peter? (1:21-22)

      E. (Summit) What is the difference between a disciple and an Apostle?

      F. Who chose the original Twelve Apostles? (Mark 3:13, 14) Who then should logically choose the new Apostle? Who chooses leaders today?

      G. What part did the group play in choosing Matthias? List the three steps involved. (1:21-23, 24-25, 26)

      (Note: The practice of “casting lots” was common in the Old Testament (Proverbs 16:33), but this is the only time the Apostles did this in the New Testament. The name of each candidate was written on a stone which was placed in a vessel and shaken. The first to fall out obtained the office.)

      H. (Digging Deeper) Compare the general attitude of the Apostles before the resurrection with their attitude now.

    Read Acts 2:1-13

      The celebration of the Hebrew feast of Pentecost meant Jerusalem would be bustling with a huge, cosmopolitan crowd of Jews from all over the Mediterranean world and the Middle East. Pentecost means fiftieth. It has been 50 days since the Passover when Jesus was crucified.

      3. A. When the gift of the Holy Spirit came upon the Apostles as Jesus promised in Acts 1:8, there were three kinds of supernatural evidence. Describe each.

      Audible evidence (2:2)

      Visible evidence (2:3)

      Oral evidence (2:4)

      B. What do the words “like” or “as” in verses 2 and 3 seem to indicate about this event? Pretend you are there and try to envision the scene.

      C. (Digging Deeper) Describe the crowd that gathered. On a map, find the areas represented by those present that day.

      D. What were these “other tongues” described in verse 4? (2:5-11) How would this affect the spread of Christianity? How might these “other tongues” relate to Jesus’ command in 1:8?

      E. What was the specific message that reached each hearer? (2:11b) Describe the reactions of the hearers. (2:12, 13) How do people today react to evidence of God’s power? Discuss.

      F. (Summit) Can you do everything the Apostles did? Why or why not? Consider this question throughout the year as we study signs and wonders, the baptism of the Spirit, and tongues. Do you believe tongues are a real language or ecstatic utterances? Is the gift of tongues operative today? Read John MacArthur’s The Charismatics or Norman Geisler’s Signs and Wonders. As our study of Acts unfolds, we will tackle these kinds of questions.

    Read Acts 2:14-41

    Now the Twelve stood up together and Peter addressed the crowd. This is the same sniveling coward who denied Christ three times two months earlier---and this is his first sermon.

    Peter gives four reasons to come to faith in Jesus.

      4. A. Peter’s first reason is found in 2:16-21. How did Peter explain the events taking place before their eyes? Which part of Joel’s prophecy (written eight centuries earlier) quoted by Peter was fulfilled at Pentecost?

      B. (Summit) When will verses 19 and 20 occur? What is “the glorious day of the Lord?” (Verse 20)

      C. (Summit) Why is Joel’s prophecy significant for women who hear a call to serve God? In your opinion, are there Biblical limitations on a woman in ministry? If so, what are they? Support your answer.

      D. According to 2:21, what is the purpose of the events at Pentecost and other future, catastrophic events described in prophecy? Who does Peter identify as the One Joel calls “Lord”? (2:36)

      5. Peter’s second reason to come to faith in Christ is seen in 2:22. What is it?

      6. A. Peter’s third reason is found in 2:23-32. What is the reason?

      B. (Digging Deeper) Peter insisted that David knew and wrote about the resurrection of Christ in Psalm 16:8-11. (Acts 2:25-28) Explain his reasoning.

      7. Peter’s fourth and final reason to come to faith in Jesus is seen in 2:33-35. According to Peter, where is Jesus now? (2:33a) What has Jesus just done? (2:33b) Since Jesus is there, who is He?

      (Note: Peter again calls on David as a witness to this truth in 2:34. David was recording God the Father welcoming God the Son into heaven at the ascension to sit as His right hand. The first “Lord” is the Father and the second “Lord” is the Son.)

      8. A. What was Peter’s logical conclusion to these four arguments? (2:36)

      B. How was his audience affected? (2:37)

      C. How could they obtain salvation? (2:38) Who was eligible? (2:39) How many believed? (2:41)

      D. (Digging Deeper) Why do you think Peter referred to the Old Testament so often in his sermon? What does this tell us about communicating with people?

      E. Evaluate Peter’s first sermon. Keep in mind that he was an uneducated fisherman. What difference did the Holy Spirit make in Peter? What difference can the Holy Spirit make in you? Choose a fleshly habit that you want to change. Ask the Holy Spirit to change you. Observe your actions this week, and when you are tempted to fall back into that habit, immediately call on the Holy Spirit to work within you. Share the results.

      9. (Summit) Reread 2:22 and 23. Keys to understanding the relationship between the sovereignty of God and the free will of man are revealed in these verses. Can you discover the relationship? See also Acts 3:18 and 4:28)

      The golden nugget God taught me this week is ____________________________.

Related Topics: Pneumatology (The Holy Spirit), Curriculum

3. Acts 2:42-4:22

The New People
Acts 2:42-4:22

Caring for infants and small children can be demanding and exhausting---and the same is true for “baby Christians.” On the day of Pentecost, the church was born and suddenly the Twelve Apostles became spiritual parents to 3,000 needy infants. They had no New Testament to guide them. However, we observe the results of their spiritually led efforts in chapter 2. Ask the Holy Spirit to guide you through this lesson and to point out personal application for you.

The New People
Acts 2:42-4:22

Caring for infants and small children can be demanding and exhausting---and the same is true for “baby Christians.” On the day of Pentecost, the church was born and suddenly the Twelve Apostles became spiritual parents to 3,000 needy infants. They had no New Testament to guide them. However, we observe the results of their spiritually led efforts in chapter 2. Ask the Holy Spirit to guide you through this lesson and to point out personal application for you.

Read Acts 2:42-47

Preparation Question: This lesson is about the church. The church is not a building--it is people! What part has the church played in your life? Are your experiences primarily positive or negative? Why? (Please do not mention particular denominations or churches in the discussion today.)

    1. A. List the four priorities of the first church. (2:42) Why do you think each is important to the life of a healthy church? Should these be the priorities of churches today? Why or why not?

    B. (For personal examination only) Are you faithful to a church? If so, is your church similar to the pattern of the first church? Is your church helping you to grow spiritually? Are you helping others grow spiritually?

    C. (Digging Deeper) The first churches met in the Temple courts and in homes. Verse 42 tells us that the first church devoted themselves to “breaking bread” together. See also 2:46. What do you think this means? What are the implications for us today?

    D. Describe the heart attitude of these new believers. (2:43a, 46-47a)

    E. What is your heart attitude toward your church? This week find a way to affirm someone in your church who has ministered to you.

    F. Who did God use to work miracles at this time? (2:43b)

    G. How were the needs of the believers met? (2:44, 45) Does this mean the church should adopt a socialistic frame work? How do you think this pattern can be adapted in a capitalistic society?

    H. What resulted? (2:47)

    I. (Digging Deeper) I Corinthians 12:12-31 reveals many principles relating to the church. How many can you find?

The infant church enjoyed a season of growth and prosperity. However, clouds of persecution soon loomed on the horizon. Ultimately these trials would lead to the spreading of the church to far away places. The first trial began with a miracle that led to the Apostles’ first arrest.

Read Acts 3:1-4:22

    2. A. On the way to afternoon prayers at the Temple, Peter and John encountered a crippled beggar. Describe him. What do you think it would have been like to lay around for a day in his shoes? Have you ever been “laid up” for an extended period of time? If so, describe the experience.

    B. What did the lame man want from Peter and John? What did they give him instead? (3:3-7)

    C. (Summit) How complete was the cure? Find other examples of physical healing in the New Testament. Compare them. What can you conclude?

    D. (Summit) Peter and John chose not to give the beggar money, but instead to give him something that would help him long term. From this, what can we learn about helping the poor?

    E. Peter and John were willing to give the beggar what they had. (3:6) What do you have in terms of abilities, gifts, time or resources that could enrich the lives of others?

    F. How did the cripple respond? (3:8, 16) How did the people respond? (3:9-11) Try to envision the scene. Describe it.

    G. (Digging Deeper) Compare this event with Luke 17:11-19. What are the lessons for us?

    H. (Summit) Do believers work these kinds of miracles today? If not, why not? If so, how do you discern an authentic miracle from a counterfeit?

    3. A. How did Peter take advantage of the situation? To whom did he immediately turn their attention? (3:12, 13, 16) What does this teach us?

    B. What accusations did Peter make against the crowd? In what sense were they responsible?

    C. (Digging Deeper) What titles did Peter give Jesus in 3:13-15? What are some of your favorite names for Him? How might knowing and understanding His many names enrich our worship?

    D. (Digging Deeper) Peter calls Jesus God’s Servant in 3:13. What do you learn about Jesus as the Suffering Servant in Isaiah 52:13-53:12? How did He serve us?

    4. A. What did Peter ask the crowd to do? What would happen if they did? (3:19)

    B. What will all believers’ ultimately enjoy? (3:20, 21)

    C. What did Moses foresee for those who would reject Christ? (3:22, 23)

    5. A. How was Peter’s sermon cut short? Why? Where did Peter and John spend the night? (4:1-3)

    B. Even though Peter was interrupted, what was the response to his second sermon? (4:4)

    The next day the 71 member Sanhedrin (the Jewish Supreme Court) met to deal with the disturbance. This is the same group who several months earlier condemned Jesus and hoped they would never hear His name again.

    6. A. What was the first question they asked when they interrogated Peter and John? (4:7)

    B. How did Peter answer them? (4:8-10) What did Peter call Jesus in 4:11? What do you think he meant?

    C. How did Peter conclude his sermonette? (4:12)

    7. A. How did the Jewish authorities react? What made it impossible for them to deny the miracle? (4:13, 14)

    B. What did the court decide to do with them? Why? (4:17, 18, 21)

    C. What was Peter’s response to their verdict and threats? (4:19, 20)

    D. How do you think such courage in the face of danger is possible? (4:8a)

    8. A. The Bible teaches believers to respect and obey human authorities. (See I Peter 2:13-17 and Romans 13:1-7.) However, Peter and John refused. When is it right for Christians to disobey human authorities? When is it wrong? Can you think of any modern day examples?

    B. Are you a courageous person? Are you ready to disobey civil authorities if that is necessary to obey God? Can you recall a time when you exhibited courage? If so, please share.

    9. A. God has now used Peter to influence about 5,000 to put their faith in Christ. Who did God use to influence you? When was the last time you expressed your gratitude? Why not write a note or pick up the phone?

    B. Significant work for God is not always about numbers. If you could do any significant work for Christ in your church, family, or community, what would that work be? What is your motivation? What hinders you from accomplishing your desires? What can make your dream a reality?

Ask not what the church can do for you.
Ask what you can do for the church.

Related Topics: Pneumatology (The Holy Spirit), Curriculum

4. Acts 4:23-5:42

Persecution and Pretending
Acts 4:23-5:42

Before you begin the lesson, pray for insight. How does God want to use this passage to impact you?

After spending the night in jail and being released with strict instructions never to speak publicly about Jesus again, Peter and John returned to tell the believers all they had experienced.

Read Acts 4:23-31

    1. A. What did the Christians do in response to persecution? Why is this a wise response? What do you think would be your first response to persecution?

    B. Have you experienced any kind of persecution? If so, please share. What did you learn?

    C. How did they begin their prayer? (4:24b)

    D. (Summit) Studying the attributes of God helps us know His character. Look up passages that teach us about God’s sovereignty. What do you learn?

    E. What had David predicted about the world’s response to Jesus? How had recent events in Jerusalem fulfilled God’s plan? (4:25-28)

    F. From verse 28, what were they acknowledging about God in their prayer? When world events are in chaos today, how might verse 28 help us?

    G. What two requests did they make in 4:29 and 30?

    H. How did the prayer meeting end? (4:31)

    I. Analyze the prayer line by line. Label the different elements. What can you learn about how to pray, especially in times of crisis? If you encounter crisis this week, write out a prayer using this pattern and pray it to God. Did praying this way help? Discuss.

The church stood strong against intense external opposition, but now they faced a more deadly enemy: treachery from within!

Read Acts 4:32-5:16

    2. A. Specifically, how had external persecution affected the church? (4:32a) What was the evidence? (4:32b-35)

    B. Luke records both a positive and a negative model for us in 4:36-5:11. Who was the positive model? What did he do and what was he nicknamed as a result? (4:36, 37)

    C. Have you ever given up anything to benefit someone in the church? If so, how did you feel? Describe the experience.

    D. Although your group has only been together a few weeks, you should know some things about one another. From what you know, what would be some appropriate nicknames for group members? These names should change during the year as you come to know one another more intimately.

    E. (Summit) Do a character study on Joseph, better known as Barnabas. What does his name mean? He is a key character in Acts. Follow his adventures.

    F. Barnabas is the greatest human model of an encourager in the New Testament church. Who has been the greatest encourager in your life? What difference have they made? Why not tell them? Share with the group what part this person has played in your life.

    3. A. In contrast, now Luke writes about a negative model. Who were they? What did they do? (5:1, 2) (Note: They were free to retain any portion of the money for themselves.)

    B. What word would you use to label the sin described in 5:3 and 4?

    C. Who motivated them? (5:3a)

    D. Why do you think God dealt with this sin so severely in the early church?

    E. How did the deaths of these two hypocrites effect the church? (5:11) those outside the church? (5:13, 14)

    F. Do you think their sin is widespread today? If so, give examples. How does this sin impact those outside the church today?

    G. Are you real? Is the person sitting in the group an accurate representation of who you are at home? alone? If you wear a mask, analyze why. What are the benefits of unmasking? How might the group or the church help you be yourself? Discuss.

    H. Contrast Barnabas’ character and actions with Ananias and Sapphira. How did Barnabas build up the church? How did Ananias and Sapphira try to tear it down? Why is authenticity and truth the backbone of a healthy church?

    4. A. From 5:12-16, what picture do you get of the activities and size of the church now? What did people think of Peter?

    B. The Apostles’ sphere of influence is beginning to enlarge. What part of Acts 1:8 is being fulfilled now? (5:16)

Read Acts 5:17-42

The church is growing like wild fire, and the Jewish leaders are outraged and green with jealousy. The same group that arrested Peter and John for healing the crippled beggar (3:1-4:22) is on the prowl again.

    5. A. What do the Jewish leaders do now? (5:17, 18)

    B. (Digging Deeper) How many were arrested and jailed this time compared with last time?

    C. How did God rescue the Apostles during the night? (5:19)

    D. What surprise did the Jewish leaders receive in the morning? (5:20-25; see also 4:18-21)

    E. How did the Apostles exhibit extreme courage that day? (5:26)

    6. A. Again, the Apostles stood before the Sanhedrin, the Jewish Supreme Court. What was the charge? (5:28) Contrast this charge with the charge before. (4:7)

    B. How did the Apostles answer the charge? (5:29-32)

    C. What was the reaction of the Jewish leaders? (5:33)

    D. Who did God use to save the lives of the Apostles? Briefly, how did he advise the Jewish leaders? (5:34-39)

    E. (Digging Deeper) What else can you learn about this man? (Acts 22:3)

    F. However, what did they do before they released the Apostles? (5:40) Try to envision the scene. How would you feel if this happened to you or someone you love? (Note: flogging consisted of 39 lashes with a whip with bits of metal or bone often embedded in the straps. Occasionally people died from flogging.)

    G. What was the incredible response of the Apostles to their beating? How was their courage manifested that day and in the days to come? (5:41, 42)

    H. Has God ever enabled you to endure a trial joyously? If so, how? Please share. How is this kind of strength possible?

    I. (Digging Deeper) Compare and contrast this jail experience (5:17-42) with the first jail experience? (4:1-22) What do you observe? What dangers were the first century Christians facing?

For this finds God’s favor, if because of conscience toward God someone endures hardships in suffering unjustly. For what credit is it if you sin and are mistreated and endure it? But if you do good and suffer and so endure, this finds favor with God.

For to this you were called, since Christ also suffered for you, leaving an example for you to follow in his steps.

I Peter 2:19-22

Related Topics: Pneumatology (The Holy Spirit), Curriculum

5. Acts 6

Growing Pains
Chapter 6

The infant church is growing up and increasing in size. As a result, they encounter some "growing pains." Are you experiencing “growing pains” as you mature in Christ? Ask Him to show you any lessons He has for you from this chapter.

Read Acts 6:1-7

    1. A. The early church included diverse peoples from a variety of ethnic cultures and backgrounds. As a result what problem arose? (6: 1)

    Growing Pains
    Chapter 6

    The infant church is growing up and increasing in size. As a result, they encounter some "growing pains." Are you experiencing “growing pains” as you mature in Christ? Ask Him to show you any lessons He has for you from this chapter.

    Read Acts 6:1-7

      1. A. The early church included diverse peoples from a variety of ethnic cultures and backgrounds. As a result what problem arose? (6: 1)

      B. How did the Jewish leaders deal with their problem of widows? (Luke 20:45-47)

      (Note: The "tables" were counters where money and food was distributed. Widows were especially needy because wage work was seldom available for women, and women were at the mercy of male relatives for even the basics. In addition, when these women joined the church, they were often rejected by their families.)

      C. Who did the Apostles consult concerning the problem? (6:2)

      D. How did they solve the problem? What were the tasks of these "deacons"? What qualifications were required for these tasks? (6:3)

      E. (Digging Deeper) Later Paul communicated additional qualifications for deacons to the church at Ephesus. Read I Timothy 3:8-13. What does God look for in the men who serve in this office in the church?

      F. How does the church-at-large today handle problems of ethnic diversity? What can we learn from the first church?

      G. (Digging Deeper) How did the Jews who opposed the church deal with ethnic diversity? (See 6:9)

      2. A. What did the Apostles recognize as their main responsibility? (6:2, 4)

      B. What can you learn about church (or personal) organization, management and leadership from 6:1-6? Could you apply any of these principles to your own life? If so, please explain.

      C. In this chapter we observe the Apostles learning to delegate. Have you learned to let others help you or do you try to do everything yourself? Discuss.

      3. A. Who were the first two deacons named? (6:5)

      B. Was their ministry limited to "waiting tables"? What did each do later? (6:8, 7:57-59, 8:4, 5) How did these two men illustrate Jesus' words in Luke 16: 10? What is the lesson for us?

      4. How were the seven commissioned for their new responsibility? (6:6) What do you think was the purpose of this event? (Note: This ceremony did not impart the gift of the Spirit because verse 3 tells us the seven were already "full of the Spirit.")

      5. A. What evidence is there that the Apostles were successful in dealing with this internal problem? (6:7)

      B. Who were among the converts to the church? (6:7). What effect do you think this had on the Jewish leaders?

    Read Acts 6:8-15

      6. A. As time passed, Stephen became a respected church leader. Describe Stephen. (6:3, 5, 8, 10) How do you think his opponents viewed him?

      B. (Summit) Do a character study of Stephen. What does his name mean and how does his name relate to his death?

      C. What group especially disliked Stephen? Why? (6:9, 10)

      D. (Summit) What can you discover about this group? Who were they?

      E. Jesus had predicted persecution for His witnesses in Luke 21:12-19. What had Jesus commanded Stephen and his "witnesses" not to do? (Luke 21:14) What had He promised them? (Luke 21:15) Can you recall an experience when the Spirit gave you the words you needed? If so, please share.

      7. A. There are a number of similarities between the arrest, trial and death of Stephen and Jesus. Luke makes it clear through Stephen that the religious leaders would kill Christ again.

    Observe the parallels and fill in the chart:

    Parallel

    Stephen: Acts 6:11-14

    Jesus: Matthew 26:57-65

    Action taken

    6:12

    26:57

    Charge leveled

    6:11

    26:65

    Witnesses bribed

    6:11a, 13a

    26:59, 60

    Misrepresentation of statements

    6:14

    26:61

    John 2:18-22

      B. In what other way was Stephen like Jesus? (2:22, 6:8)

      8. A. During the accusations, the members of the Sanhedrin glared at Stephen. What did they see? Remember he has just been accused of being disloyal to Moses. (6:15, Exodus 34:29, 33-35, Luke 9:28, 29)

      B. Stephen possessed a holy calmness in this life-threatening arrest and trial. Have you ever experienced this kind of peace? Do you know anyone who has? If so, please share.

      9. Throughout this passage, we see Stephen modeling spiritual maturity and wisdom. What is one aspect of your life in which you need to reflect more maturity and wisdom? What can you do to change?

      10. (Summit) How was the early church organized at this time? What is your impression of this church and its members? Describe the development of the church from Acts chapter 2 through chapter 6.

      11. (Summit) As we observe the leaders in the early church, we learn valuable lessons. John Maxwell wrote, “The people’s ability to achieve is determined by their leader’s ability to empower.” The Apostles’ empowered their followers in chapter 7. Read Maxwell’s book, The 21 Irrefutable Laws of Leadership, to learn more ways to become an effective leader today.

Related Topics: Pneumatology (The Holy Spirit), Curriculum

6. Acts 7

The First Christian Martyr
Chapter 7

Have you ever considered what you would do if you were asked to give up your life for Christ? In this chapter a young man must ask himself that very question. As you study, put yourself in his place. Before you begin, ask God to show you exactly what He wants you to learn from this lesson. The first church's beloved leader Stephen has been arrested and stands before the Sanhedrin.

    1. A. In review, from Acts 6:11, 13 and 14, list the specific charges against him.

    Read Acts Chapter 7, quickly noting the major divisions of Stephen's speech. Observe the sections on Abraham, Joseph, Moses, and the tabernacle-temple. Then pay close attention to his summation in 51-53.

    B. The high priest asked Stephen a question that gave him the opportunity to speak.

    What was the question? (7: 1)

    The answer is the longest sermon in Acts and contains the Old Testament in a nutshell.

    C. (Summit) Make a chart of the seven major divisions in this 50 verse sermon. What book or books of the Old Testament are covered in each division? (Suggested divisions: 2-16, 17-41, 42-44, 45, 46-47, 48-50, 51-53) Label each division. What is the main point of each section? What common thread is woven through the sermon?

    Not only did this sermon make it clear that Stephen knew the Scriptures, but in 7:1-43 it also drew some parallels between the life of Christ and the lives of Joseph and Moses.

    D. Fill in the chart to show the similarities between what happened to Christ, Joseph and Moses. Discuss your findings.

Christ

Joseph

Moses

rejected by Israel

7:8, 9

7:23-28, 39-43

accepted by foreigners (Gentiles)

7: 10a

7:21, 22, 29

became famous

7:10b

7:22, 35, 37, 38

(will return) returned to save Israel

7:11-14

7:36

    2. Who do you think is the "prophet like me" in 7:37? the Righteous One in 7:52? What do you think is the main point of Stephen's sermon?

    (Note: Stephen pointed out that the Jewish leaders were just like the Israelites who had rejected Joseph and Moses. In fact, he observed a pattern of the Jews rejecting the deliverer God sent throughout their history.)

    3. A. In the time of Moses, what did the Israelites do that angered God? (7:42, 43a) What was their consequence? (7:43b)

    B. Do you think God had given up on the established Jewish hierarchy of Stephen's day? Why or why not? (7:51-53)

    C. (Digging Deeper) What consequences would they suffer for their rejection of Christ? (Malachi 4:5, 6)

    4. A. In addition to comparing Joseph and Moses to Jesus, Stephen also spoke about the tabernacle-temple. (7:44-50) After tracing a brief history of the tabernacle-temple in 7:44-47, what did Stephen imply was wrong with the Jews' attitude toward the temple? (7:48)

    B. Where does God live? (7:49, 50) Do you tend to limit God to earthly buildings? If so, why? Do you idolize anything the way the Jews idolized the temple? Discuss.

    5. A. Stephen's sermon gave him the opportunity to answer the charges against him. Instead, he responded with charges of his own. How did he conclude his message? (7:51-53)

    B. How did the Sanhedrin react? Envision the scene. (7:54)

    C. What encouragement was given to Stephen at this point? (7:55)

    D. What did Stephen say? (7:56) Compare this verse with Jesus' words in Luke 22:69. Why do you think Jesus was standing?

    6. A. What did the Sanhedrin do now? (7:57, 58a)

    B. What were Stephen's last words? (7:59, 60) Compare them with Jesus' prayer from the cross. (Luke 23:46, 34)

    C. How do you feel toward those who hate and persecute you? What would be your response if you found yourself in Stephen’s situation?

    7. A. Stoning is an agonizing way to die. Who witnessed the murder? (7:5 8b, 8: 1 a)

    B. Although Stephen and Saul never formally met, how did Stephen witness to Saul?

    C. How do you think the church reacted? (8:2) Have you ever witnessed violence of any kind? How would you have been affected if you had been there?

    D. Stephen was the first Christian martyr. Has anyone's death impacted you for Christ? What can we do in life to ensure that we honor God in death? Discuss.

    E. (Summit) From what you have learned in this chapter, describe Stephen. What do you know about his attitude, behavior and relationship to God?

    8. (Summit) What do you know about martyrs of the faith? Read Foxe’s Book of Martyrs for inspiring true accounts of men and women who let themselves be murdered rather than deny their Lord.

    The stoning of Stephen marks a turning point in the history of the early church. The Jewish leaders thought they had won the battle to contain Jesus and His followers. In reality, they provided the incentive for the church to begin spreading all over Israel. “On that day, a great persecution broke out against the church at Jerusalem, and all except the Apostles were scattered throughout Judea and Samaria.” (Acts 8:1) During this great persecution about two thousand Christians were also martyred. But their blood watered the seeds of the gospel which began to sprout everywhere! Even in our lives today, what we often interpret as disaster turns out to be God’s best.

Related Topics: Pneumatology (The Holy Spirit), Curriculum

7. Acts 8

Adventures with Philip, On to Judea and Samaria
Chapter 8

Has something unexpected happened to you? If so, you know how the disciples felt. Their church was flourishing. Their faith was flowering. And then their adversaries murdered a man they all adored. And that started a landslide of persecution. Nevertheless, God’s work could not be hindered! Pray for God to give you the kind of perseverance that kept these first century saints going!

Adventures with Philip, On to Judea and Samaria
Chapter 8

Has something unexpected happened to you? If so, you know how the disciples felt. Their church was flourishing. Their faith was flowering. And then their adversaries murdered a man they all adored. And that started a landslide of persecution. Nevertheless, God’s work could not be hindered! Pray for God to give you the kind of perseverance that kept these first century saints going!

Read Acts Chapter 8

    1. A. What happened in Jerusalem on the day of Stephen's stoning? Where did most of the Christians go? Who stayed? How did these events fulfill Acts 1:8? (8: 1)

    B. (Digging Deeper) Why would the Apostles want to stay in Jerusalem? Why do you think the Jewish leaders allowed them to remain there?

    C. Were those who scattered scared into silence? What were they doing? (8:4)

    D. When are you silent when you need to speak up? or vice versa?

    E. God used persecution in the first church to fulfill His plan. What trials, opposition or struggles are you facing that God could use for His glory? Please share.

    2. Who was the chief persecutor of the church in Jerusalem? What was his apparent intention and what were his tactics? (8:2, 3) How would you have felt if you had been a believer there?

    Now Luke records the way God used Philip, the second deacon, as an example of what he was doing all over Judea and Samaria through His "scattered" servants. The word "scattered' in Greek is used to refer to sowing seeds.

    3. A. Philip first went to a city in Samaria. What did Jews think of Samaritans? (John 4:9)

    B. (Digging Deeper) What can you learn about the animosity between these two groups?

    C. What convinced the people there to believe? (8:6-8, 12)

    D. Who wanted to cash in on Philip's success? Describe him and his activities before Philip's arrival. What did he think of himself? What did the people call him? (8:9-11)

    E. (Summit) Philip worked miracles while Simon worked magic. What do you think is the difference?

    4. A. How was Simon affected by Philip's ministry? (8:13)

    (Note: Scholars differ as to whether Simon was actually a believer. Although he professed faith, it may have only been head knowledge much like the profession of the demons in Luke 4:34. This view is substantiated by Romans 10:9 which requires that a Christian "believe in your heart" and Acts 8:21 which reveals that Simon's heart was not right before God.)

    4. B. (Summit) What kind of belief will save a sinner? What does it mean to “believe”?

    5. A. When news of the spread of faith to the Samaritans reached Jerusalem, what happened? (8:14)

    B. (Summit) Why do you think it was important for God to use the Apostles to demonstrate officially that these "half-breed" Samaritans were true participants in the church? Why wasn't Philip's confirmation enough in this situation?

    C. How did the Apostles affirm that the Samaritans were officially part of the church? (8:15-17)

    6. A. What was Simon's reaction to the giving of the Holy Spirit? What was wrong with this request? (8:18, 19)

    B. In your own words, briefly rephrase Peter's response. (8:20-23)

    C. Why do you think Simon was "full of bitterness" about what was happening in Samaria? Why is this such a dangerous sin? Have you ever felt the same way?

    (Note: According to tradition, Simon was later known as an intense opponent to Christianity and the father of the heresy known as Gnosticism.)

    7. How was the gospel spread further among the Samaritans? (8:25)

    Philip had witnessed to half-Jews (Samaritans), but not to "out and out" Gentiles. Now we see the beginning of the witness "to the ends of the earth." (Acts 1:8)

    8. A. In the midst of a very successful ministry, what was Philip told to do and by whom? How did he respond? (8:26, 27a)

    B. From his response, what admirable quality is evident in Philip? Do you possess this quality? Why or why not?

    C. Who had God sovereignly arranged for Philip to meet there? Describe him. What was his status with the Jews? (Deuteronomy 23: 1)

    D. (Digging Deeper) Where is Ethiopia? What was his ethnic background? Why is this significant?

    E. Why had he traveled to Jerusalem and what was he doing on the way home? (8:27, 28, 32, 33)

    F. Describe their Bible study together. What was the eunuch's attitude toward the Scriptures? his teacher? (8:30-34)

    G. How did the eunuch express his faith in Jesus? (8:36-38)

    H. What happened to Philip after the baptism? (8:39)

    I. (Digging Deeper) Read Isaiah 56:3-5. How might this passage have encouraged the eunuch as he continued in his study of Isaiah? What impact do you think he had when he returned home?

    9. What changes occurred in the city and in the eunuch's life as a result of Philip's good news? (8:8, 39b) What then is one byproduct of salvation? Do you live this way? Why or why not?

    10. (Summit) Read about Philip the Evangelist in a Bible dictionary or commentary. What happened to Philip? What can you learn about being a witness and evangelist?

    11. (Summit) How does this chapter exemplify Ephesians 2:11-3:13?

    12. Who do you most identify with in this chapter? Are you more like Philip, the Ethiopian, the Samaritans, or Simon? Why?

Related Topics: Pneumatology (The Holy Spirit), Curriculum

8. Acts 9:1-9:31

An Unlikely Convert
Acts 9:1-9:31

Have you ever felt unworthy of God’s love? Have you ever felt that your past hindered you from ever being used by God in a significant way? This passage clearly shows us that no one is beyond the loving arms of God. Neither can anyone’s past render them useless to God if they will turn their lives over to Him. Seek God’s counsel before you begin your study. Ask him how he wants to use this chapter in your life.

An Unlikely Convert
Acts 9:1-9:31

Have you ever felt unworthy of God’s love? Have you ever felt that your past hindered you from ever being used by God in a significant way? This passage clearly shows us that no one is beyond the loving arms of God. Neither can anyone’s past render them useless to God if they will turn their lives over to Him. Seek God’s counsel before you begin your study. Ask him how he wants to use this chapter in your life.

Luke leaves the evangelist Philip in Caesarea where we learn he is still living with four daughters 25 years later (21:8). Now Luke turns his attention back to the young Pharisee Saul, whom we left on a murderous house-to-house rampage in Jerusalem. We are about to witness one of the most significant events in the New Testament: Saul's conversion. This account is so important that it is recorded three times in Acts:

    1) 9:1-30 Luke's account of the event

    2) 22:2-21 Paul’s defense before a Jewish mob

    3) 26.2-18 Paul's defense before Agrippa

These accounts supplement one another in minor points. We will refer to all three passages in our study. But first, we need to study Saul's background.

    1. What can you learn about Saul from these autobiographical passages?

      Galatians 1:13, 14

      Philippians 3:4b-6

      Acts 22:3, 4

      Acts 26:4, 5, 9-11

Now read Acts 9:1-19

    2. A. Why did Saul want to go to Damascus? By what term was Christianity now identified? (9:1, 2)

    B. (Digging Deeper) Locate Damascus on a map. How far did Paul travel?

    (Note: Damascus was the hub of a caravan network of trade from Syria, Mesopotamia, Persia and Arabia. If Christianity flourished in Damascus, it would soon spread to these far-away places.)

    2. C. What dramatic way did the Lord get Saul's attention? What time of day was it? (9:3, 22:6)

    D. What did the voice ask him and whose voice was it? (9:4, 5) What fact about Jesus was Saul forced to acknowledge? (1:3) How did this qualify him for apostleship? (1:22)

    E. How did the Lord identify Himself with His church in 9:4 and 5?

    F. In Acts 26:14, Paul includes an additional statement. What is it and what do you think it means?

    3. A. What did the risen Lord instruct Saul to do? (9:6) Again more details are recorded in Paul's defense to Agrippa. Read 26:16-18. What is Paul going to be and do in the future? How will the Lord help him?

    B. Why did Saul's companions have to lead him "by the hand" into Damascus? (9:8) Compare the way Saul entered the city with the way he had planned to enter.

    C. Have you ever been helpless? Do you know someone who has? How does it feel? Please share.

    D. Upon his arrival at the home of Judas, Saul fasted for three days "in the dark." (9:9) In your opinion, why? What do you think may have been on his mind?

    E. What else was Saul doing? (9:11)

    F. Can you remember a time when you were adamant about an issue or idea only to learn you were completely misguided? If so, share with the group how you felt and what you learned.

    4. A. Who did the Lord commission to minister to Saul? What was he to do? (9: 10, 11)

    B. What was Ananias' objection? (9:13, 14) Would you have been suspicious? Can you recall a time when you doubted the sincerity of someone's conversion? If so, why?

    C. How did the Lord soothe Ananias' fears? (9:15)

    D. (Digging Deeper) Verse 16 is a prophetic verse. List some of Saul's sufferings from II Corinthians 11:23-33. Why is it important that new Christians understand that they may be required to suffer?

    5. A. How did Ananias address Saul as he entered the house? How did Ananias minister to Saul? (9:17-19)

    B. Why do you think the Lord chose to blind Saul on the Damascus road and then restore his sight three days later? What kind of sight did Saul need?

Read Acts 9:20-31

    6. A. What immediate changes do you see in Saul? How soon did he begin to use to gifts God had given him? (9:20, 22)

    B. Ironically, who is persecuting Saul? (9:23, 24) How did he escape? (9:25) Envision the scene. Compare the way he entered Damascus with the way he left.

    C. Why wasn't Saul immediately accepted when he arrived back in Jerusalem? (9:26) Suppose someone you loved had been seized, imprisoned or even executed by Saul. How readily would you have welcomed him into the fellowship of believers?

    D. Who bridged the gap? (9:27) How was he again living up to his name? (4:36)

    E. After a time of preaching and debating in Jerusalem, Saul irritated his opponents again. Where was he sent and what happened there? (9:28-30)

    7. Saul stayed in Antioch for about ten years. How did the church fare in Saul's absence? (9:31)

    8. (Digging Deeper) Luke did not include Paul’s travels between the time he escaped Damascus and arrived in Jerusalem 3 years later. For a more detailed account, see Galatians 1:11-2:10. What additional insight can you glean from these verses?

    9. Saul experienced radical change as a result of his conversion. Is this typical? If you are a Christian, how have you changed since you first believed?

    10. What does this passage teach us about forgiveness, our pasts and God’s power?

    11. Stephen, Ananias and Barnabas all played important roles in Paul’s conversion and ministry. How did each one minister to him? How could you be a Stephen, Ananias or a Barnabas in someone’s life today? Give specific examples.

    12. Is there someone in your life who is also an “unlikely convert”? What does this account teach you?

    13. (Summit) Compare and contrast the three accounts of Paul’s conversion in Acts 9:1-30, 22:2-21, and 26:2-18.

Who will separate us from the love of Christ? Will trouble, or distress, or persecution, or famine, or nakedness, or danger, or sword?...For I am convinced that neither death, nor life, nor angels, nor heavenly rulers, nor things that are present, nor things to come, nor powers, nor height, nor depth, nor anything else in all creation will be able to separate us from the love of God in Christ Jesus our Lord.

Romans 8:35-39 (NET Bible)

Related Topics: Pneumatology (The Holy Spirit), Curriculum

Pages