Hari ini (18 Oktober) merupakan hari lahir novel klasik Moby Dick ke 161. Hari ini juga Google memperingatinya dengan menampilkan Google Doodle yang identik dengan kisah Moby Dick karya penulis Amerika Herman Malville (1819-1891), yaitu  menampilkan ilustrasi  perahu yang ditumpangi oleh beberapa laki-laki dengan latar belakang seekor ikan paus besar.

Novel Moby Dick untuk pertama kalinya terbit di Inggris pada tgl 18 Oktober 1851. Novel ini menceritakan petualangan sang tokoh bernama Ismael yang mengikuti pelayaran kapal pemburu paus yang dipimpin seorang kapten obsesif bernama Kapten Ahab.

Sang kapten hanya memiliki satu kaki akibat kecelakaan saat memburu seekor paus yang dijulukinya Moby-Dick. Kapten Ahab sangat bernafsu melampiaskan dendamnya kepada Moby-Dick.

Dalam ajang balas dendamnya itu, sang kapten tidak peduli akan keselamatan diri maupun anak buahnya. Suatu saat, Kapten Ahab pun bertemu Moby-Dick. Ia berhasil menaiki punggung Moby-Dick dan menancapkan tombaknya di perut Moby-Dick dengan penuh emosi disertai oleh sumpah serapah.

Namun usaha Kapten Ahab dan anak buahnya membunuh Moby-Dick sia-sia belaka. Dengan tubuhnya yang besar, Moby-Dick menghancurkan kapal dan membuat seluruh awak kapal jatuh ke laut dan tenggelam.

Akhirnya seluruh awak kapal tewas kecuali Ismael yang selamat berkat peti mati yang telah dibuat sebelumnya.

Novel Moby Dick yang kini menjadi salah satu masterpiece dalam kesusasteraan Amerika ini ternyata pada awalnya sempat kesulitan memperoleh penerbit. Setelah beberapa kali mendapat penolakan akhirnya novel ini berhasil diterbitkan untuk pertama kalinya oleh Richard Bentley, salah satu penerbit Inggris.  Setelah dirilis respon dari pembaca pun biasa-biasa saja.

Melalui Moby Dick, Herman Melville  menyinggung banyak masalah yang pada saat itu mendominasi lanskap pemikiran di Amerika pada abad ke-19, antara lain hubungan antara daratan dan laut, konfilk antara petualangan dan kemapanan, antara penjelajah dan penduduk kota, dll yang semua itu mencerminkan kegalauan masyarakat Amerika pada pertengahan abad ke-19

Lalu mengapa Moby Dick di awal penerbitannya tidak menuai sukses? Beberapa pengamat sastra mengungkapkan kalau di novel tersebut Melville banyak menggunakan simbol yang dibungkus dengan pemikiran-pemikiran filosofis. Mellville juga kerap menggunakan teknik yang tak lazim pada saat itu misalnya ketika narasi sudah membentuk ketegangan, Mellville tiba-tiba saja mengalihkan konsentrasi pembaca ke hal-hal remeh.

Sepanjang hidupnya Herman Melville memang tidak sempat melihat karyanya ini menjadi sebuah masterpiece-nya, walau novel-novel sebelumnya cukup populer namun kepopulerannya terus menyusut hingga akhir hayatnya. Bahkan ketika Mellville meninggal dunia ia telah dilupakan sepenuhnya.  Moby Dick baru ‘ditemukan kembali’ di tahun-tahun berikutnya dan kini ia dianggap sebagai salah satu tokoh terpenting dalam sejarah kesusasteraan AS.

Hinnga kini Novel Moby Dick masih terus dicetak ulang dan dibaca dari generasi ke generasi. Kisah Moby Dick kini tidak hanya berupa novel tapi mewujud pula dalam bentuk drama, film, kartun, komik, dan sebagainya.

Herman Mellville

Herman Melville (1819-1891) pernah menjadi seorang pelaut setelah gagal dalam berbagai usaha. Sebagai pelaut, dia melarikan diri dari sebuah kapal Amerika untuk menghindari keadaan-keadaan yang luar biasa kejam dan berbahaya. Dia menetap di sebuah pulau, di tengah-tengah penduduk asli di sana.
Pada tahun 1844, Melville berhenti bertualang dan menulis buku. Novel-novelnya yang pertama sangat berhasil diantaranya adalah Typee (1846) yang dibuat berdasarkan pengalaman kehidupannya di tengah-tengah penduduk asli di sebuah pulau, Omoo (1846), yang berdasarkan kehidupannya di Tahiti, dan Redburst (1848) yang berdasarkan pengalamannya dalam pelayaran pertamanya ke Inggris. Karyanya yang berjudul White Jacket (1850) merupakan protes keras terhadap perlakuan kejam yang dialami para pelaut dalam Angkatan laut Amerika. Karyanya yang berjudul Moby Dick (1851) mula-mula tidak begitu berhasil dan tidak cukup laku untuk menghidupi dirinya dan keluarganya.
Karya-karya Herman Mellville
  • Typee: A Peep at Polynesian Life (1846)
  • Omoo: A Narrative of Adventures in the South Seas (1847)
  • Mardi: And a Voyage Thither (1849)
  • Redburn: His First Voyage (1849)
  • White-Jacket; or, The World in a Man-of-War (1850)
  • Moby-Dick; or, The Whale (1851)
  • Pierre: or, The Ambiguities (1852)
  • “Bartleby the Scrivener” (1853) (short story)
  • “The Encantadas, or Enchanted Isles” (1854) (novella, possibly incorporating a short rewrite of the lost Isle of the Cross[42])
  • “Benito Cereno” (1855)
  • Israel Potter: His Fifty Years of Exile (1855)
  • The Confidence-Man: His Masquerade (1857)
  • Battle Pieces and Aspects of the War (1866) (poetry collection)
  • Clarel: A Poem and Pilgrimage in the Holy Land (1876) (epic poem)
  • John Marr and Other Sailors (1888) (poetry collection)
  • Timoleon (1891) (poetry collection)
  • Billy Budd, Sailor (An Inside Narrative) (unfinished, 1891) [Published Posthumously] (1924)

Novel Moby Dick koleksiku (edisi ringkas)


@htanzil

– dikutip dari berbagai sumber-