Lihat ke Halaman Asli

Kalong

Diperbarui: 24 Juni 2015   12:21

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Waktu kecil dulu aku sering ikut paman atau teman-temanku berburu kelelawar (kalong). Biasanya orang berburu kalong untuk dijadikan obat. Berburu kalong harus dengan senapan angin karena kalong susah untuk jatuh. Sudah ditembak beberapa kali saja terkadang kakinya masih kuat mengcengkeram ranting pohon. Berbeda dengan jenis kelelawar yang kecil (kampret), pakai ketapel saja terkadang langsung jatuh.

Sebenarnya kasian juga kalau kalong atau kampret harus diganggu dengan senapan angin ataupun ketapel. Tapi, orang malah sering iseng mengusik ketenangan mereka. Terkadang ada alasannya juga orang mengganggu ataupun malah sengaja memburu binatang tersebut. Pasalnya buah-buahan yang ada dikebun dihabiskan oleh kalong dan kampret. Contohnya didepan rumahku ada pohon klengkeng, pemilik pohon tidak kebagian buahnya, karena setiap malam sudah diserbu oleh kawanan kalong dan kampret.

Selain klengkeng, kalong dan kampret juga sering menghabiskan buah rambutan, duku, jambu, dan lain-lain. Padahal hasil buah-buahan itu biasanya akan dijadikan tambahan penghasilan bagi para petani. Terkadang ada yang dijadikan tumpuan mata pencaharian. Tapi, kalau sudah dihabiskan oleh kalong dan kampret hilanglah harapan mereka. Harus disiasati maraknya penjarahan oleh kalong dan kampret itu. Mungkin perlu dijaga, atau dipasang perangkap. Biar binatang tersebut jera, atau minimal bosan untuk mendatagi pohon buah-buahan lagi.

Mau bagaimana lagi, makanan kalong adalah buah-buahan, tapi masalahnya kenapa harus buah-buahan para petani yang dihadapkan bisa menopang hidup. Untungnya kalau kalong menjarahnya hanya malam hari, siang hari binatang tersebut tidur. Berbeda dengan para koruptor, mereka menjarah siang dan malam, tidak tahu kapan istirahatnya. Pantas saja orang mengibaratkan koruptor seperti tikus, karena tikus beraksinya juga siang dan malam.

Melihat cara mencari makannya kalong, yang beraksi dimalam hari, tidak sedikit orang yang kerjanya menyamai kalong. Tidak sedikit orang yang bekerja dimalam hari, dan disiang hari mereka beristirahat. Bisa karena lembur, atau memang karena ditugaskan malam. Misalnya satpam yang dapat jatah malam, pekerja pabrik yang dapat sif malam, kasir swalayan yang dapat sif malam, dan lain-lain. Bekerja siang atau malam tidak jadi masalah, asal halal dan tidak merugikan orang lain.

Ada juga yang kerjanya malam hari, tapi merugikan orang lain. Misal maling yang beraksi dimalam hari, hal ini meresahkan dan merugikan orang lain. Maling yang lebih meresahkan adalah yang beraksinya siang dan malam, lagi-lagi masih mending kalong yang hanya malam saja. Biasanya dilingkungan kost-kost-an yang banyak berkeliaran para maling baik siang maupun malam. Barang apapun diangkut para maling tersebut, motor, laptop, handphone, helm sampai alat-alat dapur. Maka, waspadalah, maling itu selain karena sudah menjadi hobby atau kebiasaan, bisa juga karena ada kesempatan.

Selain maling, ada juga yang kerjanya dimalam hari, biasanya mangkal ditempat tertentu, atau sudah disediakan tempat khusus. Orang sering menyebut mereka dengan sebutan kupu-kupu malam. Padahal yang kerjanya malam itu kalong, kenapa tidak kalong-kalong malam? Kupu-kupu malam itu ada yang betina, jantan bahkan ada yang setengah betina-setengah jantan. Itulah hidup, kalau tidak hati-hati memilih jalan, bisa jalan pintas yang seperti itupun dipilihnya. Entah apa motivasi utamanya, karena pemenuhan kebutuhan ekonomi atau kebutuhan yang lain?

Hebatnya para kupu-kupu malam itu disediakan tempat khusus, tujuannya bisa jadi biar tidak tercecer disembarang tempat. Malah di Indonesia ada salah satu tempat, yang kabarnya tempat itu terbesar se-Asia Tenggara. Banyak usulan dari masyarakat agar pemerintah menutup tempat-tempat seperti itu. Tapi, pemerintah daerah masih banyak yang membiarkan tempat seperti itu. Mungkin karena pajaknya besar, sehingga pemerintah enggan menutup, kan bisa menambah kas daerah juga.

Kalau memang susah untuk menutup, maka harus disediakan pekerjaan yang layak buat mereka dan dilatih ketrampilan sesuai minat dan bakat mereka. Susahnya jika mereka sudah terlarut, terlalu cinta dengan pekerjaan mereka. Untuk beralih profesi sepertinya sulit, bahkan menolak. Kalaupun tempat khususnya sudah ditutup, tetap saja mereka yang tidak mau beralih profesi masih berkeliaran dimana-mana. Keuntungannya dengan adanya mereka, maka bisa menciptakan pekerjaan untuk para penegak ketertiban, biar mereka tidak makan gaji buta.

Kembali berbicara kalong, mungkin banyak yang terinspirasi untuk kerja malam dari kalong. Kerja siang maupun malam seperti kalong atau kampret itu adalah pilihan masing-masing, lebih nyaman yang mana. Jika memilih seperti kampret atau kalong, yang penting tidak “masih kecil tukang copet, udah besar tukang nyolong”, menjadi maling kelas kakap maupun kelas teri, atau maling teriak maling. Memilih seperti kalong, yang penting halal dan tidak merugikan diri sendiri dan orang lain.

Sukoharjo, 08 Juni 2013

Wahyu H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline