TEMPO.CO, Washington – Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, mengecam investigasi federal soal dugaan intervensi Rusia pada pemilihan Presiden AS 2016.
Seperti dilansir NBC News, Trump menuding tim investigasi, yang dipimpin Robert S. Mueller, bersikap tidak transparan dan mengingatkan ada sistem pengadilan yang melindungi warga dari tindakan tidak adil.
Baca: Trump Mau Bicara dengan Mueller Soal Dugaan Kolusi Rusia jika ...
“Tunggu saja sampai pengadilan memeriksa konflik kepentingan tersembunyi Anda,” kata Trump lewat cuitan di akun Twitter @realdonaldtrump, Senin, 7 Mei 2018 waktu setempat.
Presiden Donald Trump, berbicara dengan Presiden Rusia Vladimir Putin, saat berjalan menuju sesi foto dalam acara KTT APEC di Danang, Vietnam, 11 November 2017. REUTERS/Jorge Silva
Trump membuat empat cuitan dalam waktu dua jam, yang intinya mengulangi tuduhannya bahwa investigasi itu sebagai perburuan penyihir, dan ada 13 orang dari Partai Demokrat pemarah terlibat dalam investigasi yang memojokkan itu.
Baca: Trump Sebut Ada Jebakan, Siap Gunakan Kewenangan Presiden
CNN melansir Trump tidak memberikan bukti soal adanya konflik kepentingan yang ditudingnya itu. Namun, beberapa anggota investigasi dari tim Mueller ini memang pernah menyumbang kepada Partai Demokrat terkait kepentingan politik.
Robert Mueller sendiri merupakan seorang anggota Partai Republik yang ditunjuk Presiden George W. Bush sebagai direktur FBI. Sejak 2017, Mueller menjadi penasehat khusus setelah ditunjuk oleh Deputi Jaksa Agung, Rod Rosenstein, yang merupakan orang pilihan Trump sendiri.
Trump juga membela dirinya dengan mengatakan dia tidak melakukan upaya menghalang-halangi penegakan hukum. “Itu namanya melawan balik,” kata Trump dalam cuitannya.
Trump menduga lamanya waktu investigasi ini hingga mendekati masa pemilihan umum tengah tahun bisa mengganggu upaya Republikan menambah perolehan kursi di Kongres.
Trump juga mempertanyakan mengapa agen khusus FBI, Peter Strzok, masih bekerja di sana. Strzok diketauhi kerap berkirim pesan dengan Lisa Page, yang merupakan pengacara di FBI dan keduanya menjalin hubungan khusus. Percakapan chatting keduanya menjadi bahan dari para politikus Republikan untuk menuding adanya bias di FBI dalam investigasi terkait Trump.
Sebagai ketua tim investigasi ini, Mueller telah mengutarakan niatnya berulang kali untuk memeriksa Trump. Dia juga telah menyerahkan sejumlah daftar pernyataan ke pengacara Trump, yang kemudian bocor ke media New York Times pada pekan lalu.
Pada pekan lalu, dalam wawancara pada acara Fox & Friends pada pekan lalu, Trump mengatakan dia bakal mengambil langkah sebagai Presiden terhadap Kementerian Kehakiman, yang mengawasi jalannya investigasi ini.