Syamsi Dhuha Foundation Salurkan Beasiswa untuk Mahasiswa ITB, Pelajar, dan Penyandang Disabilitas

Editor: Machmud Mubarok
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Pendiri SDF, Eko Pratomo, menyerahkan beasiswa kepada mahasiswa dan pelajar, tahun lalu. Rencananya Sabtu (25/8/2018), SDF akan kembali menyalurkan beasiswa.

TRIBUNJABAR.ID, BANDUNG - Syamsi Dhuha Foundation (SDF), LSM nirlaba peduli Lupus dan Low Vision akan menyalurkan beasiswa senilai lebih dari Rp 200 juta kepada empat belas mahasiswa ITB, tujuh pelajar umum dan 29 mahasiswa dan pelajar penyandang disabilitas netra, dan autoimun, di Multifunction Room SDF Jalan Dago Bandung, Sabtu (25/8).

Penerima beasiswa yang diseleksi berdasarkan prestasi akademik dan membutuhkan dukungan finansial, tidak hanya berasal dari Bandung dan berbagai kota di Jawa Barat, namun juga dari Solo, Surabaya, Lamongan dan Bengkulu. 

Simbolisasi penyerahan beasiswa akan dilakukan oleh pendiri SDF, Eko Pratomo, dan disaksikan pula oleh wakil Lembaga Kemahasiswaan (LK) ITB, Mulyadin, M.Ak, dan Dra. Endang Widhiastuti,  wakil SMAN 5 Bandung sebagai mitra, para alumni penerima beasiswa dan relawan SDF.

Tampil sebagai pembicara tamu di acara tersebut, Rizky Arief,  CEO NAH Project dan Karina Innadindya, COO NAH Project, startup produsen sneakers NAH yang mulai dikenal namanya setelah produknya dipakai oleh Presiden Jokowi.

“Selain di bidang kesehatan, kebermanfaatan SDF pun ingin ditebarkan di bidang pendidikan. Bekerjasama dengan LK ITB sejak 2012 lalu dan SMAN 5 sejak awal tahun ini, kami telah merealisasikan sebuah skema beasiswa yang tak hanya memberikan bantuan biaya hidup, tapi juga kesempatan bagi para penerimanya untuk dapat mengikuti berbagai pelatihan dan sesi motivasi serta mengasah kepekaan sosialnya melalui berbagai program yang ada di SDF dan juga bimbingan belajar gratis. Dengan demikian diharapkan para mahasiswa dan pelajar ini tak hanya cerdas secara intelektual, tapi juga secara emosional dan spiritual," jelas Ketua SDF Dian Syarief, yang juga penyandang Lupus dan Low vision, dalam rilis yang diterima Tribun, Jumat (24/8).

Eko Pratomo menambahkan setelah melewati satu dekade pergerakan SDF, pihaknya berusaha untuk bertransformasi menjadi lembaga wirausaha sosial yang dapat mandiri secara finansial.

Sehingga lanjutnya, dapat menjamin keberlangsungan SDF dan dapat terus menambah kebermanfaatan bagi banyak orang.

"Untuk itu kami terus berupaya memberdayakan para penyandang disabilitas netra, autoimun dan keluarganya agar disamping survive juga bisa produktif. Para relawan pun terlibat aktif dalam proses tranformasi ini bersama stakeholders SDF lainnya," kata Eko.

Sementara Rizky dan Kania akan membagikan pengalamannya membangun bisnis pemula kepada para penerima beasiswa SDF.

 “Ketika teknologi dan informasi sudah tersebar luas seperti saat ini, semakin banyak peluang yang dapat dimanfaatkan. Pemasaran produk dapat menjangkau berbagai tempat baik di dalam maupun di luar negeri, sehingga walau kurang dari satu tahun, NAH Project sudah berhasil menjual sampai 1000 sneakers," ujar Rizky.

Acara yang dikemas sederhana namun bermakna ini dimeriahkan pula oleh penampilan wakil penerima beasiswa SDF (The Scholars) dan kelompok musik The LuLo (Lupies & Lovies) yang beranggotakan penyandang Lupus, Low vision dan relawan. (*)

Berita Terkini