TEMPO.CO, Jakarta - Kongres oposisi Venezuela mendeklarasikan darurat nasional setelah lima hari pemadaman listrik total yang melumpuhkan negara.
Hingga Selasa kemarin, warga Venezuela masih menderita akibat pemadaman listrik meskipun sebagian listrik mulai menyala di ibu kota Caracas pada Selasa. Maduro menuduh pemadaman listrik akibat sabotase AS.
Pemadaman listrik menambah penderitaan rakyat Venezuela yang didera hiperinflasi dan krisis politik.
Baca: Pasien Rumah Sakit Venezuela Meninggal Akibat Krisis Listrik
"Tidak ada yang normal di Venezuela, dan kami tidak akan membiarkan tragedi ini dianggap normal, itulah sebabnya kami membutuhkan dekrit ini untuk darurat negara," kata Guaido, dikutip dari Reuters, 13 Maret 2019.
Konstitusi memungkinkan presiden untuk menyatakan keadaan darurat nasional di tengah bencana yang dianggap membahayakan keamanan negara, tetapi tidak secara eksplisit mengatakan apa dampak praktis dari deklarasi tersebut.
Warga Venezuela, termasuk para dokter, memegang spanduk bertuliskan "Solidaritas" ketika mereka berkumpul di luar rumah sakit anak-anak selama pemadaman listrik yang sedang berlangsung di Caracas, Venezuela 10 Maret 2019. [REUTERS / Marco Bello]
Guaido telah diakui sebagai pemimpin sah Venezuela oleh Amerika Serikat dan sebagian besar negara-negara Barat, tetapi Maduro tetap memegang kendali terhadap angkatan bersenjata dan lembaga-lembaga negara, serta mendapat dukungan Rusia dan Cina.
Sumber-sumber industri minyak mengatakan bahwa ekspor dari pelabuhan utama Jose dihentikan karena kekurangan daya, memotong sumber pendapatan utama Venezuela.
Baca: Listrik Padam, Maduro dan Guaido Gelar Demonstrasi Tandingan
Pemadaman listrik menyebabkan makanan membusuk di lemari es, rumah sakit berjuang untuk menjaga peralatan tetap beroperasi, dan orang-orang berkerumun di jalan-jalan Caracas untuk mendapat sinyal telepon demi mengontak kerabat di luar negeri.
Pada Senin, warga Venezuela mencari saluran air untuk mengisi jerigen dari pipa pembuangan kotoran karena pompa air mati akibat pemadaman.
"Ini membuatku gila," kata Naile Gonzalez di Chacaito, salah satu distrik komersial Caracas. "Pemerintah tidak mau menerima kenyataan bahwa ini adalah kesalahan mereka, karena mereka tidak melakukan pemeliharaan selama bertahun-tahun."
Jaringan listrik Venezuela semakin memburuk karena kurangnya investasi selama bertahun-tahun. Pembatasan impor telah memengaruhi penyediaan suku cadang, sementara banyak tenaga teknis yang terampil telah meninggalkan negara itu di tengah eksodus lebih dari 3 juta rakyat Venezuela dalam beberapa tahun terakhir.
Baca: Listrik Padam Massal, Maduro Tuding Amerika Sabotase
Winston Cabas, presiden asosiasi profesional insinyur listrik, mengatakan beberapa pembangkit listrik termoelektrik negara itu beroperasi dengan kapasitas hanya 20 persen, sebagian karena kurangnya bahan bakar. Dia mengatakan pemerintah menjatah listrik.
Proses memulihkan layanan rumit dan bisa memakan waktu antara lima dan enam hari, katanya.
"Kami pernah memiliki sistem listrik terbaik di dunia, yang paling kuat, tangguh, tahan lama, dan mereka yang sekarang mengelola sistem telah menghancurkannya," katanya.
Sejumlah warga mengumpulkan air yang keluar dari saluran pembuangan limbah ke Sungai Guaire di Caracas, Venezuela, 11 Maret 2019. REUTERS/Carlos Garcia Rawlins
Salah satu sumber di PDVSA juga mengatakan pemerintah telah memutuskan untuk menjatah listrik, sebagian untuk memasok listrik ke terminal ekspor minyak Jose.
Kementerian Penerangan Venezuela tidak berkomentar terkait laporan ini.
Para ahli percaya bahwa pemadaman nasional berasal dari jalur transmisi yang mengangkut energi dari PLTA Guri ke selatan Venezuela.
Baca: Warga Venezuela Mengais Keranjang Sampah Demi Dapat Makanan
Kurangnya listrik telah memperparah krisis di rumah sakit Venezuela, setelah kekurangan investasi dan pemeliharaan selain kekurangan obat-obatan.
Aktivitas sekolah dan berbagai pekerjaan dihentikan pada Selasa, karena kota-kota Venezuela lumpuh akibat krisis listrik.